Riyadhus
Shalihin – Imam Nawawi
*
|
Bab
370. Beberapa Hadits Yang Tidak Termasuk Dalam Bab Tertentu Namun Sangat Penting
Untuk Diketahui
عَن النَّواس
بنِ سَمْعانَ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : ذَكَرَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ ، فَخَفَّض فِيهِ
، وَرَفَع حَتَّى ظَنَناه في طَائِفَةِ النَّخْلِ ، فَلَمَّا رُحْنَا إلَيْهِ ،
عَرَفَ ذلكَ فِينَا فقالَ : « ما شأنكم ؟
» قُلْنَا : يَارَسُولَ اللَّهِ ذَكَرْتَ
الدَّجَّال الْغَدَاةَ ، فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَعْتَ ، حَتَّى ظَنَنَّاه في
طَائِفةِ النَّخْلِ فقالَ : « غَيْرُ الدَّجَالِ
أخْوفَني عَلَيْكُمْ ، إنْ يخْرجْ وأنآ فِيكُمْ ، فَأنَا حَجِيجُه دونَكُمْ ، وَإنْ
يَخْرجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ ، فكلُّ امريءٍ حَجيجُ نَفْسِهِ ، واللَّه خَليفَتي عَلى
كُلِّ مُسْلِمٍ . إنَّه شَابٌ قَطَطٌ عَيْنُهُ طَافِيَةٌ ، كأَنَّي أشَبِّهُه
بعَبْدِ الْعُزَّى بن قَطَنٍ ، فَمَنْ أدْرَكَه مِنْكُمْ ، فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ
فَوَاتِحَ سُورةِ الْكَهْفِ ، إنَّه خَارِجٌ خَلَّةً بَينَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ ،
فَعَاثَ يمِيناً وَعاثَ شمالاً ، يَا عبَادَ اللَّه فَاثْبُتُوا » . قُلْنَا يا رسول اللَّه ومَالُبْثُه في الأرْضِ ؟ قالَ
: « أرْبَعُون يَوْماً : يَوْمٌ كَسَنَةٍ ،
وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ، وَيوْمٌ كجُمُعَةٍ ، وَسَائِرُ أيَّامِهِ كأَيَّامِكُم »
. قُلْنَا : يا رَسُول اللَّه ، فَذلكَ
الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أتكْفِينَا فِيهِ صلاةُ يَوْمٍ ؟ قال : « لا ، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ » . قُلْنَا : يَارَسُولَ اللَّهِ وَمَا إسْراعُهُ في الأرْضِ ؟
قالَ : « كَالْغَيْث استَدبَرَتْه الرِّيحُ ،
فَيَأْتي على الْقَوْم ، فَيَدْعُوهم ، فَيؤْمنُونَ بِهِ ، ويَسْتجيبون لَهُ
فَيَأمُرُ السَّماءَ فَتُمْطِرُ ، والأرْضَ فَتُنْبِتُ ، فَتَرُوحُ عَلَيْهمْ
سارِحتُهُم أطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرى ، وَأسْبَغَه ضُرُوعاً ، وأمَدَّهُ خَواصِرَ،
ثُمَّ يَأْتي الْقَوْمَ فَيَدْعُوهم ، فَيَرُدُّون عَلَيهِ قَوْلهُ ، فَيَنْصَرف
عَنْهُمْ ، فَيُصْبحُون مُمْحِلينَ لَيْسَ بأيْدِيهم شَيءٌ منْ أمْوالِهم ،
وَيَمُرُّ بِالخَربَةٍِ فَيقول لَهَا : أخْرجِي كُنُوزَكِ ، فَتَتْبَعُه ،
كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيب النَّحْلِ ، ثُّمَّ يدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئاً شَباباً
فَيضْربُهُ بالسَّيْفِ ، فَيَقْطَعهُ ، جِزْلَتَيْن رَمْيَةَ الْغَرَضِ ، ثُمَّ
يَدْعُوهُ ، فَيُقْبِلُ ، وَيَتَهلَّلُ وجْهُهُ يَضْحَكُ . فَبَينَما هُو كَذلكَ
إذْ بَعَثَ اللَّه تَعَالى المسِيحَ ابْنَ مَرْيم صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ،
فَيَنْزِلُ عِنْد المَنَارَةِ الْبَيْضـَآءِ شَرْقيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ
مَهْرُودتَيْنِ ، وَاضعاً كَفَّيْهِ عَلى أجْنِحةِ مَلَكَيْنِ ، إذا طَأْطَأَ
رَأسهُ ، قَطَرَ وإذا رَفَعَهُ تَحدَّر مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤلُؤ ، فَلا يَحِلُّ
لِكَافِر يَجِدُّ ريحَ نَفَسِه إلاَّ مات ، ونَفَسُهُ يَنْتَهِي إلى حَيْثُ
يَنْتَهِي طَرْفُهُ ، فَيَطْلُبُه حَتَّى يُدْرِكَهُ بَباب لُدٍّ فَيَقْتُلُه .
ثُمَّ يأتي عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَوْماً قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّه
مِنْهُ ، فَيَمْسَحُ عنْ وُجوهِهِمْ ، ويحَدِّثُهُم بِدرَجاتِهم في الجنَّةِ .
فَبَينَما هُوَ كَذلِكَ إذْ أوْحَى اللَّه تَعَالى إلى عِيسى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم أنِّي قَدْ أَخرَجتُ عِبَاداً لي لا يدانِ لأحَدٍ بقِتَالهمْ ، فَحَرِّزْ
عِبادي إلى الطُّورِ ، وَيَبْعَثُ اللَّه يَأْجُوجَ ومَأجوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ
حَدِبٍ يَنْسلُون ، فيَمُرُّ أوَائلُهُم عَلى بُحَيْرةِ طَبرِيَّةَ فَيَشْرَبون مَا
فيهَا ، وَيمُرُّ آخِرُهُمْ فيقولُونَ : لَقَدْ كَانَ بهَذِهِ مرَّةً ماءٌ .
وَيُحْصَرُ نبي اللَّهِ عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَأصْحَابُهُ حَتَّى
يكُونَ رأْسُ الثَّوْرِ لأحدِهمْ خيْراً منْ مائَةِ دِينَارٍ لأحَدِكُمُ الْيَوْمَ
، فَيرْغَبُ نبي اللَّه عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وأَصْحَابُه ، رضي
اللَّه عَنْهُمْ ، إلى اللَّهِ تَعَالى، فَيُرْسِلُ اللَّه تَعَالى عَلَيْهِمْ
النَّغَفَ في رِقَابِهِم ، فَيُصبحُون فَرْسى كَموْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ، ثُمَّ
يهْبِطُ نبي اللَّه عيسى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَأصْحابهُ رضي اللَّه
عَنْهُمْ ، إلى الأرْضِ ، فَلاَ يَجِدُون في الأرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إلاَّ مَلأهُ
زَهَمُهُمْ وَنَتَنُهُمْ ، فَيَرْغَبُ نبي اللَّه عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم وَأصْحابُهُ رضي اللَّه عَنْهُمْ إلى اللَّه تَعَالَى ، فَيُرْسِلُ اللَّه
تَعَالى طيْراً كَأعْنَاقِ الْبُخْتِ ، فَتحْمِلُهُمْ ، فَتَطرَحُهم حَيْتُ شَآءَ
اللَّه ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّه عَزَّ وجَلَّ مـطَراً لا يَكِنُّ مِنْهُ بَيْتُ
مَدَرٍ ولا وَبَرٍ ، فَيَغْسِلُ الأرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كالزَّلَقَةِ . ثُمَّ
يُقَالُ لِلأرْضِ : أنْبِتي ثَمرَتَكِ ، ورُدِّي برَكَتَكِ ، فَيَوْمئِذٍ تأكُلُ
الْعِصَابَة مِن الرُّمَّانَةِ، وَيسْتظِلون بِقِحْفِهَا ، وَيُبارَكُ في الرِّسْلِ
حَتَّى إنَّ اللَّقْحَةَ مِنَ الإبِلِ لَتَكْفي الفئَامَ مِنَ النَّاس،
وَاللَّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفي الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاس ، وَاللَّقْحَةَ
مِنَ الْغَنمِ لَتَكْفي الفَخِذَ مِنَ النَّاس .فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إذْ
بَعَثَ اللَّه تَعالَى رِيحاً طَيِّبَةً ، فَتأْخُذُهم تَحْتَ آبَاطِهِمْ ،
فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤمِن وكُلِّ مُسْلِمٍ ، وَيبْقَى شِرَارُ النَّاسِ
يَتهَارجُون فِيهَا تَهَارُج الْحُمُرِ فَعَلَيْهِم تَقُومُ السَّاعَةُ»
رواهُ مسلم
1805. Dari Annawwas bin
Sam'an radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
menyebut-nyebutkan perihal Dajjal pada suatu pagi. Beliau shalallahu alaihi
wasalam menguraikan Dajjal itu kadang-kadang suaranya direndahkan dan
kadang-kadang diperkeraskan dan Dajjal itu sendiri oleh beliau shalallahu alaihi
wasalam kadang-kadang dihinanya, tetapi kadang-kadang diperbesarkan hal ihwalnya
sebab amat besarnya fitnah yang akan ditimbulkan olehnya itu, sehingga kita
semua mengira seolah-olah Dajjal itu sudah ada di kelompok pohon kurma. Setelah
pada suatu ketika kita pergi ke tempatnya, beliau shalallahu alaihi wasalam
kiranya telah mengetahui apa yang ada di dalam perasaan kita, lalu bertanya:
"Ada persoalan apakah engkau semua ini?" Kita menjawab: "Ya Rasulullah, Tuan
menyebut-nyebutkan Dajjal pada suatu pagi, Tuan merendahkan serta mengeraskan
suara dan Dajjal itu Tuan hinakan, juga Tuan perbesarkan peristiwanya karena
besarnya fitnah yang akan ditimbulkan olehnya, sehingga kita semua mengira bahwa
ia sudah ada di kelompok pohon kurma." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu
bersabda: "Kecuali Dajjal, itulah yang paling saya takutkan kalau menimpa
atas dirimu semua. Jikalau ia keluar dan saya masih ada di kalangan engkau
semua, maka sayalah penantangnya untuk melindungi engkau semua. Tetapi jikalau
ia keluar dan saya sudah tidak ada di kalangan engkau semua, maka setiap manusia
adalah sebagai penantang guna melindungi dirinya sendiri dan Allah adalah
penggantiku dalam melindungi setiap orang Muslim. Sesungguhnya Dajjal adalah
seorang pemuda yang rambutnya sangat keriting, matanya menonjol, seolah-olah
saya menyamakannya dengan Abul 'Uzza bin Qathan. Maka barangsiapa yang dapat
bertemu dengannya, maka hendaklah membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat
al-Kahfi. Dajjal itu akan keluar di Khallah, suatu jalanan yang terletak antara
Syam dan Irak, lalu membuat kerusakan di bagian sebelah kanannya dan juga
membuat kerusakan di bagian sebelah kirinya. Maka itu hai hamba-hamba Allah,
tetapkanlah keimananmu semua." Kita para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah,
berapa lama ia menetap di bumi?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab:
"Empat puluh hari, yang sehari -hari pertama- itu lamanya sama dengan setahun,
yang sehari lagi -hari kedua- lamanya seperti sebulan, yang sehari sesudah itu
-hari ketiga- seperti sejum'at -yakni seminggu, sedang hari-hari yang selain
tiga hari itu adalah sebagaimana keadaan hari-hari pada masamu sekarang
ini." Kita bertanya lagi: "Ya Rasulullah, dalam sehari yang panjang waktunya
sebagaimana setahun itu, apakah kita cukup mengerjakan seperti shalat sehari
saja -yakni lima waktu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Tidak
cukup, maka itu perkirakanlah menurut kadar jaraknya masing-masing." Jadi
tetap lima kali dalam perkiraan sehari seperti sekarang. Kita bertanya pula: "Ya
Rasulullah, bagaimanakah kecepatannya dalam menjelajah bumi?" Beliau shalallahu
alaihi wasalam bersabda: "Yaitu bagaikan hujan yang didorong oleh angin dari
arah belakangnya. Dajjal itu datang kepada sesuatu kaum, lalu ia mengajak
mereka, kemudian mereka itu beriman padanya dan mengikuti apa yang dikehendaki
olehnya. Ia menyuruh langit supaya menurunkan hujan, lalu turunlah hujan, ia
menyuruh bumi supaya menumbuhkan tanaman, lalu tumbuhlah tanamannya. Selanjutnya
kembalilah ternak-ternak mereka tergembala di situ dalam keadaan bergumbul -atau
berpunuk- sepanjang -atau sebesar- yang pernah ada, juga mempunyai tetek
sekenyang yang pernah ada -yakni penuh air susu- dan terpanjang pantatnya -sebab
semuanya kenyang. Seterusnya datanglah Dajjal itu pada sesuatu kaum, lalu mereka
ini diajaknya mengikuti kehendaknya, tetapi mereka menolak, kemudian kembalilah
Dajjal itu meninggalkan mereka. Kaum yang menolak ini -karena ketetapan
keimanannya- pada keesokan harinya telah menjadi kering daerahnya -seolah-olah
telah lama tidak kehujanan dan kosong sama sekali dari rumput dan tanaman
lain-lain, juga tidak lagi mereka memiliki harta benda sedikitpun. Dajjal itu
lalu berjalan melalui puing-puing -bekas istana yang rusak-rusak-, kemudian ia
berkata: "Keluarkanlah harta-harta simpananmu," tiba-tiba harta-harta di situ
dapat diambil dan mengikuti perjalanan Dajjal itu sebagaimana lebah-lebah
mengikuti rajanya. Setelah itu Dajjal memanggil seorang pemuda yang penuh jiwa
kepemudaannya -menurut riwayat yang dimaksudkan ialah Al-Hidhr-, lalu ia memukul
pemuda ini dengan pedang, sehingga terpotonglah tubuhnya menjadi dua bagian
dengan kecepatan bagaikan lemparan anak panah pada sasarannya. Tetapi Dajjal
lalu memanggil pemuda yang sudah mati itu, lalu ia hidup kembali dan
menghadapnya, sedang wajahnya berseri-seri sambil tertawa. Dalam keadaan
sebagaimana di atas itu, tiba-tiba Allah Ta'ala mengutus Isa al-Masih putera
Maryam. Ia turun di menara -atau rumah tinggi- putih warnanya, yang terletak di
sebelah selatan Damsyik, yaitu mengenakan dua lembar pakaian yang bersumba,
dengan meletakkan kedua tapak tangannya atas sayap dua malaikat. Jikalau ia
menundukkan kepalanya, maka mencucurlah air dari kepalanya itu, sedang apabila
ia mengangkatnya, maka berjatuhanlah daripadanya permata-permata besar bagaikan
mutiara. Maka tiada seorang kafirpun yang berdiam di sesuatu tempat yang dapat
mencium bau tubuhnya itu, melainkan ia pasti mati dan jiwanya itu terhenti
sejauh terhentinya pandangan matanya. Selanjutnya al-Masih mencari Dajjal itu
sehingga dapat menemukannya di pintu gerbang negeri Luddin, kemudian ia
membunuhnya. Seterusnya Isa alaihi salam mendatangi kaum yang telah dilindungi
oleh Allah dari kejahatan Dajjal itu, lalu ia mengusap wajah-wajah mereka
-maksudnya melapangkan kesukaran-kesukaran yang mereka alami selama kekuasaan
Dajjal tersebut- dan ia memberitahukan kepada mereka bahwa mereka akan
memperoleh derajat yang tinggi dalam syurga. Dalam keadaan yang sedemikian itu
lalu Allah memberikan wahyu kepada Isa alaihi salam bahwasanya Aku -Allah- telah
mengeluarkan beberapa orang hambaKu yang tiada kekuasaan bagi siapapun untuk
menentang serta berlawanan perang dengan mereka itu. Maka itu kumpulkanlah
hamba-hambaKu -yang menjadi kaum mu'minin- itu ke gunung Thur. Orang-orang yang
dikeluarkan oleh Allah itu ialah bangsa Ya'juj dan Ma'juj. Mereka itu mengalir
secara cepat sekali dari setiap tempat yang tinggi. Kemudian berjalanlah barisan
pertama dari mereka itu di danau Thabariyah, lalu minum airnya, selanjutnya
berjalanlah barisan terakhir dari mereka lalu mereka ini berkata: "Danau ini
tentunya tadi masih ada airnya -dan kini sudah habis." Nabiyullah Isa alaihi
salam serta sekalian sahabat-sahabatnya dikurung -yakni dikepung dari segala
jurusan sehingga tidak dapat keluar-, sampai-sampai nilai sebuah kepala lembu
bagi seorang diantara mereka itu adalah lebih berharga dari seratus uang dinar
emas bagi seorang diantara engkau semua pada hari ini. Nabiyullah Isa alaihi
salam dan sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum semuanya merendahkan diri kepada
Allah Ta'ala memohonkan agar kesukaran itu segera dilenyapkan. Allah Ta'ala lalu
menurunkan ulat atas bangsa Ya'juj dan Ma'juj tadi di leher-leher mereka,
kemudian menjadilah mereka itu sebagai korban yang mati seluruhnya dalam waktu
sekaligus, seperti kematian seorang manusia. Nabiyullah Isa alaihi salam serta
sahabat-sahabatnya radhiallahu 'anhum lalu turun ke bumi. Mereka tidak menemukan
sejengkal tanahpun di bumi itu melainkan terpenuhi oleh bau busuk dan bau bacin
mayat-mayat bangsa-bangsa Ya'juj dan Ma'juj tadi. Selanjutnya Nabiyullah Isa
alaihi salam dan sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum sama merendahkan diri
lagi kepada Allah Ta'ala sambil memohonkan agar mayat-mayat mereka dilenyapkan.
Allah Ta'ala menurunkan burung sebesar batang-batang leher unta dan burung
inilah yang membawa mereka lalu meletakkan mereka itu di sesuatu tempat yang
telah dikehendaki oleh Allah. Seterusnya Allah 'Azza-wajalla lalu menurunkan
hujan yang tidak tertutup daripadanya tempat yang bertanah keras ataupun yang
lunak -yakni semuanya pasti terkena siraman hujan itu-, kemudian hujan itu
membasuh merata di bumi sehingga menyebabkan bumi itu bersih bagaikan kaca.
Kepada bumi itu lalu dikatakan: "Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan luapkanlah
keberkahanmu." Maka pada saat itu sekelompok manusia cukup makan dari sebiji
buah delima saja -karena amat besarnya. Merekapun dapat bernaung di bawah kulit
tempurung delima tadi dan dikaruniakanlah keberkahan dalam air susu, sehingga
sesungguhnya seekor unta yang mengandung air susu sesungguhnya dapat mencukupi
segolongan besar dari para manusia, seekor lembu yang mengandung air susu dapat
mencukupi sekabilah manusia, sedang seekor kambing yang mengandung susu dapat
mencukupi sedesa manusia. Seterusnya di waktu mereka dalam keadaan yang
sedemikian itu, tiba-tiba Allah Ta'ala mengirimkan angin yang sejuk nyaman, lalu
angin itu mengambil nyawa kaum mu'minin itu dari bawah ketiaknya. Jadi angin
itulah yang mencabut jiwa setiap orang mu'min dan setiap orang muslim. Kini yang
tertinggal adalah golongan manusia yang jahat-jahat yang saling bercampur-baur
-antara lelaki dan perempuan- sebagaimana bercampur baurnya sekelompok keledai.
Maka di atas mereka inilah menjelang tibanya hari kiamat." (Riwayat Muslim)
Sabdanya:
Khallatan bainas syami wal 'iraqi, artinya jalanan yang terletak antara kedua
negeri itu. Sabdanya: 'Aatsa dengan 'ain muhmalah dan tsa' bertitik tiga dan
juga Al'aitsu ialah sangatnya kerusakan. Adzdzura, punggung-punggung unta -yakni
gumbul/punuk. Alya'asib ialah lebah-lebah lelaki. Jazlataini artinya dua potong
dan Algharadh ialah sasaran yang kepadanya dilemparkanlah anak panah, yakni ia
melemparkannya sebagai lemparannya anak panah kepada sasaran. Almahrudah dengan
dal muhmalah atau mu'jamah, yaitu pakaian yang disumba. Sabdanya: La yadani
yaitu tidak mempunyai kedua tangan yakni tidak mempunyai kekuatan atau
kekuasaan. Annaghafu ialah ulat. Farsa jamaknya faris yaitu orang yang terbunuh.
Azzalaqatu dengan fathahnya zai, lam dan qaf dan ada yang mengatakan Azzulfatu,
dengan dhammahnya zai, sukunnya lam dan dengan fa' ialah kaca atau cermin.
Al'ishabah yakni jama'ah. Arrislu artinya air susu. Allaqhatu artinya binatang
yang mengandung air susu. Alfi-aam dengan kasrahnya fa' dan sesudah itu ada
hamzah yaitu segolongan manusia dan Alfakhdzu ialah yang di bawah kabilah dari
para manusia.
وَعَنْ
رِبْعيِّ بْنِ حِرَاشٍ قَال : انْطَلَقْتُ مَعَ أبي
مسْعُودٍ الأنْصارِيِّ إلى حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي اللَّه عنهم فَقَالَ
لَهُ أبُو مسعودٍ ، حَدِّثْني مَا سمِعْت مِنْ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، في الدَّجَّال قالَ : « إنَّ
الدَّجَّالَ يَخْرُجُ وَإنَّ مَعَهُ ماءً وَنَاراً ، فَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ
النَّاسُ ماءً فَنَارٌ تُحْرِقُ، وَأمَّا الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ نَاراً ،
فَمَاءٌ بَاردٌ عذْبٌ ، فَمَنْ أدْرَكَهُ مِنْكُمْ ، فَلْيَقَعْ في الذي يَراهُ
نَاراً ، فَإنَّهُ ماءٌ عَذْبٌ طَيِّبُ »
فَقَالَ أبُو مَسْعُودٍ : وَأنَا قَدْ
سَمِعْتُهُ . متَّفَقٌ عَلَيْهِ
1806. Dari Rib'iy bin
Hirasy, katanya: "Saya berangkat dengan Abu Mas'ud al-Anshari ke tempat
Hudzaifah al-Yaman radhiallahu 'anhum, lalu Abu Mas'ud berkata kepadanya:
"Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah
shalallahu alaihi wasalam perihal Dajjal." Hudzaifah lalu berkata: "Nabi
shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan
sesungguhnya beserta Dajjal itu ada air dan api. Adapun yang dilihat oleh para
manusia sebagai air, maka sebenarnya itu adalah api yang membakar, sedang apa
yang dilihat oleh para manusia sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang
dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang menemui Dajjal diantara engkau semua,
hendaklah masuk dalam benda yang dilihatnya sebagai api, karena sesungguhnya ini
adalah air tawar dan nyaman sekali." Setelah itu Abu Mas'ud berkata:
"Sayapun benar-benar pernah mendengar yang seperti itu." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بن عَمْرو بن العاص رضي اللَّه عَنْهُما قالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: « يخْرُجُ الدَّجَّالُ في
أمَّتي فَيَمْكُثُ أربَعِينَ ، لا أدْري أرْبَعِينَ يَوْماً ، أو أرْبَعِينَ
شَهْراً ، أوْ أرْبَعِينَ عَاماً ، فَيبْعثُ اللَّه تَعالى عِيسَى ابْنَ مَرْيمَ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُه ، ثُّمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ
سبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنْينِ عدَاوَةٌ .
ثُّمَّ
يُرْسِلُ اللَّه ، عزَّ وجَلَّ ، ريحاً بارِدَةً مِنْ قِبلِ الشَّامِ ، فَلا يبْقَى
على وَجْهِ الأرْضِ أحَدٌ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أوْ إيمَانٍ
إلاَّ قَبَضَتْهُ ، حتَّى لَوْ أنَّ أحَدَكُمْ دخَلَ في كَبِدِ جَبلٍ ،
لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ . فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ في خِفَّةِ
الطَّيْرِ ، وأحْلامِ السِّباعِ لا يَعْرِفُون مَعْرُوفاً ، وَلا يُنْكِرُونَ
مُنْكَراً ، فَيَتَمَثَّلَ لهُمُ الشَّيْطَانُ ، فَيقُولُ : ألا تسْتَجِيبُون ؟
فَيَقُولُونَ : فَما تأمُرُنَا ؟ فَيَأمرُهُم بِعِبَادةِ الأوْثَانِ ، وهُمْ في
ذلكَ دارٌّ رِزْقُهُمْ ، حسنٌ عَيْشُهُمْ . ثُمَّ يُنْفَخُ في الصَّور ، فَلا
يَسْمعُهُ أحَدٌ إلاَّ أصْغى لِيتاً ورفع ليتاً ، وَأوَّلُ منْ يسْمعُهُ رَجُلٌ
يلُوطُ حَوْضَ إبِله ، فَيُصْعقُ ويسعق النَّاسُ حوله ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّه
أوْ قالَ : يُنْزِلُ اللَّه مَطَراً كأَنَّهُ الطَّلُّ أو الظِّلُّ ، فَتَنْبُتُ
مِنْهُ أجْسَادُ النَّاس ثُمَّ ينفخ فِيهِ أخْرَى فإذا هُمْ قِيامٌ يَنْظُرُون.
ثمَّ يُقَالُ يا أيهَا النَّاسُ هَلُمَّ إلى رَبِّكُم ، وَقِفُوهُمْ إنَّهُمْ
مَسْؤولونَ ، ثُمَّ يُقَالُ : أخْرجُوا بَعْثَ النَّارِ فَيُقَالُ : مِنْ كَمْ ؟
فَيُقَالُ : مِنْ كُلِّ ألْفٍ تِسْعَمِائة وتِسْعةَ وتِسْعينَ ، فذلكَ يْوم يجْعَلُ
الْوِلْدانَ شِيباً ، وذَلكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عنْ ساقٍ » رواه
مسلم
1807. Dari Abdullah bin
'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam bersabda: "Dajjal itu akan keluar kepada umatku kemudian menetap
selama empat puluh lamanya, tetapi saya tidak mengerti apakah itu empat puluh
hari atau empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah mengutus Isa
putera Maryam alaihi salam lalu ia mencari Dajjal kemudian merusakkannya -yakni
membunuhnya. Kemudian para manusia itu menetap selama tujuh tahun di saat itu
tidak ada permusuhan sama sekali antara dua orang manusiapun. Selanjutnya Allah
'Azzawajalla mengutus angin yang dingin dari arah Syam (Palestina). Maka tidak
ada seorangpun yang menetap di atas permukaan bumi yang dalam hati orang itu ada
timbangan seberat semut kecil dari kebaikan atau keimanan, melainkan pasti akan
dicabut nyawanya sehingga andaikata salah seorang dari engkau semua ada yang
masuk di dalam perut gunung, juga pasti akan dimasuki oleh angin tadi, sampai
dapat tercabut nyawanya. Akhirnya yang ketinggalan adalah manusia-manusia yang
buruk kelakuannya yang suka cepat-cepat melakukan keburukan dan kezaliman sampai
dapat diumpamakan sebagai keringanan burung yang sedang terbang atau angan-angan
binatang buas yang hendak memangsa. Orang-orang tersebut tidak mengerti apa-apa
yang baik dan tidak mengingkari apa-apa yang buruk -yakni kemungkaran dibiarkan
belaka. Seterusnya lalu muncullah syaitan yang menjelma sebagai manusia lalu
berkata: "Alangkah baiknya kalau engkau semua suka mengikuti perintahku?"
Orang-orang sama berkata: "Apakah yang engkau perintahkan kepada kita?" Kemudian
syaitan tersebut mengajak mereka menyembah berhala-berhala. Keadaan para manusia
di saat itu adalah sangat luas rezekinya, senang hidupnya. Selanjutnya
ditiupkanlah dalam sangkakala, maka tiada seorangpun yang mendengarnya melainkan
ia menurunkan lehernya yang sebelah dan mengangkat yang sebelah lainnya.
Pertama-tama orang yang mendengarnya itu ialah seorang yang sedang memperbaiki
pelur kolam untanya, lalu ia tidak sadarkan diri dan semua manusia di
sekitarnyapun tidak sadarkan diri -terus mati. Kemudian Allah mengirimkan atau
sabdanya: Menurunkan hujan bagaikan rintik-rintik atau bagaikan bayangan, lalu
dari air itu tumbuhlah seluruh tubuh para manusia, terus ditiupkanlah pula
sekali lagi sangkakala tersebut tiba-tiba orang-orang itu sama berdiri bangun
sambil memperhatikan keadaan di waktu itu, kemudian ada yang mengucapkan: "Hai
sekalian manusia, marilah sama mendekat di hadapan Tuhanmu semua," dan kepada
semua malaikat diperintahkan: "Hentikan dulu orang-orang itu, sebab sesungguhnya
mereka akan ditanya lebih dulu." Kemudian dikatakan pula: "Keluarkan olehmu
semua orang-orang itu perlu dikirim ke neraka." Selanjutnya ditanyakan: "Dari
berapa?" Lalu dijawab: "Dari setiap seribu -orang- sebanyak sembilan ratus
sembilan puluh sembilan orang." Sabdanya: "Itulah hari yang dapat membuat
anak-anak kecil menjadi beruban dan itulah hari dibukanya betis manusia, karena
amat kebingungan sekali." (Riwayat Muslim) Alliitu ialah batang leher,
artinya ialah merendahkan lehernya yang sebelah dan mengangkat sebelah yang
lainnya.
وَعَنْ أنَسٍ
رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَال رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
: « لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ
إلاَّ مَكَّةَ والمَدينة، ولَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أنْقَابِهما إلاَّ عَلَيْهِ
المَلائِكَةُ صَافِّينَ تحْرُسُهُما، فَيَنْزِلُ بالسَّبَخَةِ ، فَتَرْجُفُ
المدينةُ ثلاثَ رَجَفَاتٍ ، يُخْرِجُ اللَّه مِنْهَا كُلَّ كَافِرٍ
وَمُنَافِقٍ» رواه مسلم
1808. Dari Anas
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya
Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah
dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk
melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir -di
luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari
goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan
munafik." (Riwayat Muslim)
وعَنْهُ رضي
اللَّه عنْهُ أنَّ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « يَتْبعُ الدَّجَّال مِنْ يهُودِ أصْبهَانَ سَبْعُونَ ألْفاً
علَيْهم الطَّيَالِسة » رواهُ مسِلمٌ
1809 Dari Anas
radhiyallahu anhu pula bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Yang mengikuti Dajjal dari golongan kaum Yahudi Ashbihan itu ada sebanyak
tujuh puluh ribu orang. Mereka itu mengenakan pakaian kependetaan." (Riwayat
Muslim)
وعَنْ أمِّ
شَريكٍ رضي اللَّه عَنْهَا أنَّها سمِعتِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
يَقُولُ : « ليَنْفِرَن النَّاسُ مِنَ الدَّجَّالِ في
الجِبَالِ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ
1810. Dari Ummu Syarik
radhiallahu 'anha bahwasanya ia mendengar Nabi shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Sesungguhnya sekalian manusia itu sama melarikan diri dari
gangguan Dajjal yaitu ke gunung-gunung." (Riwayat Muslim)
وعَن
عِمْرَانَ بنِ حُصَيْنٍ رضي اللَّه عنْهُما قالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ: « مَا بَيْنَ خَلْقِ
آدَم إلى قِيامِ السَّاعةِ أمْرٌ أكْبرُ مِنَ الدَّجَّالِ » رواه
مسلم
1811. Dari Imran bin
Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam bersabda: "Tiada suatu peristiwapun antara jarak waktu
semenjak Allah menciptakan Adam sampai datangnya hari kiamat nanti, yang lebih
besar daripada perkara Dajjal." (Riwayat Muslim)
وعنْ أبي
سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ عَنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
قال : « يخْرُجُ الدَّجَّالُ فَيتَوَجَّه قِبَلَه رَجُلٌ
منَ المُؤمِنين فَيَتَلَقَّاهُ المَسالح : مسالحُ الدَّجَّالِ ، فَيقُولُونَ له :
إلى أيْنَ تَعمِدُ ؟ فيَقُول : أعْمِدُ إلى هذا الَّذي خَرَجَ ، فيقولُون له : أو
ما تُؤْمِن بِرَبِّنَا ؟ فيقول : ما بِرَبنَا خَفَاء ، فيقولُون : اقْتُلُوه ،
فيقُول بعْضهُمْ لبعضٍ : ألَيْس قَدْ نَهاكُمْ رَبُّكُمْ أنْ تقتلوا أحداً دونَه ،
فَينْطَلِقُونَ بِهِ إلى الدَّجَّالِ ، فَإذا رآه المُوْمِنُ قال : يَا أيُّهَا
النَّاسُ إنَّ هذا الدَّجَّالُ الَّذي ذَكَر رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم فَيأمُرُ الدَّجَّالُ بِهِ فَيُشْبَحُ ، فَيَقولُ : خُذُوهُ وَشُجُّوهُ ،
فَيُوسَعُ ظَهْرُهُ وبَطْنُهُ ضَرْباً ، فيقولُ : أوما تُؤمِنُ بي ؟ فَيَقُولُ :
أنْتَ المَسِيحُ الْكَذَّابُ ، فَيُؤمرُ بهِ ، فَيؤْشَرُ بالمِنْشَارِ مِنْ
مَفْرقِهِ حتَّى يُفْرقَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ ، ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ
الْقِطْعتَيْنِ ، ثُمَّ يقولُ لَهُ : قُمْ ، فَيَسْتَوي قَائماً . ثُمَّ يقولُ لَهُ
: أتُؤمِنُ بي ؟ فيقولُ : مَا ازْددتُ فِيكَ إلاَّ بصِيرةً ، ثُمًَّ يَقُولُ : يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لا يفْعَلُ بعْدِي بأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ ، فَيأخُذُهُ
الدَّجَّالُ لِيَذْبَحَهُ ، فَيَجْعَلُ اللَّه مَا بيْنَ رقَبَتِهِ إلى
تَرْقُوَتِهِ نُحَاساً ، فَلا يَسْتَطِيعُ إلَيْهِ سَبيلاً ، فَيَأْخُذُ بيَدَيْهِ
ورجْلَيْهِ فَيَقْذِفُ بِهِ ، فَيحْسَبُ الناسُ أنَّما قَذَفَهُ إلى النَّار ،
وإنَّما ألْقِيَ في الجنَّةِ » فقالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « هذا أعْظَمُ النَّاسِ شَهَادَةً عِنْد رَبِّ
الْعالَمِينَ » رواه مسلم .
1812. Dari Abu Said
al-Khudri radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam sabdanya:
"Dajjal keluar lalu ada seorang dari golongan kaum mu'minin, ia ditemui oleh
beberapa orang penyelidik yakni para penyelidik dari Dajjal. Mereka berkata
kepada orang itu: "Kemana engkau bersengaja pergi?" Ia menjawab: "Saya sengaja
akan pergi ke tempat orang yang keluar -yakni yang baru muncul dan yang
dimaksudkan ialah Dajjal." Mereka berkata: "Adakah engkau tidak beriman dengan
Tuhan kita -yakni Dajjal-?" Ia menjawab: "Tuhan kita tidak samar-samar lagi
sifat-sifat keagungannya sedangkan Dajjal itu tampaknya saja menunjukkan
kedustaannya." Orang-orang itu sama berkata: "Bunuhlah ia." Sebagian orang
berkata kepada yang lainnya: "Bukankah engkau semua telah dilarang oleh Tuhanmu
kalau membunuh seorang tanpa memperoleh persetujuannya -yakni Dajjal-?"
Merekapun pergilah dengan membawa orang itu ke Dajjal. Setelah Dajjal dilihat
oleh orang mu'min itu, lalu orang mu'min tadi berkata: "Hai sekalian manusia,
sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebutkan oleh Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam Dajjal memerintah pengikut-pengikutnya menangkap orang mu'min itu
lalu ia ditelentangkan pada perutnya. Dajjal berkata: "Ambillah ia lalu lukailah
kepala dan mukanya." Seterusnya ia diberi pukulan bertubi-tubi pada punggung
serta perutnya. Dajjal berkata: "Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?"
Orang mu'min itu berkata: "Engkau adalah al-Masih maha pendusta." Ia diperintah
menghadap kemudian digergajilah ia dengan gergaji dari pertengahan tubuhnya,
yaitu antara kedua kakinya -maksudnya dibelah dua. Dajjal lalu berjalan antara
dua potongan tubuh itu, kemudian berkata: "Berdirilah." Orang mu'min tadi terus
berdiri lurus-lurus, kemudian Dajjal berkata padanya. "Adakah engkau tidak suka
beriman kepadaku?" Ia berkata: "Saya tidak bertambah melainkan kewaspadaan dalam
menilai siapa sebenarnya engkau itu." Selanjutnya orang mu'min itu berkata: "Hai
sekalian manusia, janganlah ia sampai dapat berbuat sedemikian tadi kepada
seorangpun dari para manusia, setelah saya sendiri mengalaminya." Ia diambil
lagi oleh Dajjal untuk disembelih. Kemudian Allah membuat tabir tembaga yang
terletak antara leher sampai ke tengkuknya, maka tidak ada jalan bagi Dajjal
untuk dapat membunuhnya. Seterusnya Dajjal lalu mengambil orang tadi, yaitu
kedua tangan serta kedua kakinya, lalu melemparkannya. Orang-orang sama mengira
bahwa sesungguhnya orang itu dilemparkan olehnya ke neraka, tetapi sebenarnya ia
dimasukkan dalam syurga." Setelah itu Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Orang itulah sebesar-besar para manusia dalam hal kesyahidannya
-yakni kematian syahidnya- di sisi Allah yang menguasai semesta alam ini."
Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Imam Bukhari juga meriwayatkan sebagiannya dengan
uraian yang semakna dengan di atas itu. Almasalihu yaitu para pengintai atau
penyelidik.
وعَنِ
المُغِيرَةِ بنِ شُعْبةَ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : ما
سَألَ أحَدٌ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَنِ الدَّجَّالِ أكْثَرَ
ممَّا سألْتُهُ ، وإنَّهُ قالَ لي : « ما
يَضُرُّكَ ؟ » قلتُ : إنَّهُمْ يقُولُونَ : إنَّ
معَهُ جَبَلَ خُبْزٍ وَنَهْرَ مَاءٍ ، قالَ : «
هُوَ أهْوَنُ عَلى اللَّهِ مِنْ ذلِكَ » متفقٌ عليه
1813. Dari al-Mughirah
bin Syu'bah radhiyallahu anhu, katanya: "Tiada seorangpun yang lebih banyak
pertanyaannya mengenai hal Dajjal daripada saya sendiri. Sesungguhnya Dajjal itu
tidak akan membahayakan dirimu." Saya berkata: "Orang-orang sama berkata
bahwa Dajjal itu mempunyai segunung tumpukan roti dan sungai air." Beliau
shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hal itu adalah lebih mudah bagi Allah
daripada yang dapat dilakukan oleh Dajjal." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْ أنَسٍ
رضي اللَّه عنْهُ قالَ : قالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : مَا مِنْ نَبِيٍ إلاَّ وَقَدْ أنْذَرَ أمَّتَهُ الأعْوَرَ
الْكَذَّاب،ألا إنَّهُ أعْوَرُ ،وإنَّ ربَّكُمْ عَزَّ وجلَّ لَيْسَ بأعْورَ
،مكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ك ف ر»متفق عليه
1814. Dari Anas
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia benar-benar
memberikan peringatan kepada umatnya tentang makhluk yang buta sebelah matanya
serta maha pendusta. Ingatlah sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan
sesungguhnya Tuhanmu 'Azzawajalla semua itu tidaklah buta sebelah mata seperti
Dajjal. Di antara kedua matanya itu tertulislah huruf-huruf kaf, fa', ra' -yakni
kafir." (Muttafaq 'alaih)
وَعَنْ أبي
هُرَيْرَة رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « ألا أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثاً عنِ الدَّجَّالِ
مَا حَدَّثَ بِهِ نَبيٌّ قَوْمَهُ ، إنَّهُ أعْوَرُ وَإنَّهُ يجئُ مَعَهُ بِمثَالِ
الجَنَّةِ والنًّار ، فالتي يَقُولُ إنَّهَا الجنَّةُ هِيَ النَّارُ . متفقٌ
عليه
1815. Dari Buraidah
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Tidakkah engkau semua suka saya beritahu perihal Dajjal, yaitu yang belum
pernah diberitahukan oleh seorang Nabipun kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajjal
itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya ia datang dengan sesuatu sebagai
perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang ia katakan bahwa itu adalah syurga,
sebenarnya adalah neraka." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْ ابنِ
عُمَرَ رضي اللَّهُ عَنْهُما أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
ذَكَرَ الدَّجَّالَ بَيْنَ ظَهْرَاني النَّاس فَقَالَ :
«إنَّ اللَّه لَيْسَ بأَعْوَرَ ، ألا إنَّ المَسِيحَ الدَّجَّالَ أعْوَرُ الْعيْنِ
الْيُمْنى ، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبةٌ طَافِيَةٌ » متفقٌ عليه
1816. Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
menyebut-nyebutkan Dajjal di hadapan orang banyak, lalu berkata:
"Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah matanya. Ingatlah bahwa
sesungguhnya al-Masih Dajjal itu buta sebelah matanya yang sebagian kanan,
seolah-olah matanya itu adalah sebuah biji anggur yang menonjol." (Muttafaq
'alaih)
وعَنْ أبي
هُريْرَةَ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
قالَ : « لا تَقُومُ الساعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ
المُسْلِمُونَ الْيَهُودَ حتَّى يَخْتَبِيءَ الْيَهُوديُّ مِنْ وَراءِ الحَجَر
والشَّجَرِ ، فَيَقُولُ الحَجَرُ والشَّجَرُ : يَا مُسْلِمُ هذا يَهُودِيٌّ خَلْفي
تَعَالَ فَاقْتُلْهُ ، إلاَّ الْغَرْقَدَ فَإنَّهُ منْ شَجَرِ الْيَهُودِ »
متفقٌ عليه
1817. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Tidaklah akan terjadi hari kiamat, sehingga kaum Muslimin sama memerangi
kaum Yahudi dan sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon,
lalu batu dan pohon itu berkata: "Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada di
belakang saya. Kemarilah, lalu bunuhlah ia," kecuali pohon gharqad -semacam
pohon yang berduri dan tumbuh di Baitul Maqdis, karena sesungguhnya pohon ini
adalah dari pohon kaum Yahudi -dan oleh sebab itu suka melindunginya."
(Muttafaq'alaih)
وعَنْهُ رضي
اللَّه عَنْهُ قالَ : قال رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « والذِي نَفْسِي بِيَدِه لا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى
يَمُرَّ الرَّجُلُ بالْقَبْرِ ، فيتمَرَّغَ عَلَيْهِ ، ويقولُ : يَالَيْتَني
مَكَانَ صَاحِبِ هذا الْقَبْرِ ، وَلَيْس بِهِ الدَّين وما به إلاَّ الْبَلاَءُ
» . متفقٌ عليه
1818. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, dunia ini tidak
akan lenyap -yakni timbul hari kiamat, sehingga seorang lelaki berjalan melalui
makam, lalu ia mondar-mandir di situ, kemudian berkata: "Aduhai diriku, alangkah
baiknya kalau saya yang menempati kubur ini." Ia mengharap sedemikian itu bukan
karena tertekan oleh urusan agamanya. Tidak ada lain yang menyebabkan ia berkata
sedemikian tadi, kecuali karena adanya bencana duniawiyah yang menimpa
dirinya." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْهُ رضي
اللَّه عَنْهُ قالَ : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ
جبَلٍ منْ ذَهَبٍ يُقْتَتَلُ علَيْهِ ، فيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائةٍ تِسْعَةٌ
وتِسْعُونَ ، فَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ : لَعَلِّي أنْ أكُونَ أنَا أنْجُو»
وفي روايةٍ « يوُشِكُ أنْ يَحْسِرَ الْفُرَاتُ
عَن كَنْزٍ مِنْ ذَهَبٍ ، فَمَنّْ حَضَرَهُ فَلا يأخُذْ منْهُ شَيْئاً »
متفقٌ عليه
1819. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga sungai Furat itu terbuka, tampak
tumpukan gunung emas -karena airnya telah kering- yang diperebutkan sehingga
terjadi peperangan, kemudian terbunuhlah dalam berebutan itu dari setiap seratus
tentara ada sembilan puluh sembilan orang, sehingga setiap orang yang mengikuti
pertempuran itu berkata: "Barangkali saja, semogalah saya yang selamat -yakni
termasuk salah satu yang hidup dari seratus orang tadi." Dalam riwayat lain
disebutkan: "Hampir sekali sungai Furat itu terbuka lalu menampakkan simpanan
gudang emasnya, maka barangsiapa yang hadir di situ, janganlah sampai mengambil
sesuatupun dari harta itu." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْهُ قال :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « يَتْرُكُونَ المَدينَةَ عَلى خَيْرٍ مَا كَانَتْ ، لا
يَغْشَاهَا إلاَّ الْعوَافي يُرِيدُ : عَوَافي السِّباعِ وَالطَّيْرِ وَآخِر
مَنْ يُحْشَرُ رَاعِيانِ مِنْ مُزَيْنَةَ يُريدَانِ المَدينَةَ ينْعِقَانِ
بِغَنَمها فَيَجدَانها وُحُوشاً . حتَّى إذا بَلَغَا ثنِيَّةَ الْودَاعِ خَرَّا على
وَجوهِهمَا » متفقٌ عليه
1820. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Orang-orang sama meninggalkan Madinah dalam sebaik-baiknya keadaan
yang pernah ada dan tidak ada yang mendiami itu melainkan binatang 'Awafi (yang
dimaksudkan dengan binatang 'Awafi yakni burung dari golongan binatang buas
serta burung). Adapun manusia yang terakhir sekali dikumpulkan ialah dua orang
penggembala dari suku Mizainah yang keduanya itu hendak menuju ke Madinah.
Keduanya berteriak-teriak dengan menggembala kambing. Tiba-tiba Madinah
ditemukannya penuh binatang buas belaka -sebab penghuninya sudah habis sama
sekali. Setelah keduanya sampai di Tsaniyyatul Wada' lalu tersungkurlah pada
mukanya." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْ أبي
سَعيدٍ الخُدْرِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ أنَّ النَّبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
قَالَ : « يَكُونُ خَلِيفَةٌ مِنْ خُلَفَائِكُمْ في
آخِرِ الزًَّمَان يَحْثُو المَالَ وَلا يَعُدُّهُ » رواه مسلم.
1821. Dari Abu Said
al-Khudri radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Ada seorang khalifah -pemimpin- dari beberapa khalifah yang memerintah
engkau semua pada akhir zaman nanti, ia menyebar-nyebarkan harta dan sama sekali
tidak menghitung-hitung berapa banyaknya." (Riwayat Muslim)
وعَنْ أبي
مُوسى الأشْعَرِيِّ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ النَّبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
قال : « ليأتيَنَّ عَلى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوفُ
الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَة مِنَ الذَّهَبِ ، فَلا يَجِدُ أحَداً يَأْخُذُهَا
مِنْهُ ، وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أرْبَعُونَ امْرأةً يَلُذْنَ
بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ » رواه
مسلم.
1822. Dari Abu Musa
radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Sesungguhnya akan datang pada sekalian manusia suatu zaman yang seorang itu
berkeliling dengan membawa harta yang akan disedekahkan berupa emas, tetapi ia
tidak menemukan seorang-pun yang suka mengambil sedekah itu daripadanya. Juga
akan datanglah suatu zaman yang di situ seorang lelaki dapat dilihat oleh orang
banyak, ia diikuti oleh empat puluh orang perempuan yang semua ini
menggantungkan nasibnya pada lelaki tersebut. Ini disebabkan karena sedikitnya
kaum lelaki dan banyaknya kaum wanita. (Riwayat Muslim)
وعَنْ أبي
هُرَيْرَةَ رضي اللَّه عَنْهُ عَن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ :
« اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عقَاراً ، فَوَجَد الذي
اشْتَرَى الْعَقَارَ في عَقَارِه جَرَّةً فِيهَا ذَهَبٌ، فقالَ لهُ الذي اشْتَرَى
الْعَقَارُ: خُذْ ذَهَبَكَ ، إنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الأرْضَ ، وَلَمْ أشْتَرِ
الذَّهَبَ ، وقالَ الَّذي لَهُ الأرْضُ : إنَّمَا بعْتُكَ الأرضَ وَمَا فِيهَا ،
فَتَحاكَما إلى رَجُلٍ ، فقالَ الَّذي تَحَاكَمَا إلَيْهِ : أَلَكُمَا وَلَدٌ ؟
قَالَ أحدُهُمَا : لي غُلامٌ . وقالَ الآخرُ : لي جَارِيةٌ ، قالَ أنْكٍحَا
الْغُلامَ الجَاريَةَ ، وَأنْفِقَا عَلى أنْفُسهمَا مِنْهُ وتصَدَّقَا »
متفقٌ عليه
1823. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Ada seorang
lelaki membeli sebidang tanah dari lelaki lain, kemudian orang yang membeli
sebidang tanah tadi menemukan sebuah kendil yang di dalamnya terdapat emas dalam
tanah itu. Orang yang membeli tanah itu berkata kepada penjualnya: "Ambillah
emasmu, sebab sesungguhnya yang saya beli daripadamu itu adalah tanahnya saja
dan saya tidak merasa membeli emasnya." Tetapi orang yang mempunyai tanah -yakni
penjualnya- berkata: "Sesungguhnya yang saya jual kepadamu itu adalah tanah
beserta apa yang ada di dalamnya -jadi termasuk emas itu pula." Keduanya
berselisih lalu meminta hukum kepada seorang lain. Kemudian orang yang dimintai
pertimbangan hukum ini berkata: "Apakah salah seorang dari engkau berdua ini ada
yang mempunyai anak lelaki?" Seorang diantara keduanya berkata: "Saya mempunyai
seorang anak lelaki. Yang seorang lagi berkata: "Saya mempunyai seorang anak
perempuan." Orang tadi lalu berkata: "Kawinkan sajalah anak lelaki dengan anak
perempuan itu dan belanjakanlah untuk kepentingan kedua anak itu dari emas ini
dan bersedekahlah engkau berdua dengan harta itu." (Muttafaq 'alaih)
وعنْهُ رضي
اللَّه عنْهُ أنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ
: « كانَتْ امْرَأتَان مَعهُمَا ابْناهُما ، جَاءَ
الذِّئْبُ فَذَهَبَ بابنِ إحْداهُما ، فقالت لصاحِبتهَا : إنَّمَا ذهَبَ بابنِكِ ،
وقالت الأخْرى : إنَّمَا ذَهَبَ بابنِك ، فَتَحَاكما إلى داوُودَ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَقَضِي بِهِ للْكُبْرَى ، فَخَرَجتَا على سُلَيْمانَ بنِ داودَ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فأخبرتَاه ، فقالَ : ائْتُوني بِالسِّكينَ أشَقُّهُ
بَيْنَهُمَا . فقالت الصُّغْرى : لا تَفْعَلْ ، رَحِمكَ اللَّه ، هُو ابْنُهَا
فَقَضَى بِهِ للصُّغْرَى » متفقٌ عليه
1824. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Ada dua orang wanita yang disertai oleh anaknya masing-masing.
Lalu datanglah seekor serigala, kemudian serigala ini pergi membawa anak salah
seorang dari keduanya itu. Yang seorang berkata kepada kawannya: "Sesungguhnya
serigala tadi pergi dengan membawa anakmu," sedang lainnya berkata:
"Sesungguhnya yang dibawa pergi olehnya tadi adalah anakmu." Keduanya meminta
keputusan hukum kepada Nabi Dawud alaihi salam, lalu memutuskan untuk diberikan
kepada yang tertua diantara kedua wanita tadi. Keduanya keluar untuk meminta
keputusan hukum kepada Nabi Sulaiman bin Dawud alaihi salam, lalu keduanya
memberitahukan hal ihwalnya. Sulaiman berkata: "Bawalah kemari pisau itu, agar
saya dapat membelahnya untuk dibagikan kepada keduanya." Tiba-tiba yang kecil
-yakni yang muda- diantara kedua wanita itu berkata: "Jangan Anda kerjakan itu,
semoga Allah memberikan kerahmatan kepada Anda. Memang itu adalah anak sahabatku
ini." Tetapi Sulaiman alaihi salam lalu memutuskan bahwa anak itu adalah milik
yang muda." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Seorang Ibu yang
sudah melahirkan anaknya tidak mungkin tega melihat anaknya terbunuh, karena itu
dia lebih baik menyerahkan anaknya kepada ibu yang lebih tua, daripada anaknya
dipotong menjadi dua untuk dibagikan. Karena itulah Nabi Sulaiman memberikan
anak tersebut kepada Ibu yang muda, karena Beliau yakin dialah ibu dari anak
tersebut.
وعَنْ
مِرْداسٍ الأسْلَمِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ قالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « يَذْهَبُ الصَّالحُونَ الأوَّلُ فالأولُ ،
وتَبْقَى حُثَالَةٌ كحُثَالَةِ الشِّعِيرِ أوْ التَّمْرِ ، لا يُبالِيهمُ اللَّه
بالَةً » ، رواه البخاري
1825. Dari Mirdas
al-Aslami radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Orang-orang yang shalih itu pergi -yakni habis karena meninggal dunia-,
seangkatan demi seangkatan dan akhirnya tertinggallah sisa-sisa yang buruk dari
umat manusia itu bagaikan ampas buah sya'ir atau seperti sisa-sisa kurma -yakni
tinggal yang jelek-jelek setelah dipilih-pilih waktu memakannya. Allah tidak
menghargai sedikitpun nilai mereka ini." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Nilai manusia
disisi Allah terletak dari keimanan dan keislamannya, yang berbuah ketaqwaan
didalam hatinya. Semakin bertaqwa, maka semakin tinggi nilainya disisi Allah.
Bila tidak ada keimanan dihati, walau sebesar biji dzarrah pun, maka dia tidak
bernilai sama sekali disisi Allah.
وعنْ
رِفَاعَةَ بنِ رافعٍ الزُرقيِّ رضي اللَّه عنْهُ قالَ :
جاء جِبْريلُ إلى النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : مَا تَعُدُّونَ أهْلَ
بَدْرٍ فيكُمْ ؟ قالَ : « مِنْ أفْضَلِ
المُسْلِمِين » أوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا قالَ :
«وَكَذَلكَ مَنْ شَهِدَ بَدْراً مِنَ المَلائِكَةِ » .رواه
البخاري
1826. Dari Rifa'ah bin
Rafi' az-Zuraqiy radhiyallahu anhu, katanya: "Jibril datang kepada Nabi
shalallahu alaihi wasalam, lalu berkata: "Anda masukkan golongan apakah para
ahli Badar -yakni orang-orang yang mengikuti peperangan Badar- di kalangan Anda
sekalian -yakni kaum Muslimin?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Mereka termasuk golongan seutama-utama kaum Muslimin." Atau semakna
dengan itulah yang disabdakan oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam itu. Kemudian
Jibril berkata: "Begitu pulalah yang menyaksikan perang Badar dari golongan
malaikat." (Riwayat Bukhari)
وعن ابنِ
عُمَر رضي اللَّه عنْهُما قال : قال رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
: « إذا أنْزل اللَّه تَعالى بِقَوْمٍ عَذَاباً أَصَابَ
الْعَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهمْ . ثُمَّ بُعِثُوا على أعمَالِهمْ » متفقٌ
عليه
1827. Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Jikalau Allah Ta'ala menurunkan siksa kepada sesuatu kaum, maka siksa itu
mengenai semua orang yang termasuk dalam kalangan kaum itu, kemudian mereka
dibangkitkan -diba'ats pada hari kiamat- menurut masing-masing keniatannya."
(Muttafaq 'alaih)
وعَنْ جابرٍ
رضي اللَّه عنْهُ قال : كانَ جِذْعٌ يقُومُ إلَيْهِ
النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، يعْني في الخُطْبَةِ ، فَلَما وُضِعَ
المِنْبرُ ، سَمِعْنَا لِلْجذْعِ مثْل صوْتِ العِشَارِ حَتَّى نَزَلَ النبي صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَوضَع يدَه عليْهٍ فسَكَنَ . وفي روايةٍ
: فَلَمَّا كَانَ يَومُ الجمُعة قَعَدَ النبي صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم على المِنْبَرِ ، فصاحتِ النَّخْلَةُ التي كَانَ يخْطُبُ
عِنْدَهَا حَتَّى كَادَتْ أنْ تَنْشَقَّ . وفي روايةٍ
: فَصَاحَتْ صياح الصَّبيِّ . فَنَزَلَ النَّبيُّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، حتَّى أخذَهَا فَضَمَّهَا إلَيْهِ ، فَجَعلَتْ تَئِنُّ
أنِينَ الصَّبيِّ الَّذي يُسكَّتُ حَتَّى اسْتَقرَّتْ ، قال : « بكت عَلى ما كَانَتْ تسمعُ مِنَ الذِّكْرِ » رواه
البخاريُّ
1828. Dari Jabir
radhiyallahu anhu, katanya: "Ada sesuatu batang pohon kurma yang digunakan oleh
Nabi shalallahu alaihi wasalam untuk berdiri (yakni di waktu berkhutbah).
Setelah mimbar sudah diletakkan -sebagai ganti batang pohon tersebut dan batang
itu tidak digunakan lagi-, kita semua mendengar dari arah batang tadi seperti
suara unta yang sakit karena akan mengeluarkan kandungannya, sehingga Nabi
shalallahu alaihi wasalam turun lalu meletakkan tangannya di atas batang
tersebut, kemudian berdiamlah ia." Dalam riwayat lain disebutkan: "Ketika
datang hari Jum'at, Nabi shalallahu alaihi wasalam duduk di atas mimbar lalu
berteriaklah batang pohon yang biasa digunakan oleh Nabi shalallahu alaihi
wasalam untuk berdiri waktu berkhutbah, sehingga hampir-hampir ia belah."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Batang pohon kurma itu lalu menjerit
bagaikan jeritan anak kecil, lalu Nabi shalallahu alaihi wasalam turun sehingga
dapat memegangnya kemudian memeluknya. Ia merintih bagaikan rintihan anak kecil
yang perlu didiamkan, sehingga akhirnya tenanglah ia." Nabi shalallahu
alaihi wasalam lalu bersabda: Ia menangis karena mendengar peringatan -dalam
khutbah itu." (Riwayat Bukhari)
وعنْ أبي
ثَعْلَبَةَ الخُشَنيِّ جَرْثُومِ بنِ نَاشِرٍ رضي اللَّه عَنْهُ عنْ رَسُولِ اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: إن اللَّه تعالى
فَرَضَ فَرائِضَ فلا تُضَيِّعُوهَا ، وحدَّ حُدُوداً فَلا تَعْتَدُوهَا ، وحَرَّم
أشْياءَ فَلا تَنْتَهِكُوها ، وَسكَتَ عَنْ أشْياءَ رَحْمةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيانٍ
فَلا تَبْحثُوا عنها » حديثٌ حسن ، رواه الدَّارقُطْني
وَغَيْرَهُ
1829. Dari Abu
Tsa'labah al-Khusyani yaitu Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu anhu dari Rasulullah
shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu
mewajibkan kepadamu semua akan beberapa kewajiban, maka janganlah engkau semua
menyia-nyiakannya dan memberikan batas akan beberapa ketentuan batas, maka
janganlah engkau semua melampauinya, juga mengharamkan beberapa hal, maka
janganlah engkau semua melanggarnya dan mendiamkan -yakni tidak menyebutkan akan
halal atau haramnya, beberapa hal karena belas kasihan padamu, bukannya yang
sedemikian itu karena kelupaan, maka dari itu janganlah engkau semua mempertajam
pembahasannya mengenai hal-hal itu." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam
Daraquthni dan lain-lainnya.
وعنْ عَبدِ
اللَّهِ بن أبي أوْفي رضي اللَّه ، عَنْهُمَا قال : غَزَوْنَا مع رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأكُلُ الجرادَ .وفي روايةٍ : نَأْكُلُ معهُ الجَراد ،
متفقٌ عليه
1830. Dari Abdullah bin
Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua berperang bersama
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam sebanyak tujuh kali peperangan dan kita
makan belalang." Dalam riwayat lain disebutkan: "Kita semua bersama Nabi
shalallahu alaihi wasalam juga, sama makan belalang." (Muttafaq 'alaih)
وعَنْ أبي
هُريْرةَ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « لا يُلْدغُ المُؤمِنُ مِنْ جُحْرٍ مرَّتَيْنِ »
متفقٌ عليه
1831. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Janganlah seorang mu'min itu disengat dari lobang satu sampai dua kali."
Maksudnya janganlah tertipu dari satu orang sampai dua kali. (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Ayah saya sering
bilang kepada saya: "Jangan seperti keledai yang membenturkan kepalanya ke
dinding dua kali". Bisa diartikan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama
dua kali, apalagi lebih dari dua kali, hendaknya mengambil pelajaran dari
kesalahan yang pertama agar tidak terjadi lagi dimasa yang
berikutnya.
وَعنْهُ قَال
: قَال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : «
ثَلاثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّه يَوْمَ الْقِيَامةِ وَلاَ ينْظُرُ إلَيْهِمْ
وَلا يُزَكِّيهِمْ ولَهُمْ عذابٌ ألِيمٌ : رجُلٌ علَى فَضْلِ ماءٍ بِالْفَلاةِ
يمْنَعُهُ مِن ابْنِ السَّبِيلِ ، ورَجُلٌ بَايَع رجُلاً سِلْعَةً بعْد الْعَضْرِ ،
فَحَلَفَ بِاللَّهِ لأخَذَهَا بكَذَا وَكَذا ، فَصَدَّقَهُ وَهُوَ عَلى غيْرِ
ذَلِكَ ، ورَجُلٌ بَايع إمَاماً لا يُبايِعُهُ إلاَّ لِدُنيَا ، فَإنْ أعْطَاهُ
مِنْهَا وفي ، وإنْ لَم يُعْطِهِ مِنْهَا لَمْ يَفِ » متفقٌ
عليه
1832. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Ada tiga macam orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat
-dengan pembicaraan yang menunjukkan keridhaan-, tidak pula mereka itu dilihat
olehNya -dengan pandangan kerahmatan- dan mereka akan memperoleh siksa yang
pedih sekali, yaitu: seorang yang mempunyai kelebihan air di suatu padang
tandus, lalu ia menolak memberikannya itu kepada ibnus sabil -yakni orang yang
sedang mengadakan perjalanan. Juga seorang yang menjual kepada seorang dengan
sesuatu benda dagangan sesudah shalat Ashar, lalu ia bersumpah dengan
menyebutkan nama Allah bahwa ia sesungguhnya mengambil
dagangan.
Keterangan:
Saya kurang paham
juga mengapa pada hadits diatas disebutkan 3 macam, namun penjabarannya hanya
dua macam. Sepertinya hadits diatas semestinya masih ada kelanjutannya. Di dalam
kitab Shahih Muslim haditsnya sbb: Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga orang yang
nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak dipandang,
tidak disucikan dan mereka mendapatkan siksa yang pedih, yaitu: orang yang mempunyai kelebihan air di gurun sahara tetapi
tidak mau memberikannya kepada musafir, orang
yang membuat perjanjian dengan orang lain untuk menjual barang dagangan sesudah
Asar, ia bersumpah demi Allah bahwa telah mengambil (membeli) barang itu dengan
harga sekian dan orang lain tersebut mempercayainya, padahal sebenarnya tidak
demikian, orang yang berbaiat kepada pemimpin
untuk kepentingan dunia. Jika sang pemimpin memberikan keuntungan duniawi
kepadanya, ia penuhi janjinya, tapi bila tidak, maka ia tidak penuhi
janjinya. Didalam hadits lainnya dalam kitab Shahih Muslim juga
disebutkan, Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Ada tiga
macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak
pula menganggap mereka sebagai orang bersih (dari dosa), juga tidak hendak
melihat mereka itu dan bahkan mereka akan memperolehi siksa yang pedih sekali,
yaitu orang tua yang berzina, raja (pemimpin negara) yang suka membohong dan
orang miskin yang sombong." (Riwayat Muslim). Semoga kita semua dilindungi
oleh Allah daripada termasuk salah satu dari orang-orang diatas. Naudzubillah
Himindzalik ya Allah.
وَعَنْهُ عن
النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : «
بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أرْبعُونَ » قَالُوا يا
أبَا هُريْرةَ ، أرْبَعُونَ يَوْماً ؟ قَالَ : أبَيْتُ ، قالُوا : أرْبعُونَ سَنَةً
؟ قَال : أبَيْتُ . قَالُوا : أرْبَعُونَ شَهْراً؟ قَال : أبَيْتُ « وَيَبْلَى
كُلُّ شَيءٍ مِنَ الإنْسَانِ إلاَّ عَجْبَ الذَّنَبِ ، فِيهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ،
ثُمَّ يُنَزِّلُ اللَّه مِنَ السَّمَآءِ مَاءً ، فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ
الْبَقْلُ » متفقٌ عليه
1833. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Jarak waktu
antara dua tiupan sangkakala itu adalah selama empat puluh." Orang-orang
sama bertanya kepada Abu Hurairah: "Apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah
menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Mereka bertanya lagi: "Apakah empat
puluh tahun?" Ia menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Mereka sekali lagi
bertanya: "Apakah empat puluh bulan?" Ia menjawab: "Saya tidak dapat
menentukan." Selanjutnya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Semua
anggota tubuh manusia itu rusak binasa, kecuali tulang punggung yang terbawah
sekali -atau 'ajbadz dzanab-. Di situlah nanti tumbuhnya kejadian manusia
-setelah diba'ats -dibangkitkan- dari kubur. Kemudian Allah menurunkan air dari
langit, lalu tumbuhlah para manusia itu bagaikan tumbuhnya sayur mayur."
(Muttafaq 'alaih)
Keterangan: Jangan heran dan
aneh dengan proses kebangkitan manusia diatas. Sesungguhnya dari air mani
tiba-tiba menjadi manusia yang sempurnapun itu sudah ajaib, suatu hal yang luar
biasa, penciptaan manusia bagi Allah adalah sangat mudah sekali, bahkan Nabi
Adam manusia yang pertama kali diciptakanNya secara langsung dari tanah tanpa
ada ayah ibunya. Allah Maka Kuasa, pencipta kita semua.
وَعَنْهُ
قَالَ بيْنَمَا النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ
الْقَوْمَ ، جاءَهُ أعْرابِيُّ فَقَالَ : مَتَى
السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يُحَدِّثُ، فقَال
بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ ، فَكَرِه ما قَالَ، وقَالَ بَعْضُهمْ : بَلْ
لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : « أيْنَ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ ؟ » قَال : ها أنَا يَا رسُولَ اللَّه ، قَالَ : « إذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانةُ فانْتَظِرِ السَّاعةَ
» قَالَ: كَيْفَ إضَاعَتُهَا ؟ قَالَ
: إذَا وُسِّد الأمْرُ إلى غَيْرِ أهْلِهِ
فَانْتَظِرِ السَّاعة » رواهُ البُخاري
1834. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Pada suatu ketika Nabi shalallahu alaihi wasalam
dalam sesuatu majlis, sedang memberikan pembicaraan kepada kaum -yakni orang
banyak-, lalu datanglah seorang A'rab -yaitu penduduk negeri Arab bagian
pedalaman-, kemudian orang ini bertanya: "Kapankah tibanya hari kiamat."
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam terus saja dalam berbicara itu, sehingga
sementara kaum ada yang berkata: "Beliau shalallahu alaihi wasalam sebenarnya
mendengar ucapan orang itu, tetapi beliau benci kepada isi pembicaraannya."
Sementara kaum -yang lain- lagi berkata: "Ah, beliau shalallahu alaihi wasalam
tidak mendengarnya." Selanjutnya setelah beliau shalallahu alaihi wasalam
selesai pembicaraannya lalu bertanya: "Manakah orang yang menanyakan perihal
hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "Ya, sayalah itu ya Rasulullah." Beliau
shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Yaitu apabila amanat sudah
disia-siakan, maka nantikan sajalah tibanya hari kiamat." Orang itu bertanya
lagi: "Bagaimanakah cara menyia-nyiakan amanat itu?" Beliau shalallahu alaihi
wasalam menjawab: "Jikalau sesuatu perkara -pekerjaan/tugas- sudah diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat itu -ada
yang menafsiri: Maka nantikanlah saat kehancurannya sesuatu perkara yang
diserahkan tadi." (Riwayat Bukhari)
وعنْهُ أنَّ
رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : «
يُصَلُّونَ لَكُمْ ، فَإنْ أصَابُوا فَلَكُمْ ، وإنْ أخْطئُوا فَلَكُمْ
وَعَلَيْهِمْ » رواهُ البُخاريُّ
1835. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu pula, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Para imam itu bershalat sebagai imammu semua. Maka jikalau amalan
mereka itu benar, maka pahalanya adalah untukmu -dan untuk mereka pula, tetapi
jikalau amalan mereka itu salah, maka pahalanya adalah untukmu semua dan dosanya
atas mereka sendiri." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Bilamana imam yang
memimpin shalat berjamaah ada kesalahan, baik dalam bacaan maupun gerakan, maka
sebaiknya makmum menasihatinya dengan bijaksana, apalagi jika imam tersebut
pemimpin dalam masyarakat. Agar tidak tersinggung, bisa dilakukan dengan metode
yang lembut dan tidak terkesan menggurui.
وَعَنْهُ رضي
اللَّه عنْهُ : { كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ } قَالَ : خَيْرُ النَّاسِ لِلنَّاسِ
يَأْتُونَ بِهِمْ في السَّلاسِل في أعْنَاقِهمْ حَتَّى يَدْخُلُوا في الإسْلامِ
.
1836. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dalam menafsiri ayat yang artinya: "Adalah engkau semua itu
sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk para manusia," ia berkata:
"Sebaik-baik para manusia untuk umat manusia ialah mereka yang datang membawa
para manusia itu dalam keadaan tertawan, dengan diikatkan rantai-rantai pada
leher mereka, sehingga orang-orang yang tertawan itu dengan senang hati masuk
dalam Agama Islam."
وَعَنْهُ عَن
النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « عَجبَ
اللَّه عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ في السَّلاسِلِ »
رواهُما البُخاري
1837. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Allah
'Azzawajalla merasa heran dari sesuatu kaum yang sama masuk syurga dalam keadaan
mereka itu terbelenggu dengan rantai-rantai." Kedua hadits di atas
diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Maknanya ialah bahwa mereka itu asalnya menjadi
tawanan dalam peperangan, lalu diikat, tetapi kemudian mereka masuk Agama Islam
dan akhirnya masuk syurga -sebab sampai matinya tetap sebagai seorang Muslim.
وَعنْهُ عَنِ
النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : «
أَحَبُّ الْبِلاَدِ إلى اللَّه مَساجِدُهَا ، وأبَغضُ الْبِلاَدِ إلى اللَّه
أسواقُهَا » روَاهُ مُسلم
1838. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Yang paling
dicintai oleh Allah diantara segala sesuatu yang ada dalam negeri-negeri itu
ialah masjid-masjidnya, sedang yang paling dibenci diantara segala sesuatu yang
ada dalam negeri itu ialah pasar-pasarnya." (Riwayat Muslim)
وَعَنْ
سَلْمَانَ الْفَارِسيِّ رضي اللَّه عَنْهُ منْ قَولِهِ قَال : لاَ تَكُونَنَّ إن اسْتَطعْتَ أوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ
، وَلا آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا ، فَإنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ ، وَبهَا
ينْصُبُ رَايَتَهُ . رواهُ مسلم هكذا . ورَوَاهُ
البرْقَانِي في صحيحه عَنْ سَلْمَانَ قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا تَكُنْ أوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ
السُّوقَ ، وَلا آخِرَ منْ يخْرُجُ مِنْهَا ، فِيهَا بَاضَ الشَّيْطَانُ وَفَرَّخَ
» .
1839. Dari Salman
al-Farisi radhiyallahu anhu, dari salah satu ucapannya, ia berkata:
"Janganlah engkau sekali-kali menjadi orang yang paling pertama kali masuk
pasar, jikalau engkau dapat, juga janganlah menjadi orang yang paling akhir
keluar daripadanya, sebab sesungguhnya pasar itu adalah tempat pergulatan
syaitan -maksudnya tempat keburukan seperti menipu, mengicuh, sumpah palsu dan
lain-lain- dan di pasar itu pulalah syaitan itu menegakkan benderanya."
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sedemikian. Imam al-Barqani meriwayatkan dalam
kitab shahihnya dari Salman, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Janganlah engkau menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan
jangan pula menjadi orang yang akhir sekali keluar dari pasar itu. Di pasar
itulah syaitan bertelur dan menetaskan anaknya." -ini adalah sebagai kiasan
bahwa pasar itulah tempat berbagai kemaksiatan dilakukan.
Keterangan:
Maka dari itu
seperlunya saja bila kita hendak masuk pasar, termasuk mini market, super market
dan hyper market, bawa uang seperlunya saja karena syaitan akan menggoda agar
kita beli barang ini, beli barang itu, padahal itu hanya godaan syaitan yang
mana sesungguhnya barang tersebut tidak kita perlukan. Kita akan digoda syaitan
didalam pasar sehingga kita jadi boros dalam membelanjakan uang. Allah swt telah
berfirman, "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan
setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (Surat 17. AL ISRAA' - Ayat
27).
وعَنْ عاصِم
الأحْوَلِ عَنْ عَبْدِ اللَّه بنِ سَرْجِسَ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ لِرَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : يَا
رَسُولَ اللَّه غَفَرَ اللَّه لكَ ، قَالَ : «
وَلَكَ » قَالَ عَاصِمٌ : فَقلْتُ لَهُ :
اسْتَغْفَرَ لَكَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ؟ قَالَ
: نَعَمْ وَلَكَ ، ثُمَّ تَلاَ هَذه الآيةَ : { واستغفِرْ لِذَنْبِكَ ولِلْمُؤمِنِينَ والمُؤْمِناتِ}
[ محمد : 19 ]
، رَواهُ مُسلم
1840. Dari Ashim
al-Ahwal dari Abdullah bin Sarjis radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata
kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: "Ya Rasulullah, semoga Allah
memberikan pengampunan kepada Tuan." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu
bersabda: "Juga kepadamu -semoga Allah memberikan pengampunan." Ashim berkata:
"Saya berkata kepada Abdullah bin Sarjis: "Apakah Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam memohonkan pengampunan untukmu?" Ia menjawab: "Ya dan juga untukmu."
Kemudian ia membacakan ayat ini -yang artinya: "Dan mohonlah pengampunan -kepada
Allah- untuk melebur dosamu dan juga untuk sekalian orang-orang mu'min, baik
lelaki ataupun perempuan." (Riwayat Muslim)
وَعَنْ أبي
مسْعُودٍ الأنْصَارِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم : « إنَّ مِمَّا أدْرَكَ النَّاسُ مِنْ
كَلامِ النُّبُوَّةِ الأولَى : إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنعْ مَا شِئْتَ »
رواهُ البُخَاريُّ
1841. Dari Abu Mas'ud
al-Anshari radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Sesungguhnya sebagian dari apa-apa yang ditemukan oleh para manusia dari
ucapan kenubuwatan -kenabian- yang pertama ialah: "Jikalau engkau tidak
mempunyai rasa malu -untuk mengerjakan ke-burukan-, maka berbuatlah menurut
kehendakmu." (Riwayat Bukhari)
وَعَنْ ابْنِ
مَسْعُودٍ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
: « أوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ يوْمَ
الْقِيَامةِ في الدِّمَاءِ » مُتَّفَقٌ علَيْهِ
1842. Dari Ibnu Mas'ud
radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Pertama-tama persoalan yang diputuskan diantara sekalian manusia pada hari
kiamat ialah dalam soal darah -yakni bunuh membunuh." (Muttafaq 'alaih)
وَعَنْ
عَائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « خُلِقَتِ المَلائِكَةُ مِنْ نُورٍ ، وَخلِقَ
الجَانُّ مِنْ مَارِجٍ منْ نَارً ، وخُلِق آدمُ ممَّا وُصِفَ لَكُمْ » رواهُ
مسلم
1843. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Malaikat itu diciptakan dari nur -yakni cahaya- dan jin diciptakan dari api
yang menyala-nyala, sedang Adam diciptakan dari apa yang sudah diterangkan
kepadamu semua -yakni dari tanah." (Riwayat Muslim)
وَعنْهَا رضي
اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : « كَانَ خُلُقُ نبي اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الْقُرْآنَ » رواهُ مُسْلِم في جُمْلَةِ
حدِيثٍ طويلٍ .
1844. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha pula, katanya: "Budi pekerti Nabi shalallahu alaihi wasalam
itu adalah sesuai dengan ajaran al-Quran." Diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam serangkaian hadits yang panjang.
وَعَنْهَا
قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ أحَبَّ لِقاءَ اللَّهِ أحبَّ اللَّه لِقَاءَهُ ، وَمنْ
كَرِهَ لِقاءَ اللَّه كَرِهَ اللَّه لِقَاءَهُ »
فَقُلْتُ : يَا رسُولَ اللَّه ، أكَرَاهِيَةُ الموْتِ ؟ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ
الموْتَ ، قَالَ : « لَيْس كَذَلِكَ ، وَلَكِنَّ
المُؤمِنَ إذَا بُشِّر بِرَحْمَةِ اللَّه وَرِضْوانِهِ وَجنَّتِهِ أحَبَّ لِقَاءَ
اللَّه ، فَأَحَبَّ اللَّه لِقَاءَهُ وإنَّ الْكَافِرَ إذَا بُشِّرَ بعَذابِ اللَّه
وَسَخَطِهِ ، كَرِهَ لِقَاءَ اللَّه ، وَكَرِهَ اللَّه لِقَاءَهُ».رواه مسلم
.
1845. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barangsiapa yang ingin bertemu Allah, maka Allah juga ingin bertemu dengannya
dan barangsiapa yang tidak senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga
tidak senang untuk bertemu dengannya." Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah,
apakah artinya tidak senang untuk bertemu dengan Allah itu ialah benci kepada
kematian. Kalau begitu kita semuapun benci akan kematian itu?" Beliau shalallahu
alaihi wasalam lalu bersabda: "Bukan demikian yang dimaksudkan. Tetapi
seorang mu'min itu apabila diberi kegembiraan dengan kerahmatan Allah serta
keridhaanNya, juga syurgaNya, maka ia ingin sekali bertemu dengan Allah, maka
itu Allah juga ingin bertemu dengannya, sedang sesungguhnya orang kafir itu
apabila diberi ancaman perihal siksanya Allah dan kemurkaanNya, maka ia tidak
senang untuk bertemu dengan Allah itu dan oleh sebab itu Allah juga tidak senang
untuk bertemu dengannya." (Riwayat Muslim)
وَعَنْ أُمِّ
المُؤْمِنِينَ صَفِيَّةَ بنْتِ حُيَيٍّ رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مُعْتَكِفاً،
فَأَتَيْتُهُ أزُورُهُ لَيْلاً . فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ لأنْقَلِب ، فَقَامَ
مَعِي لِيَقْلِبَني ، فَمَرَّ رَجُلانً مِنَ الأنْصارِ رضي اللَّه عَنْهُما ،
فَلمَّا رَأيَا النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أسْرعَا . فَقَالَ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « عَلَى رِسْلُكُمَا
إنَّهَا صَفِيَّةُ بنتُ حُيَيٍّ » فَقالاَ :
سُبْحَانَ اللَّه يَارسُولَ اللَّه ، فَقَالَ : «
إنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإنِّي خَشِيتُ أنْ
يَقذِفَ في قُلُوبِكُمَا شَرا أوْ قَالَ : شَيْئاً » متفقٌ
عليه
1846. Dari Ummul
mu'minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi shalallahu
alaihi wasalam pada suatu saat beri'tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di
waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali
ke rumah. Tiba- tiba beliau shalallahu alaihi wasalam juga berdiri beserta saya
untuk mengantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum
Anshar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat
Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu keduanyapun bercepat-cepat menyingkir. Nabi
shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Perlahan-lahanlah berjalan, hai
saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay." Keduanya lalu
berkata:"Subhanallah, ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu
bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni
manusia- sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam
hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak
baik." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Segeralah dalam
mengklarifikasi suatu keadaan yang bisa menimbulkan fitnah, walaupun kita
menganggap kita tidak melakukan dosa, tapi orang lain yang melihatnya bisa
mengira yang bukan-bukan karena bisikan dari syaitan. Karena itulah Nabi segera
klarifikasi kepada dua orang diatas bahwa yang berbicara dengannya adalah istri
beliau sendiri, bukan wanita lain.
وَعَنْ أبي
الفَضْل العبَّاسِ بنِ عَبْدِ المُطَّلِب رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : شَهِدْتُ مَعَ رسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
يَوْمَ حُنَين فَلَزمْتُ أنَا وَأبُو سُفْيَانَ بنُ الحارِثِ بنِ عَبْدِ
المُطَّلِبِ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لَمْ نفَارِقْهُ ،
ورَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم علَى بغْلَةٍ لَهُ بَيْضَاءَ
. فَلَمَّا
الْتَقَى المُسْلِمُونَ وَالمُشْركُونَ وَلَّى المُسْلِمُونَ مُدْبِرِينَ ،
فَطَفِقَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبل
الْكُفَّارِ ، وأنَا آخِذٌ بِلِجَامِ بَغْلَةِ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم أَكُفُّهَا إرادَةَ أنْ لا تُسْرِعَ ، وأبو سُفْيانَ آخِذٌ بِركَابِ
رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم . فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أيْ عبَّاسُ نادِ أصْحَابَ السَّمُرةِ » قَالَ العبَّاسُ ، وَكَانَ رَجُلاً صَيِّتاً : فَقُلْتُ
بِأعْلَى صَوْتِي : أيْن أصْحابُ السَّمُرَةِ ، فَو اللَّه لَكَأنَّ عَطْفَتَهُمْ
حِينَ سَمِعُوا صَوْتِي عَطْفَةَ الْبقَرِ عَلَى أوْلادِهَا ، فَقَالُوا :
يالَبَّيْكَ يَالَبَّيْكَ ، فَاقْتَتَلُوا هُمْ والْكُفَارُ ، والدَّعْوةُ في
الأنْصَارِ يقُولُونَ : يَا مَعْشَرَ الأنْصارِ ، يا مَعْشَر الأنْصَار ، ثُمَّ
قَصُرَتِ الدَّعْوةُ عَلَى بنِي الْحَارِثِ بن الْخزْرَج . فَنَظَرَ
رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُوَ علَى بَغْلَتِهِ
كَالمُتَطَاوِل علَيْهَا إلَى قِتَالِهمْ فَقَال : «
هَذَا حِينَ حَمِيَ الْوَطِيسُ » ثُمَّ أخَذَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
حصياتٍ ، فَرَمَى بِهِنَّ وَجُوه الْكُفَّارِ ، ثُمَّ قَال : «انْهَزَمُوا وَرَبِّ مُحَمَّدٍ » فَذَهَبْتُ أنْظُرُ فَإذَا الْقِتَالُ عَلَى هَيْئَتِهِ
فِيما أرَى ، فَواللَّه ما هُو إلاَّ أنْ رمَاهُمْ بِحَصَيَاتِهِ ، فَمَازِلْتُ
أرَى حدَّهُمْ كَليلاً ، وأمْرَهُمْ مُدْبِراً . رواه مسلم
1847. Dari Abul Fadhl
yaitu al-Abbas bin Abdul Muththalib radhiyallahu anhu, katanya: "Saya
menyaksikan pada hari peperangan Hunain bersama Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam Saya dan Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muththalib senantiasa tetap
mengawani -posisinya dekat dengan- Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu.
Jadi kita tidak pernah berpisah dengannya. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
menaiki seekor baghal -sebangsa keledai, miliknya sendiri yang putih warnanya.
Setelah kaum Muslimin dan kaum musyrikin bertemu, lalu kaum Muslimin sama
menyingkir ke belakang mengundurkan diri. Mulailah Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam melarikan baghalnya menuju ke muka orang-orang kafir, sedang saya
memegang kendali baghalnya RasuluIlah shalallahu alaihi wasalam, yang saya
tahan-tahanlah kendalinya itu agar tidak terlampau cepat larinya. Abu Sufyan
memegang sanggur di Rasulullah shalallahu alaihi wasalam Kemudian Rasulullah
shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hai Abbas, panggillah orang-orang yang
mengikut Bai'atur Ridhwan di Samurah dulu." Al-Abbas berkata dan ia adalah
seorang lelaki yang keras sekali suaranya: "Saya berseru dengan sekeras-keras
suara saya: "Mana orang-orang yang ikut berbai'at di Samurah dulu." Maka demi
Allah, seolah-olah penerimaan mereka ketika mendengar suara saya itu adalah
bagaikan lembu yang menerima dengan senang hati akan anak-anaknya. Mereka
berkata: "Ya labbaik, ya labbaik -artinya: Kita akan datang." Seterusnya mereka
itu lalu berperang berhadap-hadapan dengan orang-orang kafir. Adapun undangan
yang disampaikan kepada kaum Anshar ialah mereka berkata: "Hai seluruh kaum
Anshar, hai seluruh kaum Anshar." Seterusnya terbataslah undangan itu kepada
keluarga al-Harits bin al-Khazraj. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam yang di
waktu itu sedang menaiki baghalnya melihat kepada jalannya peperangan itu
sebagai seorang yang merasa terlampau lama saatnya pertempuran tadi. Kemudian
beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Inilah saatnya berkecamuknya
peperangan yang sedahsyat-dahsyatnya." Seterusnya Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam lalu mengambil beberapa batu kerikil kemudian melemparkannya pada
muka-muka kaum kafirin itu, terus berkata: "Hancur leburlah mereka semua demi
Tuhannya Muhammad." Saya mulai memperhatikan suasananya tiba-tiba peperangan itu
berlangsung terus sebagaimana keadaannya yang saya saksikan itu. Tetapi demi
Allah, tiada lain hanyalah -karena- lemparan Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam dengan kerikil-kerikil itu- yang menyebabkan suasana berubah sama
sekali. Akhirnya sedikit demi sedikit, tidak henti-hentinya saya melihat bahwa
kekuatan mereka menjadi lemah dan perkara merekapun membelakang -yakni bahwa
mereka kalah dalam keadaan yang hina dina-." (Riwayat Muslim) Alwathis, arti
asalnya ialah dapur api. Maknanya ialah bahwa peperangan itu berkecamuk dengan
dahsyat sekali. Ucapannya: haddahum, dengan ha' muhmalah, artinya ialah kekuatan
mereka.
وعَنْ أبي
هُريْرَةَ رضي اللَّه عنْهُ قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « أيُّهَا النَّاسُ إنَّ اللَّه طيِّبٌ لا
يقْبلُ إلاَّ طيِّباً ، وَإنَّ اللَّه أمَر المُؤمِنِينَ بِمَا أمَر بِهِ
المُرْسلِينَ ، فَقَال تَعَالى : {يَا أيُّها
الرُّسْلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّباتِ واعملوا صَالحاً } وَقَال تَعالَى : { يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمنُوا كُلُوا مِنَ طَيِّبَات مَا رزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ
يُطِيلُ السَّفَر أشْعَثَ أغْبر يمُدُّ يدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ : يَاربِّ يَارَبِّ
، وَمَطْعَمُهُ حَرامٌ ، ومَشْرَبُه حرَامٌ ، ومَلْبسُهُ حرامٌ ، وغُذِيَ
بِالْحَرامِ، فَأَنَّى يُسْتَجابُ لِذَلِكَ ، ؟ » رواه مسلم
1848. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu adalah Maha Baik, maka Allah
tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Sesungguhnya Allah menyuruh kaum
mu'minin sebagaimana yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta'ala
berfirman: "Hai sekalian para Rasul, makanlah engkau semua dari apa-apa yang
baik - yakni halal bendanya dan halal pula cara mengusahakannya serta beramal
shalihlah engkau semua." (al-Mu'minun: 51). Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai
sekalian orang yang beriman, makanlah engkau semua akan yang baik-baik -yakni
halal bendanya dan halal pula cara mengusahakannya- dari apa-apa yang Kami
rezekikan kepadamu semua." Selanjutnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
menyebutkan seorang lelaki yang lama sekali menempuh perjalanan, keadaannya
kusut masai, penuh debu. Ia mengangkatkan kedua tangannya ke langit sambil
memohon: "Ya Tuhanku, ya Tuhanku," tetapi yang dimakannya haram, yang diminumnya
haram, juga dulunya diberi makanan yang haram -oleh kedua orang tuanya, maka
bagaimanakah orang sedemikian itu dapat dikabulkan doanya?" (Riwayat Muslim)
وَعنْهُ رضي
اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ثَلاثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمْ اللَّه يوْمَ الْقِيَامةِ ،
وَلاَ يُزَكِّيهِمْ ، وَلا ينْظُرُ إلَيْهِمْ ، ولَهُمْ عذَابٌ أليمٌ : شَيْخٌ
زَانٍ ، ومَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِل مُسْتَكْبِرٌ » رواهُ مسلم
1849. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Ada tiga macam orang yang tidak diajak berbicara oleh Allah -dengan
pembicaraan yang menunjukkan keridhaan-, tidak pula disucikan -yakni diampuni
dosanya- serta tidak dilihat olehNya -dengan pandangan kerahmatan- besok pada
hari kiamat dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua
yang berzina, raja -atau kepala negara- yang pendusta serta orang miskin yang
berlagak sombong." (Riwayat Muslim) Al'ail yaitu orang fakir.
وَعَنْهُ رضي
اللَّه عنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « سيْحَانُ وجَيْحَانُ وَالْفُراتُ والنِّيلُ كُلٌّ مِنْ
أنْهَارِ الْجنَّةِ » رواهُ مسلم
1850. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Saihan, Jaihan, Furat dan Nil, semuanya itu adalah nama-nama sungai di
syurga." (Riwayat Muslim)
وَعَنْهُ قَال
: أخَذَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِيَدِي فَقَالَ : « خَلَقَ اللَّه التُّرْبَةَ يوْمَ السَّبْتِ، وخَلَقَ فِيهَا
الْجِبَالَ يَوْمَ الأحَد ، وخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الإثْنَيْنِ ، وَخَلَقَ
المَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلاثَاءِ ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الأرْبَعَاءِ ،
وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الخَمِيسِ ، وخَلَقَ آدَمَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوم الجُمُعَةِ في آخِرِ الْخَلْقِ في آخِرِ
سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إلى الَّليلِ » .رواه مسلم
1851. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam mengambil
tangan saya, lalu bersabda: "Allah menciptakan tanah -yakni bumi- itu pada
hari Sabtu, di situ Allah menciptakan gunung-gunung pada hari Ahad -Minggu-,
menciptakan pohon-pohon pada hari Senin, menciptakan apa-apa yang tidak
disenangi pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu dan Allah
menyebarkan binatang-binatang di bumi itu pada hari Kamis. Allah menciptakan
Adam alaihi salam sesudah Ashar pada hari Jum'at, yaitu pada akhir penciptaanNya
pada semua makhluk, pada akhir saat dari waktu siang yakni antara waktu Ashar
sampai malam." (Riwayat Muslim)
وعنْ أبي
سُلَيْمَانَ خَالِدِ بنِ الْولِيدِ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : « لَقَدِ انْقَطَعَتْ في يَدِي يوْمَ مُؤتَةَ تِسْعَةُ
أسْيافٍِ ، فَمَا بقِيَ في يدِي إلا صَفِيحةٌ يَمَانِيَّةٌ » .رواهُ
البُخاري
1852. Dari Abu Sulaiman
yaitu Khalid bin al-Walid radhiyallahu anhu, katanya: "Sesungguhnya telah
putuslah -patah- di tanganku pada hari peperangan Mu'tah sebanyak sembilan buah
pedang, maka yang masih tertinggal di tanganku tidak ada lain kecuali pedang
bentuk buatan Yamani." (Riwayat Bukhari)
وعَنْ عمْرو
بْنِ الْعَاص رضي اللَّه عنْهُ أنَّهُ سَمِع رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم يَقُولُ : « إذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ ،
فَاجْتَهَدَ ، ثُمَّ أصاب ، فَلَهُ أجْرانِ وإنْ حَكَم وَاجْتَهَدَ ، فَأَخْطَأَ ،
فَلَهُ أجْرٌ» متفقٌ عَلَيْهِ
1853. Dari 'Amr bin
al-'Ash radhiyallahu anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam bersabda: "Apabila seorang hakim memberikan hukum -yakni keputusan-
lalu ia berijtihad, kemudian benar -sesuai dengan kehendak agama Allah-, maka ia
memperoleh dua pahala, sedang apabila ia memberikan hukum dan berijtihad lalu
salah, maka ia memperoleh satu pahala." (Muttafaq 'alaih)
وَعَنْ
عائِشَةَ رضي اللًَّه عَنْهَا أنَّ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ :
« الْحُمَّى مِنْ فيْحِ جَهَنَّم فأبْرِدُوهَا بِالماَءِ
» متفقٌ عليه
1854. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Sesungguhnya penyakit panas itu berasal dari sebaran uap neraka Jahannam,
maka dari itu dinginkanlah ia dengan menggunakan air." (Muttafaq 'alaih)
وَعَنْهَا رضي
اللَّه عَنْهَا عَنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ:«مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
» متفقٌ عَلَيْهِ
1855. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, katanya: "Barangsiapa
yang meninggal dunia dan ia mempunyai tanggungan hutang puasa, maka bolehlah
walinya berpuasa untuk menutupi hutangnya itu." (Muttafaq 'alaih) Menurut
pendapat yang terpilih ialah bolehnya berpuasa untuk melunasi hutang puasa yang
meninggal dunia karena berdasarkan hadits ini. Adapun yang dimaksud dengan
perkataan wali -yang boleh mewakilkan puasanya itu- ialah keluarga yang
berkedudukan sebagai ahli waris dari orang yang meninggal dunia tadi, ataupun
yang bukan ahli warisnya.
وَعَنْ عَوْفِ
بنِ مَالِكِ بنِ الطُّفَيْلِ أنَّ عَائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا حُدِّثَتْ أنَّ
عَبْدَ اللَّه ابنَ الزَّبَيْر رضي اللَّه عَنْهُمَا قَالَ في بيْعٍ أوْ عَطَاءٍ
أعْطَتْهُ عَائِشَةُ رضي اللَّه تَعالَى عَنْها : وَاللَّه لَتَنْتَهِيَنَّ
عَائِشَةُ ، أوْ لأحْجُرَنَّ علَيْهَا ، قَالتْ : أهُوَ
قَالَ هَذَا ؟ قَالُوا : نَعمْ ، قَالَتْ
: هُو ، للَّهِ علَيَ نَذْرٌ أنْ لا أُكَلِّم ابْنَ
الزُّبيْرِ أبَداً ، فَاسْتَشْفَع ابْنُ الزُّبيْرِ إليها حِينَ طالَتِ
الْهجْرَةُ . فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ لا أُشَفَّعُ
فِيهِ أبَداً ، ولا أتَحَنَّثُ إلَى نَذْري . فلَمَّا طَال ذَلِكَ علَى
ابْنِ الزُّبيْرِ كَلَّم المِسْورَ بنَ مخْرَمَةَ ، وعبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ
الأسْوَدِ بنِ عبْدِ يغُوثَ وقَال لهُما : أنْشُدُكُما
اللَّه لمَا أدْخَلْتُمَاني علَى عائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا ، فَإنَّهَا لاَ
يَحِلُّ لَهَا أنْ تَنْذِر قَطِيعَتي ، فَأَقْبَل بهِ المِسْورُ ، وعَبْدُ
الرًَّحْمن حَتَّى اسْتَأذَنَا علَى عائِشَةَ ، فَقَالاَ : السَّلاَمُ علَيْكِ ورَحمةُ اللَّه وبرَكَاتُهُ ، أَنَدْخُلُ
؟ قَالَتْ عَائِشَةُ : ادْخُلُوا .
قَالُوا : كُلُّنَا ؟ قَالَتْ: نَعمْ ادْخُلُوا كُلُّكُمْ ، ولاَ تَعْلَمُ أنَّ
معَهُما ابْنَ الزُّبَيْرِ ، فَلمَّا دخَلُوا ، دخَلَ ابْنُ الزُّبيْرِ الْحِجَابَ
، فَاعْتَنَقَ عائِشَةَ رضي اللَّه عنْهَا ، وطَفِقَ يُنَاشِدُهَا ويبْكِي ،
وَطَفِقَ المِسْورُ ، وعبْدُ الرَّحْمنِ يُنَاشِدَانِهَا إلاَّ كَلَّمَتْهُ
وقبَلَتْ مِنْهُ ، ويقُولانِ : إنَّ النبي صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم نَهَى عَمَّا قَدْ علِمْتِ مِنَ الْهِجْرةِ . وَلاَ يَحلُّ
لمُسْلِمٍ أنْ يهْجُر أخَاهُ فَوْقًَ ثَلاثِ لَيَالٍ . فَلَمَّا أكْثَرُوا
علَى عَائِشَةَ مِنَ التَّذْكِرةِ والتَّحْرِيجِ ، طَفِقَتْ تُذَكِّرُهُما وتَبْكِي
، وتَقُولُ : إنِّي نَذَرْتُ والنَّذْرُ شَدِيدٌ
، فَلَمْ يَزَالا بَهَا حتَّى كَلَّمتِ ابْنِ الزُّبيْرِ ، وَأعْتَقَتْ في
نَذْرِهَا أرْبعِينَ رقَبةً، وَكَانَتْ تَذْكُرُ نَذْرَهَا بعْدَ ذَلِكَ فَتَبْكِي
حتَّى تَبُلَّ دُمُوعُهَا خِمارَهَا . رواهُ البخاري
1856. Dari Auf bin
Malik bin at-Thufail bahwasanya Aisyah radhiallahu 'anha diberitahu bahwasanya
Abdullah bin az-Zubair radhiallahu 'anhuma berkata dalam suatu pembelian atau
suatu pemberian yang diberikan oleh Aisyah radhiallahu 'anha: "Demi Allah,
sesungguhnya Aisyah harus suka menghentikan ini atau kalau tidak suka, maka
sesungguhnya saya akan meninggalkan berbicara padanya -yakni tidak menyapanya."
Aisyah berkata: "Benarkah Abdullah bin az-Zubair berkata demikian." Orang-orang
berkata: "Ya." Aisyah lalu berkata: "Saya bernazar karena Allah terhadap dirinya
yaitu saya tidak akan berbicara dengan anak az-Zubair itu selama-lamanya."
Abdullah bin az-Zubair meminta pertolongan untuk dapat bercakap-cakap lagi
dengan Aisyah itu ketika keadaan tidak saling menyapa tadi sudah berjalan lama.
Tetapi Aisyah tetap berkata: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan menerima
permintaan tolongnya itu dan saya tidak akan melanggar sumpah dalam nazar saya
ini." Ketika peristiwa itu sudah dirasa amat lama sekali bagi Abdullah bin
az-Zubair, lalu ia berbicara kepada al-Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin
al- Aswad bin Abdu Yaghuts dan berkata kepada kedua orang itu: "Saya meminta
kepada saudara berdua, supaya engkau berdua dapat memasukkan saya di tempat
Aisyah radhiallahu 'anha, sebab sesungguhnya ia tidak halal hukumnya untuk
bernazar terus memutuskan hubungan kekeluargaan dengan saya." Al-Miswar dan
Abdur Rahman menerima permintaannya itu, sehingga pada suatu ketika keduanya
meminta izin pada Aisyah -dan Abdullah bin az-Zubair ikut serta. Keduanya
berkata: Assalamu 'alaiki wa rahmatullahi wa barakatuh, apakah kita semua boleh
masuk?" Aisyah berkata: "Masuklah semua." Mereka berkata: "Kita semuakah boleh
masuk itu?" Ia menjawab: "Ya, masuklah engkau semua." Aisyah radhiallahu 'anha
tidak mengerti bahwa Abdullah bin az-Zubair menyertai kedua orang tersebut.
Setelah semuanya masuk, lalu Abdullah bin az-Zubair langsung masuk ke dalam
tabir -sebab Aisyah radhiallahu 'anha ada di balik tabir kalau menemui lelaki
dan Abdullah bin az-Zubair itu adalah kemanakannya sendiri yakni anak Asma',
saudarinya. Abdullah segera merangkul Aisyah -bibinya- radhiallahu 'anha dan
mulailah meminta-minta -agar dimaafkan kesalahannya- sambil menangis. Al-Miswar
dan Abdur Rahman juga meminta-minta -supaya dimaafkan, kemudian suka
bercakap-cakap lagi dengannya dan menerima permintaan maafnya itu. Keduanya
berkata bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam melarang apa yang dilakukan
dalam hal tidak suka menyapanya itu. Juga bahwasanya seorang Muslim itu tidak
halal untuk meninggalkan saudaranya -yaitu tidak menyapa- lebih dari tiga hari."
Setelah orang-orang itu semuanya banyak-banyak dalam memberikan peringatan dan
perihal remehnya soal yang menyebabkan tidak menyapa tadi, lalu Aisyah
radhiallahu 'anha mulai memberitahukan kepada keduanya itu perihal nazarnya,
kemudian ia menangis dan berkata: "Sesungguhnya saya telah bernazar dan nazar
itu adalah berat tanggungannya." Keduanya tidak henti-hentinya memberikan
peringatan dan akhirnya Aisyah radhiallahu 'anha suka berbicara lagi dengan
Abdullah bin az-Zubair. Untuk menebus denda sumpah nazarnya -yang dilanggar- itu
Aisyah radhiallahu 'anha memerdekakan empat puluh orang hamba sahaya -sebenarnya
yang wajib hanyalah memerdekakan seorang hamba sahaya saja-, tetapi oleh sebab
sangat taqwanya kepada Allah, lalu ia berbuat demikian. Aisyah selalu ingat saja
akan nazarnya dulu setelah peristiwa kembali baik, kemudian menangis,
sampai-sampai kerudungnya itu menjadi basah oleh airmatanya." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Karena emosi,
seringkali seseorang berkata sesuatu yang mungkin akan memberatkannya dikemudian
hari. Karena itu hati-hatilah dengan apa yang diucapkan, apalagi itu berupa
nazar dan sumpah, karena bila dilanggar ada kafaratnya.
وعَنْ
عُقْبَةَ بنِ عامِر رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم خَرجَ إلَى قَتْلَى أُحُدٍ . فَصلَّى علَيْهِمْ بعْد ثَمان سِنِين
كالمودِّع للأحْياءِ والأمْواتِ ، ثُمَّ طَلَعَ إلى المِنْبر ، فَقَالَ : إنِّي بيْنَ أيْدِيكُمْ فَرَطٌ وأنَا شهيد علَيْكُمْ وإنَّ
موْعِدَكُمُ الْحوْضُ ، وَإنِّي لأنْظُرُ إليه مِنْ مَقامِي هَذَا، وإنِّي لَسْتُ
أخْشَى عَلَيْكُمْ أنْ تُشْركُوا ، ولَكِنْ أخْشَى عَلَيْكُمْ الدُّنيا أنْ
تَنَافَسُوهَا» قَالَ: فَكَانَتْ آخِرَ نَظْرَةٍ
نَظَرْتُهَا إلَى رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، متفقٌ عليه
.
وفي روايةٍ
: « وَلَكِنِّي أخْشَى علَيْكُمْ الدُّنيَا أنْ
تَنَافَسُوا فِيهَا ، وتَقْتَتِلُوا فَتَهْلِكُوا كَما هَلَكًَ منْ كَان قَبْلكُمْ
» قَالَ عُقبةُ : فَكانَ آخِر ما رَأيْتُ
رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَلَى المِنْبرِ . وفي روَايةٍ
قال : « إنِّي فَرطٌ لَكُمْ وأنَا شَهِيدٌ علَيْكُمْ ،
وَإنِّي واللَّه لأنْظُرُ إلَى حَوْضِي الآنَ ، وإنِّي أُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ
خَزَائِن الأرضِ ، أوْ مَفَاتِيحَ الأرْضِ ، وَإنَّي واللَّهِ مَا أَخَافُ
علَيْكُمْ أنْ تُشْرِكُوا بعْدِي ولَكِنْ أخَافُ علَيْكُمْ أنْ تَنَافَسُوا فِيهَا
» .
1857. Dari Uqbah bin
Amir radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pergi
keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau
shalallahu alaihi wasalam mendoakan mereka setelah terkubur selama delapan
tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup
dan yang telah mati. Kemudian beliau shalallahu alaihi wasalam naik ke mimbar
lalu bersabda: "Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua
sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya
tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh -sebuah danau di syurga.
Sesungguhnya saya dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang
benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan
menjadi orang musyrik -sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang
saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba
dalam mengejar keduniaan." Uqbah berkata: "Itulah yang merupakan pandangan
saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam" (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Nabi shalallahu alaihi
wasalam bersabda: "Tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau
engkau semua sama berlomba-lomba mengejar keduniaan dan engkau semua lalu saling
perang memerangi, sehingga menyebabkan engkau semua rusak binasa sebagaimana
rusak binasanya orang yang sebelummu semua dahulu." Uqbah berkata: "Itulah yang
terakhir kali saya melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berdiri di atas
mimbar." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Sesungguhnya sayalah yang dahulu sekali meninggalkan engkau semua
dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya saya dapat melihat pada Haudhku
itu sekarang. Sesungguhnya saya juga dikaruniai segala kunci perbendaharaan bumi
serta kunci-kunci kekayaan bumi. Demi Allah, tidak ada yang saya takutkan untuk
menimpa engkau semua kalau engkau semua akan berlaku musyrik sepeninggalku
nanti, tetapi saya takut kalau engkau semua sama berlomba-lomba mengejar
keduniaan." Yang dimaksudkan dengan shalat kepada orang-orang yang mati
dalam peperangan Uhud itu ialah berdoa, jadi bukan shalat sebagaimana yang
dimaklumi itu.
وعَنْ أبي
زَيْدٍ عمْرُو بنِ أخْطَبَ الأنْصَارِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ قَال : صلَّى بنا رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
الْفَجْر ، وَصعِدَ المِنْبَرَ ، فَخَطَبنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظُّهْرُ ، فَنَزَل
فَصَلَّى . ثُمَّ صَعِدَ المِنْبَر فخطب حَتَّى حَضَرتِ العصْرُ ، ثُمَّ نَزَل
فَصَلَّى ، ثُمًَّ صعِد المنْبر حتى غَرَبتِ الشَّمْسُ، فَأخْبرنا مَا كان ومَا
هُوَ كِائِنٌ ، فَأَعْلَمُنَا أحْفَظُنَا . رواهُ مُسْلِمٌ
1858. Dari Abu Zaid
yaitu 'Amr bin Akhthab al-Anshari radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah
shalallahu alaihi wasalam bershalat dengan kita semua yaitu shalat Subuh, lalu
beliau naik mimbar, kemudian berkhutbah di hadapan kita, sehingga datanglah
waktu Zuhur, terus turun dan bershalat. Selanjutnya beliau shalallahu alaihi
wasalam naik mimbar lagi terus berkhutbah sehingga datanglah waktunya shalat
Asar, lalu turun dan bershalat. Sehabis itu beliau shalallahu alaihi wasalam
naik mimbar lagi sehingga terbenamlah matahari. Beliau shalallahu alaihi wasalam
memberitahukan kepada kita apa yang telah terjadi dan apa-apa yang bakal
terjadi. Maka orang yang terpandai diantara kita -dengan ayat-ayat Allah, itu
pulalah yang paling banyak hafalannya." (Riwayat Muslim)
وعنْ عائِشَةَ
رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : قال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ نَذَرَ أن يُطِيع اللَّه فَلْيُطِعْهُ ، ومَنْ نَذَرَ
أنْ يعْصِيَ اللَّه ، فلا يعْصِهِ » رواهُ البُخاري
1859. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barangsiapa yang bernazar akan taat kepada Allah, maka wajiblah ia taat
kepadaNya dan barangsiapa yang bernazar hendak bermaksiat kepada Allah, maka
wajiblah ia tidak bermaksiat padaNya." (Riwayat Bukhari)
وَعنْ أُمٍِّ
شَرِيكٍ رضي اللَّه عنْهَا أن رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أمرَهَا
بِقَتْلِ الأوزَاغِ ، وقَال: « كَانَ ينْفُخُ علَى
إبْراهيمَ » متفقٌ عَلَيْهِ
1860. Dari Ummu Syarik
radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memerintahnya
supaya membunuh wazagh dan beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Wazagh
itu dahulu pernah meniup-niup api pada Ibrahim -supaya lebih menyala."
(Muttafaq 'alaih) Arti wazagh lihat hadits no.1861 dibawah.
وَعنْ أبي
هُريرةَ رضي اللَّهُ عنْهُ قَال : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « منْ قَتَلَ وزَغَةً في أوَّلِ ضَرْبةٍ ،
فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حسنَةً ، وَمَنْ قَتَلَهَا في الضَّرْبَةِ الثَّانِية ،
فَلَهُ كَذَا وكَذَا حَسنَةً دُونَ الأولَى ، وإنَّ قَتَلَهَا في الضَّرْبةِ
الثَّالِثَةِ ، فَلَهُ كَذاَ وَكَذَا حَسَنَةً » وفي رِوَايةٍ : « مَنْ قَتَلَ وزَغاً في أوَّلِ ضَرْبةِ ، كُتِبَ لَهُ مائةُ
حسَنَةٍ ، وَفي الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ ، وفي الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ »
. رواه مسلم .
1861. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barangsiapa membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka ia memperoleh
kebaikan sekian, sekian dan barangsiapa yang membunuhnya dalam pukulan kedua,
maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian, tetapi di bawah yang pertama.
Kemudian kalau ia dapat membunuhnya dalam pukulan ketiga kalinya, maka ia
memperoleh kebaikan sekian, sekian." Dalam riwayat lain disebutkan:
"Barangsiapa yang membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka dicatatlah
untuknya seratus kebaikan dan dalam pukulan kedua di bawahnya itu dan dalam
pukulan ketiga di bawahnya itu pula." (Riwayat Muslim) Ahli lughah -bahasa-
berkata: Arti wazagh ialah sejenis toke yang besar-besar. Jadi bukan cicak yang
lazim ada di rumah itu.
Keterangan:
Ada pendapat lain
bahwa yang termasuk wazagh adalah cicak, yang biasa menempel didinding dan
langit-langit rumah. Kotorannya seringkali ditemukan di kusen jendela, sela-sela
buku, diatas lemari, disela-sela antara dinding dan lemari, dibawah tempat
tidur, dan tempat-tempat lainnya yang jarang digunakan. Bahkan kadangkala di bak
mandi tempat untuk bersuci pun suka ada kotorannya. Pernah juga saya mengalami
ada kotoran cicak di peci saya, sehingga membersihkannya jadi harus dicuci,
padahal jenis kain peci bila dicuci dengan air maka ia jadi tidak halus lagi.
Untuk membunuhnya, bisa menggunakan pukulan sandal tepat didaerah kepalanya.
Karena cicak dan toke kakinya bisa menempel lengket ke dinding/atap, maka kita
dapat menyemprotnya dulu dengan air yang dicampur sabun/shampo, agar kakinya
jadi licin kemudian jatuhlah ia ke lantai. Gunakan sprayer atau alat semprot
manual yang biasa digunakan untuk menyemprot tanaman bunga, karena ujungnya bisa
diatur sehingga air yang keluar bisa fokus menuju sasaran. Setelah cicak
disemprot, ia akan jatuh kelantai, kemudian ia akan berusaha berlari-lari
dilantai, namun kurang cepat karena kakinya masih licin. Maka pukul segera
dengan sandal di daerah kepalanya. Bila kena badannya, pukul sekali lagi ke
daerah kepalanya. Jangan membunuhnya dengan cara dibakar, karena Rasulullah
telah melarang menyiksa dan membunuh mahluk hidup dengan cara dibakar, hanya
Allah saja yang berhak menyiksa mahlukNya dengan metode pembakaran. Membunuh
dengan sekali pukul akan meringankan rasa sakit pada cicak atau toke itu, karena
itu pahalanya paling banyak daripada membunuh dengan dua kali pukulan atau
lebih. Setelah 3 hari pencarian dan pembunuhan cicak, maka cicak-cicak lainnya
akan bersembunyi atau bahkan kabur keluar rumah, sehingga rumahpun jadi bebas
cicak.
وَعَنْ أبي
هُريْرَةَ رضي اللَّه عَنْهُ أنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال
: « قَال رَجُلٌ لأتَصدقَنَّ بِصَدقَةِ ، فَخَرجَ
بِصَدقَته ، فَوَضَعَهَا في يَدِ سَارِقٍ ، فَأصْبحُوا يتَحدَّثُونَ : تَصَدِّقَ
الليلة علَى سارِقٍ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لأتَصَدَّقَنَّ
بِصَدَقَةٍ ، فَخَرَجَ بِصَدقَتِهِ ، فَوَضَعَهَا في يدِ زانيةٍ، فَأصْبَحُوا
يتَحدَّثُونَ تُصُدِّق اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ
الْحَمْدُ عَلَى زانِيَةٍ ؟، لأتَصَدَّقَنَّ بِصدقة ، فَخَرَجَ بِصَدقَتِهٍِ ،
فَوَضَعهَا في يد غَنِي ، فأصْبَحُوا يتَحدَّثونَ : تُصٌُدِّقَ علَى غَنِيٍّ ،
فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ علَى سارِقٍ ، وعَلَى زَانِيةٍ ، وعلَى غَنِي ،
فَأتِي فَقِيل لَهُ: أمَّا صدَقَتُكَ علَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أنْ يَسْتِعفَّ عنْ
سرِقَتِهِ ، وأمَّا الزَّانِيةُ فَلَعلَّهَا تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وأمًا
الْغنِيُّ فَلَعلَّهُ أنْ يعْتَبِر ، فَيُنْفِقَ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ »
رَواهُ البخاري بلفظِهِ ، وَمُسْلِمٌ بمعنَاهُ
1862. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Ada seorang lelaki berkata: "Sesungguhnya saya akan bersedekah dengan sesuatu
sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya, lalu diletakkannya di
tangan seorang pencuri. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam
itu disedekahkan kepada seorang pencuri." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah,
bagiMulah segala puji-pujian, sesungguhnya saya akan bersedekah lagi dengan
sesuatu sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya
di tangan seorang wanita pezina -pelacur. Pagi-pagi orang-orang sama
bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang wanita pezina."
Orang tadi berkata: "Ya Allah, segala puji-pujian adalah bagiMu atas seorang
wanita pezina. Tetapi sesungguhnya saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu
sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan
seorang kaya. Pagi-pagi orang-orang bercakap-cakap lagi: "Tadi malam itu
disedekahkan kepada orang kaya." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah,
segala puji-pujian atas seorang pencuri, seorang pelacur dan seorang kaya."
Kemudian didatangkanlah suatu impian padanya dan dikatakan kepadanya: "Adapun
sedekahmu kepada pencuri itu, barangkali ia akan menahan dirinya dari pencurian,
adapun yang kepada wanita pelacur, maka barangkali ia menahan diri dari
perzinaannya, sedang yang kepada orang kaya, maka barangkali ia dapat mengambil
cermin teladan dengan perbuatanmu itu, lalu ia suka menafkahkan sebagian dari
apa-apa yang dikaruniakan oleh Allah padanya." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dengan lafaznya dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan uraian yang
semakna dengan di atas itu.
« وعنه قال كنا مع رسول اللَّه صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في دعوة فرفع إليه الذراع وكانت تُّعجبه فَنَهسَ منها
نَهَسةَ وقال : أنا سيد الناس يوم الْقِيَامَةِ ،
هَلْ تَدْرُونَ مِمَّ ذَاكَ ؟ يَجْمعُ اللَّه الأوَّلِينَ والآخِرِينَ في صعِيدٍ
وَاحِد ، فَيَنْظُرُهمُ النَّاظِرُ ، وَيُسمِعُهُمُ الدَّاعِي ، وتَدْنُو مِنْهُمُ
الشَّمْسُ ، فَيَبْلُغُ النَّاسُ مِنَ الْغَمِّ والْكَرْبِ مَالاَ يُطيقُونَ وَلاَ
يحْتَمِلُونَ ، فَيَقُولُ النَّاسُ : أَلاَ تَروْنَ إِلى مَا أَنْتُمْ فِيهِ ،
إِلَى ما بَلَغَكُمْ ؟ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يشْفَعُ لَكُمْ إِلى رَبَّكُمْ
؟
فيَقُولُ
بعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ : أبُوكُمْ آدَمُ ، ويأتُونَهُ فَيَقُولُونَ : يَا أَدمُ
أَنْتَ أَبُو الْبَشرِ ، خَلَقَك اللَّه بيِدِهِ ، ونَفخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ ،
وأَمَرَ المَلائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ وَأَسْكَنَكَ الْجَنَّةَ ، أَلا تَشْفعُ
لَنَا إِلَى ربِّكَ ؟ أَلاَ تَرى مَا نَحْنُ فِيهِ ، ومَا بَلَغَنَا ؟ فَقَالَ :
إِنَّ رَبِّي غَضِبَ غضَباً لَمْ يغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ . وَلاَ يَغْضَبُ
بَعْدَهُ مِثْلَهُ ، وَإِنَّهُ نَهَاني عنِ الشَّجَرةِ ، فَعَصَيْتُ . نَفْسِي
نَفْسِي نَفْسي . اذهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ . فَيَأْتُونَ
نُوحاً فَيقُولُونَ : يَا نُوحُ ، أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُل إِلى أَهْلِ الأرْضِ ،
وَقَدْ سَمَّاك اللَّه عَبْداً شَكُوراً ، أَلا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ ،
أَلاَ تَرَى إِلَى مَا بَلَغَنَا ، أَلاَ تَشْفَعُ لَنَا إِلَى رَبِّكَ؟ فَيَقُولُ
: إِنَّ ربِّي غَضِبَ الْيوْمَ غَضَباً لمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ
يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَأَنَّهُ قدْ كانَتْ لِي دَعْوةٌ دَعَوْتُ بِهَا
عَلَى قَوْمِي ، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي ، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا
إِلَى إِبْرَاهِيمَ . فَيْأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ : يَا إِبْرَاهِيمُ
أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأرْضِ ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى
رَبِّكَ ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ ؟ فَيَقُولُ لَهُمْ : إِنَّ ربِّي
قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَباً لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ
بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي كُنْتُ كَذَبْتُ ثَلاَثَ كَذْبَاتٍ نَفْسِي نَفْسِي
نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى . فَيأْتُونَ مُوسَى ،
فَيقُولُون : يا مُوسَى أَنْت رسُولُ اللَّه ، فَضَّلَكَ اللَّه بِرِسالاَتِهِ
وبكَلاَمِهِ على النَّاسِ ، اشْفعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ ، أَلاَ تَرَى إِلى مَا
نَحْنُ فِيهِ ؟ فَيَقول إِنَّ ربِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَباً لَمْ يَغْضَبْ
قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي قَدْ قتَلْتُ
نَفْساً لَمْ أُومرْ بِقْتلِهَا. نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي ، اذْهَبُوا إِلَى
غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى عِيسى . فَيَأْتُونَ عِيسَى . فَيقُولُونَ : يا عِيسى
أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكلمتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَريم ورُوحٌ مِنْهُ
وَكَلَّمْتَ النَّاسَ في المَهْدِ . اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ . أَلاَ تَرَى مَا
نَحْنُ فِيهِ ، فيَقولُ : : إِنَّ ربِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَباً لَمْ
يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ ، وَلمْ يَذْكُرْ
ذنْباً ، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي ، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى
مُحمَّد صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم . فيأْتون محَمداً صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم .
وفي روايةٍ :
« فَيَأْتُوني فيَقُولُونَ : يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ
رسُولُ اللَّهِ ، وَخاتَمُ الأَنْبِياءَ ، وقَدْ غَفَرَ اللَّه لَكَ ما تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِكَ وَما تَأخَّر ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى ربِّكَ ، أَلاَ تَرَى إِلَى ما
نَحْنُ فِيهِ ؟ فَأَنْطَلِقُ ، فَآتي تَحْتَ الْعَرْشِ ، فأَقَعُ سَاجِداً لِربِّي
» ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّه عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ ، وحُسْن الثَّنَاءِ عَلَيْهِ
شَيْئاً لِمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي ثُمَّ يُقَالُ : يَا مُحَمَّدُ ارفَع
رأْسكَ ، سَلْ تُعْطَهُ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ ، فَأَرفَعُ رَأْسِي ، فَأَقُولُ
أُمَّتِي يَارَبِّ ، أُمَّتِي يَارَبِّ ، فَيُقَالُ : يامُحمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ
أُمَّتك مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ الْباب الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ وهُمْ شُركَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِويَ ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ »
ثُمَّ قال : « وَالَّذِي نَفْسِي بِيدِهِ إِنَّ مَا
بَيْنَ المصراعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْن مَكَّةَ وَهَجَر ،
أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى » متفقٌ عليه.
1863. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, katanya: "Kita semua berada bersama Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam, lalu dihidangkanlah untuk beliau shalallahu alaihi wasalam
sebuah hasta -daging lengan- dan Beliau memang sangat menyukainya. Beliau
shalallahu alaihi wasalam menggigitnya sekali gigitan kemudian bersabda: "Saya
adalah penghulu sekalian manusia besok pada hari kiamat, apakah engkau semua
mengerti, apakah sebabnya demikian itu?" Allah akan mengumpulkan seluruh manusia
yang dahulu-dahulu dan yang belakangan di suatu tanah, kemudian dilihat oleh
orang yang melihat dan dapat memperdengarkan kepada orang-orang itu orang yang
mengundang. Matahari dekat sekali dengan mereka itu. Sekalian manusia
mendapatkan kesusahan dan kesengsaraan, sehingga dirasakannya tidak kuat lagi
menahannya dan tidak tahan lagi terhadap penderitaan itu. Para manusia itu lalu
berkata: "Adakah engkau semua tidak mengetahui, hingga bagaimanakah keadaan yang
sama-sama engkau semua alami ini? Apakah engkau semua tidak memikirkan kepada
siapakah yang kiranya dapat memberikan syafaat untukmu semua kepada Tuhanmu?"
Setengah manusia ada yang berkata kepada yang lainnya: Abukum Adam yakni ayo
menuju ke bapakmu semua yaitu Nabi Adam. Para manusia lalu mendatangi Nabi Adam,
kemudian berkata: "Wahai Nabi Adam, Anda itu adalah bapak dari seluruh manusia.
Allah telah menciptakan bapak dengan tangan kekuasaanNya. Allah telah meniupkan
dalam tubuh bapak dengan ruhNya. Allah juga memerintah kepada para malaikat
untuk menghormat kepada bapak, mereka lalu bersujud -menghormat- bapak dan
memberikan tempat syurga kepada bapak. Sudilah kiranya bapak memberikan syafaat
untuk kita semua kepada Tuhan. Adakah bapak tidak mengetahui keadaan yang sedang
kita alami ini dan hingga bagaimanakah kesengsaraan kita semua ini?" Nabi Adam
lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum
pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka
sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Allah sudah melarang kepadaku akan
suatu pohon, tetapi kulanggarlah larangan itu. Diriku, diriku, diriku sendiri
-belum tentu selamat. Silakan pergi saja kepada orang selain aku. Pergilah
kepada Nabi Nuh. Para manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata: "Wahai
Nabi Nuh, Anda adalah pertama-tama Rasul yang ada di atas permukaan bumi. Allah
telah memberikan nama kepada Anda dengan sebutan "Hamba yang sangat banyak
bersyukurnya." Adakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini?
Adakah Anda tidak mengetahui hingga bagaimana kesengsaraan kita ini? Sudilah
kiranya Anda memberikan pertolongan untuk kita semua dari Tuhan Anda." Nabi Nuh
lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum
pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka
sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saja aku ini memiliki
suatu doa mustajab, kemudian kupakai untuk mendoakan kerusakan bagi kaumku
-yakni dengan adanya siksa berupa banjir sedunia. Diriku, diriku, diriku sendiri
-belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi
Ibrahim. Para manusia lalu mendatangi Nabi Ibrahim, kemudian berkata: "Wahai
Nabi Ibrahim, Anda itu adalah Nabinya Allah, juga sebagai kekasihnya dari
golongan penghuni bumi. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk kita semua
kepada Tuhan Anda. Adakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami
sekarang ini." Nabi Ibrahim menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali
pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan
juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya
ini sudah pernah berdusta sampai tiga kali banyaknya.[1] Diriku,
diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku,
pergilah kepada Nabi Musa." Para manusia lalu mendatangi Nabi Musa, kemudian
berkata: "Wahai Nabi Musa, Anda itu adalah utusan Allah. Allah telah
mengaruniakan keutamaan kepada Anda dengan risalat dan firman-Nya melebihi
orang-orang lain. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk kita semua
kepada Tuhan Anda. Adakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami
ini?" Nabi Musa menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini,
belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan
murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini pernah
membunuh seorang manusia yang saya tidak diperintah untuk membunuhnya. Diriku,
diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku.
Pergilah kepada Nabi Isa." Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa, lalu
berkata: "Wahai Nabi Isa, Anda itu adalah utusan Allah dan kalimatnya
disampaikan kepada Maryam dan anda itupun ruh dari Allah. Anda telah memberikan
sabda kepada orang banyak ketika masih dalam buaian. Sudilah kiranya Anda
memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan Anda. Apakah Anda tidak
mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini?" Nabi Isa lalu menjawab:
"Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini dan belum pernah murka
sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana
sekarang ini sesudah hari ini." Nabi Isa tidak menyebutkan sesuatu dosa yang
pernah dibuatnya. Diriku, diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah
engkau semua kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Muhammad. Para
manusia terus pergi mendatangi Muhammad shalallahu alaihi wasalam –di dalam
riwayat lain diterangkan: Para manusia lalu mendatangi aku, kemudian berkata:
"Wahai Nabi Muhammad, Anda itu adalah pesuruh Allah dan penutup sekalian Nabi.
Allah sungguh-sungguh telah mengaruniakan pengampunan kepada dosa-dosa Anda yang
sudah-sudah dan yang akan datang. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk
kita kepada Tuhan Anda. Adakah Anda belum mengetahui keadaan yang sedang kita
alami sekarang ini?" Sayapun lalu berangkat sampai datang di bawah 'Arasy,
selanjutnya sayapun bersujudlah kepada Tuhanku. Di kala itu Allah membukakan
padaku dari puji-pujianNya serta keindahan penghargaan pujian terhadap
hadhiratNya. Yang sedemikian ini adalah suatu keadaan yang belum pernah
dibukakan oleh Allah kepada siapapun sebelum ini. Selanjutnya lalu dikatakan:
"Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Ajukanlah permohonan dan pasti akan
dikabulkan permohonanmu itu. Mintalah untuk dapat memberikan syafaat dan pasti
engkau akan diberi izin untuk memberi syafaat itu." Selanjutnya saya lalu
mengangkat kepalaku, kemudian memohonkan: "Ummat hamba, ya Tuhan; umat hamba, ya
Tuhan; umat hamba, ya Tuhan." Setelah itu lalu diucapkan: "Hai Muhammad,
masukkanlah orang-orang yang tidak diperlukan untuk dihisab lagi dari umatmu itu
dari pintu sebelah kanan. Orang-orang itupun juga sebagai kawan-kawan para
manusia yang akan masuk dari pintu selain pintu kanan." Nabi shalallahu alaihi
wasalam meneruskan sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku dalam tanganNya
-kekuasaanNya, sesungguhnya jauh jaraknya antara dua lipatan pintu dari semua
lipatan-lipatan pintu-pintu syurga itu adalah sama jauhnya dengan jarak antara
Makkah dan Hajar, atau seperti jarak antara Makkah dan Bushra." (Muttafaq
'alaih)
وَعَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا قَالَ : جاءَ
إِبْرَاهِيمُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِأُمِّ إِسْمَاعِيل وَبابنِهَا
إِسْمَاعِيلَ وَهِي تُرْضِعُهُ حَتَّى وَضَعَهَا عِنْدَ الْبَيْتِ عِنْدَ دَوْحَةٍ
فوْقَ زَمْزَمَ في أَعْلَى المسْجِدِ ، وَلَيْسَ بمكَّةَ يَؤْمئذٍ أَحَدٌ وَلَيْسَ
بِهَا مَاءٌ ، فَوضَعَهَمَا هُنَاكَ ، وَوضَع عِنْدَهُمَا جِرَاباً فِيه تَمرٌ ،
وسِقَاء فيه مَاءٌ . ثُمَّ قَفي إِبْرَاهِيمُ مُنْطَلِقاً ، فتَبِعتْهُ أُمُّ
إِسْماعِيل فَقَالَتْ : يا إِبْراهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وتَتْرُكُنَا بهَذا
الْوادِي ليْسَ فِيهِ أَنيسٌ ولاَ شَيءٌ ؟ فَقَالَتْ لَهُ ذَلكَ مِراراً ، وجعل لاَ
يلْتَفِتُ إِلَيْهَا ، قَالَتْ لَه: آللَّهُ أَمركَ بِهذَا ؟ قَالَ : نَعَمْ .
قَالَت : إِذًا لا يُضَيِّعُنا ، ثُمَّ رجعتْ .فَانْطَلقَ إِبْراهِيمُ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم ، حَتَّى إِذا كَانَ عِنْدَ الثَّنِيَّةِ حيْثُ لا يَروْنَهُ .
اسْتَقْبل بِوجْههِ الْبيْتَ، ثُمَّ دعا بهَؤُلاءِ الدَّعواتِ ، فَرفَعَ يدَيْه
فقَالَ : { رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ
ذُرِّيَّتي بِوادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ } حتَّى
بلَغَ {يشْكُرُونَ} . وجعلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيل تُرْضِعُ إِسْماعِيل ، وتَشْربُ
مِنْ ذَلِكَ المَاءِ ، حتَّى إِذَا نَفِدَ ما في السِّقَاءِ عطشت وعَطِش ابْنُهَا ،
وجعلَتْ تَنْظُرُ إِلَيْهِ يتَلوَّى أَوْ قَالَ : يتَلَبَّطُ فَانْطَلَقَتْ
كَراهِيةَ أَنْ تَنْظُر إِلَيْهِ ، فَوجدتِ الصَّفَا أَقْرَبَ جبَلٍ في الأرْضِ
يلِيهَا ، فَقَامتْ علَيْهِ ، ثُمَّ استَقبَلَتِ الْوادِيَ تَنْظُرُ هَلْ تَرى
أَحداً ؟ فَلَمْ تَر أَحداً . فهَبطَتْ مِنَ الصَّفَا حتَّى إِذَا بلَغَتِ
الْوادِيَ ، رفَعتْ طَرفَ دِرْعِهِا ، ثُمَّ سَعتْ سعْي الإِنْسانِ المجْهُودِ
حتَّى جاوزَتِ الْوَادِيَ ، ثُمَّ أَتَتِ المرْوةَ ، فقامتْ علَيْهَا ، فنَظَرتْ
هَلْ تَرى أَحَداً؟ فَلَمْ تَر أَحَداً ، فَفَعَلَتْ ذَلِكَ سَبْع مرَّاتٍ. قَال
ابْنُ عبَّاسٍ رَضِي اللَّه عنْهُمَا : قَال النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « فَذَلِكَ سعْيُ النَّاسِ بيْنَهُما » . فلَمَّا أَشْرفَتْ علَى المرْوةِ سَمِعـتْ صوتاً ، فَقَالَتْ
: صهْ تُرِيدُ نَفْسهَا ثُمَّ تَسمَعَتْ ، فَسمِعتْ أَيْضاً فَقَالتْ : قَدْ
أَسْمعْتَ إِنْ كَانَ عِنْدكَ غَواثٌ .فأَغِث . فَإِذَا هِي بِالملَكِ عِنْد
موْضِعِ زمزَم ، فَبحثَ بِعقِبِهِ أَوْ قَال بِجنَاحِهِ حَتَّى ظَهَرَ الماءُ،
فَجعلَتْ تُحوِّضُهُ وَتَقُولُ بِيدِهَا هَكَذَا ، وجعَلَتْ تَغْرُفُ المَاءَ في
سِقَائِهَا وهُو يفُورُ بَعْدَ ما تَغْرفُ وفي روايةٍ : بِقَدرِ ما تَغْرِفُ .
قَال ابْنُ عبَّاسٍ رضِيَ اللَّه عَنْهُمَا : قالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم : « رحِم اللَّه أُمَّ إِسماعِيل لَوْ تَركْت زَمزَم أَوْ قَالَ :
لوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنَ المَاءِ ، لَكَانَتْ زَمْزَمُ عيْناً معِيناً قَال فَشَرِبتْ ، وَأَرْضَعَتْ وَلَدهَا .
فَقَال
لَهَا الملَكُ : لاَ تَخَافُوا الضَّيْعَة فَإِنَّ هَهُنَا بَيْتاً للَّهِ يبنيه
هَذَا الْغُلاَمُ وأَبُوهُ ، وإِنَّ اللَّه لا يُضيِّعُ أَهْلَهُ ، وَكَانَ
الْبيْتُ مُرْتَفِعاً مِنَ الأَرْضِ كَالرَّابِيةِ تأْتِيهِ السُّيُولُ ، فتَأْخُذُ
عنْ يمِينِهِ وَعَنْ شِمالِهِ . فَكَانَتْ كَذَلِكَ حتَّى مرَّتْ بِهِمْ رُفْقَةٌ
مِنْ جُرْهُمْ ، أو أَهْلُ بيْتٍ مِنْ جُرْهُمٍ مُقْبِلين مِنْ طَريقِ كَدَاءَ ،
فَنَزَلُوا في أَسْفَلِ مَكَةَ ، فَرَأَوْا طَائراً عائفاً فَقَالُوا : إِنَّ هَذا
الطَّائِر ليَدُورُ عَلى ماء لَعهْدُنَا بِهذا الوادي وَمَا فِيهِ ماءَ فَأرسَلُوا
جِريّاً أَوْ جَرِيَّيْنِ ، فَإِذَا هُمْ بِالماءِ ، فَرَجَعُوا فَأَخْبَرُوهم
فَأقْبلُوا ، وَأُمُّ إِسْماعِيلَ عند الماءَ ، فَقَالُوا : أَتَأْذَنِينَ لَنَا
أَنْ ننزِلَ عِنْدكَ ؟ قَالتْ: نَعَمْ ، ولكِنْ لا حَقَّ لَكُم في الماءِ ، قَالُوا
: نَعَمْ . قَال ابْنُ
عبَّاسٍ : قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « فَأَلفي ذلكَ أُمَّ إِسماعِيلَ ، وَهِي تُحِبُّ الأُنْسَ .
فَنزَلُوا ، فَأَرْسلُوا إِلى أَهْلِيهِم فنَزَلُوا معهُم ، حتَّى إِذا كَانُوا
بِهَا أَهْل أَبياتٍ ، وشبَّ الغُلامُ وتَعلَّم العربِيَّةَ مِنهُمْ وأَنْفَسَهُم
وأَعجَبهُمْ حِينَ شَبَّ ، فَلَمَّا أَدْركَ ، زَوَّجُوهُ امرأَةً منهُمْ ،
ومَاتَتْ أُمُّ إِسمَاعِيل .
فَجَاءَ
إبراهِيمُ بعْد ما تَزَوَّجَ إسماعِيلُ يُطالِعُ تَرِكَتَهُ فَلم يجِدْ إِسْماعِيل
، فَسأَل امرأَتَهُ عنه فَقَالت ْ: خَرَجَ يبْتَغِي لَنَا وفي رِوايةٍ : يصِيدُ
لَنَا ثُمَّ سأَلهَا عنْ عيْشِهِمْ وهَيْئَتِهِم فَقَالَتْ: نَحْنُ بَشَرٍّ ،
نَحْنُ في ضِيقٍ وشِدَّةٍ ، وشَكَتْ إِليْهِ ، قَال : فإذا جاءَ زَوْجُكِ ، اقْرئى
عَلَيْهِ السَّلام، وقُولي لَهُ يُغَيِّرْ عَتبةَ بابهِ . فَلَمَّا جاءَ إسْماعيلُ
كَأَنَّهُ آنَسَ شَيْئاً فَقَال : هَلْ جاءَكُمْ منْ أَحَدٍ ؟ قَالَتْ : نَعَمْ ،
جاءَنَا شَيْخٌ كَذا وكَذا ، فَسأَلَنَا عنْكَ ، فَأخْبَرْتُهُ ، فَسألني كَيْف
عيْشُنا ، فَأخْبرْتُهُ أَنَّا في جَهْدٍ وشِدَّةٍ. قَالَ : فَهَلْ أَوْصاكِ
بشَيْءِ ؟ قَالَتْ : نَعمْ أَمَرني أَقْرَأ علَيْكَ السَّلامَ ويَقُولُ : غَيِّرْ
عَتبة بابكَ . قَالَ : ذَاكِ أَبي وقَدْ أَمرني أَنْ أُفَارِقَكِ ، الْحَقِي
بأَهْلِكِ .
فَطَلَّقَهَا
، وتَزَوَّج مِنْهُمْ أُخْرى . فلَبِث عَنْهُمْ إِبْراهيم ما شَاءَ اللَّه ثُمَّ
أَتَاهُم بَعْدُ ، فَلَمْ يجدْهُ ، فَدَخَل على امْرَأتِهِ ، فَسَأَل عنْهُ .
قَالَتْ : خَرَج يبْتَغِي لَنَا . قَال : كَيْفَ أَنْتُمْ ، وسألهَا عنْ عيْشِهِمْ
وهَيْئَتِهِمْ فَقَالَتْ : نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسعةٍ وأَثْنتْ على اللَّهِ تَعالى ،
فَقَال : ما طَعامُكُمْ ؟ قَالَتْ : اللَّحْمُ . قَال : فَما شَرابُكُمْ ؟ قَالَتِ
: الماءُ . قَال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لهُمْ في اللَّحْم والماءِ ، قَال
النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : «وَلَمْ يكنْ
لهُمْ يوْمَئِذٍ حُبٌّ وَلَوْ كَانَ لهُمْ دَعَا لَهُمْ فيهِ » قَال : فَهُما لاَ يخْلُو علَيْهِما أَحدٌ بغَيْرِ مكَّةَ إِلاَّ
لَمْ يُوافِقاهُ .
وفي روايةٍ
فَجاءَ فَقَالَ : أَيْنَ إِسْماعِيلُ ؟ فَقَالَتِ
امْرأتُهُ : ذَهبَ يَصِيدُ ، فَقَالَتِ امْرأَتُهُ: أَلا تَنْزِلُ ، فتَطْعَم
وتَشْربَ ؟ قَالَ : وما طعامُكمْ وما شَرابُكُمْ ؟ قَالَتْ : طَعَامُنا اللَّحْـمُ
، وشَرابُنَا الماءُ . قَال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ في طَعامِهمْ وشَرَابِهِمْ
قَالَ : فَقَالَ أَبُو القَاسِم صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: «بركَةُ دعْوةِ إِبراهِيم صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
» قَالَ : فَإِذا جاءَ زَوْجُكِ ، فاقْرئي
علَيْهِ السَّلامَ وَمُريهِ يُثَبِّتْ عتَبَةَ بابهِ . فَلَمَّا جاءَ إِسْماعِيلُ
، قَال : هَلْ أَتَاكُمْ منْ أَحد ؟ قَالتْ : نَعَمْ ، أَتَانَا شيْخٌ حَسَن
الهَيئَةِ وَأَثْنَتْ عَلَيْهِ ، فَسَأَلَني عنْكَ ، فَأَخْبرتُهُ ، فَسأَلَني كيفَ
عَيْشُنَا فَأَخبَرْتُهُ أَنَّا بخَيرٍ . قَالَ : فأَوْصَاكِ بِشَيْءٍ ؟ قَالَتْ :
نَعَمْ ، يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلامَ ، ويأْمُرُكَ أَنْ تُثَبِّتَ عَتَبَة بابكَ.
قَالَ : ذَاكِ أَبي وأنتِ الْعَتَبةُ أَمرني أَنْ أُمْسِكَكِ . ثُمَّ لَبِثَ
عنْهُمْ ما شَاءَ اللَّه ، ثُمَّ جَاءَ بعْد ذلكَ وإِسْماعِيلُ يبْرِي نَبْلاً لَهُ
تَحْتَ دَوْحةٍ قريباً مِنْ زَمْزَمَ ، فَلَمَّا رآهُ ، قَامَ إِلَيْهِ ، فَصنعَ
كَمَا يصْنَعُ الْوَالِد بِالْولَدُ والوالد بالْوالدِ ، قَالِ : يا إِسْماعِيلُ
إِنَّ اللَّه أَمرني بِأَمْرٍ ، قَال : فَاصْنِعْ مَا أَمركَ ربُّكَ ؟ قَال :
وتُعِينُني ، قَال : وأُعِينُكَ ، قَالَ : فَإِنَّ اللَّه أَمرنِي أَنْ
أَبْني بيْتاً ههُنَا ، وأَشَار إِلى أَكَمَةٍ
مُرْتَفِعةٍ على ما حَوْلهَا فَعِنْد ذلك رَفَعَ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبيْتِ ،
فَجَعَلَ إِسْماعِيل يأتي بِالحِجارَةِ ، وَإبْراهِيمُ يبْني حتَّى إِذا ارْتَفَعَ
الْبِنَاءُ جَاءَ بِهَذا الحجرِ فَوضَعَهُ لَهُ فقامَ عَلَيْهِ ، وَهُو يبْني
وإسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الحِجَارَة وَهُما يقُولاَنِ : « ربَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ » .
وفي روايةٍ :
إِنَّ إبْراهِيم خَرَج بِإِسْماعِيل وأُمِّ إسْمَاعِيل
، معَهُم شَنَّةٌ فِيهَا ماءٌ فَجَعلَتْ أُم إِسْماعِيلَ تَشْربُ مِنَ الشَّنَّةِ ،
فَيَدِرُّ لَبنُهَا على صبِيِّهَا حَتَّى قَدِم مكَّةَ . فَوَضَعهَا تَحْتَ دَوْحةٍ
، ثُمَّ رَجَع إِبْراهيمُ إِلى أَهْلِهِ ، فاتَّبعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ حَتَّى
لمَّا بلغُوا كَداءَ نادَتْه مِنْ ورائِــه : يَا إِبْرَاهيمُ إِلى منْ تَتْرُكُنَا
؟ قَالَ : إِلى اللَّهِ ، قَالَتْ : رضِيتُ بِاللَّهِ . فَرَجعتْ ، وَجعلَتْ
تَشْرَبُ مِنَ الشَّنَّةِ ، وَيَدرُّ لَبَنُهَا عَلى صَبِيِّهَا حَتَّى لمَّا فَنى
الماءُ قَالَتْ : لَوْ ذَهبْتُ ، فَنَظَرْتُ لعَلِّي أحِسُّ أَحَداً ، قَالَ :
فَذَهَبَتْ فصعِدت الصَّفا . فَنَظَرتْ وَنَظَرَتْ هَلْ تُحِسُّ أَحداً ، فَلَمْ
تُحِسَّ أحداً ، فَلَمَّا بلَغَتِ الْوادي ، سعتْ ، وأَتتِ المرْوةَ، وفَعلَتْ ذلكَ
أَشْواطاً ، ثُمَّ قَالَتْ : لو ذهَبْتُ فنَظرْتُ ما فَعلَ الصَّبيُّ ، فَذَهَبتْ
ونَظَرَتْ ، فإِذَا هُوَ على حَالهِ كأَنَّهُ يَنْشَغُ للمَوْتِ ، فَلَمْ
تُقِرَّهَا نفْسُهَا . فَقَالَت : لَوْ ذَهَبْتُ ، فَنَظَرْتُ لعلي أَحِسُّ أَحداً
، فَذَهَبَتْ فصَعِدتِ الصَّفَا ، فَنَظَرتْ
ونَظَرتْ ، فَلَمْ تُحِسُّ أَحَداً حتَّى أَتمَّتْ سَبْعاً ، ثُمَّ قَالَتْ : لَوْ
ذَهَبْتُ ، فَنَظَرْتُ مَا فَعل . فَإِذا هِيَ بِصوْتٍ . فَقَالَتْ : أَغِثْ إِنْ
كان عِنْدَكَ خيْرٌ فإِذا جِبْرِيلُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقَال بِعَقِبهِ
هَكَذَا ، وغمزَ بِعقِبه عَلى الأرْض ، فَانْبثَقَ الماءُ فَدَهِشَتْ أُمُّ
إسْماعِيلَ فَجعلَتْ تَحْفِنُ وذكَرَ الحَدِيثَ بِطُولِهِ .رواه البخاري
بهذِهِ الرواياتِ كلها .
1864. Dari Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibrahim alaihi salam datang -di Makkah yang dulu
disebut Faran- dengan membawa ibunya Ismail -yakni Hajar- serta anaknya lelaki
yakni Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim alaihi salam
menempatkan istrinya itu di dekat Baitullah, di sisi sebuah pohon besar yang ada
di sebelah atas Zamzam yaitu di Masjidil Haram yang sebelah atas sendiri. Di
Makkah pada saat itu belum ada seorangpun dan di situ tidak pula ada airnya. Di
situlah Ibrahim alaihi salam menempatkan istri dan puteranya. Di sisi kedua
orang ini olehnya diletakkanlah suatu wadah -dari kulit- berisi kurma dan sebuah
tempat air yang berisi air. Ibrahim alaihi salam lalu membelakang -yakni
meninggalkan Hajar dan Ismail- terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya,
lalu berkata: "Kemanakah Anda hendak pergi dan mengapa Anda meninggalkan kita di
lembah ini, tanpa ada seorangpun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apapun?"
Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim alaihi salam sama
sekali tidak menoleh kepadanya. Kemudian Hajar berkata: "Adakah Allah yang
memerintahkan Anda berbuat semacam ini?" Ibrahim alaihi salam menjawab: "Ya."
Hajar berkata: "Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib
kita." Ibu Ismail lalu kembali ke tempatnya semula. Ibrahim alaihi salam
berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah -di daerah Hajun,
di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka -yakni Hajar dan anaknya,
kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah, terus berdoa
dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau alaihi salam mengangkatkan
kedua tangannya, lalu mengucapkan, sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran,
yang artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkan keturunanku di suatu
lembah yang tiada berpohon -yakni tandus," sampai pada: "semoga mereka itu
bersyukur." Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu,
sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan iapun haus, juga
anaknyapun haus pula. Ibu itu melihat anaknya bergulung-gulung di tanah, atau
katanya: bergulat dengan tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah
itu, lalu ibunya itu berangkat karena tidak tahan melihat keadaan anaknya
semacam itu. Hajar melihat sekelilingnya dan tampaklah olehnya bahwa Shafa
adalah sedekat-dekat gunung di bumi yang ada di samping dirinya, iapun lalu
menuju ke puncak gunung ini dan berdiri di atasnya, kemudian ia menghadap ke
lembah, melihat di situ, kalau-kalau dapat melihat seorang manusia, tetapi tidak
ada. Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi,
iapun mengangkat gamisnya, terus berjalan lagi bagaikan jalannya seseorang yang
sedang dalam kesukaran -yakni berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya,
kemudian mendatangi Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke
lembah, kalau-kalau ada seorang manusia yang dapat dilihat olehnya. Tetapi tidak
ada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi
bolak-balik antara Shafa dan Marwah." Ibnu Abbas berkata: "Nabi shalallahu
alaihi wasalam bersabda: "Oleh sebab itu para manusia -dalam mengerjakan ibadah
haji meneladan kelakuan Hajar tersebut, bersa'i -yakni berlari-lari kecil
-antara Shafa dan Marwah." Keduanya ini bukan gunung yang sebenarnya, tetapi
hanyalah tanah yang agak meninggi letaknya. Ibnu Abbas melanjutkan
keterangannya: "Setelah ia berada di atas Marwah -yakni tujuh perjalanan yang
terakhir, lalu ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata: "Diamlah" yang
dimaksudkan ialah kepada dirinya sendiri -yang disuruh diam untuk memperhatikan
suara apa itu. Selanjutnya didengarlah dengan penuh perhatian, lalu sekali lagi
dapat didengarnya suara tersebut. Iapun terus berkata: "Anda telah
memperdengarkan suara kepada saya, maka segerakanlah memberikan pertolongan
kepada kita, jikalau memang sengaja akan memberikan pertolongan." Tiba-tiba di
situ tampaklah oleh Hajar ada seorang malaikat di dekat tempat sumur zamzam
-yang di waktu itu belum keluar airnya. Malaikat itu meneliti dengan kakinya,
atau katanya: Dengan sayapnya, sehingga keluarlah airnya. Hajar mulai bekerja
membuat tempat air itu bagaikan bentuk danau -yang dibulatkan- dan dengan
tangannya ia mengerjakan itu sedang mulutnya mengucapkan: "Ah, beginilah yang
saya harapkan." Hajar menciduk air itu dan meletakkannya dalam tempat airnya.
Air zamzam itu terus menyumber dengan derasnya setelah diciduk olehnya." Dalam
riwayat lain disebutkan: "Dengan sekedar cidukan yang dilakukan oleh Hajar."
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Nabi shalallahu alaihi wasalam
bersabda: "Semoga Allah memberikan kerahmatanNya kepada ibu Ismail, andaikata ia
meninggalkan zamzam itu -yakni tidak diciduknya, niscaya akan meluap airnya ke
seluruh bumi." Atau sabdanya: "Andaikata ibu Ismail itu tidak menciduk air
zamzam tadi, sesungguhnya zamzam itu akan merupakan mata air yang dapat mengalir
hebat -yakni dapat memenuhi seluruh permukaan bumi." Ibnu Abbas melanjutkan:
"Ibu Ismail lalu minum dan dapat lagi menyusui anaknya." Malaikat berkata
kepadanya: "Janganlah Anda takut akan binasa disini, sebab disini nanti akan
didirikanlah sebuah Rumah Allah -yakni Baitullah- yaitu Ka'bah. Yang mendirikan
ialah anak ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan
orang-orang yang berbakti kepada Allah -yang tentu menginginkan berziarah ke
Baitullah ini." Tempat Baitullah itu meninggi di atas bumi, bagaikan tanah
tinggi, yang akan didatangi oleh beberapa banjir, lalu merusak sebagian kanan
dan sebagian kirinya. Demikianlah keadaan Hajar dengan anaknya, sehingga pada
suatu ketika berlalulah di tempat mereka itu sekelompok kawanan yang sedang
mengadakan perjalanan dari golongan suku Jurhum. Atau yang datang itu adalah
sekeluarga dari golongan suku Jurhum yang menuju ke suatu tempat dari jalan
Kada'. Mereka turun -yakni berhenti- di bagian bawah kota Makkah. Mereka melihat
ada burung sedang terbang seolah-olah mengelilingi air. Kata mereka: "Burung ini
pastilah terbang mengelilingi suatu mata air. Sesungguhnya tempat keamanan kita
adalah di lembah ini, sebab ada air di tempat itu. Selanjutnya dikirimkanlah
seorang atau dua orang utusan yang dapat berlari cepat menuju lembah tersebut
dan mereka benar-benar dapat menemukan tempat air. Utusan-utusan itu kembali
terus memberitahukan kepada orang-orang Jurhum. Mereka semua datang mendekati
dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada di tempat air tersebut. Mereka berkata:
"Apakah Anda suka mengizinkan kita kalau berdiam saja di sisi Anda di sini?" Ia
menjawab: "Baiklah, tetapi sama sekali engkau semua tidak ada hak atas air ini."
Mereka berkata: "Baiklah." Kedatangan orang-orang Jurhum itu berkenan sekali
dalam hati ibu Ismail, karena sebenarnya ia senang untuk berkawan. Orang-orang
Jurhum itu menyuruh semua keluarganya supaya datang di situ dan akhirnya
semuanyapun berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orang Jurhum itu
banyak yang ahli dalam ilmu persyairan -yakni puisi dan kesusasteraan bahasa
Arab. Anak Hajar -yakni Ismail- makin hari makin besar dan belajar bahasa Arab
dari mereka. Anak ini menimbulkan kegembiraan serta membuat mereka menjadi
takjub setelah ia tumbuh sebagai seorang pemuda. Setelah Ismail cukup dewasa,
mereka mengawinkannya dengan seorang wanita dari suku Jurhum itu. Sementara itu
ibu Ismail -yakni Hajar- wafatlah." Ibnu Abbas berkata: "Nabi shalallahu alaihi
wasalam bersabda: "Ibrahim alaihi salam datang -di Makkah- setelah Ismail sudah
kawin. Ia mengamat-amati apa-apa yang terjadi dalam rumah setelah ditinggal
pergi oleh Ismail, karena Ibrahim tidak dapat berjumpa dengan anaknya itu.
Ibrahim bertanya kepada istrinya, ke mana perginya, lalu dijawab: "Ia keluar
mencari sesuatu untuk kami." Dalam riwayat lain disebutkan: "Keluar untuk
berburu guna kepentingan kami." Kemudian Ibrahim menanyakan kepada istrinya
perihal kehidupan mereka dalam rumah tangga dan keadaan sehari-harinya. Istrinya
menjawab: "Nasib kita buruk sekali, yakni dalam keadaan serba sukar dan penuh
kesengsaraan." Wanita itu mengadukan halnya kepada mertuanya tadi. Ibrahim lalu
berkata: "Nanti jikalau suamimu telah datang, maka sampaikanlah ucapan salam
daripadaku dan katakanlah padanya, supaya ia mengubah bandul pintunya -ini
adalah kiasan daripada seorang istri. Setelah Ismail datang, ia merasa
seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu fikirannya, lalu ia berkata: "Apakah ada
seorang yang tadi datang di tempat ini?" Istrinya menjawab: "Ya. Kita didatangi
oleh seorang tua yang sifatnya demikian, demikian, iapun bertanya kepada kami
perihal diri Anda, lalu saya beritahukan yang sebenarnya. Selanjutnya ia
bertanya lagi kepada saya, bagaimanakah perihal kehidupan kita. Saya
memberitahukan padanya bahwasanya kita hidup dalam keadaan penuh kesengsaraan
dan kesukaran. Ismail bertanya: "Apakah orang tua itu tidak memesankan sesuatu
padamu?" Istrinya menjawab: "Ya, orang tua itu menyuruh saya supaya saya
sampaikan ucapan salamnya kepada Anda dan berkata -dalam pesannya: "Ubahlah
bandul pintumu." Ismail berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan beliau telah
memerintahkan kepada saya supaya saya menceraikan engkau. Maka itu temui
kembalilah keluargamu." Ismail menceraikan istrinya itu, kemudian kawin lagi
dengan seorang perempuan lain. Ibrahim tetap meninggalkan mereka itu dalam waktu
yang di kehendaki oleh Allah, kemudian mendatangi mereka lagi sesudah itu,
tetapi kali inipun ia tidak menemukan anaknya. Ia masuk rumahnya dan ditemui
oleh istrinya, lalu menanyakan kepada istrinya itu perihal Ismail, Ia berkata:
"Ia sedang keluar untuk mencari rezeki guna kita semua." Ibrahim bertanya:
"Bagaimanakah keadaan penghidupanmu semua." Ia menanyakan perihal kehidupan
serta keadaan sehari-hari yang mereka alami. Istrinya menjawab: "Kita semua
dalam keadaan baik dan rezeki yang cukup luas." Wanita inipun banyak memuji
kepada Allah atas segala kenikmatan yang diberikan olehNya. Ibrahim bertanya:
"Apakah yang engkau semua makan." Istrinya menjawab: "Daging." Tanyanya lagi:
"Apakah yang engkau semua minum?" Ia menjawab: "air." Ibrahim berdoa: "Ya Allah,
berilah keberkahan kepada mereka ini dalam makanan dagingnya dan minuman
airnya." Seterusnya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Di kalangan mereka
-penduduk Makkah- di waktu itu tidak ada biji-bijian, andaikata ini ada,
tentulah Ibrahim juga mendoakan keberkahan biji-bijian itu untuk mereka." Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Maka tidak seorangpun yang tidak
mencampurkan daging dan air itu dalam makanannya untuk selain di Makkah,
melainkan keduanya itu tidak akan mencocokinya." Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ibrahim datang, lalu berkata: "Manakah Ismail?" Istrinya menjawab: "Ia pergi
untuk berburu." Istrinya berkata: "Tidakkah bapak suka singgah dulu di sini
untuk makan dan minum?" Ibrahim bertanya: "Apakah makananmu dan apakah
minumanmu?" Ia menjawab: "Makanan kita adalah daging dan minuman kita adalah
air." Ibrahim lalu berdoa: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada mereka akan
makanan serta minuman mereka." Ibnu Abbas berkata: "Abul Qasim -yaitu Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasalam- bersabda: "Itulah dengan sebab berkah doanya
Ibrahim alaihi salam" Ibrahim berkata: "Jikalau suamimu datang maka sampaikanlah
ucapan salamku padanya dan perintahkanlah padanya supaya ditetapkan saja bandul
pintunya." Setelah Ismail datang, ia berkata: "Apakah ada seorang yang datang di
tempatmu ini?" Istrinya menjawab: "Ya, ada seorang tua yang baik sekali keadaan
pakaiannya." Wanita itu banyak mengeluarkan pujian pada orang tua tersebut.
Selanjutnya ia berkata: "Ia bertanya kepadaku tentang hal-ihwal diri Anda.
Kemudian saya beritahukan hal itu kepadanya. Lalu bertanya: "Bagaimanakah
keadaan hidup kita, lalu saya memberitahukan bahwasanya kita dalam keadaan
baik-baik saja." Ismail bertanya: "Apakah orang tua tadi memesan sesuatu
padamu?" Ia menjawab: "Ya, ia menyampaikan ucapan salam pada Anda dan
memerintahkan kepada Anda supaya Anda menetapkan bandul rumahnya." Ismail
berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan yang dimaksudkan bandul pintu adalah
engkau. Jadi ia menyuruh kepada saya supaya tetap memegangmu sebagai istri."
Ibrahim berdiam meninggalkan mereka selama waktu yang dikehendaki oleh Allah
Ta'ala, kemudian datang pulalah sesudah itu. Di waktu kedatangan Ibrahim itu,
Ismail sedang meraut sebuah anak panah yang sedang dibuatnya, yaitu di bawah
sebuah pohon besar di dekat sumur zamzam. Setelah dilihatnya, iapun berdirilah
menyongsongnya, kemudian keduanya berbuat sebagaimana seorang ayah terhadap
anaknya dan sebagai anak terhadap ayahnya. Sehabis itu Ibrahim berkata: "Hai
Ismail, sesungguhnya Allah menyuruh kepadaku akan sesuatu perkara." Ismail
berkata: "Kalau begitu, lakukanlah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah
kepada bapak itu!" Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan memberikan pertolongan
padaku untuk itu?" Ia menjawab: "Ya, saya akan menolong bapak." Ibrahim berkata
lagi: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku, supaya saya mendirikan sebuah
rumah -yakni bait- di sana itu." Ibrahim menunjuk pada suatu bidang tanah yang
tinggi. Di atas sekitar tanah itulah rumah itu didirikan. Pada waktu itu ia
meninggikan pundamen -pondasi- bait tersebut. Jadi Ismail yang datang dengan
membawakan batunya, sedang Ibrahim yang mendirikannya. Sehingga setelah bangunan
itu telah tinggi, datanglah beliau dengan membawa batu ini - yakni almaqam, lalu
batu itu diletakkan. Ibrahim berdiri di atasnya dan beliau sedang mendirikan
bait dan Ismail memberikan batunya, keduanya sambil mengucapkan: Rabbana
taqabbal minna innaka antas sami'ul 'alim artinya: Ya Allah, terimalah amalan
kita ini, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui.
Dalam riwayat lain
disebutkan: "Sesungguhnya Ibrahim keluar dengan membawa Ismail -yang masih bayi-
dan ibu Ismail -yakni Hajar. Beserta mereka adalah sebuah tempat untuk isi air.
Ibu Ismail minum dari wadah air itu lalu meluaplah air susunya untuk diberikan
kepada bayinya itu, sehingga datanglah di Makkah. Ibrahim meletakkan istrinya di
bawah sebuah pohon besar. Selanjutnya Ibrahim pun pulanglah kembali ke tempat
keluarganya di Syam. Ia diikuti oleh ibu Ismail, sehingga setelah mereka sampai
di tanah Kada', istrinya memanggilnya dari belakang: "Hai Ibrahim, kepada
siapakah kita ini Anda serahkan, kalau Anda meninggalkan kita." Ibrahim
menjawab: "Kepada Allah." Istrinya berkata: "Kalau begitu saya ridha dengan
Allah, sebagai Zat yang diserahi." Ia lalu kembali dan masih terus dapat minum
air dari wadah air yang di bawahnya tadi dan air susunyapun tetap meluap untuk
diberikan kepada bayinya. Kemudian setelah air itu habis, ia berkata: "Andaikata
saya pergi ke situ, lalu saya melihat-lihat ke sana ke mari, barangkali ada
seorang yang dapat saya temukan." Ibnu Abbas berkata: "Hajar lalu pergi menaiki
bukit Shafa, ia melihat ke sana ke mari dan terus memperhatikan, barangkali ia
dapat menemukan seorang, tetapi tidak seorangpun yang di temuinya. Setelah ia
sampai di lembah dan berlari kecil serta mendatangi bukit Marwah, kemudian
mengerjakan sedemikian itu pergi balik sampai tiga kali, kemudian ia berkata:
"Baiklah saya pergi menengok apa yang dilakukan oleh anak bayiku." Iapun
pergilah, lalu dilihatnya anak itu sedang dalam keadaannya yang amat berat
seolah-olah ia merintih-rintih dengan suara keras lalu perlahan. Hatinya tidak
tenang, kemudian berkata: "Sebaiknya saya pergi lagi sekali, saya akan melihat
ke sana ke mari, barangkali saya menemukan seseorang." Ia pergi lagi, kemudian
naik bukit Shafa, terus melihat dan memperhatikan sekelilingnya, tetapi tidak
seorangpun yang dijumpai olehnya, sehingga lari kecilnya antara Shafa dan Marwah
itu lengkap tujuh kali pergi balik. Ia berkata pula: "Cobalah saya melihat apa
yang dilakukan bayi itu." Tiba-tiba ia mendengar suatu suara, lalu ia berkata:
"Tolonglah, jikalau Anda mempunyai sesuatu kebaikan." Sekonyong-konyong Jibril
alaihi salam tampak di situ, lalu ia berbuat sesuatu dengan kakinya dan berkata:
"Nah, beginilah." Jibril alaihi salam memasukkan kakinya di bumi lalu
memancarlah airnya. Ibu Ismail amat keheranan menyaksikan itu, sehingga iapun
memenuhi kedua tapak tangannya dengan air dan dimasukkan dalam wadah airnya."
Selanjutnya diuraikanlah hadits ini selengkapnya yang panjang. Diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dengan riwayat-riwayat ini seluruhnya. Addawhah ialah pohon besar.
Ucapannya: qaffa artinya meninggalkan dan membelakangi. Aljariyyu yaitu utusan,
sedang alfa ialah menemukan. Ucapannya yansyaghu, yaitu merintih dengan suara
keras dan perlahan.
وعنْ سعِيدِ
بْنِ زيْدٍ رضِي اللَّه عنْهُ قَال : سمِعتُ رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم يقُولُ : «الْكَمأَةُ مِنَ المنِّ ، وماؤُهَا
شِفَاءٌ للْعَينِ » متفقٌ عليه
1865. Dari Said bin
Zaid radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam: Kam'ah -tanaman sebangsa manisan- getahnya cair semacam
madu,[2] sedang airnya dapat digunakan sebagai obat penyakit
mata." (Muttafaq 'alaih)
Catatan
Kaki:
[1]
Perihal dustanya Nabiyullah Ibrahim alaihi salam sebagaimana yang dikatakannya
sendiri ada tiga kali banyaknya itu, ceritanya adalah sebagai berikut: 1. Nabi
Ibrahim alaihi salam pernah berkata kepada ayahnya: Inni saqim -Saya ini sakit,
padahal sebenarnya tidak, tetapi ini terpaksa harus beliau alaihi salam katakan,
karena beliau alaihi salam itu diajak menyembah sesuatu yang selain Allah Ta'ala
yakni berhala, bersama-sama dengan Raja Namrudz. 2. Nabi Ibrahim alaihi salam
merusak dan memukuli berhala-berhala yang dipuja serta disembah oleh Raja
Namrudz yang musyrik itu, sampai rusak binasa seluruhnya dan ditinggalkan sebuah
saja, yakni yang terbesar sekali. Ketika masyarakat menjadi ramai dan
memperkatakan bahwa beliau alaihi salam yang berbuat pengrusakan itu, lalu
beliau alaihi salam ditanya oleh Raja Namrudz, benarkah beliau alaihi salam yang
merusak. Beliau alaihi salam menjawab: Bal fa'alahu kabiruhum hadza -yang
membuat kerusakan ialah berhala yang besar sendiri itu, padahal sebenarnya
memang beliau alaihi salam itulah yang mengerjakan pengrusakan tadi. 3. Pada
suatu hari Nabiyullah Ibrahim alaihi salam sedang berpergian dengan istrinya
yang bernama Sarah, sehingga akhirnya datanglah di suatu negeri yang rajanya itu
amat suka sekali kepada golongan kaum wanita yang cantik secara
berlebih-lebihan. Hampir setiap melihat wanita elok, pasti dipinang untuk
dijadikan istrinya dan wanita itupun wajib suka dan tunduk kepada kehendaknya.
Ketika beliau alaihi salam bertemu dengan raja itu, lalu ditanya, siapakah
wanita yang menyertainya itu. Sudah pastilah beliau alaihi salam akan disiksa
atau mungkin juga akan dibunuh, sekiranya mengatakan yang sebenarnya yakni bahwa
Sarah itu betul-betul istrinya. Oleh sebab itu beliau alaihi salam berkata, demi
untuk melindungi diri dan keselamatan jiwanya: Dia Ukhti -saudariku. Padahal
sebenarnya adalah istrinya dan bukan saudarinya. Cerita mengenai bab ini masih
panjang lanjutannya, tetapi oleh sebab buku ini disusun bukan untuk maksud ini,
sebaiknya diringkaskan sampai di sini saja.
[2]
Almannu dapat diartikan madu, yaitu sebangsa madu yang diberikan oleh Tuhan
kepada kaum bani Israil, ketika mereka sedang kebingungan dalam padang pasir
Tiih dulu. Tetapi dapat pula diartikan karunia atau kenikmatan Tuhan. Jadi
menurut arti kedua ini, maka makna hadits di atas ialah: Kam'ah itu termasuk
kenikmatan -yang dikaruniakan oleh Allah pada para hambaNya- dan airnya dapat
digunakan sebagai obat penyakit mata.". Wallahu a'lam.