Sabtu, 27 Januari 2024

Bab 153. Bolehnya Menangisi Orang Mati Tanpa Meratap -Menghitung-hitung Kebaikan Mayit- Juga Tanpa Suara Keras Dalam Tangisnya Itu

Loading

 

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 153. Bolehnya Menangisi Orang Mati Tanpa Meratap -Menghitung-hitung Kebaikan Mayit- Juga Tanpa Suara Keras Dalam Tangisnya Itu

 

Ada pun bersuara keras ketika menangisi mayit itu, maka hukumnya adalah haram dan ini akan diuraikan dalam suatu bab tersendiri yaitu 'Kitab Larangan', Insya Allah. Adapun menangis biasa, maka ada beberapa hadits yang menguraikan tentang dilarangnya itu dan bahwasanya mayit itu akan disiksa dengan sebab tangis keluarganya. Hal sedemikian ini ditakwilkan dan ditangguhkan atas orang yang mewasiatkan itu. Adapun yang dilarang itu hanyalah tangis yang di dalamnya disertai ratapan atau dengan suara keras luar biasa. Adapun dalilnya tentang bolehnya menangis tanpa ratapan dan tidak dengan suara keras ialah beberapa hadits yang banyak sekali jumlahnya, diantaranya ialah:

 

عن ابنِ عُمرَ رضي اللَّه عنهما أَنَّ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عاد سَعْدَ بنَ عُبَادَةَ ، وَمَعَهُ عبْدُ الرَّحمنِ بنُ عَوفٍ ، وسعْدُ بْنُ أَبي وَقَّاصٍ ، وعبْدُ اللَّهِ بن مَسْعُودٍ رضي اللَّه عنهم ، فَبكى رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فلمَّا رَأَى القوْمُ بُكاءَ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، بَكَوْا ، فقال : « أَلا تَسْمعُونَ ؟ إِنَّ اللَّه لا يُعَذِّبُ بِدمْعِ العَيْنِ ، وَلا بِحُزْنِ القَلْبِ ، وَلكِنْ يُعَذّبُ بِهذاَ أَوْ يَرْحَمُ » وَأَشَارَ إِلى لِسَانِهِ .متفقٌ عليه .

922. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam meninjau Sa'ad bin Ubadah dan besertanya ialah Abdur Rahman bin Auf, Sa'ad bin Abu Waqqash dan Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhum. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menangis. Ketika orang-orang sama mengetahui tangisnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, maka merekapun menangislah. Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Adakah engkau semua tidak mendengar? Sesungguhnya Allah itu tidak akan menyiksa sebab adanya airmata yang mengalir di mata, tidak pula karena kesusahan hati, tetapi Allah menyiksa itu ialah dengan sebab perbuatan ini ataupun Allah memberikan kerahmatannya." Beliau shalallahu alaihi wasalam menunjuk kepada lisannya. (Muttafaq 'alaih)

 

وعن أُسَامة بنِ زَيْدٍ رضي اللَّه عنهما أَنَّ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم رُفِعَ إِلَيهِ ابْنُ ابْنَتِهِ وَهُوَ في المَوْتِ ، فَفَاضَتْ عَيْنا رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فقال له سعدٌ : مَا هذا يا رسولَ اللَّهِ ؟، قال: « هَذِهِ رحمةٌ جَعَلها اللَّهُ تَعالى في قلوبِ عبادِهِ ، وَإِنما يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عبَادِهِ الرُّحَمَاءَ » متفقٌ عليه .

923. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pada suatu ketika disampaikanlah berita tentang anak dari puterinya yang dalam keadaan akan meninggal dunia, lalu kedua mata Rasulullah shalallahu alaihi wasalam mengalirkan airmata. Kemudian Sa'ad berkata pada beliau shalallahu alaihi wasalam: "Apakah artinya ini, ya Rasulullah?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Ini adalah sebagai tanda belas kasihan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala dari hati hamba-hambaNya. Sesungguhnya Allah itu mengasihi orang-orang yang mempunyai hati belas kasihan dari golongan hamba-hambaNya itu." (Muttafaq 'alaih)

 

وعن أَنسٍ رضيَ اللَّهُ عنه أَنَّ رسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم دَخَلَ عَلى ابْنه إِبَراهِيمَ رضيَ اللَّهُ عنْه وَهُوَ يَجودُ بَنفسِه فَجعلتْ عَيْنا رسولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم تَذْرِفَانِ . فقال له عبدُ الرَّحمن بنُ عوفٍ: وأَنت يا رسولَ اللَّه ؟، فقال : « يا ابْنَ عوْفٍ إِنَّها رَحْمةٌ » ثُمَّ أَتْبَعَها بأُخْرَى ، فقال: « إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ والقَلْب يَحْزَنُ ، وَلا نَقُولُ إِلا ما يُرضي رَبَّنا وَإِنَّا لفِرَاقِكَ يا إِبْرَاهيمُ لمَحْزُونُونَ » . رواه البخاري ، وروى مُسلمٌ بعضَه .

924. Dari Anas radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam masuk ke tempat anaknya yaitu Ibrahim radhiyallahu anhu dan ia sedang menghadapi sakaratul maut -yakni menghadapi kematian-, maka kedua mata Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu melelehkan air mata. Abdur Rahman bin Auf berkata kepadanya: "Tuanpun menangis ya Rasulullah?" Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Hai Ibnu Auf, sesungguhnya air mata ini adalah sebagai tanda kasih sayang." Selanjutnya air mata pertama itu diikuti air mata kedua dan seterusnya. Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Sesungguhnya matapun dapat mengalirkan air mata dan hatipun dapat berduka cita. Kita tidak mengucapkan melainkan apa yang dapat memberikan keridhaan kepada Tuhan kita dan sesungguhnya kita ini dengan berpisah denganmu itu, hai Ibrahim sesungguhnya bersedih hati." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim juga meriwayatkan sebagiannya. Hadits-hadits dalam bab ini banyak sekali disebutkan dalam kitab shahih dan tersohor sekali. Wallahu a'lam.



0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan