Rabu, 31 Januari 2024

Bab 215. Keutamaan Bersiwak -Sikat Gigi- dan Perkara-Perkara Kefitrahan

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 215. Keutamaan Bersiwak -Sikat Gigi- dan Perkara-Perkara Kefitrahan

 

عَنْ أَبي هُريرَةَ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : « لَوْلا أَنْ أَشُقَّ عَلى أُمَّتي ­ أَوْ عَلى الناس ­ لأمرْتُهُمْ بِالسِّواكِ معَ كلِّ صلاةٍ » متفقٌ عليه .

1193. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Andaikata tidak akan menjadikan keberatan bagi umatku atau atas sekalian manusia, sesungguhnya mereka itu akan saya perintah untuk bersiwak pada tiap-tiap akan bershalat." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعنْ حُذيفَةَ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ ، قال : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذا قَامَ مِنَ النَّومِ يَشُوصُ فَاهُ بالسِّواكِ . متفقٌ عليه .

1194. Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu apabila bangun dari tidur, beliau menggosok-gosok mulutnya -yakni gigi-giginya- dengan siwak." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ عائشةَ رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : كنَّا نُعِدُّ لرسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ فَيَبْعَثُهُ اللَّه مَا شَاءَ أَن يبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ ، فَيتسَوَّكُ ، وَيَتَوَضَّأُ ويُصَلِّي » رواهُ مُسلمٌ .

1195. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua menyediakan untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasalam akan siwaknya serta air untuk berwudhu'nya, lalu ia dibangkitkan oleh Allah sekehendak waktu yang diinginkan olehNya untuk membangkitkannya di waktu malam, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam bersiwak lalu berwudhu' dan terus shalat." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ أَنسٍ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أَكثَرْتُ عَليكُمْ في السِّوَاكِ » رواهُ البُخاريُّ .

1196. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Saya perbanyakkan benar -untuk menyuruh- engkau semua dalam hal bersiwak." (Riwayat Bukhari)

 

وعَنْ شُرَيحِ بنِ هانِيءٍ قَالَ : قُلْتُ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا : بأَيِّ شيءٍ كَان يَبْدَأُ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذا دَخَلَ بَيْتَهُ ، قَالَتْ : بِالسِّوَاكِ ، روَاهُ مُسْلِمٌ .

1197. Dari Syuraih bin Hani', katanya: "Saya berkata kepada Aisyah radhiallahu 'anha: "Dengan amalan apakah yang dimulai oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam, jikalau beliau shalallahu alaihi wasalam memasuki rumahnya?" Ia menjawab: "Dengan bersiwak." (Riwayat Muslim)

 

وَعَنْ أَبي موسَى الأشعَرِيِّ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ ، قَاَل: دَخَلت عَلى النَّبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وطرَفُ السوَاكِ على لِسانِهِ . مُتَّفَقٌ عليهِ ، وهذا لَفْظُ مُسلِمٍ .

1198. Dari Abu Musa radhiyallahu anhu, katanya: "Saya masuk ketempat Nabi shalallahu alaihi wasalam sedang ujung siwak itu ada di lisan beliau shalallahu alaihi wasalam" (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim.

 

وعنْ عائِشَةَ رَضِي اللَّه عَنْها ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « السِّواكُ مَطهَرةٌ للفَمِ مرْضَاةٌ للرَّبِّ » رواهُ النَّسائيُّ ، وابنُ خُزَيمةَ في صحيحهِ بأَسانيد صحيحةٍ .

1199. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Siwak itu adalah menyebabkan sucinya mulut dan menyebabkan adanya keridhaan Tuhan." Diriwayatkan oleh Imam-imam Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya dengan isnad-isnad shahih. Imam Bukhari Rahimahullah menyebutkan hadits ini dalam kitab shahihnya sebagai ta'liq dengan shiqat jazam, beliau mengatakan: "Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Siwak itu dan seterusnya."

 

Keterangan:

 

Ta'liq maksudnya dengan membuang awal sanad dalam hadits di atas. Hadits yang dita'liqkan itu disebut hadits Mu'allaq. Persoalan ini termasuk dalam Musthalah hadits atau ilmu untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan macam-macam nama Hadis, tingkatannya serta yang lain-lain lagi. Adapun maksudnya dengan shighat jazam itu ialah bahwa hadits di atas itu diberi hukum yang mantap perihal keshahihannya.

 

وعَنْ أَبي هُريرةَ رضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « الفِطرةُ خَمسٌ ، أَوْ خمْسٌ مِنَ الفِطرةِ : الخِتان ، وَالاسْتِحْدَادُ ، وَتقلِيمُ الأَظفَارِ ، ونَتف الإِبِطِ ، وقَصُّ الشَّارِبِ » مُتفقٌ عليه .

1200. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam sabdanya; "Kefitrahan -kemurnian sejak kejadian manusia diciptakan pertama kali- itu ada lima hal, atau lima hal ini termasuk dalam kefitrahan, yaitu berkhitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabuti rambut ketiak dan mencukur kumis." (Muttafaq 'alaih) Alistihdad ialah mencukur 'anah yaitu rambut yang ada di sekitar kemaluan -baik pada lelaki ataupun wanita-.

 

وعَنْ عائِشة رضيَ اللَّه عنْهَا قَالَتْ : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « عَشرٌ مِنَ الفِطرَةِ: قَصُّ الشَّارِبِ ، وإِعفَاءُ اللِّحْيَةِ ، وَالسِّوَاكُ ، واسْتِنشَاقُ الماءِ ، وقَصُّ الأَظفَارِ ، وغَسلُ البَرَاجِمِ ، وَنَتفُ الإِبطِ ، وَحلقُ العانَة ، وانتِقاصُ المَاءِ » قال الرَّاوي : ونسِيتُ العاشِرة إِلاَّ أَن تَكون المَضمضَةُ ، قالَ وَكيعٌ ­ وَهُوَ أَحَدُ روَاتِهِ ­ : انتِقَاصُ الماءِ ، يَعني: الاسْتِنْجاءَ . رَواهُ مُسلِمٌ .

1201. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada sepuluh hal termasuk kefitrahan -kemurnian sejak kejadian manusia-, yaitu: mencukur kumis, membiarkan tumbuhnya janggut, bersiwak, menghirup air dalam hidung, memotong kuku, membasuh ruas-ruas jari-jari, mencabuti rambut ketiak, mencukur rambut kemaluan dan bercebok." Yang meriwayatkan hadits ini berkata: "Saya lupa pada yang kesepuluh, kecuali kalau yang kesepuluh itu ialah berkumur." Waki' berkata dan orang ini adalah salah seorang dari yang meriwayatkan hadits ini: Intiqashulma' ialah beristinja' -bercebok-." (Riwayat Muslim) Albarajim dengan ha' muwahhadah dan jim yaitu ruas-ruas jari-jari dan i'faut-lihyah artinya ialah tidak mencukurnya sedikitpun daripada rambut janggut."

 

وَعَن ابنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا ، عن النَّبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : « أَحْفُوا الشَّوارِبَ وأَعْفُوا اللِّحَى » مُتفقُ عليهِ .

1202. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, katanya: "Guntinglah kumis -yang memanjang melebihi dua bibir- dan biarkanlah tumbuhnya janggut." (Muttafaq 'alaih)



0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan