ARBAIN HADITS KESEMBILAN BELAS
MINTALAH PERTOLONGAN KEPADA ALLAH
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).
TakhriJ
- ü Imam Al Bukhari dalam Jami’ush Shahih No. 3484, 6120, juga dalam Adabul Mufrad No. 597, 1316
- ü Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 607
- ü Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 7734, 7736, juga As Sunan Al Kubra No. 20576
- ü Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 17131, 17139, 22399, 23302
- ü Imam Ibnu Al Ju’di dalam Musnadnya No. 819
- ü Imam Al Qudha’i dalam Musnad Asy Syihab No. 1153, 1154,1156
- ü Imam Abu Daud Ath Thayalisi dalam Musnadnya No. 621, 655
- ü Imam Abu Ja’far Ath Thahawi dalam Musykilul Aatsar No.1327, 1328, 1329
- ü Imam Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 20149
- ü Imam Ibnu ‘Asakir dalam Al Mu’jam No. 582, 1197
Kedudukan Hadits
Hadits ini sangat agung karena memuat wasiat Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa
sallam yang sangat penting.
Ibnu Rajab
al-Hambali, dalam kitabnya Jami’ul Ulum wa al-Hikam, berkata, “Hadits ini
memuat pesan-pesan dan kaidah-kaidah yang sangat penting.”
Sebagian ulama berkata, “Saya merenungi makna hadits ini. Saya kagum dan hampir
tidak sadarkan diri. Karenanya sungguh sayang sekali bagi orang-orang yang
tidak memahami hadits ini.”
Menjaga Alloh
Menjaga Alloh adalah dengan cara menjaga hak-hakNya. Hak-hak Alloh ada dua
macam, yaitu hak-hak yang wajib dan hak-hak yang sunnah. Dengan menunaikan
kewajiban, dan memelihara sunnah berarti telah menjaga Alloh. Menjaga Alloh
dalam batasan yang wajib yaitu menegakan tauhid, dengan cara melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan. Lebih dari itu adalah sunnah. Manusia
berbeda-beda derajatnya dalam menjaga Alloh.
Penjagaan Alloh
Penjagaan Alloh terhadap manusia terwujud dalam dua bentuk, yaitu:
1. Menjaga urusan dunianya, dalam bentuk menyehatkan badanya, melapangkan rezekinya, menjaga anak dan istrinya, dan lain-lain.
2. Menjaga urusan agamanya. Poin ini lebih penting dan lebih bernilai dari pada poin sebelumnya. Bentuk penjagaannya berupa: hatinya bersih dari kotoran syubhat, senantiasa terikat dengan Alloh, penuh rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertaubat kepada-Nya, dan anggota badanya terbebas dari memperturutkan hawa nafsu.
Melalaikan menjaga Alloh dapat berakibat hilangnya penjagaan Alloh terhadap dirinya.
Hanya Meminta Kepada Alloh
Hukum meminta hanya kepada Alloh ada dua macam:
ü Wajib, yaitu meminta sesuatu yang tidak bisa melakukannya kecuali Alloh. Inilah tauhid dalam meminta di mana jika dipalingkan kepada selain Alloh hukumnya syirik.
ü Sunnah, yaitu dalam hal yang manusia mampu untuk melakukannya dan dia mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
TAWAKAL
Makna tawakal kepada Alloh adalah mengambil sebab yang diperintahkan kemudian
menyerahkan urusannya kepada-Nya. Tawakal kepada Alloh merupakan wujud keimanan
yang sangat penting, bahkan merupakan wujud keimanan para nabi. Dan tawakal
kepada makhluk adalah perbuatan yang sangat tercela. Sekalipun makhluk mampu
untuk melakukan apa yang kita inginkan, kita tidak boleh bertawakal kepadanya.
Sabar Dan Ridho
Sabar, khususnya ketika mendapatkan kesulitan adalah menjaga hati dari
menggerutu, menjaga lisan dari berkeluh kesah dan menjaga diri dari perbuatan
yang terlarang. Ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga
disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur.
Ridho terhadap musibah adalah yakin bahwa akibat dari musibah tersebut baik baginya, maka tak ada perasaan seandainya musibah tersebut tidak datang. Adapun ridho yang hukumnya wajib yaitu ridho terhadap perbuatan Alloh yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait dengan musibah ada dua bentuk keridhoan, yaitu:
1. Ridho terhadap perbuatan Alloh, hukumnya wajib.
2. Ridho terhadap musibah itu sendiri, hukumnya sunnah.
KANDUNGAN HADITS
1. Perhatian
Nabi saw. untuk memberi nasehat dan mencetak generasi teladan.
Rasulullah saw. mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk menanamkan aqidah
yang benar dalam diri masyarakat muslim, terutama para pemuda. Ini tidak aneh
karena Allah telah berfirman: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
[keimanan dan keselamatan] bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin.” (at-Taubah: 128)
Suatu ketika Rasulullah saw. berkendaraan bersama sepupunya, Abdullah bin Abbas, lalu beliau memberikan nasehat yang luar biasa ini, nasehat yang mendorong seorang muslim untuk komitmen terhadap segala perintah Allah swt. dan hanya meminta tolong dari-Nya. Sehingga akan menjadi seorang muslim yang pemberani, senantiasa berkata benar dan tidak takut celaan. Karena ia tahu, bahwa semua perkara di tangan Allah swt. dan bahwa tidak seorang pun yang bisa memberi manfaat atau mudlarat kecuali dengan izin-Nya.
2. Ucapan
yang kekal sepanjang masa, dan cara penyampaian yang sangat bagus.
Ibnu ‘Abbas ra. memberitahu kita tentang nasehat yang sangat singkat dan sarat
akan makna, yang ia dapat dari Rasulullah saw. ketika ia membonceng di belakang
Rasulullah saw. Kerena urgensi nasehat tersebut, maka perlu mendapat perhatian
penuh dari orang yang mendengarnya.
Rasulullah saw. memanggilnya dengan menggunakan panggilan, “Nak,” agar perhatiannya terpusat dan siap mendengarkan apa yang hendak dikatakan berikutnya. Lalu Nabi saw. bersabda, “Aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat.” Hanya beberapa kalimat. Namun berisi kaidah-kaidah agama yang sangat penting. Kaidah-kaidah yang dapat menjernihkan fikiran, menajamkan ingatan, menerangi akal, menguatkan aqidah, dan menambah keyakinan.
3. Jagalah
Allah, niscaya Allah Menjagamu.
Maksudnya, komitmenlah terhadap perintah-perintah Allah swt. jangan mendekati
atau bahkan melanggar batasan-batasan-Nya, laksanakan apa yang diwajibkan-Nya
dan jangan meremehkan sedikitpun, dan jauhilah apa yang dilarang. Setelah itu
lihatlah, bagaimana Allah swt. menjaga kemurnian aqidahmu, menjagamu dari
gejilak nafsu dan kesesatan, melindungimu dari kejahatan makhluk lain,
melindungimu dari godaan setan, baik dari bangsa jin atau manusia. “Baginya ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikuti secara bergiliran, di muka dan di
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.” (ar-Ra’du: 11)
Artinya Allah memerintahkan para malaikat-Nya senantiasa melindunginya dari
segala marabahaya.
Dalam ayat lain disebutkan, bahwa Allah swt. akan melindungi keturunannya, “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu. Dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu.” (al-Kahfi: 82)
Karenanya, jika kamu menjaga Allah di dunia, maka Allah akan menjagamu di akhirat, menjauhkanmu dari api neraka, dan memasukkanmu ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Allah swt berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imraan: 133)
Kamu juga
akan disambut oleh para malaikat, “Inilah yang dijanjikan kepadamu, [yaitu]
pada setiap hamba yang selalu kembali [kepada Allah] lagi memelihara [semua
peraturan-peraturan-Nya][yaitu] orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah
sedang Dia tidak kelihatan [olehnya] dan ia datang dengan hati yang bertaubat,
“Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya
memperoleh apa yang mereka kehendaki dan pada sisi Kami ada tambahannya.”
(Qaaf: 35)
Itu semua diberikan, sebagai komitmen Allah swt terhadap apa yang telah
dijanjikan kepadamu sebagai kabar gembira. “Dan yang memelihara hukum-hukum
Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (at-Taubah: 112)
Rasulullah saw. juga mengajarkan kepada para shahabatnya agar mereka meminta perlindungan kepada Allah swt. Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. menyuruh Bara’ bin ‘Azib agar setiap hendak tidur mengucapkan, Ya Rabbi, jika Engkau genggam jiwaku maka rahmatilah, dan jika Engkau melepaskannya maka lindungilah ia, sebagaimana Engkau melindungi hamba-hamba-Mu yang shalih.”
Ibnu Hibban meriwayatkan dari Umar ra. bahwa Nabi saw. mengajarkan kepadanya untuk berdoa, “Ya Allah lindungilah Aku dengan Islam dalam keadaan berdiri, lindungilah aku dengan Islam dalam keadaan duduk, lindungilah aku dengan Islam dalam keadaan berbaring dan janganlah Engkau turuti keinginan musuh ataupun orang yang dengki terhadapku.” Maksudnya janganlah Engkau turuti keinginan musuh untuk mencelakaiku.
4.
Pertolongan dan dukungan Allah
Barangsiapa yang melindungi agama Allah swt. maka Allah akan bersamanya;
memberi kemudahan, pertolongan dan perlindungan, terutama pada saat-saat sulit.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (an-Nahl: 128)
Qatadah
berkata, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah swt. niscaya Allah bersamanya.
Berarti ia didampingi pihak yang tak pernah kalah, pelindung yang tak pernah
tidur, dan pemberi petunjuk yang tak pernah sesat.”
Akan tetapi pertolongan dan bantuan Allah swt. ini sangat tergantung pada
pelaksanaan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larang-Nya. Barangsiapa yang
mentaati Allah swt. maka Allah akan menolong dan membantunya. Dan barangsiapa
yang maksiat kepada-Nya, maka Allah swt. akan menelantarkan dan menghinakannya,
“Jika Allah menolong kamu maka tak ada seorang pun yang dapat mengalahkanmu dan jika Allah membiarkan kamu [tidak memberi pertolongan] maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu [selain] dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaknya kepada Allah saja orang-orang yang mukmin bertawakal.” (Ali ‘Imraan: 160)
5. Jagalah
masa mudamu.
Barangsiapa yang menjaga agama Allah swt. pada usia muda, maka Allah akan
menjaganya di saat usianya semakin tua dan kekuatannya semakin lemah. Allah
akan menjaga pendengarannya, penglihatan dan akal fikirannya. Allah juga akan
memuliakannya pada hari kiamat dengan memberi naungan, pada hari tiada naungan
kecuali naungan-Nya.
Rasulullah saw. bersabda: “Tujuh golongan akan dinaungi Allah dengan naungan-Nya, pada hati tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; Imam yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah…” (HR Bukhari dan Muslim)
Bisa jadi, inilah rahasia taujih yang diberikan Rasulullah saw. kepada Ibnu Abbas, anak pamannya yang masih belia. Agar ia menggunakan masa mudanya yang masih penuh semangat dan vitalitas untuk hal-hal yang bermanfaat. Rasulullah saw. bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya yang lima: masa mudamu sebelum masa tuamu….” (HR Hakim, dengan sanad yang shahih)
Terlebih, pemuda adalah harapan umat, di atas pundaknya terdapat tanggung jawab menegakkan kebenaran dan keadilan. Karena itulah, para musuh Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyesatkan pemuda. Dengan demikian pemuda sangat memerlukan perhatian dan taujih yang lebih intensif, agar mampu berdiri dengan tegar di depan setiap iblis, baik berupa manusia maupun jin.
6. Orang-orang
yang selalu bersyukur akan mendapatkan pertolongan.
Seorang mukmin akan mendapatkan perhatian, perlindungan dan pertolongan Allah
swt, adalah seorang hamba yang bersyukur. Ia mengetahui karunia Allah swt,
sehingga ia mengenal Allah dengan sesungguhnya, menaati segala perintah,
menjauhi larangan-Nya, menjaga batasan-batasan dan hak-hak-Nya. Ia senantiasa
mementingkan kenikmatan akhirat dan berpaling dari rayuan hawa nafsu. Ia lebih
memilih Allah swt. dan menggunakan setiap nikmat yang diberikan kepadanya dalam
keridlaan Allah swt.Ia senantiasa memohon kepada Allah agar ia terpelihara dari
kesalahan, dan senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya. “Dan apa saja yang ada
pada kamu maka datangnya dari Allah.”(an-Nahl: 53)
Ma’rifatullah [mengenal Allah] seperti inilah yang akan mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya. Yang akan memancing kecintaan Allah swt. terhadap hamba-Nya, lalu mengabulkan setiap doa dan permintaannya, menyelamatkannya dari setiap penderitaan dan menjaganya dari ketakutan. Oleh karena itu, “Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Allah akan mengenalimu di waktu susah.”
Tirmidzi
meriwayatkan bahwa Nabi saw.bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan doanya
dikabulkan Allah pada saat susah, maka perbanyaklah doa pada waktu senang.”
Tipe hamba seperti inilah yang disebut Allah dalam hadits Qudsi, “Jika ia
meminta kepada-Ku niscaya Kuberi, dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku
niscaya Aku berikan perlindungan.”
7. Hanya
kepada Allah kita memanjatkan Doa dan Meminta Pertolongan.
Rasulullah saw. memberi pengarahan kepada saudara sepupunya, Ibnu Abbas, dan
segenap kaum muslimin untuk selalu bergantung kepada Allah swt. Hanya
kepada-Nya seorang mukmin mengharap pemberian, meminta pertolongan, dan meminta
ampunan. Dan hanya kepada-Nya seorang mukmin sujud dan mengabdi.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika kamu meminta, mintalah
kepada Allah. Dan jika kamu mengharap bantuan mengharaplah kepada Allah.”
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. berfirman, ‘Apakah ada orang yang berdoa hingga Aku kabulkan doanya. Apakah ada orang yang meminta hingga Aku kabulkan permintaannya. Dan apakah ada orang yang meminta ampunan hingga Aku ampuni.”
8. Berdoa
kepada yang Maha dekat dan Maha menjawab.
Doa ditujukan kepada Allah swt. karena Dialah yang telah berfirman, “Berdoalah
kepada-Ku, niscaya Aku akan mengbulkan permintaan kalian.” (al-Mukminun: 60)
Dia juga telah memuji orang-orang Mukmin yang berdoa dan meminta kepada-Nya, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (al-Anbiyaa’: 90)
Dan di
antara asmaul husna yang Allah swt. miliki adalah “Mahadekat dan
Mahamendengar.” Yakni dekat dengan hamba-Nya, mendengar dan mengabulkan
permintaan hamba-Nya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka [jawablah]
bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi [segala perintah-Ku] dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(al-Baqarah: 186)
9. Meminta
kepada Dzatyang Tidak pernah bosan untuk memberi.
Menghindari meminta-minta kepada manusia merupakan kesempurnaan tauhid. Seorang
Muslim, seharusnya mengadukan semua urusannya hanya kepada Allah swt. karena
Dialahyang menyuruh hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya.
“Dan
mohonlah karunia dari Allah.” (an-Nisaa’: 32)
Rasulullah saw. bersabda, “Mintalah karunia dari Allah, karena Allah senang
untuk dimintai.” (HR Tirmidzi)
Kekayaan
Allah juga tidak akan habis maupun berkurang karena banyaknya permintaan. “Apa
yang ada di sisiu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (an-Nahl:
96)
Bahkan Allah akan murka jika ada hamba yang tidak mau meminta kepada-Nya.
Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang tidak mau meminta kepada Allah, Allah
akan marah kepadanya. Maka hendaknya, seorang di antara kalian mengadukan
segala urusannya kepada Rabbnya, meskipun hanya tali sendal yang putus.” (HR
Tirmidzi)
Jika demikian masihkah seorang muslim mengadukan urusannya kepada sesama manusia yang tidak suka memberi dan marah ketika dimintai pertolongan? Semoga Allah memrahmati orang yang menulis bait ini:
Janganlah kamu mengadu kepada manusia, Mengadulah kepada Dzat yang pintunya selalu terbuka Dialah Allah, yang akan marah jika engkau tidak mengadu kepada-Nya Sedangkan manusia akan marah jika diminta
10. Meminta
kepada selain Allah adalah kehinaan
Jika seseorang dimintai bantuan, maka hanya ada dua kemungkinan, memberi atau
menolak. Jika memberi, ia akan menyebut-nyebut pemberian itu. Jika menolak, ia
menolak dengan kata-kata yang menyakitkan. Semua itu tentu akan menjatuhkan
martabat orang yang diberi dan menyakiti hatinya.
Bisa jadi
inilah yang menjadi sebab mengapa Rasulullah saw. ketika membaiat [mengambil
janji setia] untuk komitmen terhadap Islam, beliau memasukkan item untuk tidak
meminta bantuan kepada orang lain. Sejumlah shahabat ra. telah melaksanakan
baiat ini, di antaranya: Abu Bakar ash-Shiddiq ra, Abu Dzar ra., Tsauban ra.,
dan ‘Auf Ibnu Malik ra.
Disebutkan bahwa setelah baiat tersebut, salah seorang di antara mereka ada
yang cambuknya jatuh, dan ia tidak mau meminta tolong orang lain untuk
mengambilkannya. (HR Muslim, Abu Dawud dan yang lain)
11. Meminta
pertolongan kepada Dzat yang Mahakuat
Manusia senantiasa membutuhkan bantuan, baik dalam perkara yang besar ataupun
perkara yang kecil, dan tidak ada yang mampu memberikan semua bantuan itu,
kecuali Allah swt. Selain Allah tentunya sangat lemah, bahkan hanya untuk
sekedar menolak satu bahaya ataupun mendatangkan manfaat untuk dirinya, mereka
tidak mampu. Barangsiapa yang dibantu Allah, maka dia mendapatkan bantuan, dan
barangsiapa yang ditelantarkan Allah maka ia adalah benar-benar terlantar.
“Jika Allah menolongmu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkanmu dan jika Allah membiarkanmu [tidak memberi pertolongan] maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu [selain] dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (Ali ‘Imraan: 160)
Bahkan
sebenarnya di tangan Allah lah hati semua makhluk. Allah swt. mengaturnya
sesuai dengan kehendak-Nya. Dialah yang mengarahkan hati seseorang untuk tidak
memberi. Karenanya, kembalilah kepada pelaku yang sesungguhnya, Dialah Allah
swt. yang memberi dan menghalangi pemberian.
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
[keperluan]nya.” (ath-Thalaq: 3)
Dan menghadaplah kepada Allah dalam segala hal, “Hanya kepada-Mu, kami
menyembah dan hanya kepada-Mu, kami memohon pertolongan.” (al-Faathihah: 5)
12. Meminta
Pertolongan kepada selain Allah swt. adalah Kerendahan dan Kelemahan.
Ketika meminta bantuan, seseorang tentu dituntut memperlihatkan kelemahan,
kebutuhan, dan kerendahannya. Padahal sikap seperti ini adalah esensi dari
makna ibadah yang tidak layak ditujukan kepada selain Allah swt.
Pada saat yang sama meminta bantuan juga menunjukkan pengakuan akan kemampuan orang yang dimintai bantuan. Mengakui bahwa ia mampu mewujudkan kehendaknya, mendatangkan manfaat, dan menolak mudlarat. Padahal tidak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali Allah swt. Karenanya, barangsiapa yang menyangka bahwa kemampuan itu dimiliki oleh selain Allah swt. ia akan menyesal dan merugi.
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yunus: 107)
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Fathir: 2)
13. Iman
kepada Qadla’ dan Qadar, mendatangkan ketenangan dan ketentraman
Setelah merasa yakin akan perlindungan dan petolongan dari Allah swt. dalam
semua aspek kehidupan, maka seorang mukmin tidak akan peduli dengan berbagai
upaya untuk membahayakan dirinya. Karena ia meyakini bahwa kebaikan dan keburukan
hanya terjadi atas kuasa Allah swt. Tidak satupun makhluk yang ikut memiliki
kuasa.
“Katakanlah, ‘Semuanya [datang] dari sisi Allah.’” (an-Nisaa’: 78)
Dalam hadits di atas disebutkan, “Ketahuilah jika sekelompok manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka tidak akan bisa memberikan manfaat kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Jika mereka berkumpul untuk memberikan mudlarat kepadamu, maka tidak akan bisa memberikan mudlarat kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.”
Firman Allah yang artinya: “Jika Allah menimpakan suatu kemudlaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.” (al-An’am: 17)
Jadi, tidak
ada seorangpun yang dapat menyakitimu selama Allah swt tidak menghendakinya.
Begitu juga sebaliknya jika ada seseorang yang menjanjikan sesuatu untukmu,
maka hal itu tidak akan terwujud, jika Allah swt. tidak menghendaki.
Firman Allah yang artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
[tidak pula] pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab [Lauhul
mahfudz] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.”(al-Hadid: 22)
Imam Ahmad dan perawi lain meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Segala sesuatu memiliki hakekat. Seseorang tidak akan mencapai hakekat iman, sehingga ia memahami bahwa apa yang menimpanya tidak akan bisa luput darinya dan segala yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
14. Beriman
kepada Qadla’dan Qadar mendatangkan keberanian.
Telah jelas, bahwa manfaat dan mudlarat adalah ketetapan yang pasti. Seseorang
tidak akan mendapatkannya kecuali atas ketentuan Allah swt. Dengan demikian
hendaklah seorang muslim tidak gentar dalam melaksanakan perintah Allah.
Mengatakan kebenaran, meskipun bahaya mengintai keselamatan dirinya. Tidak
perlu takut akan cercaan. Bersikap berani tanpa memperhitungkan mati atau
hidup. Sebagai bukti keyakinan terhadap ayat, “Katakanlah, ‘Sekali-sekali tidak
akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.
Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakal.’” (at-Taubah: 51)
Adapun aya
yang telah ditakdirkan, maka itulah yang akan terjadi.
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan
akan mati terbunuh itu keluar [juga] ke tempat mereka terbunuh.” (Ali Imran:
154)
Artinya, orang yang tinggal di rumah dan tidak mau berperang karena takut
kematian, akan tetapi Allah swt. telah menentukan kematian baginya, maka ia
akan keluar ke tempat dimana kematian itu ditentukan baginya. Kalau kematian
tersebut ditentukan di medan perang, mungkin karena salah satu dan lain hal, ia
akan keluar hingga sampai medan perang, lalu diterjang peluru dan mati.
15. Keimanan
bukanlah menyerah, tawakal bukanlah pasrah.
Iman kepada qadla dan qadar, dengan pengertian di atas, adalah argumentasi
untuk mementahkan anggapan sebagian orang-orang bodoh yang senantiasa
bergelimang maksiat. Mereka menjadikan qadla dan qadar sebagai dalih atas
perbuatan mereka. mereka tidak sadar bahwa di samping memerintahkan untuk
beriman kepada qadla dan qadar, Allah swt. juga memerintahkan untuk beramall.
Firman Allah: “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.’” (at-Taubah: 105)
Rasulullah saw. yang menjadi teladan kita juga telah menjelaskan agar setiap muslim berusaha. Karenanya siapapun yang mengabaikan usaha dan berdalih pada qadla dan qadar, maka ia telah melanggar perintah Allah swt. dan Rasul-Nya. karena makna iman dan tawakal yang sesungguhnya adalah melakukan usaha seraya berharap kepada Allah swt. demi keberhasilan usahanya. Rasulullah saw. bersabda, “Beramallah. Masing-masing orang akan dimudahkan untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan takdirnya.” (HR Muslim)
16.
Kemenangan hanya didapat dengan kesabaran.
Kehidupan manusia sebenarnya penuh dengan pergulatan. Kemenangan dalam
pergulatan ini tergantung pada sejauh mana kesabaran yang dimiliki. Karena
sabar merupakan jalan yang bisa membawa seseorang pada kemenangan yang
diinginkan, dan senjata efektif untuk menghadapi musuh, apapun bentuknya yang
tersembunyi maupun yang tampak. Wajar jika kemudian Allah swt. menjadikan
kesabaran sebagai jawaban kunci untuk lulus dari ujian di dunia. Untuk
membedakan hamba-Nya, mana yang benar-benar bertakwadan mana yang munafik.
“Dan
sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang
yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan [baik
buruknya] hal ihwalmu.” (Muhammad: 31)
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Ali Imran: 186)
“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar [imannya] dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa.” (al-Baqarah: 177)
Sabar adalah
mengendalikan hawa nafsu agar berjalan sesuai dengan akal dan syara’. Jika kita
telusuri berbagai ayat al-Qur’an maupun hadits, akan kita dapati bahwa kata
sabar diungkapkan dalam berbagai tempat dan situasi. Namun semuanya tetap
bermuara pada pengertian di atas dan mengarah kepada satu tujuan, yaitu
kesuksesan dan kemenangan.
Di antaranya:
a. Sabar
dalam ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya adalah tanggung
jawab, yang tentunya memberatkan. Jadi, dibutuhkan usaha keras untuk dapat
mengalahkan kemauan hawa nafsu dan setan.
Firman Allah: “Karena sesungguhnya hawa nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan.” (Yusuf: 53)
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah.” (Shaad: 26)
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Fathir: 6)
Musuh-musuh yang tidak terlihat ini, senantiasa menyodorkan berbagai godaan dan menghiasi manusia agar mengikuti hawa nafsu, berusaha memalingkan manusia dari ketaatan, dan senantiasa mendorong untuk berbuat maksiat. Musuh-musuh ini tidak pernah bosan dengan apa yang ia usahakan. Untuk menghadapi godaan yang mereka lancarkan, diperlukan upaya sungguh-sungguh, ketabahan, kegigihan, dan kesabaran.
Firman
Allah: “Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan bersabarlah hingga Allah
memberi keputusan dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.” (Yunus: 109)
“Rabb [yang menguasai] langit dan bumi; dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya.”
(Maryam: 65)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw.bersabda: “Mujahid adalah orang yang
mengekang hawa nafsunya dengan sungguh-sungguh untuk Allah swt.” (HR Tirmidzi
dan Ibnu Hibban)
Bisa dipastikan, siapapun yang mampu menahan nafsunya sesuai dengan apa yang diridlai Allah swt.dengan menaati semua perintah dan larangan-Nya, ia benar-benartelah mengalahkan musuh yang tak terlihat ini, nafsu dan setan yang selalu berusaha menyesatkannya. Ini adalah kemenangan yang tidak ada tandingannya. Kemenangan yang menjadikan seseorang benar-benar memiliki dirinya secara utuh dan bebas dari belenggu nafsu, syahwat dan bisikan-bisikan setan.
Jika
kemenangan atas musuh-musuh ini tercapai, maka kebenaran akan semakin tampak di
dada setiap mukminin, hatinya pun bercahaya untuk terus menerangi langkahnya
dalam menapaki jalan menuju keridlaan Allah swt. “Dan orang-orang yang berjihad
untuk [mencari keridlaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (al-Ankabuut: 69)
Sungguh tepat, ketika diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dan
kesabaran adalah cahaya.” (HR Muslim)
b. Sabar
terhadap musibah
Manusia senantiasa terancam bencana, baik yang menimpa jiwa, harta maupun
keluarganya. Tidak bisa dipungkiri, hal ini merupakan pukulan berat bagi
manusia. Bahkan bisa jadi menimbulkan keputusasaan.
Firman
Allah: “Dan apabila dia ditimpa keusahan niscaya dia berputus asa.” (al-Israa’:
83)
Juga dapat menimbulkan kesedihan dan sikap keluh kesah.
Firman Allah: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.” (al-Ma’aarij: 19-20)
Kondisi yang disebutkan dalam dua ayat di atas banyak dialami oleh mereka yang kalah dan tidak mungkin menemukan jalan kemenangan dalam hidup ini. Oleh karenya, Allah swt. menyuruh setiap mukmin untuk tetap tegar dalam menghadapi musibah yang memang tidak akan bisa dielakkan, agar bisa menemukan jalan yang mampu membawa kepada kesuksesan dan kemenangan.
Ini semua
bisa ditempuh dengan kesabaran, karena kesabaran adalah kunci keberhasilan dan
kemenangan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” mereka
Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah: 155-157)
Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk untuk menapaki jalan kemuliaan. Terutama mereka yang sabar semenjak detik pertama tertimpa musibah. Rasulullah saw. bersabda, “Yang dikatakan bersabar adalah ketika pertama kali mengetahui satu musibah.” (Muttafaq ‘alaiHi) mereka inilah yang akan keluar sebagai pemenang, menghadapi hidup dengan penuh keberanian, mengubah musibah menjadi sebuah kebaikan dan senantiasa mengambil manfaat dari musibah yang ia rasakan baik untuk dunianya maupun untuk akhiratnya. Dengan demikian kondisi apapun tetap sama baginya.
Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin itu unik, semua urusannya adalah kebaikan baginya. Hal ini hanya dimiliki oleh orang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu baik baginya.” (HR Muslim)
Dalam hadits lain Nabi saw. membuat perumpamaan yang sangat indah. Suatu ketika seorang putrinya mengirim utusan kepada beliau dan menyampaikan pesan, “Sesungguhnya anakku mengalami sakaratul maut, maka datanglah.” Nabi kemudian mengirimkan utusan dan memberi pesan, “Semua yang Allah ambil dan Allah beri adalah milik-Nya. Segala sesuatu memiliki batas yang telah ditentukan-Nya. Maka bersabar dan berharaplah untuk mendapatkan pahala.”
c. Sabar
terhadap perlakuan tidak baik dari orang lain
Dalam hidupnya, manusia berdampingan dengan berbagai jenis manusia yang
berbeda-beda akhlak dan tabiatnya. Sangat dimungkinkan seseorang menerima
perlakukan yang tidak baik dan berbagai bentuk kesewenangan. Jika ia sedih dan
sakit hati menghadapi semua itu, maka ia akan kecewa dan merugi. Hidupnya
bagaikan di neraka yang menyala. Namun, jika ia mampu bersabar, memaafkan dan
lapang dada, maka ia akan beruntung dan hidup dengan penuh kebahagiaan dan dalam
nuansa saling kasih.
Firman Allah: “…..Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
(al-Baqarah: 109)
“….tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang bermusuhan denganmu, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushilat: 34)
Kesabaran adalah tanda kejantanan. “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya [perbuatan] yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (asy-Syuraa’: 43)
Kesabaran
hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman, meminta pertolongan dan mengharap
pahala hanya dari Allah swt.
“….Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi yang lain. Sanggupkah kamu
bersabar dan Rabb-mu Maha Melihat.” (al-Furqaan: 20)
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridlaan Rabbnya.” (ar-RA’d: 22)
d. Sabar di
medan dakwah
Kesabaran di medan dakwah adalah sesuatu yang diperintahkan Allah swt. dan
Rasul-Nya.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya.” (ThaaHaa: 132)
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah [manusia] mengerjakan yang baik,
cegahlah [mereka] dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap yang
menimpa dirimu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
[oleh Allah].” (Lukman: 17)
Allah juga
berseru kepada Nabi-Nya saw.: “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan
dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (al-Muzzammil: 10)
Jalan dakwah adalah jalan yang penuh dengan rintangan. Karenanya seorang da’i
harus membekali dirinya dengan kesabaran, agar dapat melewati
rintangan-rintangan itu.
Allah swt. berfirman, “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini [kebenaran ayat-ayat Allah] itu menggelisahkanmu.” (ar-Ruum: 60)
Namun jika
buru-buru untuk memetik hasilnya, maka ia akan menuai kerugian dan segala upaya
yang telah dilakukan akan sia-sia.
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul yang telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan [adzab]
bagi mereka.” (al-Ahqaaf: 35)
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. Sesungguhnya mereka memandang
siksaan itu jauh [mustahil] sedangkan Kami memandangnya dekat [pasti terjadi].”
(al-Ma’aarij: 5-7)
e. Sabar di
medan perang
Jihad adalah tempat yang penuh bahaya dan ladang kematian. Sehingga tidak
disukai oleh kebanyakan manusia.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang adalah sesuatu yang kamu
benci.” (al-Baqarah: 216)
Karena itu, seorang mukmin yang diwajibkan untuk berperang, harus terlebih dahulu mempersenjatai dirinya dengan kesabaran, bahkan ia harus lebih tahan dan bersabar dari musuhnya.
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga [di perbatasan negerimu] dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung.” (Ali ‘Imraan: 200)
Di ayat lain Allah mensejajarkan antara jihad dan kesabaran. “Kemudian berjihad
dan sabar.” (an-Nahl 110)
Sabar juga
merupakan syarat kemenangan:
“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh
orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus
orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka
akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang
kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (al-Anfaal: 65)
Allah juga mengaitkan pertolongan dan bantuan-Nya yang berupa turunnya para malaikat dari langit, dengan kesabaran. “Ya [cukup], jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (Ali ‘Imraan: 125)
Allah swt. juga menjadikan kesabaran orang-orang mukmin sebagai penyebab gagalnya muslihat dan berbagai strategi orang-orang kafir, “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudlaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali ‘Imraan: 120)
Sebaliknya
jika orang-orang mukmin tidak memiliki kesabaran maka mereka akan menuai
kegagalan.
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(al-Anfaal: 45-46)
Urgensi kesabaran ini juga diisyaratkan oleh banyaknya ayat yang menyebutkan, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersabar,” atau ayat “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.”
Allah juga
menegaskan bahwa pengikut para rasul sudah semestinya untuk bersabar terhadap
apa yang di dapat di medan perang, baik kematian maupun luka-luka. Jika tidak
merasa lemah sedikitpun atau merasa hina. Jika mereka melakukan hal ini, maka
mereka layak mendapatkan kecintaan dan kemenangan dari Allah swt.
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali ‘Imraan: 146)
17. Buah
dari kesabaran.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa buah kesabaran adalah
keridlaan, kedamaian, perasaan bahagia, terciptanya kemuliaan dan kebaikan,
pertolongan dari Allah swt., kemenangan, dan kecintaan dari-Nya. Puncaknya
adalah buah yang akan didapat di akhirat, yaitu kenikmatan abadi dan tak
terbatas.
“Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala tanpa batas.” (az-Zumar: 10)
Kenikmatan yang diperoleh di dalam surga yang diperoleh di dalam surga, yang luasnya seluas langit dan bumi. Di dalamnya mereka akan disambut oleh malaikat, “[Yaitu] surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih, dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu [sambil mengucapkan], “Salaamun ‘alaikum bimaa shabartum.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (ar-Ra’du: 23-24)
Allah swt. juga akan memberikan pengampunan, kemenangan, dan keridlaan, “Sesungguhnya Aku memberi balasan keapda mereka di hari ini, karena kesabaran mereka. sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.” (al-Mukminun: 111)
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, innaa lillaaHi wa innaa ilaiHi raaji’uun.” (al-Baqarah: 155-156)
Semua itu menunjukkan bahwa kesabaran adalah pemberian terbaik yang diterima manusia. Sungguh tepat manakala Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pemberian, yang diterima seseorang yang lebih baik dari kesabaran.” (Muttafaq ‘alaiHi)
18. Jalan
keluar selalu diiringi keusasahan.
Kadang, seseorang ditimpa musibah, hingga ia dirundung kesusahan, semua itu
merupakan ujian dari Allah swt. Jika ia sabar, tidak putus atas, menyadari
bahwa apa yang menimpanya adalah ketentuan dari Allah swt. niscaya pertolongan
Allah akan datang, dan segala kesusahan yang dirasakan pun akan sirna. Inilah
kemenangan yang sesungguhnya, di dunia dan di akhirat.
Saat itu, seorang mukmin akan menyadari bahwa cahaya terpencar dari kegelapan, di balik setiap kesusahan pasti ada kebaikan. Semua proses ini bertujuan agar seorang mukmin hanya menghubungkan hatinya kepada Allah swt. dan yakin bahwa semua perkara berada di tangan Allah swt.
Allah swt. berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (al-Baqarah: 214)
“Dan Dialah
yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya.
dan Dia lah Yang Mahapelindung lagi Mahaterpuji.” (asy-Syuraa: 28)
Anda akan memahami makna ayat di atas secara lebih jelas, jika anda menyimak
kisah Ka’ab bin Malik ra. dan dua orang shahabat ra. lainnya ketika mereka
tidak ikut dalam perang Tabuk. Sebagai hukuman, Nabi saw. memerintahkan
masyarakat untuk mengisolasi mereka, dengan cara tidak mengajaknya bicara.
Hingga mereka bertiga merasakan kesedihan yang amat luar biasa. Al-Qur’an
menggambarkan sebagai berikut:
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, Padahal bumi itu Luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (at-Taubah: 118)
19. Setiap
kesulitan pasti ada kemudahan.
Kita tentu merasakan adanya saling keterkaitan antara bagian-bagian hadits di
atas. Kesulitan akan menimbulkan kesedihan, dan kemudahan adalah bagian dari
jalan keluar. Sementara semua itu membutuhkan ketegaran dan kesabaran. Sehingga
membuahkan pertolongan dan kemenangan. Diakui atau tidak, bahwa semua itu
adalah rahmat dari Allah swt. untuk hamba-Nya. Karena Dia telah menjadikan
kesulitan beriringan dengan kemudahan.
Firman Allah
yang artinya: “Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
(ath-Thalaq: 7)
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama
kesulitan itu ada kemudahan.” (al-Insyirah: 5-6)
Karena
itulah Allah swt. tidak menetapkan suatu syariat kecuali yang mampu dilakukan
oleh hamba-Nya.
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
(al-Baqarah: 185)
Allah swt. juga menjauhkan segala bentuk kesulitan dari hamba-Nya.
“Dan sekali-sekali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesulitan.”
(al-Hajj: 78)
Al-Bazar
meriwayatkan dari Anas ra.bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika datang
kesulitan, lantas ia memasuki lubang ini, niscaya akan datang kemudahan, lantas
orang lain akan masuk dan mengeluarkannya.”
Setelah Rasulullah saw. berkata demikian, maka turun ayat, “Karena sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan.” (al-Insyirah: 5-6)
Sabda Nabi saw. ini menegaskan bahwa kesulitan tidaklah menimpa manusia terus
menerus. selama ia ridla dengan ketentuan Allah swt. senantiasa komitmen
terhadap segala perintah dan larangan-Nya dan pasrah kepada-Nya, niscaya Allah
swt. akan mengganti kesulitan dengan kemudahan. Allah swt. berfirman, “Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
[keperluan]nya.” (ath-Thalaq: 3)
20. Seorang guru, sebelum menyampaikan pelajaran, hendaklah ia merangsang semangat ingin tahu di kalangan anak didiknya. Dengan demikian mereka akan benar-benar siap untuk menerima pelajaran yang akan disampaikan.
21. Barangsiapa yang berada dalam kebenaran, mendakwahkan kebenaran, atau melakukan amar ma’ruf nahi munkar, niscaya segala tipu muslihat orang-orang kafir dan musuh-musuh Alalh swt.lainnya tidak akan bisa mencelakakannya.
22. Setiap muslim berkewajiban melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang, senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Tanpa terpengaruh oleh orang-orang yang lemah iman, yang senantiasa menakut-nakutinya. Karena semua yang akan terjadi sudah ditentukan oleh Allah sw.
Tema-tema hadits :
1. Menyiapkan generasi beriman: 4 : 9, 25 : 74, 46 :15
2. Allah tempat bergantung dan berlindung: 1 : 5, 112: 2
3. Musibah dan keberuntungan hanya datang dari
Allah: 64 : 11, 9 : 51, 7 : 188, 10 : 49.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan