Rabu, 31 Januari 2024

Bab 254. Haramnya Mengumpat dan Perintah Menjaga Lisan

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 254. Haramnya Mengumpat dan Perintah Menjaga Lisan

 

قال اللَّه تعالى:  { ولا يغتب بعضكم بعضاً، أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتاً فكرهتموه! واتقوا اللَّه إن اللَّه تواب رحيم }

Allah Ta'ala berfirman: "Janganlah sebagian diantara engkau semua itu mengumpat sebagian yang lainnya. Sukakah seorang diantara engkau semua makan daging saudaranya dalam keadaaan ia sudah mati, maka tentu engkau semua membenci -karena jijik terhadap perbuatan tersebut-. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Menerima taubat lagi Penyayang." (al-Hujurat: 12)

وقال تعالى:{ ولا تقف ما ليس لك به علم؛ إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولاً }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mengetahui, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu semua akan diberi pertanyaan -apa saja yang telah dilakukan olehnya-." (al-Isra': 36)

وقال تعالى:  { ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد }

Allah Ta'ala juga berfirman: "Tidaklah seorang itu mengucapkan sesuatu ucapan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib -pencatat kebaikan- dan 'Atid -pencatat keburukan-." (Qaf: 18)

 

Ketahuilah bahwasanya setiap seorang mukallaf -yakni akil baligh- itu seyogyanya menjaga lisannya dari segala macam perkataan, melainkan perkataan yang di dalamnya tampak nyata adanya kemaslahatan. Apabila sama nilainya antara berbicara dan tidak berbicara menurut pandangan kemaslahatan, maka sunnahnya ialah menahan mulut dari berkata-kata itu, sebab kadang-kadang perkataan yang mubah -yakni boleh dan tidak haram itu- dapat menyeret kepada keharaman atau kemakruhan. Hal ini banyak dalam adat kebiasaannya, sedangkan keselamatan itu tidak dapat diimbangi nilainya oleh sesuatu apapun.

 

وَعنْ أبي هُريْرَةَ رضي اللَّه عنْهُ عَنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  قَالَ : « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَليقُلْ خَيْراً ، أوْ ليَصْمُتْ » متفقٌ عليه .

1508. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau -kalau tidak dapat berkata yang baik-, hendaklah ia diam saja." (Muttafaq 'alaih) hadits ini secara terang sekali menjelaskan bahwasanya seyogyanya seorang itu tidak berbicara, melainkan jikalau pembicaraannya itu berupa suatu kebaikan yakni pembicaraan yang tampak nyata adanya kemaslahatan di dalamnya. Oleh sebab itu, jikalau ia sangsi tentang akan timbulnya kemaslahatan dalam pembicaraannya tadi, maka janganlah berbicara.

 

وعَنْ أبي مُوسَى رضي اللَّه عَنْهُ قَال : قُلْتُ يا رَسُولَ اللَّهِ أيُّ المُسْلِمِينَ أفْضَلُ؟ قال : « مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِن لِسَانِهِ وَيَدِهِ » . متفق عليه .

1509. Dari Abu Musa radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, manakah kaum Muslimin itu yang lebih utama?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Yaitu yang orang-orang Islam lainnya merasa selamat daripada gangguan lisannya -yakni pembicaraannya- serta dari tangannya." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ سَهْلِ بنِ سعْدٍ قَال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ يَضْمَنْ لي ما بيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بيْنَ رِجْلَيْهِ أضْمنْ لهُ الجَنَّة » . متفقٌ عليهِ .

1510. Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada diantara kedua tulang rahangnya -yakni mulut- serta antara kedua kakinya -yakni kemaluannya-, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي اللَّه عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : إنَّ الْعَبْد لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمةِ مَا يَتَبيَّنُ فيهَا يَزِلُّ بهَا إلى النَّارِ أبْعَدَ مِمَّا بيْنَ المشْرِقِ والمغْرِبِ » . متفقٌ عليهِ .

1511. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya ia mendengar Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba itu berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan -baik atau buruknya-, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat." (Muttafaq 'alaih) Makna yatabayyanu ialah memikirkan apakah perkataannya itu baik atau tidak.

 

وَعَنْهُ عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالى مَا يُلقِي لهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللَّه بهَا دَرَجاتٍ ، وَإنَّ الْعبْدَ لَيَتَكلَّمُ بالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ تَعالى لا يُلْقي لهَا بالاً يهِوي بهَا في جَهَنَّم » رواه البخاري .

1512. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Sesungguhnya seorang hamba itu mengatakan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhai oleh Allah Ta'ala yang ia sendiri tidak banyak mengambil perhatian dengan kata-katanya, lalu Allah mengangkatnya dengan beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba itu mengatakan suatu perkataan dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah Ta'ala yang ia sendiri tidak banyak mengambil perhatian dengan kata-katanya, lalu orang itu terjatuh dalam neraka Jahanam sebab kata-katanya tadi." (Riwayat Bukhari)

 

وعَنْ أبي عَبْدِ الرَّحمنِ بِلال بنِ الحارثِ المُزنيِّ رضي اللَّه  عَنْهُ أنَّ رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  قالَ : « إنَّ الرَّجُلَ ليَتَكَلَّمُ بالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوانِ اللَّهِ تَعالى ما كَانَ يَظُنُّ أنْ تَبْلُغَ مَا بلَغَتْ يكْتُبُ اللَّه اللَّه بهَا رِضْوَانَهُ إلى يَوْمِ يلْقَاهُ ، وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمةِ مِنْ سَخَطِ اللَّه مَا كَانَ يظُنُّ أن تَبْلُغَ ما بلَغَتْ يكْتُبُ اللَّه لَهُ بهَا سَخَطَهُ إلى يَوْمِ يلْقَاهُ ».رواهُ مالك في « المُوطَّإِ » والترمذي وقال :حديثٌ حسنٌ صحيحٌ .

1513. Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin al-Harits al-Muzani radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya seseorang itu berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhai oleh Allah Ta'ala, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridhaanNya sampai pada hari ia menemuiNya -yakni hari kematiannya atau pada hari kiamat nanti-. Dan sesungguhnya seorang itu berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaanNya sampai pada hari ia menemuiNya." Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa' dan juga oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

 

وعَنْ سُفْيان بنِ عبْدِ اللَّهِ رضي اللَّه عنْهُ قَال : قُلْتُ يا رسُولَ اللَّهِ حَدِّثني بأمْرٍ أعْتَصِمُ بِهِ قالَ : « قُلْ ربِّي اللَّه ، ثُمَّ اسْتَقِمْ » قُلْتُ : يا رسُول اللَّهِ ما أَخْوفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ ؟ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ، ثُمَّ قَال : « هذا » . رواه الترمذي وقال : حديثٌ حسنٌ صحيحٌ .

1514. Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya sesuatu perkara yang saya wajib tetap berpegangan dengannya itu!" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Katakanlah: "Tuhanku adalah Allah," kemudian berbuat luruslah." Saya bertanya lagi: "Ya Rasulullah, apakah yang paling Tuan takutkan atas diri saya?" Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu mengambil lisannya, kemudian bersabda: "Ini." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

 

وَعَن ابنِ عُمَر رضي اللَّه عنْهُمَا قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا تُكْثِرُوا الكَلامَ بغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ ، فَإنَّ كَثْرَة الكَلامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّه تَعالَى قَسْوةٌ لِلْقَلْبِ ، وإنَّ أبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ القَلبُ القَاسي » . رواه الترمذي .

1515. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Janganlah engkau semua memperbanyak kata, selain untuk berdzikir kepada Allah Ta'ala, sebab sesungguhnya banyaknya pembicaraan -membuat- kerasnya hati dan sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah yang berhati keras -yakni enggan menerima petunjuk yang baik-". (Riwayat Tirmidzi)

 

وعنْ أبي هُريرَة رضي اللَّه عَنهُ قَالَ : قال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ وَقَاهُ اللَّه شَرَّ مَا بيْنَ لَحْييْهِ ، وشَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ دَخَلَ الجنَّةَ » رَوَاه التِّرمِذي وقال : حديث حسنٌ.

1516. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang dijaga oleh Allah akan keburukannya yang ada diantara kedua rahangnya -yakni mulut- dan keburukannya apa yang ada diantara kedua kakinya -yakni kemaluan-, maka dapatlah ia masuk syurga." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih

 

وَعَنْ عُقْبةَ بنِ عامِرٍ رضي اللَّه عنْهُ قَالَ : قُلْتُ يا رَسول اللَّهِ مَا النَّجاةُ ؟ قَال : « أمْسِكْ عَلَيْكَ لِسانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بيْتُكَ ، وابْكِ على خَطِيئَتِكَ » رواه الترمذي وقالَ : حديثٌ حسنٌ .

1517. Dari 'Utbah bin 'Amir radhiyallahu anhu katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah yang menyebabkan keselamatan itu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tahanlah lidahmu -yakni hati-hatilah dalam berbicara-, hendaklah rumahmu itu dapat merasakan luas padamu -maksudnya: lakukanlah sesuatu yang dapat menyebabkan engkau suka tetap berada di rumah seperti melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala dan lain-lain- dan menangislah atas kesalahan yang engkau kerjakan." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

 

وعن أبي سَعيدٍ الخُدْرِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إذا أَصْبح ابْنُ آدم ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسانَ ، تَقُولُ : اتِّقِ اللَّه فينَا ، فَإنَّما نحنُ بِكًَ : فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسَتقَمْنا وإنِ اعْوججت اعْوَججْنَا » رواه الترمذي .

1518. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Jikalau anak Adam -yakni manusia- itu berpagi-pagi, maka sesungguhnya semua anggota itu memberikan sikap tunduk kepada lidah -maksudnya: menasihati agar berhati-hati dengan lisannya-. Anggota-anggota itu berkata: "Takutlah engkau kepada Allah dalam urusan kita semua ini, sebab keselamatan kita ini tergantung daripada kelakuanmu -wahai lidah-. Jikalau engkau lurus, maka kitapun lurus, sedang jikalau engkau bengkok, maka kitapun bengkok pula." (Riwayat Tirmidzi) Makna tukaffirul lisan ialah menunjukkan sikap tunduk dan patuh kepada lidah.

 

وعنْ مُعاذ رضي اللَّه عنهُ قال : قُلْتُ يا رسُول اللَّهِ أخبرني بِعَمَلٍ يُدْخِلُني الجَنَّة ، ويُبَاعِدُني عن النَّارِ ؟ قَال : « لَقدْ سَأَلْتَ عنْ عَظِيمٍ ، وإنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلى منْ يَسَّرَهُ اللَّه تَعَالى علَيهِ : تَعْبُد اللَّه لا تُشْركُ بِهِ شَيْئاً ، وتُقِيمُ الصَّلاةَ ، وتُؤتي الزَّكَاةَ ، وتصُومُ رمضَانَ وتَحُجُّ البَيْتَ إن استطعت إِلَيْهِ سَبِيْلاً، ثُمَّ قَال : « ألا أدُلُّك عَلى أبْوابِ الخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ . ،َالصَّدَقةٌ تطْفِيءُ الخَطِيئة كما يُطْفِيءُ المَاءُ النَّار ، وصلاةُ الرَّجُلِ منْ جوْفِ اللَّيْلِ » ثُمَّ تَلا : {تتجافى جُنُوبهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ }  حتَّى بلَغَ { يعْمَلُونَ }  [ السجدة : 16 ] . ثُمَّ قال: « ألا أُخْبِرُكَ بِرَأسِ الأمْرِ ، وعمودِهِ ، وذِرْوةِ سَنامِهِ » قُلتُ : بَلى يا رسول اللَّهِ : قَالَ : « رأْسُ الأمْرِ الإسْلامُ ، وعَمُودُهُ الصَّلاةُ . وذروةُ سنامِهِ الجِهَادُ » ثُمَّ قال : « ألا أُخْبِرُكَ بـِمِلاكِ ذلكَ كله ؟» قُلْتُ : بَلى يا رسُولَ اللَّهِ . فَأَخذَ بِلِسَانِهِ قالَ : « كُفَّ علَيْكَ هذا » قُلْتُ: يا رسُولَ اللَّهِ وإنَّا لمُؤَاخَذون بمَا نَتَكلَّمُ بِهِ ؟ فقَال : ثَكِلتْكَ أُمُّكَ ، وهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ في النَّارِ على وَجُوهِهِم إلاَّ حصَائِدُ ألْسِنَتِهِمْ ؟ » .رواه الترمذي وقال : حدِيثٌ حسنٌ صحيحٌ ، وقد سبق شرحه .

1519. Dari Mu'az radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya dengan sesuatu amalan yang dapat menyebabkan saya masuk syurga dan menjauhkan saya dari neraka." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya engkau itu menanyakan sesuatu persoalan yang agung -yakni penting-, tetapi sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang dipermudahkan oleh Allah. Yaitu supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dalam bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji di Baitullah." Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sukakah engkau saya tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai -dari berbuat kemaksiatan-, sedekah itu dapat melenyapkan kesalahan -yakni dosa- sebagaimana air memadamkan api dan pula shalat seorang di tengah malam." Seterusnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam membaca ayat yang artinya: "Lambung-lambung mereka meninggalkan tempat-tempat tidur -yakni mereka tidak tidur-" sehingga sampai pada firmanNya yang artinya: "Apa yang mereka kerjakan." Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda lagi: "Sukakah engkau saya beritahu tentang pokok perkara -yakni Agama Islam ini-, tiangnya dan pula puncak punggungnya?" Saya menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Pokoknya ialah Islam, tiangnya ialah shalat, sedang puncak punggungnya ialah jihad." Seterusnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda pula: "Sukakah engkau saya beritahu tentang pangkal yang mengemudikan semua itu?" Saya menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam kemudian mengambil lisannya lalu bersabda: "Tahanlah ini atas dirimu -yakni berhati-hatilah mengemudikan lidah itu-." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita ini pasti akan dituntut -yakni diterapi hukuman- dengan apa yang kita bicarakan itu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Kehilangan engkau ibumu -Ini merupakan kata kebiasaan bagi bangsa Arab, semacam kita mengatakan: Celaka engkau ini-, tidakkah para manusia itu dimasukkan dalam neraka dengan tersungkur di atas muka-mukanya itu, melainkan hanya karena hasil perkataannya?" Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. Uraian tentang hadits ini sudah ada di muka. Keterangan: Dalam Riyadhus Shalihin belum ada hadits ini di muka.

 

وعنْ أبي هُرَيرةَ رضي اللَّه عنهُ أنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « أَتَدْرُونَ ما الغِيبةُ؟» قَالُوا : اللَّه ورسُولُهُ أَعْلَمُ . قال : « ذِكرُكَ أَخَاكَ بما يكْرَهُ » قِيل : أَفرأيْتَ إن كان في أخِي ما أَقُولُ ؟ قَالَ : « إنْ كانَ فِيهِ ما تقُولُ فَقَدِ اغْتَبْته ، وإنْ لَمْ يكُن فِيهِ ما تَقُولُ فَقَدْ بهتَّهُ » رواه مسلم .

1520. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Adakah engkau semua mengetahui, apakah mengumpat itu?" Para sahabat menjawab: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang ada dalam diri saudaramu dengan apa-apa yang tidak disukai olehnya." Beliau shalallahu alaihi wasalam ditanya: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau dalam diri saudara saya itu memang benar-benar ada apa yang dikatakan itu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Jikalau benar-benar ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah mengumpatnya dan jikalau tidak ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah membuat-buat kedustaan pada dirinya -memfitnahnya-." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ أبي بكْرةَ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال في خُطْبتِهِ يوْم النَّحر بِمنىً في حجَّةِ الودَاعِ : « إنَّ دِماءَكُم ، وأمْوالَكم وأعْراضَكُم حرامٌ عَلَيْكُم كَحُرْمة يومِكُم هذا ، في شهرِكُمْ هذا ، في بلَدِكُم هذا ، ألا هَلْ بلَّغْت » متفقٌ عليه .

1521. Dari Abu Bakrah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda dalam khutbahnya pada hari Nahar -yakni hari raya Kurban-, di Mina dalam melakukan haji wada' -ibadah haji terakhir bagi beliau shalallahu alaihi wasalam sebagai mohon diri-: "Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu dan kehormatan-kehormatanmu semua itu adalah haram dilanggar sebagaimana kesucian harimu itu -'Idul Adha- dalam bulanmu ini dan dalam negerimu ini. Ingatlah, tidakkah saya telah menyampaikan?" (Muttafaq 'alaih)

 

وعنْ عائِشة رضِي اللَّه عنْها قَالَتْ : قُلْتُ للنبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حسْبُك مِنْ صفِيَّة كذا وكَذَا قَال بعْضُ الرُّواةِ : تعْني قَصِيرةٌ ، فقال : « لقَدْ قُلْتِ كَلِمةً لو مُزجتّ بماءِ البحْر لمَزَجتْه ، » قَالَتْ : وحكَيْتُ له إنساناً فقال : « ما أحِبُّ أني حكَيْتُ إنْساناً وإنَّ لي كذا وَكَذَا » رواه أبو داود ، والترمذي وقال : حديثٌ حسنٌ صحيحٌ .  

1522. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam: "Cukuplah bagi Tuan Shafiyah itu demikian demikian" -Shafiyah adalah istrinya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pula, sebagaimana halnya Aisyah. Sebagian para perawi hadits ini mengatakan: Yang dimaksudkan Aisyah itu ialah bahwa Shafiyah itu pendek-. Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Benar-benar engkau telah mengucapkan sesuatu perkataan yang apabila perkataan tadi itu dicampur dengan air laut, tentu dapat mencampurinya" -yakni mengubah air laut itu menjadi berubah rasa dan baunya-. Aisyah berkata: "Saya pernah pula menceritakan perihal seorang kepada beliau shalallahu alaihi wasalam, lalu beliau berkata: "Saya tidak suka menceritakan hal ihwal seseorang -yang buruk- sebab sesungguhnya sayapun mempunyai demikian, demikian" -yakni setiap orang tentu ada celanya sendiri-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

 

Makna muzajtahu yakni engkau campurkan dengan percampuran yang dapat menyebabkan perubahan dalam rasa atau baunya, karena sangat bacinnya bau perkataan tadi dan sangat sekali buruknya. Hadis ini termasuk salah satu ancaman yang terkeras untuk melarang mengumpat atau ghibah. Allah Ta'ala berfirman -yang artinya-: "Muhammad itu tidaklah mengatakan menurut hawa nafsu -kemauannya- sendiri. Itu hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya." (an-Najm: 3-4)

 

وَعَنْ أنَسٍ رضي اللَّه عنهُ قالَ : قَالَ رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لمَّا عُرِجَ بي مررْتُ بِقَوْمٍ لهُمْ أظْفَارٌ مِن نُحاسٍ يَخمِشُونَ بهَا وجُوهَهُمُ وَصُدُورَهُم ، فَقُلْتُ : منْ هؤلاءِ يَا جِبْرِيل ؟ قَال : هؤلاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُوم النَّاسِ ، ويَقَعُون في أعْراضِهمْ ، » رواهُ أبو داود.

1523. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ketika saya dimi'rajkan, saya berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga yang dengan kuku-kuku tadi mereka menggaruk-garukkan muka serta dada-dada mereka sendiri. Saya bertanya: "Siapakah mereka itu, hai Jibril?" Jibril menjawab: "Itulah orang-orang yang makan daging sesama manusia -yakni mengumpat- dan menjatuhkan kehormatan mereka." (Riwayat Abu Dawud)

 

وعن أبي هُريْرة رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « كُلُّ المُسلِمِ عَلى المُسْلِمِ حرَامٌ : دَمُهُ وعِرْضُهُ وَمَالُهُ » رواهُ مسلم .

1524. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Setiap Muslim atas sesama Muslim itu haramlah darahnya, kehormatannya serta hartanya -yakni haram dilanggar-." (Riwayat Muslim)


0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan