Selasa, 30 Januari 2024

Bab 182. Sunnahnya Memperbaguskan Suara Dalam Membaca Al-Quran

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 182. Sunnahnya Memperbaguskan Suara Dalam Membaca Al-Quran Dan Meminta Untuk Membacanya Dari Orang Yang Bagus Suaranya Dan Mendengarkan Pada Bacaan Itu

 

عَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: سمِعتُ رسولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقول : « مَا أَذِنَ اللهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ » متفقٌ عليه .

1001. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi salam bersabda: "Allah tidak pernah mendengarkan pada sesuatu -dengan penuh perhatian dan rasa ridha serta menerima- sebagaimana mendengarnya kepada seorang Nabi yang bagus suaranya, ia bertaghanni dengan al-Quran itu yakni mengeraskan suaranya." (Muttafaq 'alaih) Dikatakan oleh para alim ulama: "Bahwasanya sabda Nabi shalallahu alaihi salam: Yajharu bihi -artinya-: Memperkeraskan suara dalam membaca al-Quran, ini adalah sebagai penjelasan dari sabdanya: yataghanna -yakni bertaghanni dari kata ghina'-." Makna: adzinallahu yakni mendengarkan. Ini sebagai tanda keridhaan dan diterima.

 

وعن أبي موسى الأشْعَرِيِّ رضيَ اللهُ عنهُ أنَّ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قالَ لهُ : « لَقَدْ أُوتِيتُ مِزْمَارَاً مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُد » متفقٌ عليه .  وفي روايةٍ لمسلمٍ : أنَّ رسولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ لهُ : « لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَسْتَمِعُ لِقِرَاءَتِكَ البارحَةَ ».

 

1002. Dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi salam bersabda padanya: "Sesungguhnya engkau telah dikarunia -oleh Allah- mizmar -yakni seruling- dari mizmar-mizmarnya keluarga Dawud." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi salam bersabda padanya: "Alangkah gembiranya hatimu, jikalau engkau melihat bahwa saya mendengarkan bacaanmu -akan al-Quran- tadi malam."

 

Imam as-Syafi'i rahimahullah berkata: Artinya bertaghanni ialah memperbaguskan suara dan melemah-lembutkannya atau mengiramakan bacaan al-Quran itu." Uraian sedemikian ini disaksikan pula dengan hadits lain, yaitu: Hiasilah al-Quran itu dengan suara-suaramu. Menurut bangsa Arab, setiap orang yang mengeraskan suaranya dan mengiramakannya, maka suaranya itu dapat disebut ghina'. Maksudnya bahwa bacaan Abu Musa radhiyallahu anhu itu amat indah dan baik sekali. Kata mizmar atau seruling dijadikan sebagai perumpamaan untuk bagusnya suara dan kemanisan iramanya, jadi diserupakan dengan suara seruling. Dawud adalah seorang Nabi 'alaihis-salam dan beliau ini adalah sebagai puncak dalam kebagusan suaranya di dalam membaca.

 

وعَنِ الْبَرَاءِ بنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عنهمَا قالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَرَأَ في العِشَاءِ بِالتِينِ والزَّيْتُونِ ، فَمَا سَمِعْتُ أَحَدَاً أَحْسَنَ صَوْتَاً مِنْهُ . متفقٌ عليه .

1003. Dari al-Bara' bin 'Azib radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Nabi shalallahu alaihi salam membaca dalam shalat Isya' dengan surat Attin wazzaitun -dalam salah satu dari kedua rakaatnya yang dibaca keras-. Maka saya tidak pernah mendengar seorangpun yang lebih indah bacaannya dari beliau shalallahu alaihi salam itu." (Muttafaq'alaih)

 

وَعَنْ أَبِي لُبَابَة بَشِير بنِ عَبْدِ المُنْذِرِ رضيَ اللهُ عنهُ ، أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ فَلَيْسَ مِنَّا » رواهُ أبو داود بإسنادٍ جيد .

1004. Dari Abu Lubabah yaitu Basyir bin Abdul Mundzir radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi salam bersabda: "Barangsiapa yang tidak bertaghanni dengan al-Quran -yakni di waktu membacanya-, maka ia bukanlah termasuk golongan kita." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik. Makna: yataghanna atau bertaghanni ialah memperbaguskan suaranya ketika membaca al-Quran.

 

وَعَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضيَ اللهُ عنهُ قالَ : قَالَ لي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « اقْرَأْ عَلَيَّ الْقُرْآنَ » ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلْكَ أُنْزِلَ ؟! قَالَ : « إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي »" فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى جِئْتُ إلى هذهِ الآيَة : ﴿ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هؤُلاءِ شَهِيدَاً ﴾ قالَ : « حَسْبُكَ الآنَ » فالْتَفَتُّ إِلَيْهِ ، فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَان . متفقٌ عليه .

1005. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi salam bersabda kepadaku: "Bacakanlah al-Quran padaku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, adakah saya akan membaca al-Quran untuk Tuan, sedangkan al-Quran itu kepada Tuanlah diturunkannya?" Beliau shalallahu alaihi salam bersabda: "Saya senang sekali kalau mendengar al-Quran itu dari orang lain." Saya lalu membacanya untuk beliau shalallahu alaihi salam itu surat an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat ini -yang artinya-: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap umat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas umat ini" -an-Nisa' 42-. Setelah itu beliau shalallahu alaihi salam lalu bersabda: "Cukuplah sudah bacaanmu sekarang." Saya menoleh pada beliau shalallahu alaihi salam dan kedua matanya meneteskan airmata." (Muttafaq 'alaih)



0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan