Rabu, 15 Mei 2024

Bab 334. Makruhnya Bercakap-cakap Sehabis Shalat Isya' Yang Akhir

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*


 

Bab 334. Makruhnya Bercakap-cakap Sehabis Shalat Isya' Yang Akhir

 

Yang dimaksudkan dengan bercakap-cakap sebagaimana di atas itu ialah bercakap-cakap yang sifatnya mubah dalam selain waktu sehabis shalat Isya' itu, yakni yang mengerjakan atau meninggalkannya sama saja -artinya tidak berpahala dan juga tidak berdosa-. Adapun percakapan yang diharamkan atau yang dimakruhkan dalam selain waktu itu, maka jikalau dalam waktu ini -yakni sehabis shalat Isya'- menjadi lebih-lebih lagi haram dan makruhnya. Tetapi percakapan yang mengenai soal-soal kebaikan semacam saling mengingatkan perihal ilmu pengetahuan keagamaan atau cerita-cerita mengenai orang-orang yang shalih, tentang budi pekerti luhur ataupun berbicara dengan tamu atau beserta orang yang hendak menyelesaikan keperluannya dan lain-lain sebagainya, maka sama sekali tidak ada kemakruhannya, bahkan dapat menjadi disunnahkan. Demikian pula bercakap-cakap karena ada sesuatu keuzuran -yakni kepentingan- dan sesuatu yang datang mendadak, juga tidak dimakruhkan. Sudah jelaslah hadits-hadits yang shahih dalam menguraikan soal-soal sebagaimana yang saya sebutkan di atas.

 

عَنْ أَبي بَرْزَةَ رَضِي اللَّه عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كَانَ يَكرَهُ النومَ قبْلَ العِشَاءِ وَالحَدِيثَ بعْدَهَا . متفقٌ عليه

1743. Dari Abu Barzah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu tidak suka tidur sebelum melakukan shalat Isya' dan juga tidak suka bercakap-cakap sehabis melakukan shalat Isya' itu. (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنِ ابْنِ عُمرَ رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم صَلَّى العِشَاءَ في آخِرِ حَيَاتِهِ، فَلمَّا سَلَّم ، قَالَ : « أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ ؟ فَإِنَّ على رَأْسِ مِئَةِ سَنَةٍ لا يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلى ظَهْرِ الأَرْضِ اليَوْمَ أَحدٌ » متفقٌ عليه

1744. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam shalat Isya' pada akhir hayatnya, lalu setelah -mengucapkan- salam beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Adakah engkau semua mengetahui malam harimu ini. Sesungguhnya pada pangkal seratus tahun lagi tidak seorangpun yang tertinggal dari golongan orang yang ada di atas permukaan bumi pada hari ini -yakni di kalangan para sahabat dan manusia yang lain-lain yang hidup pada saat hadits ini disampaikan Nabi-." (Muttafaq 'alaih) Keterangan: Apa yang disabdakan oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam di atas adalah menjadi kenyataan ketika wafatnya sahabat beliau shalallahu alaihi wasalam yang terakhir yaitu Abuththufail yakni 'Amir bin Wailah. Ia wafat pada tahun110 H yaitu pangkal seratus tahun dari ketika beliau shalallahu alaihi wasalam menyabdakan hadits di atas. Hadits di atas menunjukkan bolehnya bercakap-cakap sehabis shalat Isya', karena berhubungan dengan mempelajari ilmu pengetahuan.

 

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ أَنَّهم انْتَظَرُوا النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَجاءَهُمْ قريباً مِنْ شَطْرِ اللَّيْلِ فصلَّى بِهِم ، يعني العِشَاءَ قَالَ : ثُمَّ خَطَبَنَا فَقَالَ : « أَلا إِنَّ النَّاسَ قَدْ صَلُّوا ، ثُمَّ رَقَدُوا » وَإِنَّكُمْ لَنْ تَزَالُوا في صَلاةٍ ما انْتَظَرْتُمُ الصَّلاةَ » رواه البخاري

1745. Dari Anas radhiyallahu anhu bahwasanya para sahabat sama menantikan Nabi shalallahu alaihi wasalam -untuk shalat Isya'-, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam datang kepada mereka hampir-hampir di pertengahan malam, kemudian shalatlah beliau bersama mereka -yakni shalat Isya' itu-. Anas radhiyallahu anhu berkata: "Selanjutnya beliau berkhutbah -yakni memberi penerangan- kepada kita, sabdanya: "Ingat, bahwasanya para manusia -yang lain-lain- sudah sama shalat kemudian tidur, sedangkan engkau semua tetap dianggap seperti dalam shalat, selama engkau semua menantikan shalat itu." (Riwayat Bukhari)


 


 

 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan