Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi * |
Bab 303. Larangan Mendatangi Ahli Tenung, Ahli Nujum, Ahli Terka, Orang-orang Yang Suka Meramal Dan Sebagainya Dengan Menunjuk Dengan Menggunakan Kerikil, Biji Sya'ir Dan Lain-lain Sebagainya
عنْ عائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : سَأَلَ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أُنَاسٌ عنِ الْكُهَّانِ ، فَقَالَ : « لَيْسُوا بِشَيءٍ فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّه إنَّهُمْ يُحَدِّثُونَنَا أحْيَاناً بشْيءٍ فيكُونُ حقّاً ؟ فَقَالَ رَسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « تِلْكَ الْكَلمةُ مِنَ الْحَقِّ يخْطَفُهَا الجِنِّيُّ . فَيَقُرُّهَا في أذُنِ ولِيِّهِ ، فَيخْلِطُونَ معهَا مِائَةَ كِذْبَةٍ » مُتَّفَقٌ عليْهِ .
وفي روايةٍ للبُخَارِيِّ عنْ عائِشَةَ رضي اللَّه عنْهَا أنَّهَا سَمِعَت رَسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « إنَّ الملائكَةَ تَنْزِلُ في العَنانِ وهو السَّحابُ فَتَذْكُرُ الأمْرَ قُضِيَ في السَّمَاءِ ، فيسْتَرِقُ الشَّيْطَانُ السَّمْع ، فَيَسْمعُهُ ، فَيُوحِيهِ إلى الْكُهَّانِ ، فيكْذِبُونَ معَهَا مائَةَ كَذْبةٍ مِنْ عِنْدِ أنفُسِهِمْ » .
1665. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Orang-orang sama bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam perihal ahli tenung -atau tukang meramal-. Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Tidak ada sesuatupun yang hak atau benar daripadanya." Orang-orang berkata lagi: "Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu memberitahukan kepada kita akan sesuatu hal yang kadang-kadang kemudian menjadi kenyataan -yakni seolah-olah benar-." Rasulullah shalallahu alaihi wasalam kemudian bersabda: "Itulah sesuatu kalimat hak -yakni merupakan kebenaran- yang disambar oleh seorang jin, kemudian disampaikan -dibisikkan- dalam telinga kekasihnya, kemudian dengan sebuah kalimat yang benar itu oleh ahli tenung tadi dicampurkannya dengan seratus macam kedustaan." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Bukhari dari Aisyah radhiallahu 'anha disebutkan bahwasanya Aisyah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya malaikat itu turun ke mega -yakni awan-, kemudian menyebutkan sesuatu perkara yang sudah diputuskan di langit, lalu syaitan itu memasangkan pendengarannya untuk mencuri isi keputusan tadi, selanjutnya setelah didengarkan baik-baik, iapun lalu menyampaikannya kepada ahli tenung. Seterusnya ahli tenung tadi membuat kedustaan seratus macam banyaknya yang keluar dari hatinya sendiri, di samping satu yang dari syaitan tersebut -yang dianggap sebagai kebenaran-.
Sabdanya: fa yaqurruha dengan fathahnya ya' dan dhammahnya qaf serta ra', artinya ialah menyampaikannya. Al'anan dengan fathahnya 'ain. Kahin yang dapat diartikan tukang tenung, ahli ramal, ahli nujum dan yang semacamnya itu pekerjaannya ialah memberikan kabar perihal keadaan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ia mengaku bahwa ia dapat mengetahui segala macam rahasia. Di kalangan bangsa Arab ada kahin-kahin itu, diantaranya ada yang mengaku bahwa dirinya adalah pengikut jin yang daripadanya ini dapatlah menerima berita-berita, diantaranya lagi ada yang mengaku dapat mengetahui segala macam persoalan dengan mengemukakan beberapa macam persoalan dan mengemukakan beberapa macam sebab musabab yang menunjukkan akan kejadian-kejadian yang akan datang itu, yakni dengan mendengar pembicaraan orang yang akan datang itu, yakni dengan mendengar pembicaraan orang yang menanyakannya, kelakuannya atau hal ihwal keadaannya. Golongan ini mereka khususkan sebutannya dengan gelar 'Arraf -ahli terka yang dapat mengetahui berbagai persoalan-, misalnya ialah yang mengaku dapat mengetahui barang-barang yang tercuri, tempat barang yang hilang dan sebagainya. Hadits yang menyebutkan: "Barangsiapa yang mendatangi kahin -yakni tukang tenung dan sebagainya itu-" sudah mengandung pengertian untuk tidak bolehnya mendatangi segala macam ahli kekahinan, penujuman, ramalan, penerkaan dan sebagainya.
وعنْ صفيَّةَ بنْتِ أبي عُبيدٍ ، عَنْ بَعْضِ أزْواجِ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ورضي اللَّه عنْهَا عَنِ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « مَنْ أتَى عَرَّافاً فَسأَلَهُ عنْ شَىْءٍ ، فَصدَّقَهُ ، لَمْ تُقْبلْ لَهُ صلاةٌ أرْبَعِينَ يوْماً» رواهُ مسلم
1666. Dari Shafiyah binti Ubaid dari salah seorang istri Nabi shalallahu alaihi wasalam -radhiallahu 'anha- dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Barangsiapa yang mendatangi ahli nujum, lalu menanyakan sesuatu hal kepadanya, kemudian membenarkannya -yakni mempercayainya-, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari." (Riwayat Muslim)
وعنْ قَبِيصَةَ بن المُخَارِقً رضي اللَّه عنْهُ قَالَ : سمِعْتُ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ : الْعِيَافَةُ ، والطَّيرَةُ ، والطَّرْقُ ، مِنَ الجِبْتِ » رواهُ أبو داود بإسناد حسن
1667. Dari Qabishah bin al-Mukhariq radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Peramalan dengan garis-garis, penengokan peruntungan -atau nasib- serta pembentakan burung -untuk melihat untung rugi-, semuanya adalah dari perbuatan sihir -atau pertenungan-." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. Ia berkata: Aththarqu artinya membentak, maksudnya ialah menjentak burung dengan pengertian bahwa ia akan memperoleh keuntungan atau kecelakaan dengan melihat ke arah mana terbangnya burung itu. Jikalau terbang ke kanan, maka merasa dirinya akan memperoleh keuntungan, sedang jikalau ke kiri, maka dirinya akan mendapatkan celaka. Abu Dawud berkata lagi: Al'iyafah ialah tulisan yakni peramalan dengan menggunakan -atau melihat- garis-garis. Al-Jauhari berkata dalam kitab Ashshahab: Aljibtu adalah kalimat yang dimutlakkan pada berhala, tukang tenung, ahli sihir dan sebagainya.
وعنْ ابْنِ عبَّاسِ رضي اللَّه عنْهُما قَالَ : قَال رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « من اقْتَبَسَ عِلْماً مِنَ النُّجُومِ ، اقْتَبسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ ما زَاد » رَوَاهُ أبو داود بإسناد صحيح
1668. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang mencari satu macam ilmu pengetahuan dari golongan ilmu penujuman, maka berartilah ia telah mencari suatu cabang dari ilmu sihir. Bertambah ilmu sihirnya itu sebanyak tambahnya dalam ilmu penujuman tadi." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan shahih.
وعَنْ معاويَةَ بنِ الحَكَم رضي اللَّه عَنْهُ قَال : قُلْتُ يا رسُول اللَّه إنَّى حَدِيثٌ عهْدٍ بِجاهِليَّةٍ ، وقدّْ جَاءَ اللَّه تعالى بالإسْلام ، وإنَّ مِنَّا رجالاً يأتُونَ الْكُهَّانَ ؟ قَال : « فَلا تَأْتِهِم » قُلْتُ : وَمِنَّا رجالٌ يتَطَيَّرُونَ ؟ قال : « ذلكَ شَىْءٌ يجِدُونَه في صُدُورِهِمْ ، فَلاَ يُصُدُّهُمْ » قُلْتُ : وَمِنَّا رِجَالٌ يَخُطُّونَ ؟ قَالَ : « كَانَ نبيٌّ مِنَ الأنْبِيَاءِ يَخُط ، فَمَنْ وَافَقَ خَطَّهُ ، فَذاكَ » رواه مسلم
1669. Dari Mu'awiyah bin al-Hakam radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya ini baru saja meninggalkan kejahiliyahan dan Allah telah mendatangkan Agama Islam. Di antara kita banyak orang yang mendatangi ahli nujum itu, bagaimanakah itu kedudukannya?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Janganlah engkau mendatangi ahli nujum itu." Saya berkata lagi: "Di antara kita ada pula orang yang merasa akan mendapat nasib buruk." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hal itu adalah sesuatu yang mereka dapatkan dalam hati mereka sendiri, maka tentulah tidak dapat menghalang-halangi mereka -yakni hal itu tidak akan memberikan bekas apapun kepada mereka-, baik kemanfaatan atau kemudharatan." Saya berkata pula: "Di antara kita ada pula orang-orang yang meramalkan nasibnya dengan menggunakan garis-garis." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Dahulu ada seorang Nabi dari golongan para Nabi, ia membuat ramalan dengan garis, maka barangsiapa yang cocok dengan garis itu, ialah yang memperoleh nasibnya." (Riwayat Muslim)
وعَنْ أبي مسعْودٍ الْبدرِي رَضيَ اللَّه عنْهُ أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ ، ومهْرِ الْبَغِيِّ وحُلْوانِ الْكاهِنِ » متفقٌ عليهِ
1670. Dari Abu Mas'ud al-Badri radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melarang dari harga anjing -yakni menggunakan uang dari hasil penjualan anjing-, juga dari upah hasil perzinaan serta dari pembayaran yang diperoleh tukang tenung -dukun ahli nujum karena peramalannya-." (Muttafaq 'alaih) Dalam bab ini termasuk pulalah Hadits-hadits yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan