KONSEP SHOLAT
Dr. Sholihin Fanani, M.PSDM
Pendahuluan
Shalat sebagai
salah satu bagian penting ibadah dalam Islam se- bagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak
keistime- waan, tidak hanya
memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh
drastis dalam perkembangan
kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu
tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual
akan masuk dalam diri muslim
yang taat melaksanakannya. Masing-masing kajian ini akn dibahas
tersendiri secara mendalam
pada modul ini.
Dalam modul ini kita mengkaji Hakekat, Kewajiban, Tujuan Dan Akh- laq Sholat dan Hikmah dan Makna
Spiritual Ibadah Sholat. Setelah menguasai modul
pertama ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan me-
mahami pengertian konsep Hakekat,
Kewajiban, Tujuan Dan Akhlaq Sholat
dan Hikmah dan Makna Spiritual Ibadah Sholat. Secara lebih khusus setelah mempelajari modul ini anda
diharapkan dapat men- jelaskan dan memahami:
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan
Belajar (KB):
Kegiatan belajar 1 : Hakekat, Kewajiban, Tujuan Dan
Akhlaq Sholat Kegiatan belajar 2 : Hikmah dan Makna Spiritual
Ibadah Sholat Agar dapat berhasil
dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk
belajar sebagai berikut:
•
Bacalah dengan cermat
bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana cara mempelajarinya
•
Bacalah modul ini
secara seksama dan kerjakan semua latihan yang ada
•
Perhatikan
contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan belajar
•
Mantapkan
pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok belajar
anda.
•
“Selamat belajar semoga Anda diberi kemudahan pemahaman Allah SWT dan ilmunya bermanfaat bagi semuanya”
Hakekat, Kewajiban, Tujuan
Dan Akhlaq Sholat
A. Hakekat Shalat.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat,
“Tidak dapat diragukan bahwa
shalat merupakan perkara yang sangat meng-
gembirakan hati bagi orang-orang yang mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang-orang yang
mengesakan Allah, puncak keadaaan orang-orang yang jujur dan parameter keadaan
orang-orang yang meniti
jalan menuju kepada Allah. Shalat merupakan rahmat Al- lah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya
dan memperkenalkann- ya sebagai
rahmat bagi mereka dan kehormatan bagi mereka, supaya dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemulian dari-Nya dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya.
Allah tidak membutuhkan mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun justru
(hakikatnya shalat tersebut) merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka. Dengan shalat, hati seorang hamba
dan seluruh anggota tubuh beribadah. (Dalam shalat),Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati lebih sempurna dan lebih besar,
yaitu be- rupa (hati bisa) menghadap kepada Rabb
nya, bergembira dan mera- sakan
kelezatan berdekatan dengan-Nya, merasakan nikmat dengan mencintai-Nya, riang gembira menghadap kepada-Nya, tidak berpal- ing kepada selain-Nya saat beribadah
(shalat) serta menyempurnakan hak-hak
peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang Dia ridhoi”
1. Kelalaian hati diantara
shalat yang satu dengan shalat
yang lain
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan tentang
hal ini, “(Dalam
shalat lima waktu), diantara dua shalat, pada diri seorang hamba (bisa saja) terjadi kelalaian, kegersangan, kekerasan dan keberpalingan hati,
ketergelinciran serta
kesalahan-kesalahan, hingga (hal ini) menjauh-
kan hatinya dari Rabb nya, menyingkirkan dari kedekatan dengan-Nya, (lalu) jadilah sebuah
hati yang terasing
dari peribadatan kepada-Nya”
2.
Memperbarui panggilan
shalat
Ibnul Qoyyim rahimahullah pun juga menjelaskan hikmah di- ulang-ulangnya panggilan shalat sehari semalam lima kali, beliau bertutur,
“Tatkala kekeringan (kelalaian hati) senantiasa mengancam dari waktu ke waktu dan kegersangan jiwa
datang silih berganti, maka panggilan
untuk menghadiri hidangan hati (shalat) selalu diperbarui dari waktu ke waktu, sebagai rahmat dari
Allah bagi hati itu. Sehingga ia senantiasa memohon siraman (hujan
yang bermanfaat) kepada
Dzat yang di tangan-Nya ada hujan yang mengguyur hati tersebut, ia memo- hon hujan rahmat-Nya agar tidak kering,
yang diharapkan bisa menum- buhkan rerumputan dan bebuahan keimanan
dan agar tidak terputus dari materi pertumbuhan (keimanan)”
3.
Shalat adalah hidangan hati
Selanjutnya Ibnul Qoyyim
rahimahullah menggambarkan ibadah shalat dengan gambaran yang sangat indah,
agar kita benar-benar merasa bahwa
shalat adalah sebuah kebutuhan yang mendasar da- lam hidup kita. Beliau mendeskripsikan hal ini dengan
mengatakan, “Ketika Allah Subhanahu
menguji seorang hamba dengan ujian syah- wat
dan sebab-sebab yang mengantarkan kepadanya baik dari dalam maupun dari luar dirinya- maka tuntutan
kesempurnaan hikmah-Nya dan Ihsan-Nya
kepada hamba tersebut, Allah persiapkan baginya se- buah hidangan (bagi hatinya) yang mengumpulkan beraneka ragam warna, persembahan, selera dan anugerah.
Allah mengundang hamba tersebut untuk menghadiri jamuan
hidan- gan (shalat) itu
dalam sehari lima kali, dan menjadikan setiap macam dari hidangan tersebut (baca: dalam setiap shalat) sebuah
kelezatan, manfaat dan kemaslahatan
(tersendiri) bagi hamba yang diundang untuk menyantap
hidangan tersebut, yang tidak didapatkan dalam macam hidangan yang lain (dalam shalat yang lainnya) agar menja- di
sempurna kelezatan yang dirasakan oleh hamba itu dalam setiap macam peribadatan. Allah juga hendak
memuliakannya dengan segala
jenis kemuliaan, sehingga setiap perbuatan ubudiyyah (peribadatan) itu menghapus hal yang tercela dan hal
yang Dia benci, dan agar Al- lah
mengganjarnya dengan cahaya yang khusus, kekuatan dalam hati dan anggota tubuhnya
serta pahala yang khusus pada hari perjumpaan dengan-Nya.
4.
Shalat adalah hujan yang bermanfaat bagi hati
Pada penjelasan di atas, Ibnul
Qoyyim rahimahullah telah
menjelas- kan tentang
kelalaian hati yang terjadi
diantara shalat yang satu dengan
shalat yang lain. Pada ucapan yang lainnya, beliau pun menjelaskan bahwa kelalaian hati tersebut hakikatnya
adalah sebuah kegersangan dan kekeringan, beliau berkata, “Kelalaian yang menimpa hati merupa- kan kekeringan dan kegersangan, (namun)
selagi hati tersebut
mengin- gat Allah dan menghadap
kepada-Nya (dengan melaksanakan shalat), maka itu
merupakan hujan rahmat-Nya yang dicurahkan kepadanya, seperti hujan yang mengguyur (Namun) jika hati itu lalai, maka ia
akan mengalami kegersangan sesuai
dengan sedikit-banyaknya kelalaian yang
menimpanya, lalu jika kelalaian itu sudah menguasainya, maka tanahnya menjadi mati dan tahunnya menjadi
menjadi tak bertanaman lagi kering
kerontang, serta api syahwat siap membakar dari segala sisi, seperti angin kering yang siap membakar apapun”
B.
Mengapa Allah Mewajibkan Shalat?
Sesungguhnya Allah
SWT adalah Tuhan yang Maha Rahman dan Maha
Rahim yang Maha Tahu akan segala apa yang ada dibumi, seh- ingga setiap apapun yang diperintahka dan dilarang oleh-Nya
benar-be- nar menunjukkan
kasih saying dan cintanya kepada setiap makhluk di muka bumi. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kautsar ayat 2, “Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. Ayat tersebut menunjukkan
betapa pentingnya menjalankan ibadah yang satu ini, bahkan Allah mengacam manusia
yang lalai dalam mengerjakan shalat
dengan ancaman yang keras dalam
surah Al-Maun ayat 4-5, “Maka ke- celakaanlah bagi orang-orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dengan shalatnya”. Allah memerintahkan untuk shalat sebagai
pembe- da antara
yang mumin dan yang kafir,
selain itu shalat
juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah.
Dalam sebuah
hadits qudsi dikatakan “Kedekatan semua hamba
kepada-Ku, seperti yang aku fardhukan (wajibkan) padanya dan tidak henti-hentinya seoang hamba mendekatkan
diri kepada-Ku dengan amalan-amalan
sunat, sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan untuk mendengar, menjadi mata yang ia
pergunakan untuk melihat,
jika ia meminta
padaku sungguh aku mem-
berikannya dan bila ia berdoa
kepadaku niscaya aku akan mengabul- kan.
Menurut penelitian
Dr.Alexis carel, seorang pemenang nobel dalam
bidang kedokteran memberikan pernyataan sebagai berikut, “Sholat memunculkan aktivitas pada perangkat tubuh
dan anggota tubuh bah- kan sebagai
sumber aktivitas terbesar yang dikenal sampai saat ini. Berikut ini akan dipaparkan beberapa rahasia dari berbagai
gerakan shalat dan aktivitas sirkulasi darah dalam urat:
1.
Qiyam
Berdiri merupakan
gerakan pertama dalam shalat, dalam posisi ini
seseorang berdiri tegak namun rileks, kaki merenggang selebar jarak antara dua bahu tubuh, tangan
kanan memegang tangan
kiri. Posisi ini sebagai awal pembukaan diri.
2.
Ruku
Posisi ini
menempatkan jantung berada dalam satu garis horizontal dengan pembuluh darah tulang besar ,sebagai ganti dari letak
asaln- ya yaitu dalam posisi lebih
tinggi dari pembuluh darah tulang tersebut.
posisi ini memudahkan aliran darah untuk kembali ke jantung karena pengaruh karena pengaruh aktivitas
penarikan oleh urat-urat jantung sehingga
jantung lebih leluasa menarik darah tanpa rintangan gaya gravitasi bumi.gerakan ini jugga meningkatkan kemampuan memompa dari urat urat dalam perut untuk mengalirkan darahnya menuju jantung
dennan kekutan maksimal oleh pengerutan dinding perut.karena ger- akan ini terbebas dari rintangan gravitasi
bumi yang biasanya mem- bebani
penarikan darah dari bawah keatas sehimgga darah mengalir kembali ke jantung sehingga darah dapat
kembali dengan mudah ke jantung,dan
darah dapat dibersikan dari segala kotoran secara maksi- mal setelah
mengalir ke bagian tubuh.
3.
Itidal
Gerakan ini membantu menarik
nafas yang dalam lalu diikuti
penge- luaran nafas tersebut
dari arah yang berlawanan dengan kuat diafrag-
ma kembali dalam posisi lebih tinggi, rongga perut tertekan ke tempat yang lebih rendah. dada berada dalam
posisi lebih tinggi dari desakan udara,
sehingga mengirai terpwncarnya darah ke rongga dada.aliran darah yang telah berada pada rongga kaki
mempunya kesempatan le- luasa untuk berjalan cepat
menuju rongga perut
dimana urat-urat yang sedang
lunak siap menerima darah
yang tengah berjalan
dari arah kaki.
4.
Gerakan dari berdiri menuju
sujud
Gerakan ini
membangkitkan semua proses pemompaan darah urat samping secara maksimal dan seaktif mungkin.gerakan tersebut me- mompa darah pada urat kaki,menyemprot betis,menyemprot paha dar- samping ke samping juga menyemprot perut.hal ini bertujuan memeras
darah urat yang terdapat dalam jaringan darah menuju urat kecil dan dilanjutkan ke urat besar.
5.
Gerakan sujud
Gerakan ini
memunculkan sirkulasidarah yang sempurna searah dengan tarikan gaya gravitasi bumi.pengencangan punggung menja- dikan otot yang bersandar pada punggung
mengalirkan darah dengan deras
menuju aliran darah yang memancar dalam nadi darah besar yang pada saat itu berada dalam posisi lebih tinggi dari posisi
kebera- dan jantung.
Dalam fakta lain menunjukkan bahwa umat muslim
diperintah perta- ma kali oleh Allah adalah untuk
mengerjakan shalat. Nabi Muhammad SAW
saat menjelang kematiannya berwasiat kepada umatnya untuk benar-benar menjaga shalatnya. Karena, ciri seorang Muslim adalah Shalat,
apabila seorang muslim mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya, maka dampaknya selain mendapatkan pahala
dari Allah SWT, juga akan ber- dampak
pada kesehatan tubuhnya dan perilakunya. Dia akan mengeluarkan zakat dengan ikhlas bukan untuk disanjung
atau bergaya-gaya biar orang lain tahu
kalau dia kaya, melaksanakan puasa dengan ikhlas bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, menunaikan
ibadah haji semata-mata untuk menjalankan
perintah Allah bukan untuk menaikkan status sosialnya dimas- yarakat. Dengan demikian seseorang yang
shalatnya baik akan baiklah iba- dah-ibadah
yang lainnya
C. Tujuan dan Fungsi Shalat.
Tujuan melaksankan sholat adalah untuk melaksanakan kewa-
jiban kepada Allah Swt sebagai seorang muslim yang baik, sebagai tanda kepatuhan umat muslim kepada Sang
Khaliq, sebagai pembeda antara muslim dan non muslim.
Ada beberapa fungsi Sholat, dianatara- nya adalah sebagai berikut :
1. Secara umum fungsi sholat adalah untuk mengingatkan kita ke- pada
Allah, menghidupkan rasa takut kepada Allah, menyubur-
kan pokok-pokok dan asas-asas tauhid,
tali penghubung yang menghubungkan
hamba dengan Allah Khaliqnya, mendidik dan
melatih kita menjadi orang yang tenang, dapat menghadapi se- gala kesusahan dalam hati, menghilangkan
tabiat loba, tidak ta- kut kemiskinan dan kealpaan karena
banyak mengeluarkan harta
di jalan Allah, menghasilkan ketetapan pendirian, mengekalkan kita mengerjakan kebajikan, memelihara
aturan-aturan dan di- siplin, menjadi penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan. menyebabkan kita berani meninggalkan maksiat dan tidak berani meninggalkan taat.
2. Dilihat dari ilmu Kesehatan sholat memiliki fungsi sebagai berikut :
a)Sholat mampu
menyembuhkan rematik
Berdasarkan saran dari dokter ini maka tidak ada solusi terbaik untuk menghindari rematik sejak
dini kecuali dengan melaksanakan sholat 5 waktu secara konsisten, karena gerakan sholat adalah jenis gerakan terbaik
yang mampu mengembalikan fungsi otot dengan baik.
b) Manfaat Sholat untuk kelancaran sistem
peredaran darah dan terapi
penyakit jantung. Kajian kedokteran mengungkapkan bahwa gerakan ruku’ dan sujud dalam waktu yang lama mampu menstabilkan detak jantung, sehingga
peredaran darah berjalan
lancar serta meminimalisir tekanan darah tinggi
secara akut di kepala.
c)
Sholat merupakan gerak olah raga terbaik
Secara medis dengan disiplin
melakukan shalat setiap
waktunya plus sholat malam, berdampak
pada perubahan pada gerak otot dan hal ini mampu
membangkitkan semangat baru pada tubuh, mengikis
timbunan lemak di sekitar perut dan paha
dan memperlambat efek-efek
penuaan pada tubuh.
d)
Manfaat Wudhu dalam Terapi
Penyakit Kanker Kulit
Berbagai kajian yang berhubungan dengan faktor pemicu kanker
kulit mengungkapkan bahwa faktor yang mendominasi munculnya kanker kulit adalah karena kulit banyak menyerap zat kimiawi; dan solusi terbaik untuk
mencegahnya adalah dengan
menghilangkannya dengan membersihkannya secara
berulang kali.
e)
Manfaat Sujud dari segi Substansi Kesehatan
Pengulangan sujud dalam sholat setiap harinya
minimal dilakukan 34 kali.
Bilangan tersebut dianggap bilangan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas
otot dan saraf tubuh serja
menjaga
keseimbangan antar sendi, khususnya tangan, paha. lutut dan kaki. Dengan aktivitas sujud juga, peredaran darah dalam tubuh bisa berjalan dan bergerak
dengan mudah dari atas ke bawah.
f)
Manfaat Kekhusyukan dalam Sholat
Hal
yang dapat menurunkan kemampuan memusatkan pikiran dan bahkan merusaknya adalah penyimpangan dan terlalu sibuk dalam menuruti hawa nafsu. Dan akal
merupakan alat yang mengagumkan dan
memiliki kemampuan yang sangat hebat jika difokuskan pada suatu titik.
g)
Kedahsyatan sholat tahajjud dan subuh (yang tepat waktu) Melalui berbagai
penelitian, percobaan dan kajian, sebuah
fakta ilmiah mengungkapkan bahwa seseorang yang tidurnya dalam
waktu yang sangat lama akan sangat mudah terserang penyakit
jantung. Hal ini dikarenakan lemak yang ada dalam darah menempel pada dinding syaraf di sekitar jantung. Para ulama dan ilmuwan modern banyak menganjurkan agar setiap manusia bangun dari tidurnya setelah
4 jam, kemudian melakukan gerakan tubuh ataupun melakukan kegiatan yang membutuhkan otot selama 1/4 jam. Hal ini berguna
untuk menghindari bahaya
serangan jantung dan menjaga vitalitas
tubuh, khususnya jantung
karena menghindarinya dari
timbunan lemak.
D. Akhlak dalam Shalat
Dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 45, Allah Swt berfirman:
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Ki-
tab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mence- gah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
munkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari iba- dah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”.
Ayat diatas begitu
eksplisit menjelaskan adanya keterkaitan antara shalat dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang muslim.
Pengaruh shalat memang tidak dapat
dijadikan tolak ukur untuk mengeneralisasi
dan menghukumi kepribadian semua orang. Tetapi, paling tidak dalam ayat ini Allah menjelaskan sikapseorang
manusia dari sudut pandang karakter
dan watak atau tabiat yang dibawanya. Shalat itu membersih- kan jiwa, menyucikan, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat
kepada Allah SWT didunia
dan taqqarub dengan-nya diakhirat.
Shalat sebagai
salah satu bagian penting ibadah dalam Islam se- bagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak
keistime- waan, tidak hanya
memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh
drastis dalam perkembangan
kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu
tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual
akan masuk dalam
diri muslim yang taat melaksanakannya.
Shalat merupakan
media komunikasi antara sang Khaliq dan seo-
rang hamba. Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa mengungkapkan apapun yang
dirasakan seorang hamba. Dalam psikologi dikenal istilah katarsis,
secara sederhana berarti
men- curahkan segala apa
yang terpendam dalam diri, positif maupun neg-
ative. Maka shalat bisa menjadi media katarsis yang akan membuat seseorang
menjadi tentram hatinya.
Keterkaitan shalat
dan akhlak sinergis
shalat dan sabar,
sebuah har- moni.
Sejatinya, shalat adalah ibadah paripurna yang memadukan olah pikir,
olah gerak dan olah rasa (sensibilitas). Ketiganya terpadu secara cantik dan selaras. Kontemplasi dan
riyadhah yang terintegrasi sem- purna,
saling melengkapi dari dimensi perilaku atau lisan (al-bayan), respons motorik, rasionalitas (menempatkan
diri secara proposional) dan kepekaan
terhadap jati diri kepekaan dan keharusan untuk mera- sakan cinta dan kasih sayang Allah Swt. yang menarik, adalah
Al-Qu- ran kerap menggandengkan
ritual shalat dengan sikap sabar. Salah satunya dalam
Surat Al-Baqarah ayat 45:
Artinya “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar”
Berikut ini adalah
nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat:
1.
Latihan kedisiplinan
2. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti, memajukan
ataupun mengundur- kan waktu
pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya
shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia
akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu.
3.
Latihan kebersihan
4. Sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk mensucikan dirin- ya terlebih
dahulu, yaitu dengan berwudhu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat
hanya boleh diker-
jakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu
berlaku bersih dan suci.
5.
Latihan konsentrasi
6. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara
ber- samaan dalam rangka menghadap
ilahi. Ketika lisan
mengucap- kan Allahu Akbar,
secara serentak tangan diangkat ke atas se- bagai
lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan
akan shalat.
7.
Latihan sugesti kebaikan
8. Bacaan-bacaan di dalam
shalat adalah kata-kata baik yang ban- yak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah.
Memuji Al- lah artinya mengakui
kelemahan kita sebagai
manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi
orang yang rendah hati, dan tidak
sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan.
9.
Latihan kebersamaan
10. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan untuk melakukan- nya secara berjamaah (bersama orang
lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih besar
bila dibandingkan dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi
psikologis, shalat berja- maah bisa
memberikan aspek terapi yang sangat hebat man-
faatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan
diri dari gangguan kejiwaan seperti
gejala keterasingan diri. Dengan shalat berja-
maah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal na- sib, kedudukan, rasa derita dan senang.
Tidak ada lagi perbe- daan antar
individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan shalat berjamaah.
RANGKUMAN
Tujuan melaksankan
sholat adalah untuk melaksanakan kewajiban kepada
Allah Swt sebagai seorang muslim yang baik, sebagai tanda kepatuhan umat muslim kepada Sang Khaliq,
sebagai pembeda an- tara muslim dan
non muslim. Secara umum fungsi sholat adalah untuk mengingatkan kita kepada
Allah, menghidupkan rasa takut kepada
Al- lah, menyuburkan pokok-pokok dan asas-asas
tauhid, tali penghubung yang menghubungkan hamba dengan Allah Khaliqnya, mendidik dan melatih kita menjadi orang yang tenang,
dapat menghadapi segala ke- susahan dalam hati, menghilangkan tabiat loba, tidak takut kemiskinan dan kealpaan karena banyak
mengeluarkan harta di jalan Allah,
meng- hasilkan ketetapan
pendirian, mengekalkan kita mengerjakan kebajik- an, memelihara aturan-aturan dan disiplin, menjadi penghalang
untuk mengerjakan kemungkaran dan
keburukan. menyebabkan kita berani meninggalkan maksiat dan tidak berani meninggalkan taat.
Hikmah, Makna dan Ancaman
Meninggalkan Sholat
A. Hikmah Shalat
Hikmah ibadah
shalat sangat besar bagi kehidupan umat Islam baik dari segi kehidupan pribadi maupun masyarakat. Pelaksanaan
shalat itu sendiri telah menunjukkan
adanya rasa kepatuhan diri seseorang terhadap
Khaliqnya serta menunjukkan adanya rasa syukur terhadap segala apa yang dianugerahkan Allah
sehingga seorang hamba berha- dapan
dengan Tuhannya untuk
menyampaikan segala puji-pujian yang Maha Agung.
Abul Ala Maududi
menjelaskan bahwa hikmah ibadah shalat terse-
but di antaranya adalah muncul kesadaran kedudukan sebagai budak, memiliki rasa berkewajiban, untuk
melatih kepatuhan, menimbulkan rasa
kepatuhan kepada Allah, munculnya kesadaran akan hukum Al- lah, praktek kebersamaan. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa melalui ibadah
shalat tersebut akan menumbuhkan sifat rendah hati karena menyadari bahwa manusia dicimtakan untuk menghambakan diri kepada
Allah dengan kewajiban menghambakan diri dan me- matuhi
kepada hukum-hukum yang datang
dari Allah SWT dan jika iba- dah shalat itu dilaksanakan secara
berjamaah maka akan membawa dampak
positif bagi pembinaan persatuan dan kesatuan antara umat Islam itu sendiri serta menumbuhkan rasa
kebersamaan di berbagai bidang.
Zakiah Daradjat
menyatakan bahwa shalat lima waktu merupa- kan latihan bagi pembinaan disiplin
pribadi, dan jika shalat itu diker- jakan secara berjamaah juga mengandung hikmah: dapat komunika-
si langsung antara
anggota masyarakat sehingga
selalu menguasai situasi up to date yang sangat diperlukan dalam kehidupan harmonis bermasyarakat, di samping menumbuhkan
persaudaraan, persamaan, solideritas, kekeluargaaan dan sebagainya.
Dengan demikian
dapat dipetik berbagai hikmah yang teramat pent- ing memalui kewajiban
beribadah shalat tersebut
yaitu unsur yang per- tama adalah pembinaan pribadi individu
dimana melalui ibadah shalat tersebut akan menumbuhkan diri yang berjiwa
disiplin selalu mematuhi
hukum dan aturan
serta berjiwa optimis
terhadap anugerah dan rahmat dari Allah
SWT.
B.
Makna
Spiritual Shalat
Makna spiritual yang muncul dalam sholat adalah sebagai berikut:
Ali bin Abu Thalib pernah ditanya
tentang makna sujud pertama. Ia menjawab,
itu artinya: Allahumma
innaka minha khalaqtana (Ya Allah sesungguhnya Engkau menciptakan kami dari tanah).
Makna ban- gkit dari sujud ialah: Wa minha akhrajtana (Dan daripadanya engkau mengeluarkan kami).
Makna sujud kedua ialah: Wa ilaina tu’iduna
(Dan
kepadanya Engkau akan mengembalikan kami). Bangkit dari sujud kedua maknanya: Wa minha takhrujna taratan ukra (Dan daripadanya Engkau akan membangkitkan
lagi).
Sayidina Ali
mengingatkan kita filosofi dua sujud. Sujud pertama mengingatkan kita bahwa manusia berasal-usul dari tanah. Dari
tanah ia diciptakan dan tumbuh
menjadi makhluk hidup yang diberi keper- cayaan
sebagai khalifah di bumi dengan segala aktivitasnya. Meski demikian, setiap manusia mempunyai ajal
dan pada akhirnya juga ia kembali ke
tanah, masuk ke liang lahat, dan kembali menjadi tanah. Bangkit dari sujud
mempunyai makna eskatologis.
2.
Rahasia di Balik Shalat
Seorang
yang shalat berarti
melakukan hubungan langsung
(di- rect connecting)
dengan Allah Swt. Dengan demikian, tercipta rasa aman, tenang, damai, indah, sejuk, dan lapang di dada, seperti
yang dilukiskan Allah dalam surat
Ar-Rad ayat 29 yang artinya sebagai beri- kut,
“(Yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi ten- teram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tenteram.” Karena itulah, Allah SWT menyeru-
kan, “Dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku.” (Surat
Taha ayat 14).
Mengingat Allah
SWT untuk menenangkan jiwa harus dilakukan se-
cara konstan dan dengan waktu yang teratur, sebagaimana ditegas- kan dalam ayat lain, “Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.”
(Surat An-Nisa ayat 103). Melaksanakan shalat secara rutin sebagaimana waktu-waktu yang ditentukan Allah SWT diharapkan dapat melahirkan
hamba-ham- ba yang istimewa, yakni
hamba yang selalu berada di “dunia atas” (al-’alam al-’ulya), bukankah shalat itu adalah mikraj bagi orang
yang beriman (al-shalatu mi’raj
al-mu’minin), sebagaimana sabda Rasulul- lah
SAW. Untuk meraih shalat yang memungkinkan seseorang mikraj ke “dunia atas”, seseorang betul-betul
harus mengindahkan petunjuk dan directions Tuhan untuk sesuatu
yang berhubungan dengan
shalat. Antara lain melakukan
penyempurnaan thaharah, seperti mandi junub bagi
orang yang janabah, berwudhu atau bertayamum dengan baik, menggunakan penutup aurat yang bersih dan
muru’ah, melaksanakan atau menjawab
suara azan, menghadap ke kiblat, dan melakukan
amaliah shalat secara
tumaninah.
Shalat yang khusyuk menurut kalangan
sufi dimulai saat seseorang mengambil
air wudhu. Di antara mereka ada yang mengatakan, orang yang tidak khusyuk saat mengambil air wudhu sulit untuk
khusyuk di dalam shalat. Mereka
menyarankan agar jangan ada kata-kata dunia-
wi seusai mengambil air wudhu sampai selesai shalat. Jika seseorang telah melakukan dosa, meskipun secara
fikih wudhu belum batal, dis- arankan
agar memperbaharui wudhunya. Energi spiritual pada wudhu diperlukan untuk melahirkan shalat khusyuk.
3.
Rahasia Bangkit
dari Sujud
Secara spiritual, sujud juga bisa dimaknai pencurahan dan penyera- han secara total (tafwidh) kepada Allah SWT. Seolah-olah, rongga diri yang
berisi noda, dosa, dan kelemahan diri sebagai manusia
ditumpah- kan di atas sajadah
sampai tetes terakhir, lalu bangkit di antara dua su- jud,
lalu sang hamba merasa diisi dengan air suci yang akan membilas
keseluruhan rongga dirinya, lalu ditumpahkan sekali lagi, sampai bet- ul-betul
bejana dalam bentuk
rongga ini bersih
sebersih-bersihnya, lalu bangkit
dari sujud untuk
siap diisi kembali
dengan cahaya kesucian.
Saat merasa suci
dan putih inilah seorang mushalli ber-tasyahhud, yang secara harfiah berarti “kehadiran” dan “penyaksian” yang
dalam bahasa tasawuf disebut kesadaran tajalli (divine conciousnes), di mana
sang hamba dan Sang Tuhan merasa
terjadi kesatuan (al-ittihad). Itti- had
itu sendiri adalah suatu tingkatan (maqam) di mana seorang salih telah merasakan dirinya bersatu dengan
Tuhan. Yang dicintai
dan yang mencintai menjadi satu atau yang menyembah dan yang disembah
su- dah menyatu (al-’abid wa al-ma’bud wahid).
Bangkit dari sujud juga dianggap simbol dari kebangkitan kedua atau kebangkitan terakhir bagi manusia, sebagaimana diisyaratkan da- lam Al-Quran surat Thaha ayat 55 yang artinya sebagai berikut : ”Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, serta darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”
4.
Rahasia Salam
Ketika seorang
mushalli sudah menunaikan dua sujud terakhir,
maka ia seperti merasa dalam puncak pendakian (al-qaus al-al-su’ud). Ia merasakan suasana batin: Inna lillah wa inna ilaihi
raji’un yang art- inya kita berasal dari Allah dan kembali
lagi kepada-Nya dalam surat Al-Baqarah
ayat 156. Ia merasa telah melakukan perjalanan mening- galkan wujud lahir menuju wujud batin (al-sair min al-adhahir ila al- bathin), dari wujud keteruraian ke wujud kebersatuan (min al-tafshil ila al-ijmal), dan dari wujud partikular ke wujud universal.
Setelah mencapai
puncak “kefanaan” atau “mabuk spiritual” di da- lam sujud pertama lalu bangkit ke dalam kesadaran normal (al-sahwu ba’da al-mahwu),
kemudian disusul sujud kedua, kembali dari kesada- ran kepada “mabuk spiritual” (al-mahwu ba’da al-sahwu) lalu bangkit lagi
dari sujud kedua ke “kesadaran abadi” (al-baqa’ ba’da al-sahwu). Ketika
dalam al-baqa’ sesudah sujud terakhir, seorang
mushalli menca- pai pncak penyaksian (tasyahhud).
Ketika dalam
tasyahhud maka yang bersangkutan merasakan se-
buah perasaan misteri, seolah-olah ia merasa sangat plong. Ia mera- sa seperti terbebas dari beban yang selama
ini menggunung di pun- daknya.
Kepasrahan total yang dirasakannya membuat beban berat yang menggunung itu beterbangan bagaikan
kapas yang halus,
seperti yang dilukiskan di
dalam Al-Quran surat Al-Qariah ayat 5 yang artinya “dan gunung-gunung seperti bulu yang beterbangan”. Ia merasakan
kedamaian sejati karena sudah berada di dalam puncak pencapaian. Ia berada dalam suasana batin: Al-taraqqi ila ‘ain al-jam’ wa al-Hadhrah al-Ahadiyyah (pendakian menuju penyatuan dengan wujud Ahadiyyah).
C. Ancaman bagi Orang yang Meninggalkan Shalat
1.000 laknat dan murka.
Para malaikat melaknatnya dari langit pertama
hingga ketujuh.
Orang yang
meninggalkan sholat tidak memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk dalam umatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika
sakit, diantarkan jenazahnya, diberi
salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memper- oleh rahmat Allah.Tempatnya kelak di dasar
neraka bersama orang- orang munafik,
siksanya akan dilipatgandakan, dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat
di le- hernya. Para malaikat
memukulinya, pintu neraka jahanam akandibu- kakan
baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat
Qorun dan Haman didasar neraka.
Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah namun tidak
menunaikan kewajiban-ke- wajiban dari-Nya.
Ketahuilah, sesungguhnya bencana
yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk,
dan aib yang paling nista ada- lah kurangnya perhatian terhadap sholat lima waktu,
sholat Jumat, dan sholat
berjemaah. Padahal, semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT ditinggikan derajatnya, dan dihapuskan
dosa-dosa maksiat bagi siapa saja
yang menjalankannya.
Orang yang
meninggalkan sholat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahn- ya,
dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka
Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa meninggal- kan sholat hingga terlewat
waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa
di neraka selama satu huqub (80 tahun), Sedangkan ukuran satu hari
di akhirat adalah 1.000 tahun di
dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara
dalam kitab Qurratul Uyun,
Abu Laits Samarqandi menu- lis sebuah
hadis, “Barang siapa meninggalkan sholat fardu dengan sengaja walaupun satu sholat, namanya akan tertulis di pintu
neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas
berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda,
Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara. Kemudian Rasulullah SAW ber- tanya, Tahukah kamu siapakah mereka itu?
Para sahabat menjawab, Mereka adalah
orang yang meninggalkan sholat. Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apa pun.
Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan sholat
tan- pa alasan yang
dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Diriwayatkan, pada
suatu hari Rasulullah SAW ber- kata,
”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari
kebaikan.”“Tahukah kalian siapakah
orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”“Siapa, ya, Rasulullah?” “Orang yang meninggalkan sholat,” jawab
Rasulullah. Dalam hadis yang
berhubungan dengan peristiwa Isra Mi’raj, Rasulul- lah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah,
Allah memulihkannya sep- erti sedia
kala. Demikianlah mereka
melakukannya berulang kali. Lalu, beliau
bertanya kepada Jibril,
“Wahai Jibril, siapakah
mereka itu?”
“Mereka adalah
orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk
mengerjakan sholat. Jawab Jibril. Diriwayatkan pula, di neraka Jah- anam ada suatu lembah bernama Wail.
Andaikan semua gunung di dunia
dijatuhkan ke dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat
orang-orang yang meremehkan dan mela- laikan sholat, kecuali jika mereka
bertobat. Bagi mereka yang meme- lihara
sholat secara baik dan benar, Allah SWT akan memuliakannya dengan
lima hal, dihindarkan dari kesempitan hidup,
diselamatkan dari siksa
kubur, dikaruniai kemampuan
untuk menerima kitab catatan amal
dengan tangan kanan, dapat melewati jembatan
shirathal mustaqim se- cepat
kilat, dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab. Dan barang siapa meremehkan atau melalaikan sholat,
Allah SWT akan menyik- sanya dengan
15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, dan tiga siksaan saat
bertemu dengan Allah SAW.
Adapun enam
siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut ke- berkahan umurnya, dihapus
tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran
kasih sayang terhadap sesama), tidak
diberi pahala oleh Allah semua amal yang tidak diangkat
ke langit, tidak
memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh
dicabut dari tubuhnya. Adapun tiga
siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati
dalam keadaan haus. Andai kata
diberi minum sebanyak lautan, tidak akan puas, Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah,
kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya
berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang
siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya
dis- erahkan kepada seekor
ular bernama Asy-Syujaul Aqra.
Kedua mata ular itu berupa api dan
kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan sholat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan sholat Zuhur hingga Asar,
mengundurkan sholat Asar hingga
Magrib, mengundurkan sholat Magrib hingga Isya, dan men- gundurkan sholat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap kali
ular itu memukul, tubuh
mayat tersebut melesak
70 hasta, sekitar
3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur
hingga hari kiamat. Di hari kia- mat, di wajahnya akan tertulis kalimat
berikut: Wahai orang
yang meng- abaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah
mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus
asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga
siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat
menemuinya, membawa rantai sepanjang
70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemu- dian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya.
Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi
orang yang mengabaikan
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, “andai kata satu mata rantai itu jatuh ke
dunia, nis- caya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak
memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikan-
nya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih. Demikianlah ancaman bagi
orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada
orang yang bersegera menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan en- gkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak
dapat melihat-Nya, sesung- guhnya Dia melihatmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
RANGKUMAN
Makna spiritual
yang muncul dalam sholat adalah sebagai berikut: Menyelami Hakekat Sujud, Seorang yang shalat berarti melakukan hubungan langsung (direct connecting) dengan Allah Swt. Ketika seo- rang mushalli sudah menunaikan dua sujud
terakhir, maka ia seperti merasa
dalam puncak pendakian (al-qaus al-al-su’ud). Secara spiritu- al, sujud juga bisa dimaknai pencurahan
dan penyerahan secara total (tafwidh) kepada Allah SWT.
Barang siapa
melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya den- gan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika
mening- gal, tiga siksaan di alam
kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Al- lah
SWT. Ketika Malaikat Jibril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah
tidak akan menerima pua- sa, zakat,
haji, sedekah, dan amal saleh seseorang yang meninggal- kan sholat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Demi
Allah, yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, se- sungguhnya orang yang meninggalkan sholat, setiap hari mendapat
1.00
laknat dan murka. Para malaikat melaknatnya dari langit pertama
hingga ketujuh.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar
Fiqih, Jakarta: Kencana, 2003 Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keisla man Yang Patut Anda Ketahui,
Jakarta: Lentera Hati, 2008
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syariah, Surabaya: PT. pamator, 1999 Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995
Qardhawi, Yusuf. Konsep Ibadah
Dalam Islam, Bandung:
Mizan, 2002
Hidayat Syamsul, Aly Abdullah, (2011), al Ubudiyah, Surakarta, LPID UM Surakarta
Jamaluddin Syakir, (2011), Kuliah
Fiqh Ibadah, Yogyakarta, LPPI UMY
Kamal, Pasha, Musthafa,
(2009), Fiqh Islam
Sesuai dengan Putusan Majelis Tarjih, Yogyakarta, PT. Cipta Karsa
Mandiri
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan