MODUL
KULIAH 3
KONSEP PUASA
M. Mustaqim
Fadhil, M.SI
Puasa adalah
perintah Agama yang paling utama dan paling mut- lak. Dalam segala bentuk ibadah, ketika ditanya mengapa,
jawabnya karena ini adalah perintah
agama“. Seseorang tidaklah layak berag- ama
islam sampai ia menyerahkan diri dan menerima sepenuhnya ag- ama islam, karena arti dari islam
sendiri itu adalah “ menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah “.Sehingga segala bentuk perintah agama wajib diterima dan dilaksanakan termasuk diantaranya adalah
puasa. Tujuan puasa adalah mencapai
derajat takwa. Tatkala kita sedang men- jalankan ibadah puasa, maka keadaan psikologi kita akan lebih tenang daripada keadaan tidak sedang berpuasa.
Keadaan jiwa yang tenang, tidak
dipenuhi amarah maka hal tersebut akan dapat menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh kita. Puasa merupakan manifestasi ke-
menangan atas nafsu, egoisitas, dan individualitas. Puasa merupakan manifestasi dari ketulusan, keikhlasan,
kerendahhatian. Puasa ber- muara pada nilai-nilai kepedulian, ketakwaan, dan kesalehan
sosial be- rupa ketulusan memaafkan, etos berbagi
(zakat fitrah dan Zakat Mal), dan signifikansi silaturahim. Keduanya berangkat
dari panggilan iman dan berbuah kemanusiaan
universal. Ketika kita menjalankan puasa, merengkuh jalan ketaatan dan ketakwaan dalam meraih predikat
insan kamil” karena
dimotivasi oleh spirit
puasa tidak lain adalah surga.
Mas- ing-masing kajian ini
akn dibahas tersendiri secara mendalam pada modul ini.
Dalam modul ini
kita mengkaji Hakekat, Dasar, Tujuan dan Fungsi Puasa dan Makna Spiritual Ibadah Puasa. Setelah menguasai modul pertama
ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami pengertian Hakekat, Dasar, Tujuan
dan Fungsi Puasa dan Makna Spiritual Ibadah
Puasa. Secara lebih khusus setelah mempelajari modul ini anda di- harapkan
dapat menjelaskan dan memahami:
Modul ini dibagi
dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
Kegiatan belajar 1 : Hakekat, Dasar,
Tujuan dan Fungsi Puasa Kegiatan belajar
2 : Hikmah dan Makna
Spiritual Ibadah Puasa
Agar dapat
berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti- lah petunjuk belajar
sebagai berikut:
•
Bacalah dengan cermat
bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana cara mempelajarinya
•
Bacalah modul ini
secara seksama dan kerjakan semua latihan yang ada
•
Perhatikan
contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan belajar
•
Mantapkan
pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok belajar
anda.
Hakekat, Dasar, Tujuan dan Fungsi Puasa
A.
Hakekat Puasa
Puasa atau Shiyam menurut bahasa
bermakna: “menahan diri dari sesuatu
dan meninggalkan sesuatu”. Menurut arti istilah Shiyam ada- lah: “menahan diri dari makan, minum dan bersenang-senang dengan istri, mulai dari fajar hingga maghrib,
karena mengharap akan ridha Allah dan
menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya, dengan jalan memperhatikan Allah dan dengan mendidik
bermacam kehendak”.
Shiyam dalam ajaran
Islam terbagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Puasa wajib, yang meliputi puasa Ramadhan, puasa kifarat atau puasa denda,
puasa nadzar.
2. Puasa Sunnah, yang meliputi puasa enam hari bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa hari Arafah (9
Dzulhijjah), puasa pu- tih (puasa
tanggal 13, 14 dan 15 bulan Qamariyah, puasa bu- lan Muharram 9 dan 10 Muharram), puasa Syaban dan puasa Dawud.
3. Puasa yang diharamkan, yang meliputi puasa dua hari Raya, puasa hari Tasyri, puasa terus menerus
sepanjang masa puasa yang tidak ada tuntunannya.
Shiyam Ramadhan
Ibadah Shiyam di
bulan Ramadlan merupakan salah satu di antara
kelima rukun Islam yang diwajibkan Allah SWT pada tahun kedua hi- jrah. Dalam sejarahnya ibadah puasa ini bukan suatu ketentuan baru yang ditemukan dalam ajaran
Islam yang dibawa oleh Nabi Muham- mad
SAW, tetapi ibadah ini sudah diwajibkan pula pada zaman Na- bi-Nabi Allah sebelum Nabi Muhammad saw, seperti
Nabi Nuh, Dawud,
Sulaiman, Ayub, Ibrahim,
Yusuf, Musa dan Isa alaihis-salam.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Wahai sekalian
orang yang beniman!
telah diwajtbkan atas kalian
berpuasa, sebagaimana pula telah diwajibkan alas orang-orang sebelum kalian. Semoga kamu sekalian
menjadi orang-orang yang bertaqwa “.(QS. al-Baqarah ayat 183)
Adapun tujuan
diwajibkannya umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa pada
bulan Ramadlan adalah agar terbentuk sosok manusia yang berkualitas taqwa, yaitu manusia yang dengan tulus ikhlas
me- masrahkan seluruh hidupnya di atas kemauan
Allah semata-mata.
B.
Mengapa Allah SWT mewajibkan Puasa
1. Karena Puasa adalah
perintah Agama
Ini adalah jawaban
yang paling utama dan paling mutlak. Dalam se-
gala bentuk ibadah,
ketika ditanya mengapa,
jawabnya karena ini ada- lah perintah agama“.
Seseorang tidaklah layak beragama islam sampai ia menyerahkan diri dan menerima
sepenuhnya agama islam, karena arti
dari islam sendiri itu adalah “ menyerahkan diri sepenuhnya kepa- da Allah “.Sehingga segala bentuk perintah
agama wajib diterima dan dilaksanakan termasuk
diantaranya adalah puasa.
2.
Karena Puasa Adalah Rukun Islam
Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu umar radhiallahu anhuma.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda
Artinya: (Islam dibangun diatas lima
(pondasi) : Syahadat laa ilaaha il- lallah wa anna Muhammad
Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji (bagi
yang mampu), dan berpuasa di bulan Ramadhan)
(Bukhari
dan Muslim)
Ibarat sebuah
tenda kehilangan satu tiang, masihkah ia tegak men- julang ?. inilah
islam, yang tak akan tegak tanpa tiang — tiangnya, yang diantaranya adalah
puasa.
3.
Karena Dengan
Puasa Kita Bisa Bertaqwa
Mengapa kita diwajibkan berpuasa?, “agar kalian kalian
bisa bertak- wa“. Allah sendirilah yang memberikan
jawaban ini kepada kita. Allah taala berfirman:
Artinya: “wahai orang — orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas umat — umat se- belum kalian
agar kalian bertakwa
“(Al Baqarah:
183)
Dengan berpuasa
terwujudlah hakekat takwa. Bagaimana tidak, se- dangkan orang yang berpuasa menjauhi segala hal yang dapat
mem- batalkan puasanya karena taat
kepada Allah dan menjauhi larangan- Nya,
dengan ini terwujudlah takwa. Karena ia menaati perintah Allah berupa puasa, dan menjauhi
larangan Nya yang berupa pembatal
— pembatal puasa.
4.
Keutamaan Di Bulan Ramadhan
Beberapa keutamaan
bulan Ramadhan yang diantaranya : Al Quran
Diturunkan Pada Bulan Ramadhan, Allah ta’ala berfiman
:
Artinya:“Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
pe- tunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil
)“ ( Al Baqarah
: 185 )
Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan Musta- jabnya Doa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda :
“Apabila telah
masuk bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu —
pintu rahmat, sedangkan pintu — pintu neraka jahannam ditutup, dan setanpun
dibelenggu “
(H.RBukhari dan Muslim
dan ini adalah lafadz Muslim) Bulan Ramadhan Bulan Ibadah Dan Amal Kebaikan
C.
Tujuan dan Fungsi Puasa
Tujuan puasa
adalah mencapai derajat takwa. Ini dikatakan dalam sebuah ayat Al-Quran
yang memerintahkan orang yang beriman untuk berpuasa (Q., 2:
183).
Istilah takwa
sering diartikan sebagai “takut kepada Allah”. Pener- jemahan ini tentu saja
benar, tetapi ada segi lain yang sangat pent- ing, yang juga
termuat dalam makna terdalam kata takwa, yaitu segi kesadaran akan yang Ilahi (rabbanîyah), yaitu pengalaman
dan perasaan akan kehadiran yang
Ilahi, yang digambarkan dalam ban- yak
ayat Al-Quran; di antaranya ada yang menegaskan
bahwa Milik Allah timur dan barat: ke
mana pun kamu berpaling, di situlah kehad- iran Allah (Q., 2: 115).
Pengalaman akan kehadiran Allah inilah yang menggambarkan fenomena mengenai orang beriman, yang
apabila disebut nama Allah, tergetar
hatinya dan bila ayat-ayat-Nya
dibacakan kepada mereka, bertambah kuat keimanannya…(Q., 8: 2).
Dalam Al-Quran s. Al-Baqarah/2 ayat
2-4, digambarkan lima ciri dari orang
yang bertakwa: yaitu (1) mereka yang
beriman kepada yang gaib; (2)
mendirikan shalat; (3) menafkahkan sebagian rezeki; (3) beri- man kepada wahyu yang telah Allah sampaikan
(Al-Quran) dan wa- hyu sebelum Al- Quran; dan (5)
mereka yang yakin akan Hari Akhirat.
Kelima ciri takwa ini adalah ciri dari orang yang beriman. Dari kelima unsur yang menjadi ciri ketakwaan itu, unsur pertama,
beriman kepada yang gaib, mendapatkan peneguhan utama dalam ibadah pua-
sa, karena puasa adalah ibadah yang paling pribadi, personal, private, tanpa kemungkinan bagi orang lain sepenuhnya melihat, mengeta- hui, apalagi menilainya. Seperti dikatakan
dalam sebuah Hadis Qud- si, yang menuturkan firman Allah, “…Puasa
adalah untuk-Ku semata, Akulah yang menanggung pahalanya”.
Pangkal takwa
adalah keimanan yang mendalam kepada Allah dan
kesadaran tanpa ragu sama sekali akan kehadiran-Nya dalam hidup dan segala kegiatan manusia. Puasa sebagai
ibadah yang sangat pri- vate merupakan latihan dan sekaligus peragaan kesadaran ketuhanan: peragaan akan pengalaman kehadiran Yang Ilahi. Inilah tujuan
pokok puasa yang kemudian melimpah
kepada nilai-nilai hidup yang menjadi konsekuensinya,
yang menjadikan adanya hikmah kemanusiaan dari
ibadah puasa ini, sebuah hikmah yang dilatih dengan “menahan
diri”,
makna literal
dari shiyâm atau shaum atau puasa itu sendiri.
Maka dengan
menanggung derita sementara ini (dengan menahan diri secara jasmani, nafsani
dan ruhani) ada proses penyucian yang akan
memperkuat segi-segi kelemahan manusiawi
(apalagi “ma- nusia adalah
pembuat kesalahan” erare humanum est,
begitu kata pepatah Latin). Kelemahan manusiawi yang amat mencolok adalah kecenderungannya mengambil hal-hal jangka pendek, karena daya tariknya, dan lengah terhadap akibat buruk
jangka panjang (lihat Q., 75:
20). Terhadap kelemahan manusiawi ini, Tafsir Yusuf Ali menga- takan,
“Manusia suka tergesa-gesa dan segala yang serba tergesa-ge- sa. Dengan alasan ini ia menyandarkan imannya pada hal-hal
yang fana, yang datang dan pergi, dan mengabaikan segala yang sifatnya lebih abadi, yang datangnya
perlahan-lahan, yang tujuan sebenarnya baru akan
terlihat sepenuhnya di akhirat
kelak”.
Berikut beberapa
manfaat puasa bagi kesehatan :
1. Dengan kita menjalankan puasa dan khusunya
puasa akan mengistirahatkan organ pencernaan dan perut dari kelelah- an kerja yang terus menerus dalam
sehari-hari tanpa istirahat, mengeluarkan sisa makanan dari dalam tubuh, memperkuat badan.
2. Dengan kita menjalankan puasa bisa menurunkan kadar gula darah,
kolesterol dan mengendalikan tekanan
darah. Itulah se- babnya, puasa
sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang
menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi (kolesterol jahat), kegemukan
dan juga penyakit
hipertensi.
3. Dengan kita berpuasa maka hal tersebut akan turut membersih- kan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi). Puasa merupa- kan terapi detoksifikasi yang paling tua dalam sejarah
peradaban manusia. Dengan
puasa, berarti kita membatasi kalori
yang ma- suk dalam tubuh kita sehingga hal ini
akan menghasilkan enzim antioksidan
yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat
ra- cun dari dalam tubuh.
4. Dengan berpuasa juga akan mendorong peremajaan dan juga pergantian sel-sel tubuh yang rusak dengan
yang baru. Sehing- ga sel-sel tubuh
akan mengalami proses peremajaan yang leb- ih cepat
daripada biasanya.
Dalam keadaan
kita berpuasa ternyata
hal tersebut juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi
peningkatan limfosit hingga
sepuluh kali lipat.
Tatkala kita
sedang menjalankan ibadah puasa, maka keadaan psi- kologi kita akan lebih tenang
daripada keadaan tidak
sedang berpuasa. Keadaan jiwa yang tenang, tidak dipenuhi
amarah maka hal tersebut akan dapat menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh kita. Seperti kita ketahui bahwasannya Rasulullah juga
melarang kita untuk marah, ternyata
dalam kondisi marah akan terjadi peningkatan jumlah adren- alin sebesar 20-30 kali lipat.
Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu,
menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan
pembuluh darah koroner,
meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah denyut jantung. Adrenalin
juga dapat menambah pembentukan
kolesterol dari lemak protein berke- padatan
rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, penyakit
jantung dan otak seperti stroke,dan juga penyakit jantung
koroner, dan lainnya
RANGKUMAN
Puasa atau Shiyam
menurut bahasa bermakna: “menahan diri dari sesuatu
dan meninggalkan sesuatu”.Menurut arti istilah Shiyam ada- lah: “menahan diri dari makan, minum dan
bersenang-senang dengan istri,
mulai dari fajar hingga maghrib, karena mengharap akan ridha Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa
kepada-Nya, dengan jalan memperhatikan
Allah dan dengan mendidik bermacam kehendak”. Al- lah SWT mewajibkan Puasa. Karena Puasa adalah perintah Agama, karena Puasa Adalah Rukun Islam, karena
Dengan Puasa Kita Bisa Bertaqwa,
keutamaan Di Bulan Ramadhan. Tujuan
berpuasa adalah
mencapai ketaqwaan, menjadi muttaqin.
a. karena dengan berpuasa
menjadikan seseorang lebih berhemat dengan
tidak berfoya-foya
cocokkanlah jawaban anda dengan kunci Tes Formatif yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah
jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan maha- siswa.
Hikmah Dan Makna Spiritual
Puasa
A.
Hikmah Puasa
Bagi seseorang
yang benar-benar rnenjalankan tata aturan ibadah puasa dengan setertib-tertibnya sebagaimana yang dituntunkan
Rasu- lullah, di samping akan
menemukan maksud tujuan utama dan ibadah tersebut, ia pun akan mendapatkan berbagai
fadlilah/ keutamaan serta
faedah yang bukan main banyaknya. Dalam hal ini Rasulullah SAW menerangkan dalam salah satu hadistnya sebagai
berikut: Telah berfir-
man Allah Azza wa Jalla:
Artinya:“Tiap-tiap amal anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pembalasan kepadanya. Puasa itu Junnah (perisai); karena itu
apabila seseorang diantara ka- lian
sedang berpuasa, janganlah ia menurutkan kata-kata yang buruk, yang keji dan yang membangkitkan
rangsangan syahwat, dan jangan pula Ãa mendatangkan hirukpikuk. Apabila ia dimakimaki atau ditantang oleh seseorang, hendaklah ia katakan,
saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa!
Demi Allah yang diriku (Muhammad) di tangan-Nya, bau busuk dan mulut seseorang yang sedang
berpuasa lebih baik dan lebih harum
di sisi Allah dan pada bau mm yak kesturi yang harum semerbak. Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kesenangan, yai-
tu kesenangan di kala berbuka den gan karena berbukanya, dan kes- enangan
bertemu den gan Tuhannya dengan
karena puasanya “.
(HR. Bukhari
dan Abu Hurairah r.a.).
Hikmah Puasa itu antara
lain, adalah:
1.
Untuk
Melatih Disiplin Spiritual (Rohani)
Shiyam mendidik
kita untuk mengalahkan. Tuntutan-tuntutan jas-
mani kita dan memenangkan tuntutan-tuntutan rohaniah kita, Berbagai
tuntutan jasmaniah yang nista yang seringkali menjerumuskan ke ju- rang kesengsaraan dapat kita atasi bila
memegang teguh pelajaran Shiyam,
yakni disiplin spiritual yang tinggi. Kita tidak boleh kalah dan tunduk
dihadapan tuntutan-tuntutan jasmani
celaka. Kebutuhan jasma-
niah kita penuhi secara wajar. Namun tidak boleh didekte oleh keingi- nan-keinginan jasmaniah yang nista. Kalau
sampai dikalahkan oleh hawa nafsu,
kelezatan-kelezatan semata, keduniaan belaka maka kita akan semakin jauh kepada Allah SWT. Dengan disiplin spiritual
yang tinggi insya Allah secara mudah
kita dapat mengejar cita-cita rohaniah untuk mencapai keridhaan Allah.
2.
Menjadi Dasar Disiplin Moral
Shiyam menganjurkan kita pentingnya watak dan sikap jujur. Dengan ibadah Shiyam
kita tidak saja menggembleng kejujuran kita kepada Al- lah
SWT dan orang lain, akan tetapi juga kepada diri sendiri. Shiyam juga telah mengajarkan agar memiliki
akhlaq yang tinggi yaitu ajaran supaya
manusia siap menghadapi cobaan dan penderitaan yang amat berat dan pantang
menyerah kepada sesuatu
yang terlarang baginya.
3.
Nilai
Sosial Ibadah Shiyam
lbadah Shiyam
memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat. Kita melakukan Shiyam dapat merasakan bagairnana rasanya lapar dan dahaga. Bagaiman rasanya perut kosong
dan tenggorokan ker- ing. Padahal di
masyarakat sekitar kita terdapat saudara-saudara kita yang hidup di garis kemiskinan. Mereka sering kali menderita
lapar dan dahaga mereka tidak selalu
menemukan rezki Allah SWT secara melimpah di antara masyarakat, banyak sekali mereka
yang hidup ser- ba
pas-pasan. Bagi mereka itulah rasa solidarits sosial rasa kasih say- ang harus di arahkan. Jangan sampai di
antara kita ada yang makan terlalu
kenyang sementara tetangga dan sanak saudara yang lain be- rada dalam kekurangan terus-menerus. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda Tidak
sempurna imanmu jika engkau nencintai saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri.
4. Hikmah Shiyam
bagi Kesehatan Jasmani
Shiyam mempunyai
hikmah yang lebih penting lagi bagi jasmani.
Orang yang tidak sanggup menghadapi kesukaran hidup yaitu orang yang tidak
sanggup hidup tanpa kesenangan sehari-hari,
ia tak pantas hidup di dunia. Orang yang semacam
itu jika sewaktu-waktu telibat da- lam kesukaran hidup yang mana hal ini
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja,
ia akan kehilangan kekuatan. Shiyam
membina orang un- tuk menghadapi kesukaran hidup karena
Shiyam adalah ajaran
praktek untuk itu dan untuk memperbesar
daya tahan kita.
B.
Makna
Spiritual Puasa
Puasa merupakan
manifestasi kemenangan atas nafsu, egoisitas,
dan individualitas. Puasa
merupakan manifestasi dari ketulusan, keikh-
lasan, kerendahhatian. Puasa bermuara pada nilai-nilai kepedulian, ketakwaan, dan kesalehan sosial berupa
ketulusan memaafkan, etos berbagi (zakat fitrah dan Zakat Mal), dan signifikansi silaturahim. Keduanya
berangkat dari panggilan iman dan berbuah kemanusiaan universal. Ketika kita menjalankan puasa, merengkuh jalan
ketaatan dan ketakwaan dalam meraih
predikat insan kamil” karena dimotivasi oleh spirit puasa tidak lain adalah surga (HR Muslim).
Puasa itu ibadah
multidimensi sekaligus multinilai. Melaksanakan puasa bukan sekadar ritualitas fisik-formal tanpa makna moral.
Puasa adalah sebuah “drama kehidupan” yang sarat filosofi, simbol, nilai, dan makna,
terutama makna sosial kultural. Puasa dimulai dengan makan sahur (garis start puasa). Niat Puasa dan
makan sahur mengandung pesan bahwa
melaksanakan puasa itu harus suci lahir batin, berhati tulus ikhlas, tidak egois, tetapi egaliter, emansipatoris, dan
siap me- menuhi panggilan ketaatan (talbiyah) dan hanya berharap
memperoleh ridha-Nya.
Berpuasa haruslah
menunjukkan kebersihan hati, ketulusan niat,
dan kesungguhan komitmen untuk tidak memperlihatkan stratifikasi dan arogansi sosial yang sering kali
disimbolkan dalam berniat. Itikaf dan
Tadarus Al Quran melambangkan merupakan kesadaran spiritual akan pentingnya “berhenti
seraya berefleksi untuk makrifat diri” (intros- peksi
dan evaluasi diri) dan merasakan kehadiran Allah SWT. Sebagai lambang kesadaran akan pentingnya
introspeksi diri, pengenalan jati diri,
dan “pengadilan terhadap diri sendiri”. Karena itu, di malam hari, kita diminta terbangun untuk mendekatkan
diri, bertaubat dan bermu- najat
kepada Allah. Nuzulul Quran adalah simbolisasi cita dan cinta. Karena
cinta-Nya yang tulus kepada dan karena Allah semata.
Puasa bukan sekadar menunaikan kewajiban (agama), melaink-
an proses transformasi sosial budaya yang bermuara pada tegaknya
sistem sosial kultural yang mengedapankan keluhuran moral dan kedalaman spiritual. Puasa adalah
panggilan ketuhanan sekaligus ji- had
kemanusiaan. Berpuasa berarti berusaha menjadi manusia yang peduli terhadap norma-norma agama, hukum,
sosial kultural, dan siap melayani
orang lain dengan rela berkorban jiwa, raga, harta, ilmu, dan jasanya
demi kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia.
Puasa dan Keikhlasan
Salah satu manifestasi taubatan
nashuha dan buah dari atsa- rush-Shiyam
adalah tumbuhnya keikhlasan. Islam mendorong penga- nutnya untuk meneguhkan keikhlasan. Keikhlasan dalam makna me- naati ketentuan Allah dan mengikuti jejak
Rasulullah SAW. Bentuknya ada bermacam-macam.
Pertama, ikhlas
mempersiapkan setiap kegiatan. Puasa yang diper- siapkan dengan baik akan menghasilkan puasa yang sempurna. Hal ini mengandung pelajaran bahwa kalau ingin
mencapai kesuksesan da- lam setiap kegiatan/ pekerjaan perlu
persiapan matang. Apabila kegia- tan telah berakhir, dilakukan
evaluasi secara mendalam
sebagai bahan untuk
mempersiapkan lebih baik kegiatan berikutnya.
Kedua, ikhlas dalam mengatur
waktu. Puasa dimulai
tepat pada saat
fajar terbit dan diakhiri waktu matahari terbenam. Begitu waktu magrib tiba,
dianjurkan segera berbuka
puasa. Ini merupakan
pelajaran keikh- lasan
mengatur waktu dalam kehidupan.
Ketiga, ikhlas
dalam meraih kualitas. Kualitas ibadah puasa bukan sekadar ditandai dengan menahan diri tidak makan, minum, dan
ber- gaul antara suami-istri, serta segala hal yang bisa membatalkan puasa.
Lebih dari itu, puasa harus membawa orang yang berpuasa mengha- yati nilai-nilai puasa, di antaranya:
penegak keadilan, pejuang kejuju- ran,
serta kepedulian sosial. Ikhlas dalam mensyukuri keberhasilan. Setiap
mukmin harus meyakini
bahwa berpuasa dengan
sempurna dan berkualitas itu bukanlah semata kekuatan
diri sendiri, melainkan ada faktor hidayah
dan pertolongan Allah yang Pengasih
dan Penyayang.
Maka bersyukur
atas kesuksesan meraih kualitas puasa merupa-
kan keniscayaan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 185: …dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepada- mu, supaya kamu bersyukur.”
Kesadaran adanya pertolongan
Allah dalam setiap keberhasilan membuat
orientasi hidup lebih luas dan visioner. Maksudnya, tidak mudah terjebak pada kesombongan dan tidak
mudah berputus asa manakala belum
berhasil.
Sikap yang
demikian akan menumbuhkan sikap hidup serba positif yang pada gilirannya selalu memperbaiki kualitas diri, lembaga,
umat, dan bangsa. Ibadah puasa
janganlah hanya menjadi
kegiatan seremo- nial belaka. Artinya,ibadah yang bersifat vertikal
tersebut harus mampu
diinternalisasikan maknanya
dalam kehidupan nyata sehari-hari, dalam
bentuk sikap dan tindakan nyata.
Dengan demikian
hubungan vertikal tersebut
berkorelasi positif den- gan
hubungan horizontal berupa perbuatan ihsan yang bermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta.
Kiranya benar ungkapan Imam al-Ghazali
dalam karya magnum opus-nya, Ihya Ulumuddin bahwa, Manusia yang tidak diterangi cahaya ilahi bagaikan orang yang
ber- jalan di atas lorong
gelap. Orang yang sekadar percaya
kepada Tuhan, tetapi tidak menumbuhkan sifat-sifat
atau nilai-nilai spiritual di dalam dirinya, dia bagaikan iblis yang gentayangan.
Puasa banyak
mengandung banyak hikmah bagi yang melakukan
sesuai dengan aturan. Dalam hal ini penulis akan mencoba mengupas persoalan puasa dari sisi hikmah puasa dalam kajian nilai spiritual. Nilai spiritual adalah nilai ketuhanan
yang terkandung dalam ibadah sebagai jalan menghubungkan manusia dengan
Tuhannya. Rasa teri- ma kasih yang
dimaksud di sini bisa dikatakan sebagai suatu bentuk rasa syukur menusia kepada Tuhannya atas segala nikmat yang tel-
ah banyak diberikan dan tidak terhitung jumlahnya. Rasa terima kasih tersebut
dibuktikan dengan cara melaksanakan puasa.
Puasa yang
dilakukan sekaligus sebagai ajang untuk dapat menja- dikan manusia supaya lebih bertakwa, atau suatu cara berlatih untuk selalu
dapat mengerjakan segala apa yang diperintahkanNya dan mampu
menjauhi segala laranganNya dengan jalan melaksanakan puasa sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah dan bukan aturan yang
ditetapkan manusia. Hal-hal yang terkait dengan segala aturan pada saat manusia melaksanakan
puasa, seperti diperbudak oleh makanan dan minuman, hubungan seks dan segala perbuatan yang bersifat keji (mencuri, berdusta,
menfitnah dan sebagainya), ha- rus
dapat dijauhi dalam rangka memperoleh
suatu kenikmatan yang lebih dari hal itu. Yaitu
kehidupan mulia dan baik di mata manusia lebih-lebih di mata Allah swt.
Dalam nilai spiritual puasa pun menepis
sifat kebinatangan yang ada pada manusia, yaitu sifat yang hanya bergairah kepada makan dan minum serta semisalnya. Hal itu sebagai
bentuk bagaimana Allah yang maha bijaksana mengajarkan bagaimana
cara mengemban amanat, tidak meninggalkan dan tidak melampui batas. Hal lain, puasa bisa menjadi sebuah cara yang bagus untuk dapat
melatih manusia ter- utama yang beriman untuk dapat menahan
diri dari yang hanya memperturutkan
nafsu belaka padahal hal itu tidak jauh berbeda seperti yang dimiliki binatang. Untuk itu
Allah memerintahkan manu- sia
khususnya yang beriman untuk mau melaksanakan puasa dalam rangka menjaga manusia dari segala perbuatan
keji yang hanya berbau sifat
binatang tadi. Sehingga nantinya akan menjadi suatu alat yang mudah untuk mengangkat derajat manusia untuk selalu di atas dibanding dengan makhluk-makhluk yang lain, disebabkan manusia tersebut telah
memiliki jiwa yang baik.
Kejiwaan yang baik
akan berpengaruh pada pelaksanaan ibadah, di
mana manusia tesebut akan lebih
mudah ke arah kebaikan (sifat Malakut) daripada ke arah kejelekan
(sifat ke-binatang-an), disebab- kan
kebiasaan latihan kejiwaan pada saat berpuasa. Dalam puasa, latihan
kejiwaan dilakukan dengan cara, yaitu ketika
pada dini hari saat makan
sahur, bagi keumuman merupakan pekerjaan yang berat. Mungkin bukan makan sahurnya yang berat tetapi bangun pada saat sedang
nyenyak-nyenyaknya terlelap dalam buaian mimpi dan itulah menurut orang-orang yang dirasakan berat.
Waktu siang
manusia yang berpuasa tetap bisa bekerja meskipun dengan sedikit rasa lapar dan dahaga.
Sebab hal itu dilakukan sema- ta-mata
karena rasa ingin mendekatkan Allah swt. Pendek kata, nilai spiritual orang yang berpuasa menjadikan
hubungan manusia dengan Allah terasa lebih akrab,
hal itu menjadi
bukti betapa benarnya
kata-ka- ta Allah
bahwa Ia lebih dekat dengan kita daripada
urat leher kita.
Nilai spiritual
faktual lain, ketika kehidupan zaman sekarang yang cenderung membuat silau dan banyak dikuasai oleh materialisme
(ke- duniaan) dari pada
yang bersifat keakhiratan.
Maka dengan jalan berpuasa diharapkan
orang akan lebih bisa menghadapi kesenangan-
kesenangan yang hanya akan membawa
menuju kemaksiatan. Dan akan lebih mudah memelihara, menjaga,
lebih-lebih bisa memagari di- rinya dari segala
godaan keduniawian yang menyesatkan.
Puasa untuk
pembentukan Insan berkarakter
Puasa tidak bisa
lepas dari istilah menahan karena puasa sendiri
berasal dari kata imsak
yang artinya menahan.
Puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam, yang mana puasa
adalah rukun Islam ke empat. Sedangkan makna karakter adalah tingkah laku
dan pola fikir yang terjadi
secara alami, apa adanya, tanpa
dibuat-buat, terjadi secara reflek, dan bukan
merupakan sandiwara. Lalu kenapa puasa bisa membentuk karakter? karakter adalah perilaku
alami yang berasal dari perfleksian jiwa (bawah sadar) dan karakter
merupakan hasil dari budaya, sedangkan budaya sendiri
terlahir salah satunya karena adanya tingkah laku pembiasaan. Sudah menjadi pengetahan umum bahwa pada setiap bulan Ramadan terjadi pergeseran
pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena di dalam bulan puasa ada amalan-amalan
ibadah tertentu yang dianjurkan bagi
umat Islam untuk dilaksanakan pada bulan puasa tersebut. Ibadah puasa khususnya di Indonesia telah membentuk budaya baru masyarakat.
Puasa bisa melahirkan manusia
yang mampu dalam:
1. Berhati-hati, Teliti, dan Waspada
Berhati-hati
terhadap sesuatu hal yang bisa membatalkan puasa atau mengurangi pahala
puasa. Sehingga tidak menjadi manusia
yang ceroboh, reaksioner, dan mudah terprovokasi.
2. Muhasabah (Evaluasi
Diri)
Salah satu anjuran
dalam bulan puasa adalah melakukan iktikaf di
Masjid. Iktikaf tidak hanya berisi zikir dan
doa, namun juga berisi muhasabah
(sadar diri dan sadar potensi), dan juga bisa berisi renun- gan-renungan lain, semisal renungan
untuk masa depan.
3. Rela Berkorban
Pengorbanan yang tidak menyakiti
diri atau menyebabkan tidak baik bagi diri sendiri, namun untuk memperoleh ganti dari Allah SWT. Dalam puasa umat Islam dilatih tidak hanya
mengorbankan diri dalam bentuk menahan
makanan dan minuman yang lezat pada siang hari, namun juga mengorbankan waktu dan tenaga untuk iktikaf serta membaca (mengkaji) al Quran. Selain itu
pengorbanan harta untuk diberikan pada para
dhuafa, dan guna memfasilitasi
orang lain untuk berbuka puasa.
4. Mampu Memanajemen Diri
Anjuran untuk
berbuka di awal waktu dan sahur di akhir waktu mer- upakan pembelajaran disiplin waktu. Seakan mulai dari bangun
tidur sampai tidur lagi aktivitas sudah tercatat dalam fikiran
setiap pribadi yang berpuasa,
kegiatan apa saja yang akan dilakukan
tiap jamnya sudah tertanam. Termasuk
di dalamnya adalah juga mengendalikan diri
(emosi) serta mengatur (menseting) otak
untuk melakukan hal- hal yang
dianjurkan pada bulan puasa. Sehingga
bisa menciptakan etos kerja tinggi
karena semua waktu, tenaga, dan fikiran sudah diren- canakan sejak awal agar tercapainya prinsip efektif dan efisien.
5. Berbuat Jujur
Ibadah puasa
merupakan ibadah individu yang hanya pelaku
dan Allah-lah yang tahu apakah ia
benar-benar puasa atau tidak. Jadi pua- sa
adalah pendidikan bagi manusia
untuk berbuat jujur (tidak mu- nafiq) pada diri sendiri,
orang lain, dan jujur pada Tuhannya.
6. Bertaqwa
Taqwa merupakan
salah satu hasil yang diharapkan dari orang yang berpuasa,
taqwa dapat diartikan takut pada Allah, karena Allah adalah dari segala sesuatu yang hanya wajib
ditakuti sehingga dengan takut itu
manusia akan taat pada Allah. Salah satu ciri orang bertaqwa adalah menepati janji, sabar, menjalin
siraturrahim (persaudaraan), bersyukur,
menjaga diri, kepedulian sosial, mengendalikan diri (men- ahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan,
bertaubat, ikhlas, tawadu’, penyayang, tanggung
jawab, dan berperilaku adil.
7. Gaya Hidup Sederhana
Hidup sederhana
bukan berarti tidak boleh menjadi orang kaya. Dengan hidup sederhana manusia
tidak akan terjebak
pada pola hidup
materialistik, konsomerisme, dan cinta dunia secara berlebih.
8. Sikap
Optimis
Puasa bukan
merupakan sebuah masalah tetapi menjadi tantangan bagi setiap orang
9. Tahan Uji (Cobaan)
Salah satu cobaan bagi orang yang mengerjakan ibadah
puasa ada- lah ketika ada orang lain yang
meprovokasi, menyinggung perasaan, dan ada godaan-godaan lain yang tidak sengaja
untuk menggoda orang
berpuasa, misalnya ada acara iklan makanan dan minumanan, serta ketika kita melihat orang yang makan
atau minum di tempat umum.
10. Meneguhkan dalam Bersikap
Tegas dalam mengambil keputusan
(konsisten, tidak plin-plan), siap menghadapi resiko, serta berkomitmen menjalani keputusan yang telah menjadi pilihan, yaitu memilih untuk tidak makan dan minum sehing- ga resiko yang harus dihadapi adalah rasa lapar. Sebenarnya masih banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang
terkandung secara tersirat dari bulan puasa serta manfaat
bagi pembentukan karakter
ketika menjala- ni ibadah puasa. Semua manfaat yang
terdaftar di atas tersebut lama kelamaan
akan membentuk karakter, baik karakter pribadi maupun karakter masyarakat jika perilaku-perilaku baik dalam berpuasa
terse- but sudah mendarah daging.
RANGKUMAN
Hikmah berpuasa
antara lain adalah: Untuk Melatih Disiplin Spiritu- al (Rohani), Menjadi Dasar Disiplin Moral, Nilai Sosial Ibadah
Shiyam, Hikmah Shiyam bagi Kesehatan
Jasmani. Puasa merupakan manifes- tasi
kemenangan atas nafsu, egoisitas, dan individualitas. Puasa mer- upakan
manifestasi dari ketulusan, keikhlasan, kerendahhatian.
a. menahan lapar
dan haus
b. melupakan kehidupan
dunia
c. bekerja, bekerja,
dan bekerja
d.
berhati-hati, teliti, waspada,
evaluasi diri, rela berkorban cocokkanlah jawaban anda dengan kunci Tes Formatif yang terdapat
dibagian akhir modul ini. Hitunglah
jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan maha- siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar
Fiqih, Jakarta: Kencana, 2003 Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keisla man Yang Patut Anda Ketahui,
Jakarta: Lentera Hati, 2008
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syariah, Surabaya: PT. pamator, 1999 Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995
Qardhawi, Yusuf. Konsep Ibadah
Dalam Islam, Bandung:
Mizan, 2002
Hidayat Syamsul, Aly Abdullah, (2011), al Ubudiyah, Surakarta, LPID UM Surakarta
Jamaluddin Syakir, (2011), Kuliah
Fiqh Ibadah, Yogyakarta, LPPI UMY
Kamal, Pasha, Musthafa,
(2009), Fiqh Islam
Sesuai dengan Putusan Majelis Tarjih, Yogyakarta, PT. Cipta Karsa
Mandiri
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan