Rabu, 31 Januari 2024

Bab 255. Haramnya Mendengar Kata Umpatan -Ghibah- Dan Menyuruh Kepada Orang Yang Mendengar Umpatan Yang Diharamkan Itu supaya Menolaknya

Loading

 

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 255. Haramnya Mendengar Kata Umpatan -Ghibah- Dan Menyuruh Kepada Orang Yang Mendengar Umpatan Yang Diharamkan Itu supaya Menolaknya dan Mengingkari -Tidak Menyetujui- Kepada Orang Yang Mengucapkannya. Jikalau Tidak Kuasa Ataupun Orang Tadi Tidak Suka Menerima Nasihatnya, Supaya Ia Memisahkan Diri Dari Tempat Itu Jikalau Mungkin Ia Berbuat Demikian

 

قال اللَّه تعالى:  { وإذا سمعوا اللغو أعرضوا عنه }

Allah Ta'ala berfirman: "Jikalau mereka -yakni orang-orang mu'min- mendengar kata-kata yang tidak berguna, maka mereka berpaling daripadanya." (al-Qashash: 55)

وقال تعالى:  { والذين هم عن اللغو معرضون }

Allah Ta'ala juga berfirman: "Orang-orang mu'min ialah orang-orang yang berpaling dari kata-kata yang tidak berguna." (al-Mu'minun: 3)

وقال تعالى:  { إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولاً }

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu semua akan diberi pertanyaan -tentang apa-apa yang dilakukan masing-masing-." (al-Isra': 36)

وقال تعالى:  { وإذا رأيت الذين يخوضون في آياتنا فأعرض عنهم حتى يخوضوا في حديث غيره، وإما ينسينك الشيطان فلا تقعد بعد الذكرى مع القوم الظالمين }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan apabila engkau melihat orang-orang yang memperolok-olokkan keterangan-keterangan Kami, hendaklah engkau menghindarkan diri dari mereka itu, sehingga mereka membicarakan perkara yang lain. Dan jikalau engkau terlupa karena godaan syaitan, janganlah engkau terus duduk sesudah teringat itu bersama-sama dengan orang-orang yang menganiaya -diri sendiri-." (al-An'am: 68)

 

وعنْ أبي الدَّرْداءِ رضي اللَّه عَنْهُ عنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : « منْ ردَّ عَنْ عِرْضِ أخيهِ، ردَّ اللَّه عنْ وجْههِ النَّارَ يوْمَ القِيَامَةِ » رواه الترمذي وقالَ : حديثٌ حسنٌ .

1525. Dari Abuddarda' radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Barangsiapa yang menolak dari kehormatan saudaranya -seperti mencegah orang yang hendak mengumpat saudaranya itu di hadapannya-, maka Allah menolak orang itu dari neraka pada hari kiamat" - Saudara yang dimaksudkan ialah orang yang sesama muslim atau mu'min. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

 

وعنْ عِتْبَانَ بنِ مالِكٍ رضي اللَّهُ عنْهُ في حدِيثِهِ الطَّويلِ المشْهورِ الَّذي تقدَّم في باب الرَّجاءِ قَالَ : قامَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  يُصلِّي فَقال : « أيْنَ مالِكُ بنُ الدُّخْشُمِ ؟ » فَقَال رجل: ذلكَ مُنافِقٌ لا يُحِبُّ اللَّه ورسُولَهُ ، فَقَال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا تقُلْ ذلكَ ، ألا تَراه قد قَال : لا إلهَ إلاَّ اللًه يُريدُ بذلك وجْه اللَّه ، وإن اللَّه قدْ حَرَّمَ على النَّارِ منْ قال : لا إله إلاَّ اللَّه يبْتَغِي بِذلكَ وجْهَ اللَّه » متفقٌ عليه .

1526. Dari 'Itban bin Malik radhiyallahu anhu dalam hadisnya yang panjang lagi masyhur yang telah dibahas uraiannya dalam bab Harapan -lihat hadits no.416-, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam berdiri untuk shalat lalu bersabda: "Manakah Malik bin Addukhsyum?" Lalu ada seorang yang berkata: "Ia adalah seorang munafik yang tidak mencintai Allah dan RasulNya-." Kemudian Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Janganlah engkau berkata demikian, tidakkah engkau melihat bahwa ia juga telah mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan membacanya ia menghendaki keridhaan Allah. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengan mengucapkannya itu ia mengharapkan keridhaan Allah itu." (Muttafaq 'alaih) 'Itban dengan kasrahnya 'ain menurut keterangan yang masyhur dan ada yang menceritakan dengan didhammahkan 'ainnya itu dan sehabis 'ain ialah ta' yang bertitik dua diatas lalu ba' bertitik satu. Adapun Addukhsyum dengan dhammahnya dal dan sukunnya kha' serta dhammahnya syin. Kha' dan syin itu mu'jamah semuanya.

 

وعَنْ كعْبِ بنِ مالكٍ رضي اللَّه عَنْهُ في حدِيثِهِ الطَّويلِ في قصَّةِ توْبَتِهِ وقد سبقَ في باب التَّوْبةِ . قال : قال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وهُو جَالِسٌ في القَوْم بِتبُوكَ : « ما فعل كَعْبُ بنُ مالك ؟ » فقالَ رجُلٌ مِنْ بَني سلِمَةَ : يا رسُولَ اللَّه حبسهُ بُرْداهُ ، والنَّظَرُ في عِطْفيْهِ . فقَال لَهُ معاذُ بنُ جبلٍ رضي اللَّه عنْه : بِئس ما قُلْتَ ، واللَّهِ يا رسُولَ اللَّهِ ما عَلِمْنا علَيْهِ إلاَّ خيْراً ، فَسكَتَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم .متفق عليه .

1527. Dari Ka'ab bin Malik radhiyallahu anhu dalam hadisnya yang panjang dalam kisah taubatnya dan sudah lampau keterangannya dalam bab Taubat -lihat hadits no.21-, ia berkata: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda dan waktu itu beliau sedang duduk di kalangan kaum di Tabuk -yakni orang-orang yang sama-sama mengikuti peperangan Tabuk-: "Apakah yang dikerjakan oleh Ka'ab bin Malik?" Kemudian ada seorang dari Bani Salimah berkata: "Ya Rasulullah, ia tertahan oleh baju indahnya dan keadaan sekelilingnya yang permai pandangannya." Mu'az bin Jabal lalu berkata: "Buruk sekali yang engkau katakan itu. Demi Allah ya Rasulullah, kita tidak mengetahui tentang diri Ka'ab itu melainkan yang baik-baik saja." Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu berdiam diri. (Muttafaq 'alaih) 'Ithfahu artinya di kedua tepinya atau sekelilingnya, ini adalah sebagai isyarat keheranan seseorang pada dirinya sendiri.


0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan