Selasa, 30 Januari 2024

Bab 170. Apa-Apa Yang Diucapkan Apabila Seseorang Itu Menaiki Kendaraannya Untuk Berpergian

Loading

 

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 170. Apa-Apa Yang Diucapkan Apabila Seseorang Itu Menaiki Kendaraannya Untuk Berpergian

 

قال اللَّه تعالى:  { وجعل لكم من الفلك والأنعام ما تركبون. لتستووا على ظهوره ثم تذكروا نعمة ربكم إذا استويتم عليه، وتقولوا: سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين، وإنا إلى ربنا لمنقلبون}.

Allah Ta'ala berfirman: "Allah menjadikan untukmu semua kapal dan binatang ternak itu sebagai kendaraan untukmu, agar engkau semua dapat duduk di atas punggungnya, kemudian ingatlah akan kenikmatan Tuhanmu, ketika engkau semua telah tetap di atasnya dan supaya engkau mengucapkan -yang artinya-: "Maha Suci Zat Allah yang telah menundukkan semua ini untuk kita dan kita semua tidak dapat mengendalikannya -kecuali dengan pertolongan Tuhan-. Dan sesungguhnya kita semua akan kembali kepada Tuhan kita." (az-Zukhruf: 12-14)

 

وعن ابنِ عمر رَضِيَ اللَّه عنهما ، أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كانَ إِذا اسْتَوَى عَلَى بعِيرهِ خَارجاً إِلي سفَرٍ ، كَبَّرَ ثلاثاً ، ثُمَّ قالَ : «سبْحانَ الذي سخَّرَ لَنَا هذا وما كنَّا له مُقرنينَ، وَإِنَّا إِلى ربِّنَا لمُنقَلِبُونَ . اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ في سَفَرِنَا هذا البرَّ والتَّقوى ، ومِنَ العَمَلِ ما تَرْضى . اللَّهُمَّ هَوِّنْ علَيْنا سفَرَنَا هذا وَاطْوِ عنَّا بُعْدَهُ ، اللَّهُمَّ أَنتَ الصَّاحِبُ في السَّفَرِ ، وَالخَلِيفَةُ في الأهْلِ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وعْثَاءِ السَّفَرِ ، وكآبةِ المنظَرِ ، وَسُوءِ المنْقلَبِ في المالِ والأهلِ وَالوَلدِ » وإِذا رجَعَ قَالهُنَّ وزاد فيِهنَّ : « آيِبونَ تَائِبونَ عَابِدُون لِرَبِّنَا حَامِدُونَ » رواه مسلم .

969. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam apabila berada di atas punggung untanya untuk keluar berpergian, maka beliau shalallahu alaihi wasalam itu bertakbir dulu sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan -yang artinya-: "Maha Suci Zat Allah yang menundukkan kendaraan ini pada kita dan kita tidak kuasa rnengendalikannya -melainkan dengan pertolongan Allah- dan sesungguhnya kita akan kembali kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya kita memohonkan kepadaMu dalam berpergian kita ini akan kebajikan dan ketaqwaan, juga apa-apa yang Engkau ridhai dari amal perbuatan. Ya Allah, mudahkanlah segala sesuatu untuk kita dalam berpergian kita ini dan lipatlah -dekatkanlah- mana-mana yang jauh. Engkau adalah kawan dalam perjalanan, pengganti -yang mengawas-awasi- dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu dari kesukaran perjalanan, kesedihan pandangan dan buruknya keadaan ketika kembali, baik mengenai harta, keluarga ataupun anak." Selanjutnya apabila beliau shalallahu alaihi wasalam kembali lalu mengucapkan kalimat-kalimat di atas itu pula dan menambahkan dengan ucapan -yang artinya-: "Kita telah kembali, kita semua bertaubat -kepada Allah-, menyembah kepada Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian padaNya." (Riwayat Muslim)

 

وعن عبد اللَّه بن سرْجِس رضي اللَّه عنه قال : كان رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذا سافر يَتَعوَّذ مِن وعْثاءِ السفـَرِ ، وكآبةِ المُنْقَلَبِ ، والحوْرِ بعْد الكَوْنِ ، ودعْوةِ المظْلُومِ . وسوءِ المنْظَر في الأهْلِ والمَال . رواه مسلم .

970. Dari Abdullah bin Sarjis radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu apabila berpergian, beliau shalallahu alaihi wasalam mohon perlindungan kepada Allah daripada kesukaran perjalanan, kesedihan keadaan waktu kembali, adanya kekurangan sesudah berlebihan, juga dari doa orang yang teraniaya, buruknya pandangan dalam keluarga dan harta." (Riwayat Muslim) Demikianlah yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim, yaitu Alhaur ba'dal kaun dengan nun, demikian pula yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Nasa'i. Imam Tirmidzi mengatakan: "Ada yang meriwayatkan dengan lafaz alkaur dengan ra' dan keduanya itu mempunyai wajah masing-masing." Para alim ulama berkata: "Maknanya dengan nun dan ra' semuanya ialah kembali dari ketetapan dan kelebihan menjadi kekurangan." Mereka mengatakan: "Riwayat ra' -kaur- itu diambil dari kata mentakwirkan sorban artinya ialah melipat dan mengumpulkannya, sedang riwayat nun ialah dari kata kaun, sebagai mashdarnyakana yakunu kaunan, jikalau didapatkan dan menetap."

 

وعن علِيِّ بن ربيعة قال : شَهدْتُ عليَّ بن أبي طالب رَضي اللَّه عنهُ أُتِيَ بِدابَّةٍ لِيَرْكَبَهَا ، فَلما وضَع رِجْلَهُ في الرِّكابِ قال : بِسْم اللَّهِ ، فلَمَّا اسْتَوَى على ظَهْرها قال : الحْمدُ للَّهِ الذي سَخَّرَ لَنَا هذا ، وما كُنَّا لَهُ مُقْرنينَ ، وإنَّا إلى ربِّنَا لمُنْقلِبُونَ ، ثُمَّ قال : الحمْدُ للَّهِ ثَلاثَ مرَّاتٍ ، ثُمَّ قال : اللَّه أَكْبرُ ثَلاثَ مرَّاتٍ ، ثُمَّ قال : سُبْحانَكَ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لي إِنَّه لا يغْفِرُ الذُّنُوب إِلاَّ أَنْتَ ، ثُمَّ ضحِك ، فَقِيل : يا أمِير المُؤْمِنينَ ، مِنْ أَيِّ شَيءٍ ضَحِكْتَ ؟ قال : رأَيتُ النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَعل كَما فعلْتُ ، ثُمَّ ضَحِكَ فقلتُ : يا رسول اللَّهِ مِنْ أَيِّ شَيء ضحكْتَ ؟ قال : « إِنَّ رَبَّك سُبْحانَهُ يَعْجب مِنْ عَبْده إذا قال : اغْفِرِ لي ذنُوبي، يَعْلَمُ أَنَّهُ لا يغْفِرُ الذَّنُوبَ غَيْرِي » . رواه أبو داود ، والترمذي وقال : حديثٌ حسنٌ، وفي بعض النسخ : حسنٌ صحيحٌ . وهذا لفظ أَبي داود .

971. Dari Ali bin Rabi'ah, katanya: "Saya menyaksikan Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu diberi seekor kendaraan untuk dinaiki olehnya. Ketika ia meletakkan kakinya pada pijakan kaki, ia berkata -yang artinya-: "Dengan nama Allah -Bismillah-." Setelah berada di punggungnya, lalu mengucapkan -yang artinya-: "Segenap puji bagi Allah yang menundukkan kendaraan ini untuk kita dan kita tidak kuasa mengendalikannya tanpa pertolongan Allah. Sesungguhnya kita akan kembali kepadaNya." Selanjutnya ia mengucapkan -yang artinya-: "Segenap puji bagi Allah -Alhamdulillah-," tiga kali. Seterusnya mengucapkan -yang artinya-: "Allah adalah Maha Besar -Allahu Akbar-," tiga kali. Kemudian mengucapkan pula -yang artinya-: "Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya menganiaya diri saya sendiri, maka berikanlah pengampunan kepada saya, sesungguhnya saja tidak ada yang dapat memberikan pengampunan melainkan Engkau." Setelah mengucapkan semua itu lalu Ali radhiyallahu anhu ketawa. Kepadanya ditanyakan: "Ya Amirul mu'minin, mengapa Anda ketawa?" Ia menjawab: "Saya pernah melihat Nabi shalallahu alaihi wasalam mengerjakan sebagaimana yang saya kerjakan itu, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam ketawa. Saya bertanya: "Ya Rasulullah, karena apakah Tuan ketawa?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Sesungguhnya Tuhanmu yang Maha Suci itu merasa heran terhadap hambaNya apabila ia mengucapkan: "Ampunkanlah untukku dosa-dosaku," ia mengetahui bahwasanya memang tidak ada yang kuasa mengampuni dosa selain daripadaKu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan, sedang dalam sebagian naskah dianggap hasan shahih. Hadits seperti di atas adalah lafaznya Imam Abu Dawud.


 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan