ARBAIN HADITS KEDUAPULUH SATU
ISTIQOMAH
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. (Riwayat Muslim).
Takhrij
- ü Imam Muslim dalam Shahihnya No. 38
- ü Imam An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 11489
- ü Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No.
- ü Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 4916, 4917, 4921,4923
- ü Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 15454, 15455, 19450
- ü Imam Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 16
- ü Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 679
- ü Imam Abu Daud Ath Thayalisi dalam Musnadnya No. 1231
- ü Imam Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 20111
Kedudukan Hadits
Hadits ini berisi wasiat yang sangat mungkin mencakup seluruh urusan dien. Hadits ini termasuk Jawami’ul Kalim
yang hanya dimiliki oleh Nabi saw. meskipun hanya dua kalimat yaitu iman dan
istiqamah, namun dapat menerangkan kepada orang yang bertanya kepada beliau
tentang seluruh dasar Islam. Sebagaimana
diketahui bahwa Islam pada dasarnya adalah tauhid dan ketaatan. Tauhid terwujud
dengan keimanan kepada Allah, sedangkan ketaatan terwujud dengan istiqamah,
yaitu merealisasikan seluruh perintah dan menjauhi seluruh larangan, yang
meliputi pekerjaan hati dan anggota badan. Allah berfirman: “Maka tetaplah pada
jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Fushilat:
6)
AL ISTIQOMAH
Istiqomah adalah teguh dan terus menerus di atas agama, yaitu senantiasa taat
pada Alloh dan menjauhi segala yang mendatangkan murka Alloh. Istiqomah
meliputi urusan zhohir dan batin, yaitu amalan jawarih (anggota badan) dan
amalan hati.
KANDUNGAN HADITS
1. Pengertian Istiqamah.
Rasulullah saw. bersabda: “Katakanlah, saya beriman
kepada Allah swt, lalu istiqamahlah” dan riwayat lain: “Katanlah, Tuhanku
adalah Allah lalu istiqamahlah.” Adalah diambil dari firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah,” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
bersedih; dan bergembiralah kamu dengan [memperoleh] surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.” (Fushilat: 30) juga dalam firman-Nya yang lain:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami adalah Allah,’ kemudian
mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
tiada [pula] berduka cita.” (al-Ahqaf: 13)
Dalam menafsirkan kalimat: “tsummas taqaamuu”, Abu Bakar ra. berkata: “Tiada menyekutukan Allah sedikitpun.” Juga berkata: “Kemudian mereka tetap teguh bahwa Allah adalah Rabb mereka.”
Diriwayatkan pula bahwa Umar bin Khaththab ra. membaca ayat ini di atas mimbar lalu berkata: “Istiqamahlah untuk menaatinya dan janganlah berbolak-balik seperti musang.”
Semua pendapat ini berakhir ke satu muara, yaitu
istiqamah dalam mentauhidkan Allah swt. secara sempurna. Al-Qusyairy berkata:
“Istiqamah tingkat sempurnanya suatu perkara. Dengan adanya istiqamah, akan
tercipta kebaikan. Dan barangsiapa yang tidak memiliki sikap istiqamah, maka
semua usaha yang dilakukannya akan lenyap.”
Al-Wasithy berkata: “Istiqamah adalah etika yang menjadikan sempurnanya
berbagai kebaikan.”
Ibnu Rajab berkata: “Istiqamah adalah menempuh jalan yang lurus, agama yang
benar, tanpa berpaling ke kanan atau ke kiri. Mencakup semua ketaatan, yang
dhahir dan yang batin. Juga mencakup semua larangan. Sehingga pesan ini
mencakup semua kebaikan.”
2. Pasti terdapat kekuarangan.
Istiqamah adalah tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan pengetahuan dan
perbuatan, kebersihan hati yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan, dan kebersihan
aqidah dari segala bid’ah dan kesesatan. Karenanya manusia tidak akan bisa
mencapai sifat istiqamah secara sempurna. Pasti terdapat kekurangan. Ini
diisyaratkan dalam firman Allah: “Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Fushishilat: 6)
Perintah untuk memohon ampun dalam ayat ini, karena adanya kekurangan. Nabi
saw. bersabda: “Istiqamahlah kalian semua, dan kalian tidak akan mampu.” (HR
Imam Ahmad dan Muslim)
Beliau juga bersabda: “Berusahalah untuk senantiasa benar dan mendekatinya.”
(HR Bukhari dan Muslim)
3. Istiqamah Hati
Pada dasarnya, istiqamah adalah istiqamah hati terhadap
tauhid. Maka apabila hati telah istiqamah pada ma’rifatullah, rasa takut
kepada-Nya, mengagungkan dan mencintai-Nya, berdoa kepada-Nya, dan tawakkal
sepenuhnya kepada-Nya, niscaya seluruh anggota badan akan taat kepada Allah
swt. Karena hati adalah raja dan anggota badan adalah prajuritnya. Jika rajanya
berlaku benar, maka prajuritnya akan berlaku benar.
Rasulullah saw. bersabda: “Ketahuilah bahwa di dalam badan terdapat segumpal darah. Jika ia baik maka semua anggota badan akan baik. Jik ia rusak, maka semua anggota badan akan rusak. Segumpal darah itu adalah hati.”
4. Istiqamah lisan.
Setelah hati, yang perlu diperhatikan dalam istiqamah adalah lisan [ucapan].
Karena ucapan merupakan penerjemah bagi hati. Hal ini ditegaskan oleh hadits
Nabi saw. bahwasannya seorang shahabat bertanya kepada Rasulullahs saw: “Ya
Rasulallah, apa yang perlu saya takuti?” Mendengar pertanyaan ini Rasulullah
saw. lalu memegang mulutnya. (HR Tirmidzi, seraya berkata: “Hadits ini hasan
shahih.”)
Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Tidaklah benar iman seseorang hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang hingga benar lisannya. (HR Imam Ahmad dan Anas ra.)
“Jika anak Adam memasuki harinya, pagi-pagi, maka semua anggota badan mengingatkan lisan dan berkata: ‘Bertakwalah kamu kepada Allah karena kami sangat bergantung kepadamu. Jika kamu istiqamah, kami pun istiqamah. Jika kamu berpaling kami pun berpaling.” (HR Tirmidzi dan Abu Sa’id Al Khudzri)
5. Manfaat istiqamah
Istiqamah adalah keteguhan dan kemenangan, kejantanan dan keberuntungan di
medan pertempuran antara ketaatan dan hawa nafsu. Karena itu malaikat layak
turun kepada orang-orang yang istiqamah, mengusir segala ketakutan dan
keresahan mereka, memberi kabar gembira dengan surga dan menegaskan bahwa
mereka [malaikat] senantiasa mendampingi mereka baik di dunia maupun di
akhirat.
Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami adalah Allah.’ Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka [dengan mengatakan], ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan [memperoleh] surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Fushshilat: 30)
6. Urgensi Istiqamah
Satu hal yang mengindikasikan bahwa istiqamah sangat
urgen ialah Rasulullah saw. diperintahkan oleh Allah untuk tetap istiqamah:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.”
(Huud: 112)
Ibnu ‘Abbas berkata: “Tidak ada satu ayatpun di dalam al-Qur’an yang diturunkan
kepada Rasulullah yang lebih berat baginya dari ayat ini.”
Ketika itu para shahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: “Mengapa engkau cepat
beruban ya Rasulallah?” Beliau menjawab: “Itu karena ayat-ayat pada surat
Huud.”
Hasan ra. berkata: “Ketika turun ayat ini, Rasulullah
saw. sangat serius dan tidak pernah terlihat tertawa.”
Al-Qusyairi menyebutkan bahwa salah seorang shahabat bermimpi bertemu
Rasulullah saw. ia berkata kepada beliau: “Ya Rasulallah, engkau bersabda,
bahwa ubanmu itu disebabkan oleh surat Huud. Bagian manakah?” Beliau menjawab:
“Firman Allah: ‘Maka istiqamahlah, sebagaimana diperintahkan kepadamu.’”
7. Hadits ini memerintahkan untuk istiqamah dalam masalah tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah swt.
8. Hadits ini merupakan bukti keinginan yang kuat dari para shahabat untuk mempelajari agamanya dan menjaga keimanannya.
Tema-tema hadits:
1. Bertanya untuk mendapatkan kebaikan : 2 : 149, 2 : 512, 2 : 217, 2 : 219, 2 : 219, 2 :220.
2. Iman dan istiqomah: 41 : 30, 46 : 13, 72 : 16, 15 : 99
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan