Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi * |
Bab 168. Adab-adab Kesopanan Perjalanan, Turun, Menginap Dan Tidur Dalam Berpergian, Juga Sunnahnya Berjalan Malam, Belas Kasihan Pada Binatang-binatang, Menjaga Kemaslahatan-kemaslahatan Binatang-binatang Tadi Serta Menyuruh Orang Yang Teledor Memberikan Hak Binatang-binatang Tadi Supaya Memberikan Haknya Dan Bolehnya Naik Di Belakang Dan Di Depan Punggung Binatang Kendaraan, Jikalau Binatang itu Kuat Dinaiki Sampai Dua Orang
عن أَبي هُرَيْرَة رضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قال رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إذا سافَرْتُم في الخِصْبِ فَأعْطُوا الإِبِلَ حظَّهَا مِنَ الأَرْضِ ، وإِذا سافَرْتُمْ في الجَدْبِ ، فَأَسْرِعُوا عَلَيْهَا السَّيْرَ وَبادروا بِهَا نِقْيَهَا ، وَإذا عرَّسْتُم ، فَاجتَنِبُوا الطَّريقَ ، فَإِنَّهَا طرُقُ الدَّوابِّ ، وَمأْوى الهَوامِّ باللَّيْلِ » رواه مسلم .
959. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Jikalau engkau semua berpergian melalui tempat yang subur, maka berikanlah pada unta itu akan haknya dari bumi -yakni berikanlah ia kesempatan makan secukupnya-. Tetapi jikalau engkau semua berpergian melalui tempat yang tandus, maka percepatkanlah binatang-binatang itu untuk segera dapat sampai di tempat tujuannya sebelum kehabisan sumsumnya -yakni sebelum kehabisan tenaga karena sukarnya perjalanan-. Jikalau engkau semua bermalam di jalanan, maka jauhilah menempati tempat lalu lintas, sebab tempat-tempat itu memang untuk jalannya segala macam binatang dan juga tempat tinggalnya binatang-binatang yang merayap di waktu malam." (Riwayat Muslim)
Makna A'thul ibila hazhzhaha minal ardhi ialah belas kasihani unta itu dalam perjalanannya supaya dapat pula sambil makan-makan di kala melakukan perjalanannya. Sabdanya niqyaha, dengan kasrahnya nun dan sukunnya qaf dan dengan ya' mutsannat di bawah -titik dua di bawah- artinya ialah sumsum. Adapun maksudnya ialah: "Percepatkanlah berjalan dengan binatang itu sehingga segera sampai di tempat yang dituju sebelum lenyap sumsumnya -yakni sebelum kehabisan tenaga- karena sukarnya perjalanan yang ditempuh. Adapun Atta'ris artinya ialah turun menginap di waktu malam.
وعن أَبي قَتَادةَ رضيَ اللَّهُ عنهُ قَالَ : كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذا كانَ في سفَرٍ ، فَعَرَّسَ بلَيْلٍ اضْطَجَعَ عَلى يَمينِهِ، وَإِذا عَرَّس قُبيْلَ الصُّبْحِ نَصَبَ ذِرَاعَهُ وَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلى كَفِّه . رواه مسلم .
960. Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu apabila berpergian lalu menginap di waktu malam, beliau shalallahu alaihi wasalam berbaring pada sebelah kanan tubuhnya dan jikalau tidur sebelum hampir waktu subuh, maka beliau shalallahu alaihi wasalam menegakkan lengan tangan dan meletakkan kepalanya di atas tapak tangannya itu." (Riwayat Muslim) Para alim ulama berkata: "Sesungguhnya beliau shalallahu alaihi wasalam itu menegakkan lengan tangannya tadi agar supaya tidak tenggelam dalam tidurnya -yakni terlampau nyenyak- sehingga akan terlambat bangun untuk shalat subuh melewati waktunya atau melewati permulaan waktunya."
وعنْ أَنسٍ رضي اللَّه عنهُ قَال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « عَلَيْكُمْ بِالْدُّلْجَةِ ، فَإِنَّ الأَرْضَ تُطْوَى بِاللَّيلِ » رواه أبو داود بإسناد حسن . « الدُّلجَة » السَّيْرُ في اللَّيْلِ .
961. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hendaklah engkau semua berpergian di waktu malam, sebab sesungguhnya bumi itu dilipat di waktu malam itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. Adduljah ialah berjalan di waktu malam.
وعنْ أَبي ثَعْلَبةَ الخُشَنِي رَضي اللَّه عنهُ قال : كانَ النَّاسُ إذا نَزَلُوا مَنْزلاً تَفَرَّقُوا في الشِّعابِ والأَوْدِيةِ . فقالَ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إن تَفَرُّقَكُمْ في هَذِهِ الشِّعابِ وَالأوْدِية إِنَّما ذلكُمْ منَ الشَّيْطَان ،» فَلَمْ ينْزلُوا بعْدَ ذلك منْزلاً إِلاَّ انْضَمَّ بَعضُهُمْ إلى بعْضٍ. رواه أبو داود بإسناد حسن .
962. Dari Abu Tsa'labah radhiyallahu anhu, katanya: "Orang-orang itu apabila turun di suatu tempat berhenti, mereka suka berpisah-pisah di lereng-lereng dan lembah-lembah. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya berpisah-pisahmu di lereng-lereng dan lembah-lembah ini, sesungguhnya itu adalah dari cara yang dilakukan syaitan. Maka tidak lagi sesudah itu mereka turun berhenti di sesuatu tempat melainkan yang sebagian berkumpul dengan sebagian yang lain. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.
وعَنْ سَهْلِ بنِ عمرو وَقيلَ سَهْلِ بن الرَّبيعِ بنِ عَمرو الأنْصَاريِّ المَعروفِ بابنِ الحنْظَليَّةِ ، وهُو منْ أهْل بَيْعةِ الرِّضَوان ، رضيَ اللَّه عنه قالَ : مرَّ رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ببعِيرٍ قَدْ لَحِقَ ظَهْرُهُ ببطْنِهِ فقال : « اتَّقُوا اللَّه في هذه البهَائمِ المُعْجمةِ فَارْكبُوها صَالِحَةً ، وكُلُوها صالحَة » رواه أبو داود بإسناد صحيح .
963. Dari Sahl bin 'Amr, ada yang mengatakan Sahl bin ar-Rabi' 'Amral-Anshari yang terkenal dengan nama Ibnul Hanzaliyah. Ia adalah golongan orang-orang yang ikut menyertai Bai'atur Ridhwan radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berjalan melalui seekor unta yang punggungnya telah menempel dengan perutnya -yakni sudah lelah dan tampak lapar serta kurus sekali-, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Takutlah engkau semua kepada Allah dalam memelihara binatang-binatang yang bisu ini. Naikilah ia dengan baik-baik dan beri makanlah ia dengan baik-baik pula." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
وعَن أبي جعفرٍ عبدِ اللَّهِ بنِ جعفرٍ ، رضيَ اللَّه عنهما قال : أَرْدفني رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، ذات يَوْم خَلْفَه ، وَأسَرَّ إِليَّ حدِيثاً لا أُحَدِّث بِهِ أحَداً مِنَ النَّاسِ ، وكانَ أَحبَّ مَا اسْتَتَر بِهِ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لِحاجَتِهِ هَدَفٌ أَوْ حَائشُ نَخل . يَعْني : حَائِطَ نَخْل : رواه مسلم هكذا مختصراً .
وزاد فِيهِ البَرْقانيُّ بإِسناد مسلم : هذا بعد قوله : حائشُ نَخْلٍ : فَدَخَلَ حَائطاً لِرَجُلٍ منَ الأَنْصارِ ، فإذا فِيهِ جَمَلٌ ، فَلَمَّا رَأى رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم جرْجرَ وذَرفَتْ عَيْنَاه ، فأَتَاهُ النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَمَسَحَ سَرَاتَهُ أَي : سنامَهُ وَذِفْرَاهُ فَسكَنَ ، فقال : «مَنْ رَبُّ هذا الجَمَلِ ، لِمَنْ هَذا الجَمَلُ ؟ » فَجاءَ فَتى مِنَ الأَنصَارِ فقالَ : هذا لي يا رسولَ اللَّه . فقالَ : « أَفَلا تَتَّقِي اللَّه في هذِهِ البَهيمَةِ التي مَلَّكَكَ اللَّهُ إياهَا ؟ فإنَّهُ يَشْكُو إِليَّ أَنَّكَ تُجِيعُهُ وَتُدْئِبُهُ » . ورواه أبو داود كروايةِ البَرْقاني .
964. Dari Abu Ja'far yaitu Abdullah bin Ja'far radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya dinaikkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam di belakangnya -di atas punggung seekor binatang kendaraan- pada suatu hari dan beliau memberitahukan sesuatu pembicaraan kepada saya secara rahasia yang tidak akan saya beritahukan kepada siapapun juga diantara seluruh manusia ini. Sesuatu yang paling disenangi oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam untuk dijadikan sebagai tabirnya di waktu membuang hajatnya ialah sesuatu yang tinggi -tanah ataupun pasir- juga kumpulan pohon kurma yang rimbun. Jadi semacam dinding yang terdiri dari pohon-pohon kurma." Diriwayatkan oleh Imam Muslim demikian ini secara ikhtisar. Al-Barqani menambahkan di situ, dengan isnad Imam Muslim sebagaimana yang di belakang ini sesudah ucapannya kumpulan pohon-pohon kurma: "Lalu beliau shalallahu alaihi wasalam memasuki dinding milik seorang lelaki dari golongan sahabat Anshar, tiba-tiba di situ ada seekor unta. Setelah Rasulullah melihatnya, maka unta itupun meringik -atau merintih- dan kedua matanya melelehkan airmata. Ia lalu didatangi oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam kemudian diusaplah puncak punggungnya -yakni punuknya- dan pula tengkuknya -yang dekat telinganya-, selanjutnya unta itupun berdiamlah. Setelah itu beliau shalallahu alaihi wasalam bertanya: "Siapakah yang memiliki unta ini? Siapakah yang mempunyai unta ini?" Lalu datanglah seorang pemuda dari golongan sahabat Anshar dan ia berkata: "Ini adalah kepunyaan saya, ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Tidakkah engkau takut kepada Allah dalam memelihara binatang ini yang telah diserahkan oleh Allah untuk menjadi milikmu. Unta itu mengadu kepada saya bahwa engkau membiarkannya ia lapar dan membuat ia amat lelah." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud sebagaimana riwayatnya al-Barqani. Ucapannya: dzifrahu, dengan kasrahnya dzal mu'jamah dan Sukunnya fa', ini adalah lafaz mufrad muannats. Ahlul lughah berkata: Adzdzifra ialah tempat yang berpeluh dari unta yang terletak di belakang telinga. Adapun tud-ibuhu artinya ialah engkau membuatnya sangat lelah.
وعن أَنسٍ رَضيَ اللَّهُ عنْهُ ، قال : كُنَّا إِذا نَزَلْنَا مَنْزِلاً ، لا نسَبِّحُ حَتَّى نَحُلَّ الرِّحَالَ . رواه أبو داود بإِسناد على شرط مسلم .
965. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Kita semua apabila turun di suatu tempat pemberhentian, maka kita tidak akan bertasbih dulu -maksudnya tidak melakukan shalat sunnah dulu- sehingga kita lepaskan beban-beban itu -dari punggung unta-." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad menurut syaratnya Imam Muslim. Ucapannya: Ia nusabbihu artinya ialah kita tidak shalat sunnah dulu, sedang maksudnya ialah bahwa sekalipun kita gemar sekali melakukan shalat, namun demikian kita tidak akan mendahulukan melakukannya sebelum menurunkan beban-beban itu dari punggung binatang serta meng-istirahatkannya.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan