Belajar Lagi

Pelantikan Pemuda Muhammadiyah di pendopo Tuban

Foto disek karo senior

Acara Pelantikan Pemuda Muhammadiyah Kab. Tuban.

Akhir Diklat Kokam

Duklat Kokam dan SAR Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Tuban.

RAKERDA PDPM DI MERAKURAK

rAPAT KERJA PIMPINAN DAERAH PEMUDA MUHAMMADIYAH.

BAB PCPM PALANG

Perkaderan Pemuda Muhammadiyah Palang

tanpa judul

pemandangan

MEMBACA ADALAH KUNCI UNTUK MENGETAHUI DUNIA

Kadang kala menunggu itu membosankan, akan tetapi berbeda kalau menunggunya sambil baca-baca

PANDANGAN MATA

Pandangan mata kadang kala, melabuhi hal-hal yang sebenarnya

Rabu, 15 Mei 2024

Bab 372. Uraian Perihal Apa-apa Yang Disediakan Oleh Allah Ta'ala Untuk Kaum Mukminin Di Dalam Syurga

Loading

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*


 

Bab 372. Uraian Perihal Apa-apa Yang Disediakan Oleh Allah Ta'ala Untuk Kaum Mukminin Di Dalam Syurga

 

قال اللَّه تعالى:{ إن المتقين في جنات وعيون، ادخلوها بسلام آمنين، ونزعنا ما في صدورهم من غل، إخواناً على سرر متقابلين، لا يمسهم فيها نصب وما هم منها بمخرجين }

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa akan berdiam didalam beberapa syurga yang di tengahnya ada beberapa mata air yang memancar. Masuklah engkau semua ke dalamnya dengan selamat serta aman sentosa. Dan Kami hilangkan rasa kedengkian yang ada di dalam hati mereka, sehingga mereka menjadi sebagai saudaran-saudara, saling berhadap-hadapan di atas ranjang -dipan-. Mereka tidak pernah disentuh oleh keletihan dalam syurga itu dan mereka tidak akan dikeluarkan dari sana." (al-Hijr: 45-48)

وقال تعالى:  { يا عباد لا خوف عليكم اليوم ولا أنتم تحزنون، الذين آمنوا بآياتنا وكانوا مسلمين، ادخلوا الجنة أنتم وأزواجكم تحبرون، يطاف عليهم بصحاف من ذهب وأكواب، وفيها ما تشتهيه الأنفس وتلذ الأعين وأنتم فيها خالدون، وتلك الجنة التي أورثتموها بما كنتم تعملون، لكم فيها فاكهة كثيرة منها تأكلون }

Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai hamba-hambaKu, pada hari ini engkau semua tidak perlu merasa takut dan tidak perlu pula berhati susah. Yaitu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka adalah pemeluk-pemeluk Agama Islam. Masuklah engkau semua dalam syurga, juga istri-istrimu dengan perasaan gembira. Kepada mereka diedarkanlah piring-piring dari emas, demikian pula gelas-gelasnya. Di situ terdapatlah semua yang diinginkan oleh jiwa dan yang sedap dipandang mata dan engkau semua kekal di dalamnya. Itulah syurga yang diwariskan kepadamu semua dengan sebab amalan kebaikan yang telah engkau semua lakukan. Di situ engkau semua akan memperoleh buah-buahan yang banyak sekali, sebagian daripada buah-buahan itu engkau semua akan memakannya." (az-Zukhruf: 68-73)

وقال تعالى:  { إن المتقين في مقام أمين، في جنات وعيون، يلبسون من سندس وإستبرق متقابلين، كذلك وزوجناهم بحور عين، يدعون فيها بكل فاكهة آمنين، لا يذوقون فيها الموت إلا الموتة الأولي، ووقاهم عذاب الجحيم، فضلاً من ربك؛ ذلك هو الفوز العظيم }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu akan berdiam di tempat yang aman sentosa -yakni syurga-. Mereka mengenakan sutera halus dan sutera berkembang, sambil duduk berhadap-hadapan. Demikianlah hal ihwal para ahli syurga itu. Mereka juga Kami kawinkan dengan bidadari-bidadari yang jelita matanya. Di situ mereka dapat meminta segala macam buah-buahan dengan aman dan sentosa. Di situ mereka tidak akan merasakan kematian lagi, selain kematian yang pertama -ketika di dunia dulu-. Allah melindungi mereka dari siksa neraka jahim. Sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang sedemikian itu adalah suatu kebahagiaan yang agung sekali." (ad-Dukhan: 51-57)

وقال تعالى:  { إن الأبرار لفي نعيم، على الأرائك ينظرون، تعرف في وجوههم نضرة النعيم، يسقون من رحيق مختوم، ختامه مسك وفي ذلك فليتنافس المتنافسون، ومزاجه من تسنيم، عيناً يشرب بها المقربون}

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaktian -kepada Allah- itu memperoleh kenikmatan. Di atas sofa mereka memandang. Engkau dapat mengenal cahaya kenikmatan tadi pada wajah-wajah mereka. Mereka diberi minum dari minuman yang ditutup rapat. Tutupnya adalah minyak kasturi dan untuk memperoleh itu hendaklah berlomba-lomba orang-orang yang mau berlomba-lomba. Adapun campurannya adalah dari tasnim. Yaitu merupakan sebuah mata air yang dengan minuman inilah orang-orang yang dekat -kepada Allah- akan dapat meminumnya." (al-Muthaffifin: 22-28)

 

Ayat dalam bab ini masih banyak lagi dan dapat dimaklumi.

 

وعنْ جَابِرٍ رضِي اللَّه عنْهُ قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يَأْكُلُ أَهْلُ الجنَّةِ فِيهَا ويشْرَبُونُ ، ولا يَتَغَوَّطُونَ ، ولا يمْتَخِطُونَ ، ولا يبُولُونَ ، ولكِنْ طَعامُهُمْ ذلكَ جُشَاء كَرشْحِ المِسْكِ يُلهَمُونَ التَّسبِيح وَالتكْبِير ، كَما يُلْهَمُونَ النَّفَسَ » رواه مسلم

1877. Dari Jabir radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Dalam syurga itu para ahli syurga sama makan dan minum, tetapi mereka itu tidak membuang air besar, tidak beringus dan tidak pula membuang air kecil, tetapi makanan yang sedemikian itu dapat pula keluar sendawa dan sebagaimana keringat yang keluar dari tubuhnya itu adalah berbau minyak kasturi. Mereka diilhami untuk terus bertasbih serta bertakbir -kepada Allah- sebagaimana juga dikaruniainya pernafasan tanpa kesukaran dalam kesemuanya itu." (Riwayat Muslim)

 

وعَنْ أَبي هُريْرةَ رضِيَ اللَّه عنْهُ قَال : قَال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « قَال اللَّه تَعالَى: أَعْددْتُ لعِبادِيَ الصَّالحِينَ مَا لاَ عيْنٌ رَأَتْ ، ولاَ أُذُنٌ سَمِعتْ ولاَ خَطَرَ علَى قَلْبِ بَشَرٍ ، واقْرؤُوا إِنْ شِئتُمْ : { فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ ما أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جزَاءً بِما كَانُوا يعْملُونَ } [ السجدة : 17 ] متفقٌ عليه

1878. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman -dalam hadits Qudsi-: "Aku menyediakan untuk hamba-hambaKu yang shalih pahala -syurga- yang tidak pernah ada mata melihatnya, tidak pernah ada telinga mendengarnya, juga tidak ada lintasan dalam hati seorang manusiapun. Bacalah olehmu semua sekehendakmu -ayat yang artinya-: "Maka tiada seorang-pun yang dapat mengetahui pahala -syurga- yang disembunyikan untuk mereka yang berupa apa-apa yang menyenangkan mata." (as-Sajdah:17) (Muttafaq'alaih)

 

وعَنْهُ قَالَ : قال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أَوَّلُ زُمْرَةٍ يدْخُلُونَ الْجنَّةَ على صُورَةِ الْقَمرِ لَيْلَةَ الْبدْرِ . ثُمَّ الَّذِينَ يلُونَهُمْ علَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ في السَّمَاءِ إِضَاءَةً : لاَ يُبولُونَ ولاَ يتَغَوَّطُونَ ، ولاَ يتْفُلُونَ ، ولاَ يمْتَخِطُون . أمْشاطُهُمُ الذَّهَبُ ، ورشْحهُمُ المِسْكُ ، ومجامِرُهُمُ الأُلُوَّةُ ­ عُودُ الطِّيبِ ­ أَزْواجُهُم الْحُورُ الْعِينُ ، علَى خَلْقِ رجُلٍ واحِد ، علَى صُورَةِ أَبِيهِمْ آدم سِتُّونَ ذِراعاً في السَّماءِ » متفقٌ عليه .

وفي روايةٍ للبُخَارِيِّ ومُسْلِمٍ : آنيتُهُمْ فِيهَا الذَّهَبُ ، ورشْحُهُمْ المِسْكُ ، ولِكُلِّ واحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهما مِنْ وراءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحُسْنِ ، لاَ اخْتِلاَفَ بينَهُمْ ، ولا تَبَاغُضَ : قُلُوبهُمْ قَلْبُ رَجُلٍ واحِدٍ ، يُسَبِّحُونَ اللَّه بُكْرةَ وَعَشِيّاً » .

1879. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Pertama kali kelompok yang memasuki syurga itu adalah bagaikan rupa bulan purnama -yakni ketika tanggal empat belas- kemudian orang-orang yang masuk di belakang mereka itu adalah sebagai bintang di langit yang paling terang cahayanya. Mereka itu di dalam syurga tidak akan mengeluarkan kotoran, buang air kecil atau buang air besar juga tidak pernah berludah dan beringus. Sisirnya adalah terbuat dari emas sedang keringatnya adalah bagaikan minyak kasturi dan perapiannya adalah aluwwah yaitu kayu harum. Istri-istri mereka adalah bidadari-bidadari yang jelita matanya. Mereka itu dititahkan sebagai seorang lelaki yang sama, sebagaimana rupa ayah mereka yakni Nabi Adam, tingginya ada enam puluh hasta ke langit -yakni keatasnya-." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Di dalam syurga wadah-wadah yang dipergunakan oleh mereka -yakni para ahli syurga- adalah terbuat dari emas, keringat mereka adalah bagaikan minyak kasturi. Tiap seorang dari semua ahli syurga itu mempunyai dua orang istri yang sumsum betisnya itu dapat dilihat dari balik daging karena indahnya, tiada perbedaan antara para ahli syurga itu dan tiada pula rasa saling benci membenci. Hati mereka adalah bagaikan hati satu orang lelaki. Mereka sama-sama memahasucikan Allah pada waktu pagi dan sore." Sabdanya: 'ala khalqi rajulin, oleh sebagian alim-ulama diriwayatkan dengan fathahnyakha' dan sukunnya lam -lalu berbunyi khalqi-, artinya kejadian atau bentuk rupa dan sebagian mereka meriwayatkan dengan dhammahnya kha' dan lam -lalu berbunyi khuluqi-, artinya budi pekerti, dan keduanya itu benar semua.

 

وَعَن المُغِيرَةِ بْن شُعْبَة رَضِي اللَّه عَنْهُ عنْ رسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « سأَل مُوسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ربَّهُ ، ما أَدْنَى أَهْلِ الْجنَّةِ مَنْزلَةً ؟ قَالَ : هُو رَجُلٌ يجِيءُ بعْدَ ما أُدْخِل أَهْلُ الْجنَّةِ الْجَنَّةَ، فَيُقَالُ لَهُ : ادْخِلِ الْجنَّة . فَيقُولُ : أَيْ رَبِّ كَيْفَ وقَدْ نَزَل النَّاسُ منَازِلَهُمْ ، وأَخَذُوا أَخَذاتِهِم ؟ فَيُقَالُ لهُ : أَتَرضي أَنْ يكُونَ لَكَ مِثْلُ مُلْكِ مَلِكٍ مِنْ مُلُوكِ الدُّنْيا ؟ فَيقُولُ : رضِيتُ ربِّ ، فَيقُولُ : لَكَ ذَلِكَ ومِثْلُهُ ومِثْلُهُ ومِثْلُهُ ومِثْلُهُ ، فَيقُولُ في الْخَامِسَةِ: رضِيتُ ربِّ ، فَيَقُولُ : هَذَا لَكَ وعشَرةُ أَمْثَالِهِ ، ولَكَ ما اشْتَهَتْ نَفْسُكَ ، ولَذَّتْ عَيْنُكَ. فَيَقُولُ : رضِيتُ ربِّ ، قَالَ : ربِّ فَأَعْلاَهُمْ منْزِلَةً ؟ قال : أُولَئِك الَّذِينَ أَردْتُ ، غَرسْتُ كَرامتَهُمْ بِيدِي وخَتَمْتُ علَيْهَا ، فَلَمْ تَر عيْنُ ، ولَمْ تَسْمعْ أُذُنٌ ، ولَمْ يخْطُرْ عَلَى قَلْبِ بشَرٍ » رواهُ مُسْلم

1880. Dari al-Mughirah bin Syu'bah dari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam sabdanya: "Musa bertanya kepada Tuhannya: "Bagaimanakah serendah-rendahnya tingkat ahli syurga itu?" Allah berfirman: "Yaitu seorang lelaki yang datang sesudah para ahli syurga dimasukkan dalam syurga. Kepadanya dikatakan: "Masuklah ke dalam syurga!" Orang itu berkata: "Ya Tuhanku, bagaimanakah saya dapat masuk, sedang orang-orang sudah sama menempati kediamannya sendiri-sendiri dan mereka telah pula mengambil bagian yang ditentukan untuk mereka ambil -yang berupa kenikmatan-kenikmatan yang bermacam-macam-." Kepadanya dikatakan lagi: "Adakah engkau ridha kalau untukmu diberikan bagian seperti kerajaan seorang raja dari sekian banyak raja-raja di dunia?" Ia menjawab: "Saya ridha." Allah lalu berfirman: "Engkau dapat memperoleh yang sedemikian dan lagi yang seperti itu, lagi yang seperti itu, juga yang seperti itu pula dan seperti itu pula." Untuk kelima kalinya ia berkata: "Saya ridha ya Tuhanku." Allah berfirman pula: "Inilah untukmu dan ada sepuluh lagi yang seperti dengan ini. Untukmu juga segala sesuatu yang diinginkan oleh hatimu dan yang nyaman dipandang oleh matanya." Orang itu berkata: "Saya ridha ya Tuhanku." Musa bertanya lagi: "Ya Tuhanku, bagaimanakah tingkat yang tertinggi bagi ahli syurga itu?" Allah berfirman: "Mereka itu adalah orang-orang yang Aku kehendaki. Aku tanamkan kekaramahan mereka dengan tangan kekuasaanKu dan Aku tutupkan atasnya -supaya tidak diketahui oleh siapapun-. Karena itu, tiada mata yang pernah melihat, tiada telinga yang pernah mendengar dan tiada pernah terlintas dalam hati seorang manusiapun." ( Riwayat Muslim)

 

وعن ابْنِ مسْعُودٍ رضِي اللَّه عنْهُ قال : قَال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إِنِّي لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْل النَّار خُرُوجاً مِنهَا ، وَآخِرَ أَهْل الْجنَّةِ دُخُولاً الْجنَّة . رجُلٌ يخْرُجُ مِنَ النَّارِ حبْواً ، فَيقُولُ اللَّه عزَّ وجَلَّ لَهُ : اذْهَبْ فَادخُلِ الْجنَّةَ ، فَيأْتِيهَا ، فيُخيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى ، فيَرْجِعُ ، فَيقُولُ : ياربِّ وجدْتُهَا مَلأى ، يَقُولُ اللَّه عزَّ وجلَّ لهُ : اذْهَبْ فَادْخُلِ الجنَّةَ ، فيأْتِيها ، فَيُخَيَّل إِلَيْهِ أَنَّهَا ملأى ، فَيرْجِعُ . فيَقُولُ : ياربِّ وجدْتُهَا مَلأى ، ، فَيقُولُ اللَّه عزَّ وجلَّ لهُ : اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ . فإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيا وعشَرةَ أَمْثَالِها ، أَوْ إِنَّ لَكَ مِثْل عَشرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيا ، فَيقُولُ : أَتَسْخَرُ بِي ، أَوَ أَتَضحكُ بِي وأَنْتَ الملِكُ » قَال : فَلَقَدْ رأَيْتُ رَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ضَحِكَ حَتَّى بدت نَوَاجذُهُ فَكَانَ يقُولُ : « ذَلِكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ منْزِلَةً » متفقٌ عليه

1881. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, katanya: "Sesungguhnya saya mengetahui orang dari golongan ahli neraka yang terakhir sekali keluarnya dari neraka itu dan ia pulalah orang dari golongan ahli syurga yang terakhir sekali masuknya dalam syurga. Yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah 'Azzawajalla berfirman padanya: "Pergilah -menjauhi dari neraka- dan masuklah dalam syurga." Orang itu mendatangi syurga kemudian tampak di matanya, seolah-olah syurga itu sudah penuh sesak. Ia kembali lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan syurga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azzawajalla berfirman lagi padanya: "Pergilah dan masuklah dalam syurga." Sekali lagi ia mendatangi syurga itu dan tampak pula dalam pandangannya, seolah-olah syurga itu sudah penuh sesak. Ia kembali pula lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan syurga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azzawajalla berfirman pula: "Pergilah, sesungguhnya untuk bagianmu itu adalah seperti sedunia luasnya dengan tambahan sepuluh kali lagi yang seperti itu. Jadi untukmu adalah sepuluh kali luas dunia." Orang itu berkata: "Adakah Tuhan mengejek padaku atau menertawakan diriku, sedangkan Tuhan adalah Maha Merajai." Ibnu Mas'ud berkata: "Sungguh-sungguh saya melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam ketawa, sehingga tampaklah gigi-gigi gerahamnya, kemudian beliau bersabda: "Yang sedemikian itu tingkat yang terendah sekali dari golongan para ahli syurga." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ أَبي مُوسَى رَضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إِنَّ للْمُؤْمِنِ في الْجَنَّةِ لَخَيْمةً مِنْ لُؤْلُؤةٍ وَاحِدةٍ مُجوَّفَةٍ طُولُهَا في السَّماءِ سِتُّونَ ميلاً . للْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ ، يَطُوفُ عَلَيْهِمُ المُؤْمِنُ فَلاَ يَرى بعْضُهُمْ بَعْضاً» . متَّفقٌ علَيْهِ

1882. Dari Abu Musa radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya bagi seorang mu'min dalam syurga itu adalah sebuah kemah -rumah- yang terbuat dari mutiara yang utuh sebiji, berlubang tengah. Panjangnya ke langit -yakni ke atas tingginya- ada enam puluh mil. Bagi seorang mu'min di dalamnya itu ada beberapa keluarga yang dikelilingi oleh orang mu'min tadi, tetapi antara yang seorang dengan yang lainnya -di kalangan keluarga atau istrinya-istrinya- tidak ada yang saling mengetahui -karena sangat luasnya atau memang dibuat sedemikian rupa oleh Allah sehingga tidak saling mengetahui-." (Muttafaq 'alaih) Almilu, yakni semil itu ada enam ribu hasta.

 

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضِيَ اللَّه عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « إِنَّ في الْجنَّةِ لَشَجرَةً يسِيرُ الرَّاكِبُ الْجوادَ المُضَمَّرَ السَّرِيعَ ماِئَةَ سنَةٍ مَا يَقْطَعُهَا » متفقٌ عليه .

وَرَوَياهُ في « الصَّحِيحَيْنِ » أَيْضاً مِنْ روَايَةِ أَبِي هُريْرَةَ رَضِي اللَّه عنه قالَ : « يَسِيرُ الرَّاكِبُ في ظِلِّهَا ماِئَةَ سَنَةٍ مَا يَقْطَعُهَا » .

1883. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada sebuah pohon yang kalau dijalani oleh seorang berkendaraan kuda pacuan yang terlatih -dalam hal makanannya, minumannya serta kekuatan larinya dan lain-lain- lagi cepat larinya, dalam waktu seratus tahun, tentu belum dapat menempuhnya -yakni belum lagi dapat sampai ke tempat permulaan berangkatnya-." (Muttafaq 'alaih) Dalam kedua kitab shahih yakni Bukhari dan Muslim, juga diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam: "Seorang yang berkendaraan di bawah naungan pohon itu kalau berjalan selama seratus tahun, belum lagi dapat menempuhnya -yakni kembali ke tempat asal berangkatnya-."

 

وَعَنْهُ عَن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إنَّ أَهْلَ الْجنَّةِ لَيَتَرَاءُوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الكَوْكَبَ الدُّرَّيَّ الْغَابِرَ في الأُفُقِ مِنَ المشْرِقِ أَوِ المَغْربِ لتَفَاضُلِ ما بَيْنَهُمْ » قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّه ، تلْكَ مَنَازلُ الأَنْبِيَاءِ لاَ يبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ ؟ قَالَ : « بلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رجَالٌ أَمَنُوا بِاللَّهِ وصَدَّقُوا المُرْسلِينَ » متفقٌ عليه

1884. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu pula dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Sesungguhnya ahli syurga itu dapat melihat penghuni-penghuni bilik-bilik -rumah-rumah- yang ada di atas mereka, sebagaimana engkau semua melihat bintang yang cemerlang cahayanya yang berlalu di cakrawala dari arah timur ke arah barat, karena adanya kelebihan keutamaan diantara mereka itu." Para sahabat bertanya: "Apakah itu kediaman-kediaman para Nabi yang tidak dapat dicapai oleh orang yang selain mereka itu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Benar, demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaannya, tetapi juga tempatnya orang-orang yang beriman kepada Allah serta percaya benar-benar kepada Rasul-rasul." (Muttafaq 'alaih)

 

وعنْ أَبي هُريْرةَ رضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « لَقَابُ قَوْسٍ في الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِمَّا تَطْلُعُ علَيْهِ الشمْسُ أَوْ تَغْربُ » متفقٌ عليهِ

1885. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya setengah dari panah yang ada di syurga itu adalah lebih baik daripada segala sesuatu yang matahari terbit serta terbenam padanya -yakni lebih baik daripada dunia dan seisinya-." (Muttafaq 'alaih)

 

وعنْ أَنَسٍ رضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إِنَّ في الْجنَّةِ سُوقاً يأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعةٍ . فتَهُبُّ رِيحُ الشَّمالِ ، فَتحثُو في وُجُوهِهِمْ وثِيَابِهِمْ ، فَيزْدادُونَ حُسْناً وجَمالاً . فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ ، وقَدْ ازْدَادُوا حُسْناً وجمالاً ، فَيقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ : وَاللَّهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ حُسْناً وجمالاً ، فَيقُولُونَ : وأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَقَدِ ازْددْتُمْ بعْدَنَا حُسناً وَجمالاً ،» رواهُ مُسلِمٌ

1886. Dari Anas radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada pasarnya, yang didatangi oleh para ahli syurga pada tiap hari Jum'at, lalu meniuplah angin utara -sebagai kiasan yang penuh kenyamanan dan keberkahan- kemudian mengenai wajah-wajah dan pakaian-pakaian mereka, sehingga mereka itu menjadi bertambah bagus dan elok. Selanjutnya kembalilah mereka ke tempat keluarga mereka dalam keadaan mereka telah bertambah bagus dan elok itu. Keluarga-keluarganya itu berkata kepada mereka: "Demi Allah, sungguh-sungguh anda sekalian telah bertambah bagus dan eloknya." Mereka lalu menjawab: "Engkau semuapun, demi Allah, benar-benar telah bertambah indah dan cantiknya." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ سَهْلِ بْنِ سعْدٍ رضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إِنَّ أَهْلَ الْجنَّةِ لَيَتَراءَوْنَ الْغُرفَ في الْجنَّةِ كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ في السَّماءِ » متفقٌ عليه

1887. Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya para ahli syurga itu dapat melihat bilik-biliknya sendiri yang ada di dalam syurga itu, sebagaimana engkau semua dapat melihat bintang di langit." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعنْهُ رضِي اللَّه عنْهُ قَال : شَهِدْتُ مِنَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مجْلِساً وَصفَ فِيهِ الْجَنَّةَ حتَّى انْتَهَى ، ثُمَّ قَال في آخِرِ حدِيثِهِ : « فِيهَا ما لاَ عيْنٌ رأَتْ ، ولا أُذُنٌ سمِعَتْ ، ولاَ خَطَر عَلى قَلْبِ بشَرٍ ، ثُمَّ قَرأَ { تتجافى جُنُوبُهُمْ عَنِ المضَاجِعِ } إِلى قَوْلِهِ تَعالَى :  {فَلاَ تعْلَمُ نَفْسٌ ما أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْينٍ} . رواهُ البخاري .

1888. Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu anhu pula, katanya: "Saya menyaksikan dari Nabi shalallahu alaihi wasalam akan suatu majelis yang di situ beliau shalallahu alaihi wasalam menerangkan sifat syurga, sehingga selesai, kemudian dalam akhir pembicaraannya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Di dalam syurga itu adalah kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah ada mata yang melihatnya, tidak ada telinga yang pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas dalam hati seorangpun." Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam membacakan ayat -yang artinya-: "Lambung-lambung mereka menjauh dari tempat-tempat tidurnya -yakni orang-orang yang berbakti kepada Allah sama meninggalkan tidur-" sehingga firmanNya: "Maka tiada seorangpun yang dapat mengetahui pahala yang disembunyikan untuk mereka yang berupa apa-apa yang menyenangkan mata. (as-Sajdah: 17) (Riwayat Bukhari)

 

وعنْ أَبِي سعِيدٍ وأَبي هُريْرةَ رضِي اللَّه عنْهُما أَنَّ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « إِذَا دخَلَ أَهْلُ الْجنَّةِ الجنَّةَ يُنَادِي مُنَادٍ : إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا ، فَلا تَمُوتُوا أَبداً وإِنَّ لكُمْ أَنْ تَصِحُّوا ، فَلاَ تَسْقَمُوا أَبداً ، وإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلا تهْرَمُوا أَبداً وإِنَّ لَكُمْ أَن تَنْعمُوا ، فَلا تبؤسوا أَبَداً » رواهُ مسلم

1889. Dari Abu Said bin Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Apabila para ahli syurga sudah memasuki syurga, maka berserulah seorang penyeru: "Sesungguhnya bagimu semua adalah dapat terus hidup, maka tidaklah engkau semua akan mati untuk selama-lamanya, engkau semua akan sehat terus, maka tidaklah engkau semua akan sakit untuk selamalamanya, engkau semua akan tetap muda, maka tidaklah engkau semua menjadi tua untuk selama-lamanya, engkau semua akan terus memperoleh kenikmatan, maka tidaklah engkau akan memperoleh kesukaran untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)

 

وعَنْ أَبي هُريْرَةَ رضِي اللَّه عَنْهُ أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إِنَّ أَدْنَى مقْعَدِ أَحدِكُمْ مِنَ الْجنَّةِ أَنْ يقولَ لَهُ : تَمنَّ فَيَتَمنَّي ويتَمنَّي . فَيَقُولُ لَهُ : هلْ تَمنَّيْتَ ؟ فَيَقُولُ : نَعمْ فَيقُولُ لَهُ : فَإِنَّ لَكَ ما تَمنَّيْتَ ومِثْلَهُ معهُ » رَواهُ مُسْلِمٌ

1890. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya serendah-rendah tempat bagi seorang diantara engkau semua di dalam syurga itu ialah bahwa kepadanya dikatakan: "Berharaplah untuk mendapatkan apa saja!" iapun lalu mengharapkan memperoleh ini dan itu. Kepadanya dikatakan lagi: "Adakah engkau sudah habis yang diharap-harapkan?" Ia berkata: "Ya, sudah." Kemudian dikatakan lagi kepadanya: "Engkau akan memperoleh apa saja yang engkau harapkan dan yang seperti itu pula besertanya -yakni dikarunia dua kali lipat seperti yang diinginkan tadi-." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ أَبِي سعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « إِنَّ اللَّه عزَّ وجلَّ يقُولُ لأهْل الْجنَّةِ : يا أَهْلَ الْجنَّة ، فَيقُولُونَ : لَبَّيْكَ ربَّنَا وسعْديْكَ ، والْخيرُ في يديْك فَيقُولُ : هَلْ رَضِيتُمْ ؟ فَيقُولُونَ : وما لَنَا لاَ نَرْضَيِ يا رَبَّنَا وقَدْ أَعْطَيْتَنَا ما لمْ تُعْطِ أَحداً مِنْ خَلْقِكَ ، فَيقُولُ : أَلاَ أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلَكَ ؟ فَيقُولُونَ : وأَيُّ شَيْءِ أَفْضلُ مِنْ ذلِكَ ؟ فيقُولُ : أُحِلُّ عليْكُمْ رضْوانِي ، فَلا أَسْخَطُ عليْكُمْ بَعْدَهُ أَبَداً » متفق عليه

1891. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman kepada ahli syurga: "Hai ahli syurga." Mereka berkata: "Labbaik, ya Tuhan, wa sa'daik. Segala kebaikan ada di dalam tangan kekuasaan Tuhan." Allah berfirman: "Adakah engkau semua sudah ridha?" Mereka menjawab: "Bagaimana kita tidak akan merasa ridha, ya Tuhan kita, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kita karunia-karunia yang tidak pernah Engkau berikan kepada seorangpun dari makhluk Tuhan." Allah berfirman lagi: "Tidakkah engkau semua suka kalau Aku berikan yang lebih utama lagi dari yang sedemikian itu?" Mereka bertanya: "Apakah yang lebih utama dari yang sedemikian ini?" Allah kemudian berfirman: "Aku menempatkan keridhaanKu padamu semua maka Aku tidak akan murka padamu semua sesudah saat ini untuk selama-lamanya." (Muttafaq 'alaih)

 

وعنْ جرِيرِ بْنِ عبْدِ اللَّهِ رضي اللَّه عنْهُ قال : كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَنَظَرَ إِلَى الْقَمرِ لَيْلَةَ الْبدْرِ ، وقَال :«إِنَّكُمْ ستَرَوْنَ رَبَّكُمْ عِياناً كما تَرَوْنَ هَذَا الْقَمرَ ، لاَ تُضامُونَ في رُؤْيتِهِ مُتَّفَقٌ علَيْهِ .

1892. Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu anhu, katanya: "Kita semua berada di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu beliau shalallahu alaihi wasalam melihat bulan pada malam purnama -yakni tanggal empat belas- dan bersabda: "Engkau semua akan dapat melihat Tuhanmu semua dengan terang-terangan dapat dipandang mata, sebagaimana engkau semua melihat bulan ini. Tidak akan engkau semua mendapatkan kesukaran dalam melihatNya itu." (Muttafaq 'alaih) Keterangan: Tidak mendapatkan kesukaran untuk melihat Tuhan itu, misalnya untuk melihatNya haruslah berdesak-desakan atau sukar dilihatnya semacam ingin melihat bulan sabit yakni bulan tanggal satu ataupun kesukaran yang lain-lain.

 

وعنْ صُهَيْب رَضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « إِذَا دَخَل أَهْلَ الْجنَّةِ الجنَّةَ يقُولُ اللَّه تَباركَ وتَعالَى : تُرِيدُونَ شَيْئاً أَزِيدُكُمْ ؟ فَيقُولُونَ : أَلَمْ تُبيِّضْ وُجُوهَنَا ؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ ؟ فَيكْشِفُ الْحِجابَ ، فَما أُعْطُوا شَيْئاً أَحبَّ إِلَيهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ » رواهُ مُسْلِمٌ .

قَالَ تَعالَى:{ إِنَّ الَّذِينَ آمنُوا وعمِلُوا الصَّالِحاتِ يهْدِيهِمْ ربُّهُمْ بِإِيمانِهِمْ تَجْري مِنْ تَحْتِهِمُ الأَنْهَارُ في جنَّاتِ النَّعِيم ، دعْوَاهُمْ فِيهَا : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ ، وتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سلامٌ وآخِرُ دعْواهُمْ أَنِ الْحمْدُ للَّهِ رَبِّ العالمِينَ }  [يونس : 9].

1893. Dari Shuhaib radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Jikalau semua ahli syurga sudah memasuki syurga, lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Adakah sesuatu yang engkau semua inginkan supaya Aku dapat menambahkan kenikmatan itu padamu semua?" Mereka menjawab: "Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kita -maksudnya menjadikan wajah-wajah kita bercahaya-? Bukankah Engkau telah memasukkan kita dalam syurga dan menyelamatkan kita dari neraka?" Kemudian tersingkaplah tabir -yang menutupi Zat Allah Ta'ala-. Maka tidak ada suatu kenikmatan yang diberikan kepada para ahli syurga itu yang lebih mereka sukai daripada melihat kepada Zatnya Tuhan mereka," -yakni dapat melihat wujudnya Allah Ta'ala dengan terang-terangan dapat disaksikan oleh mata. (Riwayat Muslim) Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang baik, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka dengan sebab keimanan mereka itu, mengalirlah di bawah mereka itu beberapa sungai yaitu dalam syurga-syurga Na'im. Seruan mereka dalam syurga itu ialah: "Maha Suci Engkau, ya Allah," sedang salam penghormatan mereka di situ ialah: "Salam" dan akhir doa mereka ialah bahwa segala puji-pujian itu adalah bagi Allah yang menguasai alam semesta ini." (Yunus: 9-10)

 

PENUTUP

 

 الْحَمْدُ للَّهِ الَّذِي هَدانا لَهَذَا وما كُنَّا لنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللَّه : اللَّهُمَّ صلِّ عَلَى سيدِنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِ مُحمَّدٍ، كَمَا صلَّيْتَ عَلَى إِبْراهِيم وعلَى آلِ إِبْراهِيمَ . وبارِكْ علَى مُحَمَّدٍ وعلَى آلِ  مُحمَّدٍ ، كَمَا باركْتَ علَى إِبْرَاهِيمَ وعلَى آل إِبْراهِيمَ ، إِنَّكَ حمِيدٌ مجِيدٌ. قَال مُؤلِّفُهُ يحيى النوَاوِيُّ غَفَر اللَّه لَهُ : « فَرغْتُ مِنْهُ يوْمَ الاثْنَيْن رابِعَ عَشرَ شهر رمضَانَ سَنَةَ سبْعينَ وَستِّمائة بدمشق » .

"Segala puji-pujian bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kita sekalian untuk perkara ini -yakni penyusunan kitab Riyadhus Shalihin- dan termasuk pula penerjemahannya. Kita tidak akan memperoleh petunjuk apa-apa, andaikata Allah tidak memberikan petunjuk kepada kita. Ya Allah, berikanlah tambahan kerahmatan kepada Nabi Muhammad, yaitu hamba dan Rasul Tuhan, seorang Nabi yang ummi -tidak pandai membaca dan menulis-, juga kepada keluarga Nabi Muhammad, istri-istri serta seluruh keturunannya, sebagaimana Tuhan telah memberikan tambahan kerahmatan kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Berikanlah pula tambahan keberkahan kepada Nabi Muhammad, yaitu seorang Nabi yang ummi dan kepada keluarga Nabi Muhammad, istri-istri serta seluruh keturunannya, sebagaimana Tuhan telah memberikan tambahan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di dalam seluruh alam, sesungguhnya Tuhan adalah Maha Terpuji lagi Sempurna kemuliaannya".

 

Penyusun kitab Riyadhus Shalihin yakni Imam an-Nawawi radhiyallahu anhu berkata: "Saya telah selesai mengerjakannya pada hari Senin tanggal empat bulan Ramadhan tahun enam ratus tujuh puluh Hijriyah di Damsyik."

 

-- SELESAI --


 


 

 

Bab 371. Kitab Istighfar -Mohon Pengampunan

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*


 

Bab 371. Kitab Istighfar -Mohon Pengampunan-

 

قال اللَّه تعالى:  { واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات}

Allah Ta'ala berfirman: "Dan mohonlah pengampunan -kepada Allah- karena dosamu." (Muhammad: 19)

وقال تعالى:  { واستغفر اللَّه إن اللَّه كان غفوراً رحيماً }

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan mohonlah pengampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 106)

وقال تعالى:  { فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً }

Allah Ta'ala juga berfirman: "Maka mahasucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Tuhan itu adalah Maha Penerima taubat." (an-Nashr: 3)

وقال تعالى:  { للذين اتقوا عند ربهم جنات }  إلى قوله عز وجل  { والمستغفرين بالأسحار }

Allah Ta'ala berfirman pula: "Bagi orang-orang yang bertaqwa adalah beberapa syurga di sisi Tuhan mereka yang di bawahnya itu mengalirlah beberapa sungai," sampai pada firmanNya: "Dan orang-orang yang memohonkan pengampunan di waktu pagi." (Ali-Imran: 15)

وقال تعالى:  { ومن يعمل سوءاً أو يظلم نفسه ثم يستغفر اللَّه يجد اللَّه غفوراً رحيماً }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian memohonkan pengampunan kepada Allah, maka ia akan mendapatkan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 110)

وقال تعالى:  { وما كان اللَّه ليعذبهم وأنت فيهم، وما كان اللَّه معذبهم وهم يستغفرون }

Allah Ta'ala juga berfirman: "Tidaklah Allah itu akan menyiksa mereka, selagi engkau -Muhammad- masih ada di kalangan mereka. Allah juga tidak akan menyiksa mereka, selagi mereka itu masih suka memohonkan pengampunan." (al-Anfal: 13)

وقال تعالى:  { والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا اللَّه فاستغفروا لذنوبهم، ومن يغفر الذنوب إلا اللَّه ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan orang-orang yang apabila melakukan kejahatan atau mengianiaya dirinya sendiri, mereka lalu ingat kepada Allah, kemudian memohonkan pengampunan karena dosa-dosa mereka itu. Siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa itu selain Allah? Dan mereka tidak terus-menerus mengulangi perbuatan yang jahat itu, sedang mereka mengetahui." (Ali-Imran: 135)

 

Ayat-ayat dalam bab ini banyak, lagi pula dapat dimaklumi.

 

وَعن الأَغَرِّ المُزَنيِّ رضِي اللَّه عنْهُ أَنَّ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إِنَّهُ لَيُغَانُ على قَلْبي ، وَإِني لأَسْتغْفِرُ اللَّه في الْيوْمِ مِئَةَ مرَّةٍ » رواهُ مُسلِم

1866. Dari al-Aghar al-Muzani radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya saja, diterangi dengan cahaya dalam hatiku dan sesungguhnya saya itu beristighfar -yakni memohonkan pengampunan- kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ أَبي هُريْرة رضِي اللَّه عنْهُ قَال : سمِعْتُ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ : « واللَّهِ إِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللَّه وأَتُوبُ إِلَيْهِ في الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سبْعِينَ مَرَّةً » رواه البخاري

1867. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam seharinya lebih dari tujuhpuluh kali." (Riwayat Bukhari)

 

وعنْهُ رَضِي اللَّه عنْهُ قَال : قَال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « والَّذي نَفْسِي بِيدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا ، لَذَهَب اللَّه تَعَالى بِكُمْ ، ولجاءَ بقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّه تَعالى فَيغْفِرُ لهمْ » رواه مسلم

1868. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, jikalau engkau semua tidak melakukan apa-apa yang berdosa sesungguhnya Allah Ta'ala melenyapkan engkau semua dan sesungguhnya akan mendatangkan lagi sesuatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka itu beristighfar kepada Allah, kemudian Allah memberikan pengampunan kepada mereka itu." (Riwayat Muslim)

 

وعَنِ ابْنِ عُمر رضِي اللَّه عَنْهُما قَال : كُنَّا نَعُدُّ لِرَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في المجلِس الْواحِدِ مائَةَ مرَّةٍ : « ربِّ اغْفِرْ لي ، وتُبْ عليَ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيمُ » رواه أبو داود ، والترمذي ، وقال : حديث صحيح

1869. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua pernah menghitung Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dalam sekali majelis mengucapkan istighfar sebanyak seratus kali, yaitu: Rabbighfir li wa tub 'alayya, innaka antat tawwabur rahim." Artinya: Ya Tuhan, ampunilah saya serta terimalah taubat saya, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat lagi Penyayang. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

 

وعنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضِي اللَّه عنْهُما قَال : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « منْ لَزِم الاسْتِغْفَار ، جعل اللَّه لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مخْرجاً ، ومنْ كُلِّ هَمٍّ فَرجاً ، وَرَزَقَهُ مِنْ حيْثُ لا يَحْتَسِبُ »  رواه أبو داود  

1870. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang tetap secara langsung beristighfar kepada Allah, maka Allah menjadikan untuknya suatu jalan keluar dari setiap kesempitan -atau kesukaran- yang ditemuinya, juga diberi kelapangan dari setiap kesusahan yang dirasakannya, serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak pernah dikira-kira olehnya." (Riwayat Abu Dawud)

 

وعنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رضِي اللَّه عنْهُ قال : قال رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « منْ قال : أَسْتَغْفِرُ اللَّه الذي لا إِلَهَ إِلاَّ هُو الحيَّ الْقَيُّومَ وأَتُوبُ إِلَيهِ ، غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ وإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ » رواه أبو داود والترمذي والحاكِمُ ، وقال : حدِيثٌ صحيحٌ على شَرْطِ البُخَارِيِّ ومُسلمٍ

1871. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: Astaghfirullahal-ladzi lailaha illa huwal hayyal qayyuma wa atubu ilaih -artinya: Saya beristighfar kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri dan saya bertaubat kepadaNya-, maka diampunkanlah semua dosanya sekalipun ia benar-benar pernah melarikan diri dari barisan yang sedang berperang." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim dan Hakim berkata bahwa ini adalah hadits menurut syarat Imam-imam Bukhari dan Muslim.

 

وعنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي اللَّه عنْهُ عن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : « سيِّدُ الاسْتِغْفار أَنْ يقُول الْعبْدُ : اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي ، لا إِلَه إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَني وأَنَا عَبْدُكَ ، وأَنَا على عهْدِكَ ووعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ ما صنَعْتُ ، أَبوءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ علَيَ ، وأَبُوءُ بذَنْبي فَاغْفِرْ لي ، فَإِنَّهُ لا يغْفِرُ الذُّنُوبِ إِلاَّ أَنْتَ . منْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِناً بِهَا ، فَمـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الجنَّةِ ، ومَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وهُو مُوقِنٌ بها فَمَاتَ قَبل أَنْ يُصْبِح ، فهُو مِنْ أَهْلِ الجنَّةِ » رواه البخاري

1872. Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Penghulu semua bacaan istighfar -rajanya istighfar- itu ialah apabila seorang hamba mengucapkan -yang artinya-: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku. Saya menetapi perjanjian dan ketentuan yang saya ikrarkan kepadaMu -yakni berupa kebaktian, keimanan dan keikhlasan-, sedapat yang saya lakukan. Saya mohon perlindungan kepadaMu daripada keburukannya apa yang saya lakukan. Saya mengakui akan kenikmatan yang Engkau limpahkan pada diriku dan saya mengakui pula akan dosaku. Maka dari itu, berilah pengampunan padaku, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa kecuali Engkau sendiri". Barangsiapa yang mengucapkan istighfar di atas itu pada waktu siang dengan penuh kepercayaan akan isi kandungannya, kemudian meninggal dunia pada harinya itu sebelum sore harinya, maka ia adalah termasuk golongan ahli syurga. Selanjutnya barangsiapa yang mengucapkannya di waktu malam dan ia mempunyai kepercayaan penuh akan isi kandungannya, lalu meninggal dunia sebelum pagi harinya, maka ia adalah termasuk golongan ahli syurga." (Riwayat Bukhari) Abu-u dengan ba' yang didhammahkan, kemudian waw dan hamzah mamdudah, artinya ialah mengikrarkan serta mengakui.

 

وعنْ ثوْبانَ رضِي اللَّه عنْهُ قَال : كَانَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذا انْصرفَ مِنْ صلاتِهِ، استَغْفَر اللَّه ثَلاثاً وقَالَ : « اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلامُ ، ومِنْكَ السَّلامُ ، تَباركْتَ ياذَا الجلالِ والإِكْرامِ » قيلَ لِلأوزاعِيِّ ­ وهُوَ أَحدُ رُوَاتِهِ ­ : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَال : يقُولُ : أَسْتَغْفِرُ اللَّه ، أَسْتَغْفِرُ اللَّه . رواه مسلم

1873. Dari Tsauban radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu apabila selesai dari shalatnya lalu beristighfar kepada Allah tiga kali dan selanjutnya mengucapkan -yang artinya-: "Ya Allah, Engkau adalah Maha Menyelamatkan, daripadaMulah datangnya keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Kepada al-Auza'i yaitu salah seorang yang meriwayatkan hadits ini, ditanyakan: "Bagaimanakah ucapan istighfar itu?" Ia menjawab: "Yaitu mengucapkan astaghfirullah, astaghfirullah. (Riwayat Muslim)

 

وعَنْ عَائِشَةَ رَضي اللَّه عنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ قَبْل موْتِهِ : « سُبْحانَ اللَّهِ وبحمْدِهِ ، أَسْتَغْفِرُ اللَّه وأَتُوبُ إِلَيْهِ » متفقٌ عليه

1874. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, yaitu -yang artinya-: "Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya. Saya beristighfar kepada Allah serta bertaubat kepadaNya". (Muttafaq ‘alaih)

 

وَعَنْ أَنسٍ رضِي اللَّه عنْهُ قالَ : سمِعْتُ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « قالَ اللَّه تَعَالى : يا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ ما دَعَوْتَني ورجوْتَني غفرتُ لَكَ على ما كَانَ منْكَ وَلا أُبَالِي ، يا ابْنَ آدم لَوْ بلَغَتْ ذُنُوبُك عَنَانَ السَّماءِ ثُم اسْتَغْفَرْتَني غَفرْتُ لَكَ وَلا أُبالي ، يا ابْنَ آدم إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَني بِقُرابٍ الأَرْضِ خطايَا ، ثُمَّ لَقِيتَني لا تُشْرِكُ بي شَيْئاً ، لأَتَيْتُكَ بِقُرابِها مَغْفِرَةً » رواه الترمذي وقَالَ : حَدِيثٌ حَسَنٌ .

1875. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman -dalam hadits qudsi-: "Hai anak Adam -yakni manusia-, sesungguhnya engkau itu, selama masih suka berdoa dan berharap kepadaKu, pastilah Aku mengampuni engkau semua atas dosa apa saja yang ada pada dirimu dan Aku tidak memperdulikan banyaknya. Hai anak Adam, jikalau dosa-dosamu itu sampai mencapai mega di langit, kemudian engkau beristighfar kepadaKu pastilah Aku mengampuni engkau dan Aku tidak memperdulikan banyaknya. Hai anak Adam, sesungguhnya engkau itu, jikalau datang kepadaKu dengan membawa berbagai kesalahan hampir sepenuh isi bumi, kemudian engkau menemui Aku, asalkan engkau tidak menyekutukan sesuatu dengan Aku, sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dengan pengampunan hampir sepenuh isi bumi itu pula." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. 'Ananus sama' dengan fathahnya 'ain, ada yang mengatakan artinya itu ialah mega atau awan, juga ada yang mengatakan, artinya ialah apa-apa yang tampak padamu dari mega itu. Qurabul ardhi dengan dhammahnya qaf, ada yang meriwayatkan dengan kasrahnya qaf, tetapi dengan dhammah adalah lebih terkenal, artinya ialah apa-apa yang hampir memenuhi bumi.

 

وَعنِ ابنِ عُمَرَ رضِي اللَّه عنْهُما أَنَّ النَّبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « يا معْشَرَ النِّساءِ تَصَدَّقْنَ، وأَكْثِرْنَ مِنَ الاسْتِغْفَارِ ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ » قالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ : مالَنَا أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ؟ قَالَ : « تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وتَكْفُرْنَ العشِيرَ مَا رأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عقْلٍ ودِينٍ أَغْلبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ » قَالَتْ : ما نُقْصانُ الْعقْل والدِّينِ ؟ قال : « شَهَادَةُ امرأَتَيْنِ بِشهَادةِ رجُلٍ ، وتَمْكُثُ الأَيَّامَ لا تُصَلِّي » رواه مسلم

1876. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hai semua golongan kaum wanita, bersedekahlah engkau semua dan perbanyakkanlah beristighfar, sebab sesungguhnya saya melihat bahwa engkau semua itu adalah sebanyak-banyaknya ahli neraka." Kemudian ada seorang wanita dari yang hadir di waktu itu berkata: "Mengapa kita kaum wanita merupakan jumlah terbanyak dari para ahli neraka?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Engkau semua itu suka memperbanyakkan melaknat serta menutupi kebaikan suami. Saya tidak melihat orang-orang yang kurang akal dan agamanya di kalangan makhluk yang berakal yang lebih ghalib -yakni lebih banyak- daripada engkau semua itu." Wanita tadi berkata lagi: "Apakah kekurangan akal dan agama kita?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Persaksian dua orang perempuan adalah sama nilainya dengan persaksian seorang lelaki -inilah satu tanda kekurangan akalnya- dan pula wanita itu diam berhari-hari tanpa melakukan shalat -sebab terkena haidh, nifas dan sebagainya dan inilah tanda kekurangan agamanya-." (Riwayat Muslim)


 


 

 

Bab 370. Beberapa Hadits Yang Tidak Termasuk Dalam Bab Tertentu Namun Sangat Penting Untuk Diketahui

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*


 

Bab 370. Beberapa Hadits Yang Tidak Termasuk Dalam Bab Tertentu Namun Sangat Penting Untuk Diketahui

 

عَن النَّواس بنِ سَمْعانَ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ ، فَخَفَّض فِيهِ ، وَرَفَع حَتَّى ظَنَناه في طَائِفَةِ النَّخْلِ ، فَلَمَّا رُحْنَا إلَيْهِ ، عَرَفَ ذلكَ فِينَا فقالَ : « ما شأنكم ؟ » قُلْنَا : يَارَسُولَ اللَّهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّال الْغَدَاةَ ، فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَعْتَ ، حَتَّى ظَنَنَّاه في طَائِفةِ النَّخْلِ فقالَ : « غَيْرُ الدَّجَالِ أخْوفَني عَلَيْكُمْ ، إنْ يخْرجْ وأنآ فِيكُمْ ، فَأنَا حَجِيجُه دونَكُمْ ، وَإنْ يَخْرجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ ، فكلُّ امريءٍ حَجيجُ نَفْسِهِ ، واللَّه خَليفَتي عَلى كُلِّ مُسْلِمٍ . إنَّه شَابٌ قَطَطٌ عَيْنُهُ طَافِيَةٌ ، كأَنَّي أشَبِّهُه بعَبْدِ الْعُزَّى بن قَطَنٍ ، فَمَنْ أدْرَكَه مِنْكُمْ ، فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورةِ الْكَهْفِ ، إنَّه خَارِجٌ خَلَّةً بَينَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ ، فَعَاثَ يمِيناً وَعاثَ شمالاً ، يَا عبَادَ اللَّه فَاثْبُتُوا » . قُلْنَا يا رسول اللَّه ومَالُبْثُه في الأرْضِ ؟ قالَ : « أرْبَعُون يَوْماً : يَوْمٌ كَسَنَةٍ ، وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ، وَيوْمٌ كجُمُعَةٍ ، وَسَائِرُ أيَّامِهِ كأَيَّامِكُم » .  قُلْنَا : يا رَسُول اللَّه ، فَذلكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أتكْفِينَا فِيهِ صلاةُ يَوْمٍ ؟ قال : « لا ، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ » . قُلْنَا : يَارَسُولَ اللَّهِ وَمَا إسْراعُهُ في الأرْضِ ؟ قالَ : « كَالْغَيْث استَدبَرَتْه الرِّيحُ ، فَيَأْتي على الْقَوْم ، فَيَدْعُوهم ، فَيؤْمنُونَ بِهِ ، ويَسْتجيبون لَهُ فَيَأمُرُ السَّماءَ فَتُمْطِرُ ، والأرْضَ فَتُنْبِتُ ، فَتَرُوحُ عَلَيْهمْ سارِحتُهُم أطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرى ، وَأسْبَغَه ضُرُوعاً ، وأمَدَّهُ خَواصِرَ، ثُمَّ يَأْتي الْقَوْمَ فَيَدْعُوهم ، فَيَرُدُّون عَلَيهِ قَوْلهُ ، فَيَنْصَرف عَنْهُمْ ، فَيُصْبحُون مُمْحِلينَ لَيْسَ بأيْدِيهم شَيءٌ منْ أمْوالِهم ، وَيَمُرُّ بِالخَربَةٍِ فَيقول لَهَا : أخْرجِي كُنُوزَكِ ، فَتَتْبَعُه ، كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيب النَّحْلِ ، ثُّمَّ يدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئاً شَباباً فَيضْربُهُ بالسَّيْفِ ، فَيَقْطَعهُ ، جِزْلَتَيْن رَمْيَةَ الْغَرَضِ ، ثُمَّ يَدْعُوهُ ، فَيُقْبِلُ ، وَيَتَهلَّلُ وجْهُهُ يَضْحَكُ . فَبَينَما هُو كَذلكَ إذْ بَعَثَ اللَّه تَعَالى المسِيحَ ابْنَ مَرْيم صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَيَنْزِلُ عِنْد المَنَارَةِ الْبَيْضـَآءِ شَرْقيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودتَيْنِ ، وَاضعاً كَفَّيْهِ عَلى أجْنِحةِ مَلَكَيْنِ ، إذا طَأْطَأَ رَأسهُ ، قَطَرَ وإذا رَفَعَهُ تَحدَّر مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤلُؤ ، فَلا يَحِلُّ لِكَافِر يَجِدُّ ريحَ نَفَسِه إلاَّ مات ، ونَفَسُهُ يَنْتَهِي إلى حَيْثُ يَنْتَهِي طَرْفُهُ ، فَيَطْلُبُه حَتَّى يُدْرِكَهُ بَباب لُدٍّ فَيَقْتُلُه . ثُمَّ يأتي عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَوْماً قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّه مِنْهُ ، فَيَمْسَحُ عنْ وُجوهِهِمْ ، ويحَدِّثُهُم بِدرَجاتِهم في الجنَّةِ . فَبَينَما هُوَ كَذلِكَ إذْ أوْحَى اللَّه تَعَالى إلى عِيسى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أنِّي قَدْ أَخرَجتُ عِبَاداً لي لا يدانِ لأحَدٍ بقِتَالهمْ ، فَحَرِّزْ عِبادي إلى الطُّورِ ، وَيَبْعَثُ اللَّه يَأْجُوجَ ومَأجوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدِبٍ يَنْسلُون ، فيَمُرُّ أوَائلُهُم عَلى بُحَيْرةِ طَبرِيَّةَ فَيَشْرَبون مَا فيهَا ، وَيمُرُّ آخِرُهُمْ فيقولُونَ : لَقَدْ كَانَ بهَذِهِ مرَّةً ماءٌ .  وَيُحْصَرُ نبي اللَّهِ عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَأصْحَابُهُ حَتَّى يكُونَ رأْسُ الثَّوْرِ لأحدِهمْ خيْراً منْ مائَةِ دِينَارٍ لأحَدِكُمُ الْيَوْمَ ، فَيرْغَبُ نبي اللَّه عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وأَصْحَابُه ، رضي اللَّه عَنْهُمْ ، إلى اللَّهِ تَعَالى، فَيُرْسِلُ اللَّه تَعَالى عَلَيْهِمْ النَّغَفَ في رِقَابِهِم ، فَيُصبحُون فَرْسى كَموْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ، ثُمَّ يهْبِطُ نبي اللَّه عيسى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَأصْحابهُ رضي اللَّه عَنْهُمْ ، إلى الأرْضِ ، فَلاَ يَجِدُون في الأرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إلاَّ مَلأهُ زَهَمُهُمْ وَنَتَنُهُمْ  ، فَيَرْغَبُ نبي اللَّه عِيسَى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَأصْحابُهُ رضي اللَّه عَنْهُمْ إلى اللَّه تَعَالَى ، فَيُرْسِلُ اللَّه تَعَالى طيْراً كَأعْنَاقِ الْبُخْتِ ، فَتحْمِلُهُمْ ، فَتَطرَحُهم حَيْتُ شَآءَ اللَّه ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّه عَزَّ وجَلَّ مـطَراً لا يَكِنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ ولا وَبَرٍ ، فَيَغْسِلُ الأرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كالزَّلَقَةِ .  ثُمَّ يُقَالُ لِلأرْضِ : أنْبِتي ثَمرَتَكِ ، ورُدِّي برَكَتَكِ ، فَيَوْمئِذٍ تأكُلُ الْعِصَابَة مِن الرُّمَّانَةِ، وَيسْتظِلون بِقِحْفِهَا ، وَيُبارَكُ في الرِّسْلِ حَتَّى إنَّ اللَّقْحَةَ مِنَ الإبِلِ لَتَكْفي الفئَامَ مِنَ النَّاس، وَاللَّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفي الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاس ، وَاللَّقْحَةَ مِنَ الْغَنمِ لَتَكْفي الفَخِذَ مِنَ النَّاس .فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إذْ بَعَثَ اللَّه تَعالَى رِيحاً طَيِّبَةً ، فَتأْخُذُهم تَحْتَ آبَاطِهِمْ ، فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤمِن وكُلِّ مُسْلِمٍ ، وَيبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتهَارجُون فِيهَا تَهَارُج الْحُمُرِ فَعَلَيْهِم تَقُومُ السَّاعَةُ» رواهُ مسلم

1805. Dari Annawwas bin Sam'an radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menyebut-nyebutkan perihal Dajjal pada suatu pagi. Beliau shalallahu alaihi wasalam menguraikan Dajjal itu kadang-kadang suaranya direndahkan dan kadang-kadang diperkeraskan dan Dajjal itu sendiri oleh beliau shalallahu alaihi wasalam kadang-kadang dihinanya, tetapi kadang-kadang diperbesarkan hal ihwalnya sebab amat besarnya fitnah yang akan ditimbulkan olehnya itu, sehingga kita semua mengira seolah-olah Dajjal itu sudah ada di kelompok pohon kurma. Setelah pada suatu ketika kita pergi ke tempatnya, beliau shalallahu alaihi wasalam kiranya telah mengetahui apa yang ada di dalam perasaan kita, lalu bertanya: "Ada persoalan apakah engkau semua ini?" Kita menjawab: "Ya Rasulullah, Tuan menyebut-nyebutkan Dajjal pada suatu pagi, Tuan merendahkan serta mengeraskan suara dan Dajjal itu Tuan hinakan, juga Tuan perbesarkan peristiwanya karena besarnya fitnah yang akan ditimbulkan olehnya, sehingga kita semua mengira bahwa ia sudah ada di kelompok pohon kurma." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Kecuali Dajjal, itulah yang paling saya takutkan kalau menimpa atas dirimu semua. Jikalau ia keluar dan saya masih ada di kalangan engkau semua, maka sayalah penantangnya untuk melindungi engkau semua. Tetapi jikalau ia keluar dan saya sudah tidak ada di kalangan engkau semua, maka setiap manusia adalah sebagai penantang guna melindungi dirinya sendiri dan Allah adalah penggantiku dalam melindungi setiap orang Muslim. Sesungguhnya Dajjal adalah seorang pemuda yang rambutnya sangat keriting, matanya menonjol, seolah-olah saya menyamakannya dengan Abul 'Uzza bin Qathan. Maka barangsiapa yang dapat bertemu dengannya, maka hendaklah membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi. Dajjal itu akan keluar di Khallah, suatu jalanan yang terletak antara Syam dan Irak, lalu membuat kerusakan di bagian sebelah kanannya dan juga membuat kerusakan di bagian sebelah kirinya. Maka itu hai hamba-hamba Allah, tetapkanlah keimananmu semua." Kita para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, berapa lama ia menetap di bumi?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Empat puluh hari, yang sehari -hari pertama- itu lamanya sama dengan setahun, yang sehari lagi -hari kedua- lamanya seperti sebulan, yang sehari sesudah itu -hari ketiga- seperti sejum'at -yakni seminggu, sedang hari-hari yang selain tiga hari itu adalah sebagaimana keadaan hari-hari pada masamu sekarang ini." Kita bertanya lagi: "Ya Rasulullah, dalam sehari yang panjang waktunya sebagaimana setahun itu, apakah kita cukup mengerjakan seperti shalat sehari saja -yakni lima waktu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Tidak cukup, maka itu perkirakanlah menurut kadar jaraknya masing-masing." Jadi tetap lima kali dalam perkiraan sehari seperti sekarang. Kita bertanya pula: "Ya Rasulullah, bagaimanakah kecepatannya dalam menjelajah bumi?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Yaitu bagaikan hujan yang didorong oleh angin dari arah belakangnya. Dajjal itu datang kepada sesuatu kaum, lalu ia mengajak mereka, kemudian mereka itu beriman padanya dan mengikuti apa yang dikehendaki olehnya. Ia menyuruh langit supaya menurunkan hujan, lalu turunlah hujan, ia menyuruh bumi supaya menumbuhkan tanaman, lalu tumbuhlah tanamannya. Selanjutnya kembalilah ternak-ternak mereka tergembala di situ dalam keadaan bergumbul -atau berpunuk- sepanjang -atau sebesar- yang pernah ada, juga mempunyai tetek sekenyang yang pernah ada -yakni penuh air susu- dan terpanjang pantatnya -sebab semuanya kenyang. Seterusnya datanglah Dajjal itu pada sesuatu kaum, lalu mereka ini diajaknya mengikuti kehendaknya, tetapi mereka menolak, kemudian kembalilah Dajjal itu meninggalkan mereka. Kaum yang menolak ini -karena ketetapan keimanannya- pada keesokan harinya telah menjadi kering daerahnya -seolah-olah telah lama tidak kehujanan dan kosong sama sekali dari rumput dan tanaman lain-lain, juga tidak lagi mereka memiliki harta benda sedikitpun. Dajjal itu lalu berjalan melalui puing-puing -bekas istana yang rusak-rusak-, kemudian ia berkata: "Keluarkanlah harta-harta simpananmu," tiba-tiba harta-harta di situ dapat diambil dan mengikuti perjalanan Dajjal itu sebagaimana lebah-lebah mengikuti rajanya. Setelah itu Dajjal memanggil seorang pemuda yang penuh jiwa kepemudaannya -menurut riwayat yang dimaksudkan ialah Al-Hidhr-, lalu ia memukul pemuda ini dengan pedang, sehingga terpotonglah tubuhnya menjadi dua bagian dengan kecepatan bagaikan lemparan anak panah pada sasarannya. Tetapi Dajjal lalu memanggil pemuda yang sudah mati itu, lalu ia hidup kembali dan menghadapnya, sedang wajahnya berseri-seri sambil tertawa. Dalam keadaan sebagaimana di atas itu, tiba-tiba Allah Ta'ala mengutus Isa al-Masih putera Maryam. Ia turun di menara -atau rumah tinggi- putih warnanya, yang terletak di sebelah selatan Damsyik, yaitu mengenakan dua lembar pakaian yang bersumba, dengan meletakkan kedua tapak tangannya atas sayap dua malaikat. Jikalau ia menundukkan kepalanya, maka mencucurlah air dari kepalanya itu, sedang apabila ia mengangkatnya, maka berjatuhanlah daripadanya permata-permata besar bagaikan mutiara. Maka tiada seorang kafirpun yang berdiam di sesuatu tempat yang dapat mencium bau tubuhnya itu, melainkan ia pasti mati dan jiwanya itu terhenti sejauh terhentinya pandangan matanya. Selanjutnya al-Masih mencari Dajjal itu sehingga dapat menemukannya di pintu gerbang negeri Luddin, kemudian ia membunuhnya. Seterusnya Isa alaihi salam mendatangi kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari kejahatan Dajjal itu, lalu ia mengusap wajah-wajah mereka -maksudnya melapangkan kesukaran-kesukaran yang mereka alami selama kekuasaan Dajjal tersebut- dan ia memberitahukan kepada mereka bahwa mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dalam syurga. Dalam keadaan yang sedemikian itu lalu Allah memberikan wahyu kepada Isa alaihi salam bahwasanya Aku -Allah- telah mengeluarkan beberapa orang hambaKu yang tiada kekuasaan bagi siapapun untuk menentang serta berlawanan perang dengan mereka itu. Maka itu kumpulkanlah hamba-hambaKu -yang menjadi kaum mu'minin- itu ke gunung Thur. Orang-orang yang dikeluarkan oleh Allah itu ialah bangsa Ya'juj dan Ma'juj. Mereka itu mengalir secara cepat sekali dari setiap tempat yang tinggi. Kemudian berjalanlah barisan pertama dari mereka itu di danau Thabariyah, lalu minum airnya, selanjutnya berjalanlah barisan terakhir dari mereka lalu mereka ini berkata: "Danau ini tentunya tadi masih ada airnya -dan kini sudah habis." Nabiyullah Isa alaihi salam serta sekalian sahabat-sahabatnya dikurung -yakni dikepung dari segala jurusan sehingga tidak dapat keluar-, sampai-sampai nilai sebuah kepala lembu bagi seorang diantara mereka itu adalah lebih berharga dari seratus uang dinar emas bagi seorang diantara engkau semua pada hari ini. Nabiyullah Isa alaihi salam dan sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum semuanya merendahkan diri kepada Allah Ta'ala memohonkan agar kesukaran itu segera dilenyapkan. Allah Ta'ala lalu menurunkan ulat atas bangsa Ya'juj dan Ma'juj tadi di leher-leher mereka, kemudian menjadilah mereka itu sebagai korban yang mati seluruhnya dalam waktu sekaligus, seperti kematian seorang manusia. Nabiyullah Isa alaihi salam serta sahabat-sahabatnya radhiallahu 'anhum lalu turun ke bumi. Mereka tidak menemukan sejengkal tanahpun di bumi itu melainkan terpenuhi oleh bau busuk dan bau bacin mayat-mayat bangsa-bangsa Ya'juj dan Ma'juj tadi. Selanjutnya Nabiyullah Isa alaihi salam dan sahabat-sahabatnya radhiallahu 'annum sama merendahkan diri lagi kepada Allah Ta'ala sambil memohonkan agar mayat-mayat mereka dilenyapkan. Allah Ta'ala menurunkan burung sebesar batang-batang leher unta dan burung inilah yang membawa mereka lalu meletakkan mereka itu di sesuatu tempat yang telah dikehendaki oleh Allah. Seterusnya Allah 'Azza-wajalla lalu menurunkan hujan yang tidak tertutup daripadanya tempat yang bertanah keras ataupun yang lunak -yakni semuanya pasti terkena siraman hujan itu-, kemudian hujan itu membasuh merata di bumi sehingga menyebabkan bumi itu bersih bagaikan kaca. Kepada bumi itu lalu dikatakan: "Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan luapkanlah keberkahanmu." Maka pada saat itu sekelompok manusia cukup makan dari sebiji buah delima saja -karena amat besarnya. Merekapun dapat bernaung di bawah kulit tempurung delima tadi dan dikaruniakanlah keberkahan dalam air susu, sehingga sesungguhnya seekor unta yang mengandung air susu sesungguhnya dapat mencukupi segolongan besar dari para manusia, seekor lembu yang mengandung air susu dapat mencukupi sekabilah manusia, sedang seekor kambing yang mengandung susu dapat mencukupi sedesa manusia. Seterusnya di waktu mereka dalam keadaan yang sedemikian itu, tiba-tiba Allah Ta'ala mengirimkan angin yang sejuk nyaman, lalu angin itu mengambil nyawa kaum mu'minin itu dari bawah ketiaknya. Jadi angin itulah yang mencabut jiwa setiap orang mu'min dan setiap orang muslim. Kini yang tertinggal adalah golongan manusia yang jahat-jahat yang saling bercampur-baur -antara lelaki dan perempuan- sebagaimana bercampur baurnya sekelompok keledai. Maka di atas mereka inilah menjelang tibanya hari kiamat." (Riwayat Muslim)

 

Sabdanya: Khallatan bainas syami wal 'iraqi, artinya jalanan yang terletak antara kedua negeri itu. Sabdanya: 'Aatsa dengan 'ain muhmalah dan tsa' bertitik tiga dan juga Al'aitsu ialah sangatnya kerusakan. Adzdzura, punggung-punggung unta -yakni gumbul/punuk. Alya'asib ialah lebah-lebah lelaki. Jazlataini artinya dua potong dan Algharadh ialah sasaran yang kepadanya dilemparkanlah anak panah, yakni ia melemparkannya sebagai lemparannya anak panah kepada sasaran. Almahrudah dengan dal muhmalah atau mu'jamah, yaitu pakaian yang disumba. Sabdanya: La yadani yaitu tidak mempunyai kedua tangan yakni tidak mempunyai kekuatan atau kekuasaan. Annaghafu ialah ulat. Farsa jamaknya faris yaitu orang yang terbunuh. Azzalaqatu dengan fathahnya zai, lam dan qaf dan ada yang mengatakan Azzulfatu, dengan dhammahnya zai, sukunnya lam dan dengan fa' ialah kaca atau cermin. Al'ishabah yakni jama'ah. Arrislu artinya air susu. Allaqhatu artinya binatang yang mengandung air susu. Alfi-aam dengan kasrahnya fa' dan sesudah itu ada hamzah yaitu segolongan manusia dan Alfakhdzu ialah yang di bawah kabilah dari para manusia.

 

وَعَنْ رِبْعيِّ بْنِ حِرَاشٍ قَال : انْطَلَقْتُ مَعَ أبي مسْعُودٍ الأنْصارِيِّ إلى حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي اللَّه عنهم فَقَالَ لَهُ أبُو مسعودٍ ، حَدِّثْني مَا سمِعْت مِنْ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، في الدَّجَّال قالَ : « إنَّ الدَّجَّالَ يَخْرُجُ وَإنَّ مَعَهُ ماءً وَنَاراً ، فَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ ماءً فَنَارٌ تُحْرِقُ، وَأمَّا  الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ نَاراً ، فَمَاءٌ بَاردٌ عذْبٌ ، فَمَنْ أدْرَكَهُ مِنْكُمْ ، فَلْيَقَعْ في الذي يَراهُ نَاراً ، فَإنَّهُ ماءٌ عَذْبٌ طَيِّبُ » فَقَالَ أبُو مَسْعُودٍ : وَأنَا قَدْ سَمِعْتُهُ . متَّفَقٌ عَلَيْهِ

1806. Dari Rib'iy bin Hirasy, katanya: "Saya berangkat dengan Abu Mas'ud al-Anshari ke tempat Hudzaifah al-Yaman radhiallahu 'anhum, lalu Abu Mas'ud berkata kepadanya: "Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam perihal Dajjal." Hudzaifah lalu berkata: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan sesungguhnya beserta Dajjal itu ada air dan api. Adapun yang dilihat oleh para manusia sebagai air, maka sebenarnya itu adalah api yang membakar, sedang apa yang dilihat oleh para manusia sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang menemui Dajjal diantara engkau semua, hendaklah masuk dalam benda yang dilihatnya sebagai api, karena sesungguhnya ini adalah air tawar dan nyaman sekali." Setelah itu Abu Mas'ud berkata: "Sayapun benar-benar pernah mendengar yang seperti itu." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن عَمْرو بن العاص رضي اللَّه عَنْهُما قالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: « يخْرُجُ الدَّجَّالُ في أمَّتي فَيَمْكُثُ أربَعِينَ ، لا أدْري أرْبَعِينَ يَوْماً ، أو أرْبَعِينَ شَهْراً ، أوْ أرْبَعِينَ عَاماً ، فَيبْعثُ اللَّه تَعالى عِيسَى ابْنَ مَرْيمَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُه ، ثُّمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنْينِ عدَاوَةٌ .

ثُّمَّ يُرْسِلُ اللَّه ، عزَّ وجَلَّ ، ريحاً بارِدَةً مِنْ قِبلِ الشَّامِ ، فَلا يبْقَى على وَجْهِ الأرْضِ أحَدٌ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أوْ إيمَانٍ إلاَّ قَبَضَتْهُ ، حتَّى لَوْ أنَّ أحَدَكُمْ دخَلَ في كَبِدِ جَبلٍ ، لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ .  فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ في خِفَّةِ الطَّيْرِ ، وأحْلامِ السِّباعِ لا يَعْرِفُون مَعْرُوفاً ، وَلا يُنْكِرُونَ مُنْكَراً ، فَيَتَمَثَّلَ لهُمُ الشَّيْطَانُ ، فَيقُولُ : ألا تسْتَجِيبُون ؟ فَيَقُولُونَ : فَما تأمُرُنَا ؟ فَيَأمرُهُم بِعِبَادةِ الأوْثَانِ ، وهُمْ في ذلكَ دارٌّ رِزْقُهُمْ ، حسنٌ عَيْشُهُمْ . ثُمَّ يُنْفَخُ في الصَّور ، فَلا يَسْمعُهُ أحَدٌ إلاَّ أصْغى لِيتاً ورفع ليتاً ، وَأوَّلُ منْ يسْمعُهُ رَجُلٌ يلُوطُ حَوْضَ إبِله ، فَيُصْعقُ ويسعق النَّاسُ حوله ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّه ­ أوْ قالَ : يُنْزِلُ اللَّه ­ مَطَراً كأَنَّهُ الطَّلُّ أو الظِّلُّ ، فَتَنْبُتُ مِنْهُ أجْسَادُ النَّاس ثُمَّ ينفخ فِيهِ أخْرَى فإذا هُمْ قِيامٌ يَنْظُرُون.  ثمَّ يُقَالُ يا أيهَا النَّاسُ هَلُمَّ إلى رَبِّكُم ، وَقِفُوهُمْ إنَّهُمْ مَسْؤولونَ ، ثُمَّ يُقَالُ : أخْرجُوا بَعْثَ النَّارِ فَيُقَالُ : مِنْ كَمْ ؟ فَيُقَالُ : مِنْ كُلِّ ألْفٍ تِسْعَمِائة وتِسْعةَ وتِسْعينَ ، فذلكَ يْوم يجْعَلُ الْوِلْدانَ شِيباً ، وذَلكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عنْ ساقٍ » رواه مسلم

1807. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Dajjal itu akan keluar kepada umatku kemudian menetap selama empat puluh lamanya, tetapi saya tidak mengerti apakah itu empat puluh hari atau empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah mengutus Isa putera Maryam alaihi salam lalu ia mencari Dajjal kemudian merusakkannya -yakni membunuhnya. Kemudian para manusia itu menetap selama tujuh tahun di saat itu tidak ada permusuhan sama sekali antara dua orang manusiapun. Selanjutnya Allah 'Azzawajalla mengutus angin yang dingin dari arah Syam (Palestina). Maka tidak ada seorangpun yang menetap di atas permukaan bumi yang dalam hati orang itu ada timbangan seberat semut kecil dari kebaikan atau keimanan, melainkan pasti akan dicabut nyawanya sehingga andaikata salah seorang dari engkau semua ada yang masuk di dalam perut gunung, juga pasti akan dimasuki oleh angin tadi, sampai dapat tercabut nyawanya. Akhirnya yang ketinggalan adalah manusia-manusia yang buruk kelakuannya yang suka cepat-cepat melakukan keburukan dan kezaliman sampai dapat diumpamakan sebagai keringanan burung yang sedang terbang atau angan-angan binatang buas yang hendak memangsa. Orang-orang tersebut tidak mengerti apa-apa yang baik dan tidak mengingkari apa-apa yang buruk -yakni kemungkaran dibiarkan belaka. Seterusnya lalu muncullah syaitan yang menjelma sebagai manusia lalu berkata: "Alangkah baiknya kalau engkau semua suka mengikuti perintahku?" Orang-orang sama berkata: "Apakah yang engkau perintahkan kepada kita?" Kemudian syaitan tersebut mengajak mereka menyembah berhala-berhala. Keadaan para manusia di saat itu adalah sangat luas rezekinya, senang hidupnya. Selanjutnya ditiupkanlah dalam sangkakala, maka tiada seorangpun yang mendengarnya melainkan ia menurunkan lehernya yang sebelah dan mengangkat yang sebelah lainnya. Pertama-tama orang yang mendengarnya itu ialah seorang yang sedang memperbaiki pelur kolam untanya, lalu ia tidak sadarkan diri dan semua manusia di sekitarnyapun tidak sadarkan diri -terus mati. Kemudian Allah mengirimkan atau sabdanya: Menurunkan hujan bagaikan rintik-rintik atau bagaikan bayangan, lalu dari air itu tumbuhlah seluruh tubuh para manusia, terus ditiupkanlah pula sekali lagi sangkakala tersebut tiba-tiba orang-orang itu sama berdiri bangun sambil memperhatikan keadaan di waktu itu, kemudian ada yang mengucapkan: "Hai sekalian manusia, marilah sama mendekat di hadapan Tuhanmu semua," dan kepada semua malaikat diperintahkan: "Hentikan dulu orang-orang itu, sebab sesungguhnya mereka akan ditanya lebih dulu." Kemudian dikatakan pula: "Keluarkan olehmu semua orang-orang itu perlu dikirim ke neraka." Selanjutnya ditanyakan: "Dari berapa?" Lalu dijawab: "Dari setiap seribu -orang- sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Sabdanya: "Itulah hari yang dapat membuat anak-anak kecil menjadi beruban dan itulah hari dibukanya betis manusia, karena amat kebingungan sekali." (Riwayat Muslim) Alliitu ialah batang leher, artinya ialah merendahkan lehernya yang sebelah dan mengangkat sebelah yang lainnya.

 

وَعَنْ أنَسٍ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَال رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إلاَّ مَكَّةَ والمَدينة، ولَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أنْقَابِهما إلاَّ عَلَيْهِ المَلائِكَةُ صَافِّينَ تحْرُسُهُما، فَيَنْزِلُ بالسَّبَخَةِ ، فَتَرْجُفُ المدينةُ ثلاثَ رَجَفَاتٍ ، يُخْرِجُ اللَّه مِنْهَا كُلَّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ» رواه مسلم

1808. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan munafik." (Riwayat Muslim)

 

وعَنْهُ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « يَتْبعُ الدَّجَّال مِنْ يهُودِ أصْبهَانَ سَبْعُونَ ألْفاً علَيْهم الطَّيَالِسة » رواهُ مسِلمٌ

1809 Dari Anas radhiyallahu anhu pula bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Yang mengikuti Dajjal dari golongan kaum Yahudi Ashbihan itu ada sebanyak tujuh puluh ribu orang. Mereka itu mengenakan pakaian kependetaan." (Riwayat Muslim)

 

وعَنْ أمِّ شَريكٍ رضي اللَّه عَنْهَا أنَّها سمِعتِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « ليَنْفِرَن النَّاسُ مِنَ الدَّجَّالِ في الجِبَالِ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ

1810. Dari Ummu Syarik radhiallahu 'anha bahwasanya ia mendengar Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya sekalian manusia itu sama melarikan diri dari gangguan Dajjal yaitu ke gunung-gunung." (Riwayat Muslim)

 

وعَن عِمْرَانَ بنِ حُصَيْنٍ رضي اللَّه عنْهُما قالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ: « مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَم إلى قِيامِ السَّاعةِ أمْرٌ أكْبرُ مِنَ الدَّجَّالِ » رواه مسلم

1811. Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tiada suatu peristiwapun antara jarak waktu semenjak Allah menciptakan Adam sampai datangnya hari kiamat nanti, yang lebih besar daripada perkara Dajjal." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ أبي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ عَنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « يخْرُجُ الدَّجَّالُ فَيتَوَجَّه قِبَلَه رَجُلٌ منَ المُؤمِنين فَيَتَلَقَّاهُ المَسالح : مسالحُ الدَّجَّالِ ، فَيقُولُونَ له : إلى أيْنَ تَعمِدُ ؟ فيَقُول : أعْمِدُ إلى هذا الَّذي خَرَجَ ، فيقولُون له : أو ما تُؤْمِن بِرَبِّنَا ؟ فيقول : ما بِرَبنَا خَفَاء ، فيقولُون : اقْتُلُوه ، فيقُول بعْضهُمْ لبعضٍ : ألَيْس قَدْ نَهاكُمْ رَبُّكُمْ أنْ تقتلوا أحداً دونَه ، فَينْطَلِقُونَ بِهِ إلى الدَّجَّالِ ، فَإذا رآه المُوْمِنُ قال : يَا أيُّهَا النَّاسُ إنَّ هذا الدَّجَّالُ الَّذي ذَكَر رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَيأمُرُ الدَّجَّالُ بِهِ فَيُشْبَحُ ، فَيَقولُ : خُذُوهُ وَشُجُّوهُ ، فَيُوسَعُ ظَهْرُهُ وبَطْنُهُ ضَرْباً ، فيقولُ : أوما تُؤمِنُ بي ؟ فَيَقُولُ : أنْتَ المَسِيحُ الْكَذَّابُ ، فَيُؤمرُ بهِ ، فَيؤْشَرُ بالمِنْشَارِ مِنْ مَفْرقِهِ حتَّى يُفْرقَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ ، ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ الْقِطْعتَيْنِ ، ثُمَّ يقولُ لَهُ : قُمْ ، فَيَسْتَوي قَائماً . ثُمَّ يقولُ لَهُ : أتُؤمِنُ بي ؟ فيقولُ : مَا ازْددتُ فِيكَ إلاَّ بصِيرةً ، ثُمًَّ يَقُولُ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لا يفْعَلُ بعْدِي بأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ ، فَيأخُذُهُ الدَّجَّالُ لِيَذْبَحَهُ ، فَيَجْعَلُ اللَّه مَا بيْنَ رقَبَتِهِ إلى تَرْقُوَتِهِ نُحَاساً ، فَلا يَسْتَطِيعُ إلَيْهِ سَبيلاً ، فَيَأْخُذُ بيَدَيْهِ ورجْلَيْهِ فَيَقْذِفُ بِهِ ، فَيحْسَبُ الناسُ أنَّما قَذَفَهُ إلى النَّار ، وإنَّما ألْقِيَ في الجنَّةِ » فقالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « هذا أعْظَمُ النَّاسِ شَهَادَةً عِنْد رَبِّ الْعالَمِينَ » رواه مسلم .

1812. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam sabdanya: "Dajjal keluar lalu ada seorang dari golongan kaum mu'minin, ia ditemui oleh beberapa orang penyelidik yakni para penyelidik dari Dajjal. Mereka berkata kepada orang itu: "Kemana engkau bersengaja pergi?" Ia menjawab: "Saya sengaja akan pergi ke tempat orang yang keluar -yakni yang baru muncul dan yang dimaksudkan ialah Dajjal." Mereka berkata: "Adakah engkau tidak beriman dengan Tuhan kita -yakni Dajjal-?" Ia menjawab: "Tuhan kita tidak samar-samar lagi sifat-sifat keagungannya sedangkan Dajjal itu tampaknya saja menunjukkan kedustaannya." Orang-orang itu sama berkata: "Bunuhlah ia." Sebagian orang berkata kepada yang lainnya: "Bukankah engkau semua telah dilarang oleh Tuhanmu kalau membunuh seorang tanpa memperoleh persetujuannya -yakni Dajjal-?" Merekapun pergilah dengan membawa orang itu ke Dajjal. Setelah Dajjal dilihat oleh orang mu'min itu, lalu orang mu'min tadi berkata: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebutkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam Dajjal memerintah pengikut-pengikutnya menangkap orang mu'min itu lalu ia ditelentangkan pada perutnya. Dajjal berkata: "Ambillah ia lalu lukailah kepala dan mukanya." Seterusnya ia diberi pukulan bertubi-tubi pada punggung serta perutnya. Dajjal berkata: "Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?" Orang mu'min itu berkata: "Engkau adalah al-Masih maha pendusta." Ia diperintah menghadap kemudian digergajilah ia dengan gergaji dari pertengahan tubuhnya, yaitu antara kedua kakinya -maksudnya dibelah dua. Dajjal lalu berjalan antara dua potongan tubuh itu, kemudian berkata: "Berdirilah." Orang mu'min tadi terus berdiri lurus-lurus, kemudian Dajjal berkata padanya. "Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?" Ia berkata: "Saya tidak bertambah melainkan kewaspadaan dalam menilai siapa sebenarnya engkau itu." Selanjutnya orang mu'min itu berkata: "Hai sekalian manusia, janganlah ia sampai dapat berbuat sedemikian tadi kepada seorangpun dari para manusia, setelah saya sendiri mengalaminya." Ia diambil lagi oleh Dajjal untuk disembelih. Kemudian Allah membuat tabir tembaga yang terletak antara leher sampai ke tengkuknya, maka tidak ada jalan bagi Dajjal untuk dapat membunuhnya. Seterusnya Dajjal lalu mengambil orang tadi, yaitu kedua tangan serta kedua kakinya, lalu melemparkannya. Orang-orang sama mengira bahwa sesungguhnya orang itu dilemparkan olehnya ke neraka, tetapi sebenarnya ia dimasukkan dalam syurga." Setelah itu Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Orang itulah sebesar-besar para manusia dalam hal kesyahidannya -yakni kematian syahidnya- di sisi Allah yang menguasai semesta alam ini." Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Imam Bukhari juga meriwayatkan sebagiannya dengan uraian yang semakna dengan di atas itu. Almasalihu yaitu para pengintai atau penyelidik.

 

وعَنِ المُغِيرَةِ بنِ شُعْبةَ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : ما سَألَ أحَدٌ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَنِ الدَّجَّالِ أكْثَرَ ممَّا سألْتُهُ ، وإنَّهُ قالَ لي : « ما يَضُرُّكَ ؟ » قلتُ : إنَّهُمْ يقُولُونَ : إنَّ معَهُ جَبَلَ خُبْزٍ وَنَهْرَ مَاءٍ ، قالَ : « هُوَ أهْوَنُ عَلى اللَّهِ مِنْ ذلِكَ » متفقٌ عليه

1813. Dari al-Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu anhu, katanya: "Tiada seorangpun yang lebih banyak pertanyaannya mengenai hal Dajjal daripada saya sendiri. Sesungguhnya Dajjal itu tidak akan membahayakan dirimu." Saya berkata: "Orang-orang sama berkata bahwa Dajjal itu mempunyai segunung tumpukan roti dan sungai air." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hal itu adalah lebih mudah bagi Allah daripada yang dapat dilakukan oleh Dajjal." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ أنَسٍ رضي اللَّه عنْهُ قالَ : قالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : مَا مِنْ نَبِيٍ إلاَّ وَقَدْ أنْذَرَ أمَّتَهُ الأعْوَرَ الْكَذَّاب،ألا إنَّهُ أعْوَرُ ،وإنَّ ربَّكُمْ عَزَّ وجلَّ لَيْسَ بأعْورَ ،مكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ك ف ر»متفق عليه

1814. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia benar-benar memberikan peringatan kepada umatnya tentang makhluk yang buta sebelah matanya serta maha pendusta. Ingatlah sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya Tuhanmu 'Azzawajalla semua itu tidaklah buta sebelah mata seperti Dajjal. Di antara kedua matanya itu tertulislah huruf-huruf kaf, fa', ra' -yakni kafir." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ أبي هُرَيْرَة رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ألا أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثاً عنِ الدَّجَّالِ مَا حَدَّثَ بِهِ نَبيٌّ قَوْمَهُ ، إنَّهُ أعْوَرُ وَإنَّهُ يجئُ مَعَهُ بِمثَالِ الجَنَّةِ والنًّار ، فالتي يَقُولُ إنَّهَا الجنَّةُ هِيَ النَّارُ . متفقٌ عليه

1815. Dari Buraidah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidakkah engkau semua suka saya beritahu perihal Dajjal, yaitu yang belum pernah diberitahukan oleh seorang Nabipun kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya ia datang dengan sesuatu sebagai perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang ia katakan bahwa itu adalah syurga, sebenarnya adalah neraka." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ ابنِ عُمَرَ رضي اللَّهُ عَنْهُما أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ذَكَرَ الدَّجَّالَ بَيْنَ ظَهْرَاني النَّاس فَقَالَ : «إنَّ اللَّه لَيْسَ بأَعْوَرَ ، ألا إنَّ المَسِيحَ الدَّجَّالَ أعْوَرُ الْعيْنِ الْيُمْنى ، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبةٌ طَافِيَةٌ » متفقٌ عليه

1816. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menyebut-nyebutkan Dajjal di hadapan orang banyak, lalu berkata: "Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah matanya. Ingatlah bahwa sesungguhnya al-Masih Dajjal itu buta sebelah matanya yang sebagian kanan, seolah-olah matanya itu adalah sebuah biji anggur yang menonjol." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ أبي هُريْرَةَ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : « لا تَقُومُ الساعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ المُسْلِمُونَ الْيَهُودَ حتَّى يَخْتَبِيءَ الْيَهُوديُّ مِنْ وَراءِ الحَجَر والشَّجَرِ ، فَيَقُولُ الحَجَرُ والشَّجَرُ : يَا مُسْلِمُ هذا يَهُودِيٌّ خَلْفي تَعَالَ فَاقْتُلْهُ ، إلاَّ الْغَرْقَدَ فَإنَّهُ منْ شَجَرِ الْيَهُودِ » متفقٌ عليه

1817. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidaklah akan terjadi hari kiamat, sehingga kaum Muslimin sama memerangi kaum Yahudi dan sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata: "Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada di belakang saya. Kemarilah, lalu bunuhlah ia," kecuali pohon gharqad -semacam pohon yang berduri dan tumbuh di Baitul Maqdis, karena sesungguhnya pohon ini adalah dari pohon kaum Yahudi -dan oleh sebab itu suka melindunginya." (Muttafaq'alaih)

 

وعَنْهُ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : قال رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « والذِي نَفْسِي بِيَدِه لا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بالْقَبْرِ ، فيتمَرَّغَ عَلَيْهِ ، ويقولُ : يَالَيْتَني مَكَانَ صَاحِبِ هذا الْقَبْرِ ، وَلَيْس بِهِ الدَّين وما به إلاَّ الْبَلاَءُ » . متفقٌ عليه

1818. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, dunia ini tidak akan lenyap -yakni timbul hari kiamat, sehingga seorang lelaki berjalan melalui makam, lalu ia mondar-mandir di situ, kemudian berkata: "Aduhai diriku, alangkah baiknya kalau saya yang menempati kubur ini." Ia mengharap sedemikian itu bukan karena tertekan oleh urusan agamanya. Tidak ada lain yang menyebabkan ia berkata sedemikian tadi, kecuali karena adanya bencana duniawiyah yang menimpa dirinya." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْهُ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جبَلٍ منْ ذَهَبٍ يُقْتَتَلُ علَيْهِ ، فيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائةٍ تِسْعَةٌ وتِسْعُونَ ، فَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ : لَعَلِّي أنْ أكُونَ أنَا أنْجُو» وفي روايةٍ « يوُشِكُ أنْ يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَن كَنْزٍ مِنْ ذَهَبٍ ، فَمَنّْ حَضَرَهُ فَلا يأخُذْ منْهُ شَيْئاً » متفقٌ عليه

1819. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga sungai Furat itu terbuka, tampak tumpukan gunung emas -karena airnya telah kering- yang diperebutkan sehingga terjadi peperangan, kemudian terbunuhlah dalam berebutan itu dari setiap seratus tentara ada sembilan puluh sembilan orang, sehingga setiap orang yang mengikuti pertempuran itu berkata: "Barangkali saja, semogalah saya yang selamat -yakni termasuk salah satu yang hidup dari seratus orang tadi." Dalam riwayat lain disebutkan: "Hampir sekali sungai Furat itu terbuka lalu menampakkan simpanan gudang emasnya, maka barangsiapa yang hadir di situ, janganlah sampai mengambil sesuatupun dari harta itu." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْهُ قال : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « يَتْرُكُونَ المَدينَةَ عَلى خَيْرٍ مَا كَانَتْ ، لا يَغْشَاهَا إلاَّ الْعوَافي ­ يُرِيدُ : عَوَافي السِّباعِ وَالطَّيْرِ ­ وَآخِر مَنْ يُحْشَرُ رَاعِيانِ مِنْ مُزَيْنَةَ يُريدَانِ المَدينَةَ ينْعِقَانِ بِغَنَمها فَيَجدَانها وُحُوشاً . حتَّى إذا بَلَغَا ثنِيَّةَ الْودَاعِ خَرَّا على وَجوهِهمَا » متفقٌ عليه

1820. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Orang-orang sama meninggalkan Madinah dalam sebaik-baiknya keadaan yang pernah ada dan tidak ada yang mendiami itu melainkan binatang 'Awafi (yang dimaksudkan dengan binatang 'Awafi yakni burung dari golongan binatang buas serta burung). Adapun manusia yang terakhir sekali dikumpulkan ialah dua orang penggembala dari suku Mizainah yang keduanya itu hendak menuju ke Madinah. Keduanya berteriak-teriak dengan menggembala kambing. Tiba-tiba Madinah ditemukannya penuh binatang buas belaka -sebab penghuninya sudah habis sama sekali. Setelah keduanya sampai di Tsaniyyatul Wada' lalu tersungkurlah pada mukanya." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ أبي سَعيدٍ الخُدْرِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ أنَّ النَّبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « يَكُونُ خَلِيفَةٌ مِنْ خُلَفَائِكُمْ في آخِرِ الزًَّمَان يَحْثُو المَالَ وَلا يَعُدُّهُ » رواه مسلم.

1821. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada seorang khalifah -pemimpin- dari beberapa khalifah yang memerintah engkau semua pada akhir zaman nanti, ia menyebar-nyebarkan harta dan sama sekali tidak menghitung-hitung berapa banyaknya." (Riwayat Muslim)

 

وعَنْ أبي مُوسى الأشْعَرِيِّ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ النَّبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « ليأتيَنَّ عَلى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوفُ الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَة مِنَ الذَّهَبِ ، فَلا يَجِدُ أحَداً يَأْخُذُهَا مِنْهُ ، وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أرْبَعُونَ امْرأةً يَلُذْنَ بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ » رواه مسلم.

1822. Dari Abu Musa radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya akan datang pada sekalian manusia suatu zaman yang seorang itu berkeliling dengan membawa harta yang akan disedekahkan berupa emas, tetapi ia tidak menemukan seorang-pun yang suka mengambil sedekah itu daripadanya. Juga akan datanglah suatu zaman yang di situ seorang lelaki dapat dilihat oleh orang banyak, ia diikuti oleh empat puluh orang perempuan yang semua ini menggantungkan nasibnya pada lelaki tersebut. Ini disebabkan karena sedikitnya kaum lelaki dan banyaknya kaum wanita. (Riwayat Muslim)

 

وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي اللَّه عَنْهُ عَن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  قَالَ : « اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عقَاراً ، فَوَجَد الذي اشْتَرَى الْعَقَارَ في عَقَارِه جَرَّةً فِيهَا ذَهَبٌ، فقالَ لهُ الذي اشْتَرَى الْعَقَارُ: خُذْ ذَهَبَكَ ، إنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الأرْضَ ، وَلَمْ أشْتَرِ الذَّهَبَ ، وقالَ الَّذي لَهُ الأرْضُ : إنَّمَا بعْتُكَ الأرضَ وَمَا فِيهَا ، فَتَحاكَما إلى رَجُلٍ ، فقالَ الَّذي تَحَاكَمَا إلَيْهِ : أَلَكُمَا وَلَدٌ ؟ قَالَ أحدُهُمَا : لي غُلامٌ . وقالَ الآخرُ : لي جَارِيةٌ ، قالَ أنْكٍحَا الْغُلامَ الجَاريَةَ ، وَأنْفِقَا عَلى أنْفُسهمَا مِنْهُ وتصَدَّقَا » متفقٌ عليه

1823. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Ada seorang lelaki membeli sebidang tanah dari lelaki lain, kemudian orang yang membeli sebidang tanah tadi menemukan sebuah kendil yang di dalamnya terdapat emas dalam tanah itu. Orang yang membeli tanah itu berkata kepada penjualnya: "Ambillah emasmu, sebab sesungguhnya yang saya beli daripadamu itu adalah tanahnya saja dan saya tidak merasa membeli emasnya." Tetapi orang yang mempunyai tanah -yakni penjualnya- berkata: "Sesungguhnya yang saya jual kepadamu itu adalah tanah beserta apa yang ada di dalamnya -jadi termasuk emas itu pula." Keduanya berselisih lalu meminta hukum kepada seorang lain. Kemudian orang yang dimintai pertimbangan hukum ini berkata: "Apakah salah seorang dari engkau berdua ini ada yang mempunyai anak lelaki?" Seorang diantara keduanya berkata: "Saya mempunyai seorang anak lelaki. Yang seorang lagi berkata: "Saya mempunyai seorang anak perempuan." Orang tadi lalu berkata: "Kawinkan sajalah anak lelaki dengan anak perempuan itu dan belanjakanlah untuk kepentingan kedua anak itu dari emas ini dan bersedekahlah engkau berdua dengan harta itu." (Muttafaq 'alaih)

 

وعنْهُ رضي اللَّه عنْهُ أنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « كانَتْ امْرَأتَان مَعهُمَا ابْناهُما ، جَاءَ الذِّئْبُ فَذَهَبَ بابنِ إحْداهُما ، فقالت لصاحِبتهَا : إنَّمَا ذهَبَ بابنِكِ ، وقالت الأخْرى : إنَّمَا ذَهَبَ بابنِك ، فَتَحَاكما إلى داوُودَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَقَضِي بِهِ للْكُبْرَى ، فَخَرَجتَا على سُلَيْمانَ بنِ داودَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فأخبرتَاه ، فقالَ : ائْتُوني بِالسِّكينَ أشَقُّهُ بَيْنَهُمَا . فقالت الصُّغْرى : لا تَفْعَلْ ، رَحِمكَ اللَّه ، هُو ابْنُهَا فَقَضَى بِهِ للصُّغْرَى » متفقٌ عليه

1824. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada dua orang wanita yang disertai oleh anaknya masing-masing. Lalu datanglah seekor serigala, kemudian serigala ini pergi membawa anak salah seorang dari keduanya itu. Yang seorang berkata kepada kawannya: "Sesungguhnya serigala tadi pergi dengan membawa anakmu," sedang lainnya berkata: "Sesungguhnya yang dibawa pergi olehnya tadi adalah anakmu." Keduanya meminta keputusan hukum kepada Nabi Dawud alaihi salam, lalu memutuskan untuk diberikan kepada yang tertua diantara kedua wanita tadi. Keduanya keluar untuk meminta keputusan hukum kepada Nabi Sulaiman bin Dawud alaihi salam, lalu keduanya memberitahukan hal ihwalnya. Sulaiman berkata: "Bawalah kemari pisau itu, agar saya dapat membelahnya untuk dibagikan kepada keduanya." Tiba-tiba yang kecil -yakni yang muda- diantara kedua wanita itu berkata: "Jangan Anda kerjakan itu, semoga Allah memberikan kerahmatan kepada Anda. Memang itu adalah anak sahabatku ini." Tetapi Sulaiman alaihi salam lalu memutuskan bahwa anak itu adalah milik yang muda." (Muttafaq 'alaih)

 

Keterangan: Seorang Ibu yang sudah melahirkan anaknya tidak mungkin tega melihat anaknya terbunuh, karena itu dia lebih baik menyerahkan anaknya kepada ibu yang lebih tua, daripada anaknya dipotong menjadi dua untuk dibagikan. Karena itulah Nabi Sulaiman memberikan anak tersebut kepada Ibu yang muda, karena Beliau yakin dialah ibu dari anak tersebut.

 

وعَنْ مِرْداسٍ الأسْلَمِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ قالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يَذْهَبُ الصَّالحُونَ الأوَّلُ فالأولُ ، وتَبْقَى حُثَالَةٌ كحُثَالَةِ الشِّعِيرِ أوْ التَّمْرِ ، لا يُبالِيهمُ اللَّه بالَةً » ، رواه البخاري

1825. Dari Mirdas al-Aslami radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Orang-orang yang shalih itu pergi -yakni habis karena meninggal dunia-, seangkatan demi seangkatan dan akhirnya tertinggallah sisa-sisa yang buruk dari umat manusia itu bagaikan ampas buah sya'ir atau seperti sisa-sisa kurma -yakni tinggal yang jelek-jelek setelah dipilih-pilih waktu memakannya. Allah tidak menghargai sedikitpun nilai mereka ini." (Riwayat Bukhari)

 

Keterangan: Nilai manusia disisi Allah terletak dari keimanan dan keislamannya, yang berbuah ketaqwaan didalam hatinya. Semakin bertaqwa, maka semakin tinggi nilainya disisi Allah. Bila tidak ada keimanan dihati, walau sebesar biji dzarrah pun, maka dia tidak bernilai sama sekali disisi Allah.

 

وعنْ رِفَاعَةَ بنِ رافعٍ الزُرقيِّ رضي اللَّه عنْهُ قالَ : جاء جِبْريلُ إلى النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : مَا تَعُدُّونَ أهْلَ بَدْرٍ فيكُمْ ؟ قالَ : « مِنْ أفْضَلِ المُسْلِمِين » أوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا قالَ : «وَكَذَلكَ مَنْ شَهِدَ بَدْراً مِنَ المَلائِكَةِ » .رواه البخاري

1826. Dari Rifa'ah bin Rafi' az-Zuraqiy radhiyallahu anhu, katanya: "Jibril datang kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam, lalu berkata: "Anda masukkan golongan apakah para ahli Badar -yakni orang-orang yang mengikuti peperangan Badar- di kalangan Anda sekalian -yakni kaum Muslimin?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Mereka termasuk golongan seutama-utama kaum Muslimin." Atau semakna dengan itulah yang disabdakan oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam itu. Kemudian Jibril berkata: "Begitu pulalah yang menyaksikan perang Badar dari golongan malaikat." (Riwayat Bukhari)

 

وعن ابنِ عُمَر رضي اللَّه عنْهُما قال : قال رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إذا أنْزل اللَّه تَعالى بِقَوْمٍ عَذَاباً أَصَابَ الْعَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهمْ . ثُمَّ بُعِثُوا على أعمَالِهمْ » متفقٌ عليه

1827. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Jikalau Allah Ta'ala menurunkan siksa kepada sesuatu kaum, maka siksa itu mengenai semua orang yang termasuk dalam kalangan kaum itu, kemudian mereka dibangkitkan -diba'ats pada hari kiamat- menurut masing-masing keniatannya." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ جابرٍ رضي اللَّه عنْهُ قال : كانَ جِذْعٌ يقُومُ إلَيْهِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، يعْني في الخُطْبَةِ ، فَلَما وُضِعَ المِنْبرُ ، سَمِعْنَا لِلْجذْعِ مثْل صوْتِ العِشَارِ حَتَّى نَزَلَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَوضَع يدَه عليْهٍ فسَكَنَ . وفي روايةٍ : فَلَمَّا كَانَ يَومُ الجمُعة قَعَدَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم على المِنْبَرِ ، فصاحتِ النَّخْلَةُ التي كَانَ يخْطُبُ عِنْدَهَا حَتَّى كَادَتْ أنْ تَنْشَقَّ . وفي روايةٍ : فَصَاحَتْ صياح الصَّبيِّ . فَنَزَلَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، حتَّى أخذَهَا فَضَمَّهَا إلَيْهِ ، فَجَعلَتْ تَئِنُّ أنِينَ الصَّبيِّ الَّذي يُسكَّتُ حَتَّى اسْتَقرَّتْ ، قال : « بكت عَلى ما كَانَتْ تسمعُ مِنَ الذِّكْرِ » رواه البخاريُّ

1828. Dari Jabir radhiyallahu anhu, katanya: "Ada sesuatu batang pohon kurma yang digunakan oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam untuk berdiri (yakni di waktu berkhutbah). Setelah mimbar sudah diletakkan -sebagai ganti batang pohon tersebut dan batang itu tidak digunakan lagi-, kita semua mendengar dari arah batang tadi seperti suara unta yang sakit karena akan mengeluarkan kandungannya, sehingga Nabi shalallahu alaihi wasalam turun lalu meletakkan tangannya di atas batang tersebut, kemudian berdiamlah ia." Dalam riwayat lain disebutkan: "Ketika datang hari Jum'at, Nabi shalallahu alaihi wasalam duduk di atas mimbar lalu berteriaklah batang pohon yang biasa digunakan oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam untuk berdiri waktu berkhutbah, sehingga hampir-hampir ia belah." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Batang pohon kurma itu lalu menjerit bagaikan jeritan anak kecil, lalu Nabi shalallahu alaihi wasalam turun sehingga dapat memegangnya kemudian memeluknya. Ia merintih bagaikan rintihan anak kecil yang perlu didiamkan, sehingga akhirnya tenanglah ia." Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: Ia menangis karena mendengar peringatan -dalam khutbah itu." (Riwayat Bukhari)

 

وعنْ أبي ثَعْلَبَةَ الخُشَنيِّ جَرْثُومِ بنِ نَاشِرٍ رضي اللَّه عَنْهُ عنْ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: إن اللَّه تعالى فَرَضَ فَرائِضَ فلا تُضَيِّعُوهَا ، وحدَّ حُدُوداً فَلا تَعْتَدُوهَا ، وحَرَّم أشْياءَ فَلا تَنْتَهِكُوها ، وَسكَتَ عَنْ أشْياءَ رَحْمةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيانٍ فَلا تَبْحثُوا عنها » حديثٌ حسن ، رواه الدَّارقُطْني وَغَيْرَهُ

1829. Dari Abu Tsa'labah al-Khusyani yaitu Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu anhu dari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu mewajibkan kepadamu semua akan beberapa kewajiban, maka janganlah engkau semua menyia-nyiakannya dan memberikan batas akan beberapa ketentuan batas, maka janganlah engkau semua melampauinya, juga mengharamkan beberapa hal, maka janganlah engkau semua melanggarnya dan mendiamkan -yakni tidak menyebutkan akan halal atau haramnya, beberapa hal karena belas kasihan padamu, bukannya yang sedemikian itu karena kelupaan, maka dari itu janganlah engkau semua mempertajam pembahasannya mengenai hal-hal itu." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Daraquthni dan lain-lainnya.

 

وعنْ عَبدِ اللَّهِ بن أبي أوْفي رضي اللَّه ، عَنْهُمَا قال : غَزَوْنَا مع رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأكُلُ الجرادَ .وفي روايةٍ : نَأْكُلُ معهُ الجَراد ، متفقٌ عليه

1830. Dari Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua berperang bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam sebanyak tujuh kali peperangan dan kita makan belalang." Dalam riwayat lain disebutkan: "Kita semua bersama Nabi shalallahu alaihi wasalam juga, sama makan belalang." (Muttafaq 'alaih)

 

وعَنْ أبي هُريْرةَ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « لا يُلْدغُ المُؤمِنُ مِنْ جُحْرٍ مرَّتَيْنِ » متفقٌ عليه

1831. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Janganlah seorang mu'min itu disengat dari lobang satu sampai dua kali." Maksudnya janganlah tertipu dari satu orang sampai dua kali. (Muttafaq 'alaih)

 

Keterangan: Ayah saya sering bilang kepada saya: "Jangan seperti keledai yang membenturkan kepalanya ke dinding dua kali". Bisa diartikan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama dua kali, apalagi lebih dari dua kali, hendaknya mengambil pelajaran dari kesalahan yang pertama agar tidak terjadi lagi dimasa yang berikutnya.

 

وَعنْهُ قَال : قَال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ثَلاثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّه يَوْمَ الْقِيَامةِ وَلاَ ينْظُرُ إلَيْهِمْ وَلا يُزَكِّيهِمْ ولَهُمْ عذابٌ ألِيمٌ : رجُلٌ علَى فَضْلِ ماءٍ بِالْفَلاةِ يمْنَعُهُ مِن ابْنِ السَّبِيلِ ، ورَجُلٌ بَايَع رجُلاً سِلْعَةً بعْد الْعَضْرِ ، فَحَلَفَ بِاللَّهِ لأخَذَهَا بكَذَا وَكَذا ، فَصَدَّقَهُ وَهُوَ عَلى غيْرِ ذَلِكَ ، ورَجُلٌ بَايع إمَاماً لا يُبايِعُهُ إلاَّ لِدُنيَا ، فَإنْ أعْطَاهُ مِنْهَا وفي ، وإنْ لَم يُعْطِهِ مِنْهَا لَمْ يَفِ » متفقٌ عليه

1832. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat -dengan pembicaraan yang menunjukkan keridhaan-, tidak pula mereka itu dilihat olehNya -dengan pandangan kerahmatan- dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu: seorang yang mempunyai kelebihan air di suatu padang tandus, lalu ia menolak memberikannya itu kepada ibnus sabil -yakni orang yang sedang mengadakan perjalanan. Juga seorang yang menjual kepada seorang dengan sesuatu benda dagangan sesudah shalat Ashar, lalu ia bersumpah dengan menyebutkan nama Allah bahwa ia sesungguhnya mengambil dagangan.

 

Keterangan:

 

Saya kurang paham juga mengapa pada hadits diatas disebutkan 3 macam, namun penjabarannya hanya dua macam. Sepertinya hadits diatas semestinya masih ada kelanjutannya. Di dalam kitab Shahih Muslim haditsnya sbb: Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga orang yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak dipandang, tidak disucikan dan mereka mendapatkan siksa yang pedih, yaitu: orang yang mempunyai kelebihan air di gurun sahara tetapi tidak mau memberikannya kepada musafir, orang yang membuat perjanjian dengan orang lain untuk menjual barang dagangan sesudah Asar, ia bersumpah demi Allah bahwa telah mengambil (membeli) barang itu dengan harga sekian dan orang lain tersebut mempercayainya, padahal sebenarnya tidak demikian, orang yang berbaiat kepada pemimpin untuk kepentingan dunia. Jika sang pemimpin memberikan keuntungan duniawi kepadanya, ia penuhi janjinya, tapi bila tidak, maka ia tidak penuhi janjinya. Didalam hadits lainnya dalam kitab Shahih Muslim juga disebutkan, Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Ada tiga macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula menganggap mereka sebagai orang bersih (dari dosa), juga tidak hendak melihat mereka itu dan bahkan mereka akan memperolehi siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja (pemimpin negara) yang suka membohong dan orang miskin yang sombong." (Riwayat Muslim). Semoga kita semua dilindungi oleh Allah daripada termasuk salah satu dari orang-orang diatas. Naudzubillah Himindzalik ya Allah.

 

وَعَنْهُ عن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أرْبعُونَ » قَالُوا يا أبَا هُريْرةَ ، أرْبَعُونَ يَوْماً ؟ قَالَ : أبَيْتُ ، قالُوا : أرْبعُونَ سَنَةً ؟ قَال : أبَيْتُ . قَالُوا : أرْبَعُونَ شَهْراً؟ قَال : أبَيْتُ « وَيَبْلَى كُلُّ شَيءٍ مِنَ الإنْسَانِ إلاَّ عَجْبَ الذَّنَبِ ، فِيهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ، ثُمَّ يُنَزِّلُ اللَّه مِنَ السَّمَآءِ مَاءً ، فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقْلُ » متفقٌ عليه

1833. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Jarak waktu antara dua tiupan sangkakala itu adalah selama empat puluh." Orang-orang sama bertanya kepada Abu Hurairah: "Apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Mereka bertanya lagi: "Apakah empat puluh tahun?" Ia menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Mereka sekali lagi bertanya: "Apakah empat puluh bulan?" Ia menjawab: "Saya tidak dapat menentukan." Selanjutnya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Semua anggota tubuh manusia itu rusak binasa, kecuali tulang punggung yang terbawah sekali -atau 'ajbadz dzanab-. Di situlah nanti tumbuhnya kejadian manusia -setelah diba'ats -dibangkitkan- dari kubur. Kemudian Allah menurunkan air dari langit, lalu tumbuhlah para manusia itu bagaikan tumbuhnya sayur mayur." (Muttafaq 'alaih)

 

Keterangan: Jangan heran dan aneh dengan proses kebangkitan manusia diatas. Sesungguhnya dari air mani tiba-tiba menjadi manusia yang sempurnapun itu sudah ajaib, suatu hal yang luar biasa, penciptaan manusia bagi Allah adalah sangat mudah sekali, bahkan Nabi Adam manusia yang pertama kali diciptakanNya secara langsung dari tanah tanpa ada ayah ibunya. Allah Maka Kuasa, pencipta kita semua.

 

وَعَنْهُ قَالَ بيْنَمَا النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  في مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ ، جاءَهُ أعْرابِيُّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يُحَدِّثُ، فقَال بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ ، فَكَرِه ما قَالَ، وقَالَ بَعْضُهمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : « أيْنَ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ ؟ » قَال : ها أنَا يَا رسُولَ اللَّه ، قَالَ : « إذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانةُ فانْتَظِرِ السَّاعةَ » قَالَ: كَيْفَ إضَاعَتُهَا ؟ قَالَ : إذَا وُسِّد الأمْرُ إلى غَيْرِ أهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعة » رواهُ البُخاري

1834. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Pada suatu ketika Nabi shalallahu alaihi wasalam dalam sesuatu majlis, sedang memberikan pembicaraan kepada kaum -yakni orang banyak-, lalu datanglah seorang A'rab -yaitu penduduk negeri Arab bagian pedalaman-, kemudian orang ini bertanya: "Kapankah tibanya hari kiamat." Rasulullah shalallahu alaihi wasalam terus saja dalam berbicara itu, sehingga sementara kaum ada yang berkata: "Beliau shalallahu alaihi wasalam sebenarnya mendengar ucapan orang itu, tetapi beliau benci kepada isi pembicaraannya." Sementara kaum -yang lain- lagi berkata: "Ah, beliau shalallahu alaihi wasalam tidak mendengarnya." Selanjutnya setelah beliau shalallahu alaihi wasalam selesai pembicaraannya lalu bertanya: "Manakah orang yang menanyakan perihal hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "Ya, sayalah itu ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Yaitu apabila amanat sudah disia-siakan, maka nantikan sajalah tibanya hari kiamat." Orang itu bertanya lagi: "Bagaimanakah cara menyia-nyiakan amanat itu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Jikalau sesuatu perkara -pekerjaan/tugas- sudah diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat itu -ada yang menafsiri: Maka nantikanlah saat kehancurannya sesuatu perkara yang diserahkan tadi." (Riwayat Bukhari)

 

وعنْهُ أنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  قَالَ : « يُصَلُّونَ لَكُمْ ، فَإنْ أصَابُوا فَلَكُمْ ، وإنْ أخْطئُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ » رواهُ البُخاريُّ

1835. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Para imam itu bershalat sebagai imammu semua. Maka jikalau amalan mereka itu benar, maka pahalanya adalah untukmu -dan untuk mereka pula, tetapi jikalau amalan mereka itu salah, maka pahalanya adalah untukmu semua dan dosanya atas mereka sendiri." (Riwayat Bukhari)

 

Keterangan: Bilamana imam yang memimpin shalat berjamaah ada kesalahan, baik dalam bacaan maupun gerakan, maka sebaiknya makmum menasihatinya dengan bijaksana, apalagi jika imam tersebut pemimpin dalam masyarakat. Agar tidak tersinggung, bisa dilakukan dengan metode yang lembut dan tidak terkesan menggurui.

 

وَعَنْهُ رضي اللَّه عنْهُ : { كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أخْرِجَتْ لِلنَّاسِ } قَالَ : خَيْرُ النَّاسِ لِلنَّاسِ يَأْتُونَ بِهِمْ في السَّلاسِل في أعْنَاقِهمْ حَتَّى يَدْخُلُوا في الإسْلامِ .

1836. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dalam menafsiri ayat yang artinya: "Adalah engkau semua itu sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk para manusia," ia berkata: "Sebaik-baik para manusia untuk umat manusia ialah mereka yang datang membawa para manusia itu dalam keadaan tertawan, dengan diikatkan rantai-rantai pada leher mereka, sehingga orang-orang yang tertawan itu dengan senang hati masuk dalam Agama Islam."

 

وَعَنْهُ عَن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « عَجبَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ في السَّلاسِلِ » رواهُما البُخاري

1837. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Allah 'Azzawajalla merasa heran dari sesuatu kaum yang sama masuk syurga dalam keadaan mereka itu terbelenggu dengan rantai-rantai." Kedua hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Maknanya ialah bahwa mereka itu asalnya menjadi tawanan dalam peperangan, lalu diikat, tetapi kemudian mereka masuk Agama Islam dan akhirnya masuk syurga -sebab sampai matinya tetap sebagai seorang Muslim.

 

وَعنْهُ عَنِ النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « أَحَبُّ الْبِلاَدِ إلى اللَّه مَساجِدُهَا ، وأبَغضُ الْبِلاَدِ إلى اللَّه أسواقُهَا » روَاهُ مُسلم

1838. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Yang paling dicintai oleh Allah diantara segala sesuatu yang ada dalam negeri-negeri itu ialah masjid-masjidnya, sedang yang paling dibenci diantara segala sesuatu yang ada dalam negeri itu ialah pasar-pasarnya." (Riwayat Muslim)

 

وَعَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسيِّ رضي اللَّه عَنْهُ منْ قَولِهِ قَال : لاَ تَكُونَنَّ إن اسْتَطعْتَ أوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ ، وَلا آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا ، فَإنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ ، وَبهَا ينْصُبُ رَايَتَهُ . رواهُ مسلم هكذا . ورَوَاهُ البرْقَانِي في صحيحه عَنْ سَلْمَانَ قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا تَكُنْ أوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ ، وَلا آخِرَ منْ يخْرُجُ مِنْهَا ، فِيهَا بَاضَ الشَّيْطَانُ وَفَرَّخَ » .

1839. Dari Salman al-Farisi radhiyallahu anhu, dari salah satu ucapannya, ia berkata: "Janganlah engkau sekali-kali menjadi orang yang paling pertama kali masuk pasar, jikalau engkau dapat, juga janganlah menjadi orang yang paling akhir keluar daripadanya, sebab sesungguhnya pasar itu adalah tempat pergulatan syaitan -maksudnya tempat keburukan seperti menipu, mengicuh, sumpah palsu dan lain-lain- dan di pasar itu pulalah syaitan itu menegakkan benderanya." Diriwayatkan oleh Imam Muslim sedemikian. Imam al-Barqani meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Salman, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Janganlah engkau menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan jangan pula menjadi orang yang akhir sekali keluar dari pasar itu. Di pasar itulah syaitan bertelur dan menetaskan anaknya." -ini adalah sebagai kiasan bahwa pasar itulah tempat berbagai kemaksiatan dilakukan.

 

Keterangan:

 

Maka dari itu seperlunya saja bila kita hendak masuk pasar, termasuk mini market, super market dan hyper market, bawa uang seperlunya saja karena syaitan akan menggoda agar kita beli barang ini, beli barang itu, padahal itu hanya godaan syaitan yang mana sesungguhnya barang tersebut tidak kita perlukan. Kita akan digoda syaitan didalam pasar sehingga kita jadi boros dalam membelanjakan uang. Allah swt telah berfirman, "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (Surat 17. AL ISRAA' - Ayat 27).

 

وعَنْ عاصِم الأحْوَلِ عَنْ عَبْدِ اللَّه بنِ سَرْجِسَ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ لِرَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : يَا رَسُولَ اللَّه غَفَرَ اللَّه لكَ ، قَالَ : « وَلَكَ » قَالَ عَاصِمٌ : فَقلْتُ لَهُ : اسْتَغْفَرَ لَكَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ؟ قَالَ : نَعَمْ وَلَكَ ، ثُمَّ تَلاَ هَذه الآيةَ : { واستغفِرْ لِذَنْبِكَ ولِلْمُؤمِنِينَ والمُؤْمِناتِ}  [ محمد : 19 ] ، رَواهُ مُسلم

1840. Dari Ashim al-Ahwal dari Abdullah bin Sarjis radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: "Ya Rasulullah, semoga Allah memberikan pengampunan kepada Tuan." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Juga kepadamu -semoga Allah memberikan pengampunan." Ashim berkata: "Saya berkata kepada Abdullah bin Sarjis: "Apakah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memohonkan pengampunan untukmu?" Ia menjawab: "Ya dan juga untukmu." Kemudian ia membacakan ayat ini -yang artinya: "Dan mohonlah pengampunan -kepada Allah- untuk melebur dosamu dan juga untuk sekalian orang-orang mu'min, baik lelaki ataupun perempuan." (Riwayat Muslim)

 

وَعَنْ أبي مسْعُودٍ الأنْصَارِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إنَّ مِمَّا أدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلامِ النُّبُوَّةِ الأولَى : إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنعْ مَا شِئْتَ » رواهُ البُخَاريُّ

1841. Dari Abu Mas'ud al-Anshari radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya sebagian dari apa-apa yang ditemukan oleh para manusia dari ucapan kenubuwatan -kenabian- yang pertama ialah: "Jikalau engkau tidak mempunyai rasa malu -untuk mengerjakan ke-burukan-, maka berbuatlah menurut kehendakmu." (Riwayat Bukhari)

 

وَعَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ يوْمَ الْقِيَامةِ في الدِّمَاءِ » مُتَّفَقٌ علَيْهِ

1842. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Pertama-tama persoalan yang diputuskan diantara sekalian manusia pada hari kiamat ialah dalam soal darah -yakni bunuh membunuh." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ عَائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « خُلِقَتِ المَلائِكَةُ مِنْ نُورٍ ، وَخلِقَ الجَانُّ مِنْ مَارِجٍ منْ نَارً ، وخُلِق آدمُ ممَّا وُصِفَ لَكُمْ » رواهُ مسلم

1843. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Malaikat itu diciptakan dari nur -yakni cahaya- dan jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedang Adam diciptakan dari apa yang sudah diterangkan kepadamu semua -yakni dari tanah." (Riwayat Muslim)

 

وَعنْهَا رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : « كَانَ خُلُقُ نبي اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الْقُرْآنَ » رواهُ مُسْلِم في جُمْلَةِ حدِيثٍ طويلٍ .

1844. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Budi pekerti Nabi shalallahu alaihi wasalam itu adalah sesuai dengan ajaran al-Quran." Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam serangkaian hadits yang panjang.

 

وَعَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ أحَبَّ لِقاءَ اللَّهِ أحبَّ اللَّه لِقَاءَهُ ، وَمنْ كَرِهَ لِقاءَ اللَّه كَرِهَ اللَّه لِقَاءَهُ » فَقُلْتُ : يَا رسُولَ اللَّه ، أكَرَاهِيَةُ الموْتِ ؟ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الموْتَ ، قَالَ : « لَيْس كَذَلِكَ ، وَلَكِنَّ المُؤمِنَ إذَا بُشِّر بِرَحْمَةِ اللَّه وَرِضْوانِهِ وَجنَّتِهِ أحَبَّ لِقَاءَ اللَّه ، فَأَحَبَّ اللَّه لِقَاءَهُ وإنَّ الْكَافِرَ إذَا بُشِّرَ بعَذابِ اللَّه وَسَخَطِهِ ، كَرِهَ لِقَاءَ اللَّه ، وَكَرِهَ اللَّه لِقَاءَهُ».رواه مسلم .

1845. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang ingin bertemu Allah, maka Allah juga ingin bertemu dengannya dan barangsiapa yang tidak senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga tidak senang untuk bertemu dengannya." Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah artinya tidak senang untuk bertemu dengan Allah itu ialah benci kepada kematian. Kalau begitu kita semuapun benci akan kematian itu?" Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Bukan demikian yang dimaksudkan. Tetapi seorang mu'min itu apabila diberi kegembiraan dengan kerahmatan Allah serta keridhaanNya, juga syurgaNya, maka ia ingin sekali bertemu dengan Allah, maka itu Allah juga ingin bertemu dengannya, sedang sesungguhnya orang kafir itu apabila diberi ancaman perihal siksanya Allah dan kemurkaanNya, maka ia tidak senang untuk bertemu dengan Allah itu dan oleh sebab itu Allah juga tidak senang untuk bertemu dengannya." (Riwayat Muslim)

 

وَعَنْ أُمِّ المُؤْمِنِينَ صَفِيَّةَ بنْتِ حُيَيٍّ رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مُعْتَكِفاً، فَأَتَيْتُهُ أزُورُهُ لَيْلاً . فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ لأنْقَلِب ، فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَني ، فَمَرَّ رَجُلانً مِنَ الأنْصارِ رضي اللَّه عَنْهُما ، فَلمَّا رَأيَا النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أسْرعَا . فَقَالَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « عَلَى رِسْلُكُمَا إنَّهَا صَفِيَّةُ بنتُ حُيَيٍّ » فَقالاَ : سُبْحَانَ اللَّه يَارسُولَ اللَّه ، فَقَالَ : « إنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإنِّي خَشِيتُ أنْ يَقذِفَ في قُلُوبِكُمَا شَرا ­ أوْ قَالَ : شَيْئاً ­ » متفقٌ عليه

1846. Dari Ummul mu'minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam pada suatu saat beri'tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali ke rumah. Tiba- tiba beliau shalallahu alaihi wasalam juga berdiri beserta saya untuk mengantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum Anshar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu keduanyapun bercepat-cepat menyingkir. Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Perlahan-lahanlah berjalan, hai saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay." Keduanya lalu berkata:"Subhanallah, ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni manusia- sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih)

 

Keterangan: Segeralah dalam mengklarifikasi suatu keadaan yang bisa menimbulkan fitnah, walaupun kita menganggap kita tidak melakukan dosa, tapi orang lain yang melihatnya bisa mengira yang bukan-bukan karena bisikan dari syaitan. Karena itulah Nabi segera klarifikasi kepada dua orang diatas bahwa yang berbicara dengannya adalah istri beliau sendiri, bukan wanita lain.

 

وَعَنْ أبي الفَضْل العبَّاسِ بنِ عَبْدِ المُطَّلِب رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : شَهِدْتُ مَعَ رسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَوْمَ حُنَين فَلَزمْتُ أنَا وَأبُو سُفْيَانَ بنُ الحارِثِ بنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لَمْ نفَارِقْهُ ، ورَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم علَى بغْلَةٍ لَهُ بَيْضَاءَ . فَلَمَّا الْتَقَى المُسْلِمُونَ وَالمُشْركُونَ وَلَّى المُسْلِمُونَ مُدْبِرِينَ ، فَطَفِقَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبل الْكُفَّارِ ، وأنَا آخِذٌ بِلِجَامِ بَغْلَةِ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَكُفُّهَا إرادَةَ أنْ لا تُسْرِعَ ، وأبو سُفْيانَ آخِذٌ بِركَابِ رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أيْ عبَّاسُ نادِ أصْحَابَ السَّمُرةِ » قَالَ العبَّاسُ ، وَكَانَ رَجُلاً صَيِّتاً : فَقُلْتُ بِأعْلَى صَوْتِي : أيْن أصْحابُ السَّمُرَةِ ، فَو اللَّه لَكَأنَّ عَطْفَتَهُمْ حِينَ سَمِعُوا صَوْتِي عَطْفَةَ الْبقَرِ عَلَى أوْلادِهَا ، فَقَالُوا : يالَبَّيْكَ يَالَبَّيْكَ ، فَاقْتَتَلُوا هُمْ والْكُفَارُ ، والدَّعْوةُ في الأنْصَارِ يقُولُونَ : يَا مَعْشَرَ الأنْصارِ ، يا مَعْشَر الأنْصَار ، ثُمَّ قَصُرَتِ الدَّعْوةُ عَلَى بنِي الْحَارِثِ بن الْخزْرَج . فَنَظَرَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُوَ علَى بَغْلَتِهِ كَالمُتَطَاوِل علَيْهَا إلَى قِتَالِهمْ فَقَال : « هَذَا حِينَ حَمِيَ الْوَطِيسُ » ثُمَّ أخَذَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حصياتٍ ، فَرَمَى بِهِنَّ وَجُوه الْكُفَّارِ ، ثُمَّ قَال : «انْهَزَمُوا وَرَبِّ مُحَمَّدٍ » فَذَهَبْتُ أنْظُرُ فَإذَا الْقِتَالُ عَلَى هَيْئَتِهِ فِيما أرَى ، فَواللَّه ما هُو إلاَّ أنْ رمَاهُمْ بِحَصَيَاتِهِ ، فَمَازِلْتُ أرَى حدَّهُمْ كَليلاً ، وأمْرَهُمْ مُدْبِراً . رواه مسلم

1847. Dari Abul Fadhl yaitu al-Abbas bin Abdul Muththalib radhiyallahu anhu, katanya: "Saya menyaksikan pada hari peperangan Hunain bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam Saya dan Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muththalib senantiasa tetap mengawani -posisinya dekat dengan- Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu. Jadi kita tidak pernah berpisah dengannya. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menaiki seekor baghal -sebangsa keledai, miliknya sendiri yang putih warnanya. Setelah kaum Muslimin dan kaum musyrikin bertemu, lalu kaum Muslimin sama menyingkir ke belakang mengundurkan diri. Mulailah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melarikan baghalnya menuju ke muka orang-orang kafir, sedang saya memegang kendali baghalnya RasuluIlah shalallahu alaihi wasalam, yang saya tahan-tahanlah kendalinya itu agar tidak terlampau cepat larinya. Abu Sufyan memegang sanggur di Rasulullah shalallahu alaihi wasalam Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hai Abbas, panggillah orang-orang yang mengikut Bai'atur Ridhwan di Samurah dulu." Al-Abbas berkata dan ia adalah seorang lelaki yang keras sekali suaranya: "Saya berseru dengan sekeras-keras suara saya: "Mana orang-orang yang ikut berbai'at di Samurah dulu." Maka demi Allah, seolah-olah penerimaan mereka ketika mendengar suara saya itu adalah bagaikan lembu yang menerima dengan senang hati akan anak-anaknya. Mereka berkata: "Ya labbaik, ya labbaik -artinya: Kita akan datang." Seterusnya mereka itu lalu berperang berhadap-hadapan dengan orang-orang kafir. Adapun undangan yang disampaikan kepada kaum Anshar ialah mereka berkata: "Hai seluruh kaum Anshar, hai seluruh kaum Anshar." Seterusnya terbataslah undangan itu kepada keluarga al-Harits bin al-Khazraj. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam yang di waktu itu sedang menaiki baghalnya melihat kepada jalannya peperangan itu sebagai seorang yang merasa terlampau lama saatnya pertempuran tadi. Kemudian beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Inilah saatnya berkecamuknya peperangan yang sedahsyat-dahsyatnya." Seterusnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu mengambil beberapa batu kerikil kemudian melemparkannya pada muka-muka kaum kafirin itu, terus berkata: "Hancur leburlah mereka semua demi Tuhannya Muhammad." Saya mulai memperhatikan suasananya tiba-tiba peperangan itu berlangsung terus sebagaimana keadaannya yang saya saksikan itu. Tetapi demi Allah, tiada lain hanyalah -karena- lemparan Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dengan kerikil-kerikil itu- yang menyebabkan suasana berubah sama sekali. Akhirnya sedikit demi sedikit, tidak henti-hentinya saya melihat bahwa kekuatan mereka menjadi lemah dan perkara merekapun membelakang -yakni bahwa mereka kalah dalam keadaan yang hina dina-." (Riwayat Muslim) Alwathis, arti asalnya ialah dapur api. Maknanya ialah bahwa peperangan itu berkecamuk dengan dahsyat sekali. Ucapannya: haddahum, dengan ha' muhmalah, artinya ialah kekuatan mereka.

 

وعَنْ أبي هُريْرَةَ رضي اللَّه عنْهُ قَالَ : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أيُّهَا النَّاسُ إنَّ اللَّه طيِّبٌ لا يقْبلُ إلاَّ طيِّباً ، وَإنَّ اللَّه أمَر المُؤمِنِينَ بِمَا أمَر بِهِ المُرْسلِينَ ، فَقَال تَعَالى : {يَا أيُّها الرُّسْلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّباتِ واعملوا صَالحاً } وَقَال تَعالَى : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمنُوا  كُلُوا مِنَ طَيِّبَات مَا رزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَر أشْعَثَ أغْبر يمُدُّ يدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ : يَاربِّ يَارَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرامٌ ، ومَشْرَبُه حرَامٌ ، ومَلْبسُهُ حرامٌ ، وغُذِيَ بِالْحَرامِ، فَأَنَّى يُسْتَجابُ لِذَلِكَ ، ؟ » رواه مسلم

1848. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu adalah Maha Baik, maka Allah tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Sesungguhnya Allah menyuruh kaum mu'minin sebagaimana yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian para Rasul, makanlah engkau semua dari apa-apa yang baik - yakni halal bendanya dan halal pula cara mengusahakannya serta beramal shalihlah engkau semua." (al-Mu'minun: 51). Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman, makanlah engkau semua akan yang baik-baik -yakni halal bendanya dan halal pula cara mengusahakannya- dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua." Selanjutnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menyebutkan seorang lelaki yang lama sekali menempuh perjalanan, keadaannya kusut masai, penuh debu. Ia mengangkatkan kedua tangannya ke langit sambil memohon: "Ya Tuhanku, ya Tuhanku," tetapi yang dimakannya haram, yang diminumnya haram, juga dulunya diberi makanan yang haram -oleh kedua orang tuanya, maka bagaimanakah orang sedemikian itu dapat dikabulkan doanya?" (Riwayat Muslim)

 

وَعنْهُ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ثَلاثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمْ اللَّه يوْمَ الْقِيَامةِ ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ ، وَلا ينْظُرُ إلَيْهِمْ ، ولَهُمْ عذَابٌ أليمٌ : شَيْخٌ زَانٍ ، ومَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِل مُسْتَكْبِرٌ » رواهُ مسلم

1849. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak berbicara oleh Allah -dengan pembicaraan yang menunjukkan keridhaan-, tidak pula disucikan -yakni diampuni dosanya- serta tidak dilihat olehNya -dengan pandangan kerahmatan- besok pada hari kiamat dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja -atau kepala negara- yang pendusta serta orang miskin yang berlagak sombong." (Riwayat Muslim) Al'ail yaitu orang fakir.

 

وَعَنْهُ رضي اللَّه عنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « سيْحَانُ وجَيْحَانُ وَالْفُراتُ والنِّيلُ كُلٌّ مِنْ أنْهَارِ الْجنَّةِ » رواهُ مسلم

1850. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Saihan, Jaihan, Furat dan Nil, semuanya itu adalah nama-nama sungai di syurga." (Riwayat Muslim)

 

وَعَنْهُ قَال : أخَذَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِيَدِي فَقَالَ : « خَلَقَ اللَّه التُّرْبَةَ يوْمَ السَّبْتِ، وخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الأحَد ، وخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الإثْنَيْنِ ، وَخَلَقَ المَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلاثَاءِ ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الأرْبَعَاءِ ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الخَمِيسِ ، وخَلَقَ آدَمَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوم الجُمُعَةِ في آخِرِ الْخَلْقِ في آخِرِ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إلى الَّليلِ » .رواه مسلم  

1851. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam mengambil tangan saya, lalu bersabda: "Allah menciptakan tanah -yakni bumi- itu pada hari Sabtu, di situ Allah menciptakan gunung-gunung pada hari Ahad -Minggu-, menciptakan pohon-pohon pada hari Senin, menciptakan apa-apa yang tidak disenangi pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu dan Allah menyebarkan binatang-binatang di bumi itu pada hari Kamis. Allah menciptakan Adam alaihi salam sesudah Ashar pada hari Jum'at, yaitu pada akhir penciptaanNya pada semua makhluk, pada akhir saat dari waktu siang yakni antara waktu Ashar sampai malam." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ أبي سُلَيْمَانَ خَالِدِ بنِ الْولِيدِ رضي اللَّه عَنْهُ قالَ : « لَقَدِ انْقَطَعَتْ في يَدِي يوْمَ مُؤتَةَ تِسْعَةُ أسْيافٍِ ، فَمَا بقِيَ في يدِي إلا صَفِيحةٌ يَمَانِيَّةٌ » .رواهُ البُخاري

1852. Dari Abu Sulaiman yaitu Khalid bin al-Walid radhiyallahu anhu, katanya: "Sesungguhnya telah putuslah -patah- di tanganku pada hari peperangan Mu'tah sebanyak sembilan buah pedang, maka yang masih tertinggal di tanganku tidak ada lain kecuali pedang bentuk buatan Yamani." (Riwayat Bukhari)

 

وعَنْ عمْرو بْنِ الْعَاص رضي اللَّه عنْهُ أنَّهُ سَمِع رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « إذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ ، فَاجْتَهَدَ ، ثُمَّ أصاب ، فَلَهُ أجْرانِ وإنْ حَكَم وَاجْتَهَدَ ، فَأَخْطَأَ ، فَلَهُ أجْرٌ» متفقٌ عَلَيْهِ

1853. Dari 'Amr bin al-'Ash radhiyallahu anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Apabila seorang hakim memberikan hukum -yakni keputusan- lalu ia berijtihad, kemudian benar -sesuai dengan kehendak agama Allah-, maka ia memperoleh dua pahala, sedang apabila ia memberikan hukum dan berijtihad lalu salah, maka ia memperoleh satu pahala." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْ عائِشَةَ رضي اللًَّه عَنْهَا أنَّ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « الْحُمَّى مِنْ فيْحِ جَهَنَّم فأبْرِدُوهَا بِالماَءِ » متفقٌ عليه

1854. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya penyakit panas itu berasal dari sebaran uap neraka Jahannam, maka dari itu dinginkanlah ia dengan menggunakan air." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنْهَا رضي اللَّه عَنْهَا عَنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ:«مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ » متفقٌ عَلَيْهِ

1855. Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, katanya: "Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia mempunyai tanggungan hutang puasa, maka bolehlah walinya berpuasa untuk menutupi hutangnya itu." (Muttafaq 'alaih) Menurut pendapat yang terpilih ialah bolehnya berpuasa untuk melunasi hutang puasa yang meninggal dunia karena berdasarkan hadits ini. Adapun yang dimaksud dengan perkataan wali -yang boleh mewakilkan puasanya itu- ialah keluarga yang berkedudukan sebagai ahli waris dari orang yang meninggal dunia tadi, ataupun yang bukan ahli warisnya.

 

وَعَنْ عَوْفِ بنِ مَالِكِ بنِ الطُّفَيْلِ أنَّ عَائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا حُدِّثَتْ أنَّ عَبْدَ اللَّه ابنَ الزَّبَيْر رضي اللَّه عَنْهُمَا قَالَ في بيْعٍ أوْ عَطَاءٍ أعْطَتْهُ عَائِشَةُ رضي اللَّه تَعالَى عَنْها : وَاللَّه لَتَنْتَهِيَنَّ عَائِشَةُ ، أوْ لأحْجُرَنَّ علَيْهَا ، قَالتْ : أهُوَ قَالَ هَذَا ؟ قَالُوا : نَعمْ ، قَالَتْ : هُو ، للَّهِ علَيَ نَذْرٌ أنْ لا أُكَلِّم ابْنَ الزُّبيْرِ أبَداً ، فَاسْتَشْفَع ابْنُ الزُّبيْرِ إليها حِينَ طالَتِ الْهجْرَةُ . فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ لا أُشَفَّعُ فِيهِ أبَداً ، ولا أتَحَنَّثُ إلَى نَذْري .  فلَمَّا طَال ذَلِكَ علَى ابْنِ الزُّبيْرِ كَلَّم المِسْورَ بنَ مخْرَمَةَ ، وعبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ الأسْوَدِ بنِ عبْدِ يغُوثَ وقَال لهُما : أنْشُدُكُما اللَّه لمَا أدْخَلْتُمَاني علَى عائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا ، فَإنَّهَا لاَ يَحِلُّ لَهَا أنْ تَنْذِر قَطِيعَتي ، فَأَقْبَل بهِ المِسْورُ ، وعَبْدُ الرًَّحْمن حَتَّى اسْتَأذَنَا علَى عائِشَةَ ، فَقَالاَ : السَّلاَمُ علَيْكِ ورَحمةُ اللَّه وبرَكَاتُهُ ، أَنَدْخُلُ ؟ قَالَتْ عَائِشَةُ : ادْخُلُوا . قَالُوا : كُلُّنَا ؟ قَالَتْ: نَعمْ ادْخُلُوا كُلُّكُمْ ، ولاَ تَعْلَمُ أنَّ معَهُما ابْنَ الزُّبَيْرِ ، فَلمَّا دخَلُوا ، دخَلَ ابْنُ الزُّبيْرِ الْحِجَابَ ، فَاعْتَنَقَ عائِشَةَ رضي اللَّه عنْهَا ، وطَفِقَ يُنَاشِدُهَا ويبْكِي ، وَطَفِقَ المِسْورُ ، وعبْدُ الرَّحْمنِ يُنَاشِدَانِهَا إلاَّ كَلَّمَتْهُ وقبَلَتْ مِنْهُ ، ويقُولانِ : إنَّ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم نَهَى عَمَّا قَدْ علِمْتِ مِنَ الْهِجْرةِ . وَلاَ يَحلُّ لمُسْلِمٍ أنْ يهْجُر أخَاهُ فَوْقًَ ثَلاثِ لَيَالٍ .  فَلَمَّا أكْثَرُوا علَى عَائِشَةَ مِنَ التَّذْكِرةِ والتَّحْرِيجِ ، طَفِقَتْ تُذَكِّرُهُما وتَبْكِي ، وتَقُولُ : إنِّي نَذَرْتُ والنَّذْرُ شَدِيدٌ ، فَلَمْ يَزَالا بَهَا حتَّى كَلَّمتِ ابْنِ الزُّبيْرِ ، وَأعْتَقَتْ في نَذْرِهَا أرْبعِينَ رقَبةً، وَكَانَتْ تَذْكُرُ نَذْرَهَا بعْدَ ذَلِكَ فَتَبْكِي حتَّى تَبُلَّ دُمُوعُهَا خِمارَهَا . رواهُ البخاري

1856. Dari Auf bin Malik bin at-Thufail bahwasanya Aisyah radhiallahu 'anha diberitahu bahwasanya Abdullah bin az-Zubair radhiallahu 'anhuma berkata dalam suatu pembelian atau suatu pemberian yang diberikan oleh Aisyah radhiallahu 'anha: "Demi Allah, sesungguhnya Aisyah harus suka menghentikan ini atau kalau tidak suka, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan berbicara padanya -yakni tidak menyapanya." Aisyah berkata: "Benarkah Abdullah bin az-Zubair berkata demikian." Orang-orang berkata: "Ya." Aisyah lalu berkata: "Saya bernazar karena Allah terhadap dirinya yaitu saya tidak akan berbicara dengan anak az-Zubair itu selama-lamanya." Abdullah bin az-Zubair meminta pertolongan untuk dapat bercakap-cakap lagi dengan Aisyah itu ketika keadaan tidak saling menyapa tadi sudah berjalan lama. Tetapi Aisyah tetap berkata: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan menerima permintaan tolongnya itu dan saya tidak akan melanggar sumpah dalam nazar saya ini." Ketika peristiwa itu sudah dirasa amat lama sekali bagi Abdullah bin az-Zubair, lalu ia berbicara kepada al-Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al- Aswad bin Abdu Yaghuts dan berkata kepada kedua orang itu: "Saya meminta kepada saudara berdua, supaya engkau berdua dapat memasukkan saya di tempat Aisyah radhiallahu 'anha, sebab sesungguhnya ia tidak halal hukumnya untuk bernazar terus memutuskan hubungan kekeluargaan dengan saya." Al-Miswar dan Abdur Rahman menerima permintaannya itu, sehingga pada suatu ketika keduanya meminta izin pada Aisyah -dan Abdullah bin az-Zubair ikut serta. Keduanya berkata: Assalamu 'alaiki wa rahmatullahi wa barakatuh, apakah kita semua boleh masuk?" Aisyah berkata: "Masuklah semua." Mereka berkata: "Kita semuakah boleh masuk itu?" Ia menjawab: "Ya, masuklah engkau semua." Aisyah radhiallahu 'anha tidak mengerti bahwa Abdullah bin az-Zubair menyertai kedua orang tersebut. Setelah semuanya masuk, lalu Abdullah bin az-Zubair langsung masuk ke dalam tabir -sebab Aisyah radhiallahu 'anha ada di balik tabir kalau menemui lelaki dan Abdullah bin az-Zubair itu adalah kemanakannya sendiri yakni anak Asma', saudarinya. Abdullah segera merangkul Aisyah -bibinya- radhiallahu 'anha dan mulailah meminta-minta -agar dimaafkan kesalahannya- sambil menangis. Al-Miswar dan Abdur Rahman juga meminta-minta -supaya dimaafkan, kemudian suka bercakap-cakap lagi dengannya dan menerima permintaan maafnya itu. Keduanya berkata bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam melarang apa yang dilakukan dalam hal tidak suka menyapanya itu. Juga bahwasanya seorang Muslim itu tidak halal untuk meninggalkan saudaranya -yaitu tidak menyapa- lebih dari tiga hari." Setelah orang-orang itu semuanya banyak-banyak dalam memberikan peringatan dan perihal remehnya soal yang menyebabkan tidak menyapa tadi, lalu Aisyah radhiallahu 'anha mulai memberitahukan kepada keduanya itu perihal nazarnya, kemudian ia menangis dan berkata: "Sesungguhnya saya telah bernazar dan nazar itu adalah berat tanggungannya." Keduanya tidak henti-hentinya memberikan peringatan dan akhirnya Aisyah radhiallahu 'anha suka berbicara lagi dengan Abdullah bin az-Zubair. Untuk menebus denda sumpah nazarnya -yang dilanggar- itu Aisyah radhiallahu 'anha memerdekakan empat puluh orang hamba sahaya -sebenarnya yang wajib hanyalah memerdekakan seorang hamba sahaya saja-, tetapi oleh sebab sangat taqwanya kepada Allah, lalu ia berbuat demikian. Aisyah selalu ingat saja akan nazarnya dulu setelah peristiwa kembali baik, kemudian menangis, sampai-sampai kerudungnya itu menjadi basah oleh airmatanya." (Riwayat Bukhari)

 

Keterangan: Karena emosi, seringkali seseorang berkata sesuatu yang mungkin akan memberatkannya dikemudian hari. Karena itu hati-hatilah dengan apa yang diucapkan, apalagi itu berupa nazar dan sumpah, karena bila dilanggar ada kafaratnya.

 

وعَنْ عُقْبَةَ بنِ عامِر رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم خَرجَ إلَى قَتْلَى أُحُدٍ . فَصلَّى علَيْهِمْ بعْد ثَمان سِنِين كالمودِّع للأحْياءِ والأمْواتِ ، ثُمَّ طَلَعَ إلى المِنْبر ، فَقَالَ : إنِّي بيْنَ أيْدِيكُمْ فَرَطٌ وأنَا شهيد علَيْكُمْ وإنَّ موْعِدَكُمُ الْحوْضُ ، وَإنِّي لأنْظُرُ إليه مِنْ مَقامِي هَذَا، وإنِّي لَسْتُ أخْشَى عَلَيْكُمْ أنْ تُشْركُوا ، ولَكِنْ أخْشَى عَلَيْكُمْ الدُّنيا أنْ تَنَافَسُوهَا» قَالَ: فَكَانَتْ آخِرَ نَظْرَةٍ نَظَرْتُهَا إلَى رَسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، متفقٌ عليه .

وفي روايةٍ : « وَلَكِنِّي أخْشَى علَيْكُمْ الدُّنيَا أنْ تَنَافَسُوا فِيهَا ، وتَقْتَتِلُوا فَتَهْلِكُوا كَما هَلَكًَ منْ كَان قَبْلكُمْ » قَالَ عُقبةُ : فَكانَ آخِر ما رَأيْتُ رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَلَى المِنْبرِ . وفي روَايةٍ قال : « إنِّي فَرطٌ لَكُمْ وأنَا شَهِيدٌ علَيْكُمْ ، وَإنِّي واللَّه لأنْظُرُ إلَى حَوْضِي الآنَ ، وإنِّي أُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ خَزَائِن الأرضِ ، أوْ مَفَاتِيحَ الأرْضِ ، وَإنَّي واللَّهِ مَا أَخَافُ علَيْكُمْ أنْ تُشْرِكُوا بعْدِي ولَكِنْ أخَافُ علَيْكُمْ أنْ تَنَافَسُوا فِيهَا » .

1857. Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pergi keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam mendoakan mereka setelah terkubur selama delapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau shalallahu alaihi wasalam naik ke mimbar lalu bersabda: "Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh -sebuah danau di syurga. Sesungguhnya saya dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan menjadi orang musyrik -sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba dalam mengejar keduniaan." Uqbah berkata: "Itulah yang merupakan pandangan saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam" (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba mengejar keduniaan dan engkau semua lalu saling perang memerangi, sehingga menyebabkan engkau semua rusak binasa sebagaimana rusak binasanya orang yang sebelummu semua dahulu." Uqbah berkata: "Itulah yang terakhir kali saya melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berdiri di atas mimbar." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya sayalah yang dahulu sekali meninggalkan engkau semua dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya saya dapat melihat pada Haudhku itu sekarang. Sesungguhnya saya juga dikaruniai segala kunci perbendaharaan bumi serta kunci-kunci kekayaan bumi. Demi Allah, tidak ada yang saya takutkan untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan berlaku musyrik sepeninggalku nanti, tetapi saya takut kalau engkau semua sama berlomba-lomba mengejar keduniaan." Yang dimaksudkan dengan shalat kepada orang-orang yang mati dalam peperangan Uhud itu ialah berdoa, jadi bukan shalat sebagaimana yang dimaklumi itu.

 

وعَنْ أبي زَيْدٍ عمْرُو بنِ أخْطَبَ الأنْصَارِيِّ رضي اللَّه عَنْهُ قَال : صلَّى بنا رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الْفَجْر ، وَصعِدَ المِنْبَرَ ، فَخَطَبنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظُّهْرُ ، فَنَزَل فَصَلَّى . ثُمَّ صَعِدَ المِنْبَر فخطب حَتَّى حَضَرتِ العصْرُ ، ثُمَّ نَزَل فَصَلَّى ، ثُمًَّ صعِد المنْبر حتى غَرَبتِ الشَّمْسُ، فَأخْبرنا مَا كان ومَا هُوَ كِائِنٌ ، فَأَعْلَمُنَا أحْفَظُنَا . رواهُ مُسْلِمٌ

1858. Dari Abu Zaid yaitu 'Amr bin Akhthab al-Anshari radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bershalat dengan kita semua yaitu shalat Subuh, lalu beliau naik mimbar, kemudian berkhutbah di hadapan kita, sehingga datanglah waktu Zuhur, terus turun dan bershalat. Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam naik mimbar lagi terus berkhutbah sehingga datanglah waktunya shalat Asar, lalu turun dan bershalat. Sehabis itu beliau shalallahu alaihi wasalam naik mimbar lagi sehingga terbenamlah matahari. Beliau shalallahu alaihi wasalam memberitahukan kepada kita apa yang telah terjadi dan apa-apa yang bakal terjadi. Maka orang yang terpandai diantara kita -dengan ayat-ayat Allah, itu pulalah yang paling banyak hafalannya." (Riwayat Muslim)

 

وعنْ عائِشَةَ رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ : قال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ نَذَرَ أن يُطِيع اللَّه فَلْيُطِعْهُ ، ومَنْ نَذَرَ أنْ يعْصِيَ اللَّه ، فلا يعْصِهِ » رواهُ البُخاري

1859. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang bernazar akan taat kepada Allah, maka wajiblah ia taat kepadaNya dan barangsiapa yang bernazar hendak bermaksiat kepada Allah, maka wajiblah ia tidak bermaksiat padaNya." (Riwayat Bukhari)

 

وَعنْ أُمٍِّ شَرِيكٍ رضي اللَّه عنْهَا أن رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أمرَهَا بِقَتْلِ الأوزَاغِ ، وقَال: « كَانَ ينْفُخُ علَى إبْراهيمَ » متفقٌ عَلَيْهِ

1860. Dari Ummu Syarik radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memerintahnya supaya membunuh wazagh dan beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Wazagh itu dahulu pernah meniup-niup api pada Ibrahim -supaya lebih menyala." (Muttafaq 'alaih) Arti wazagh lihat hadits no.1861 dibawah.

 

وَعنْ أبي هُريرةَ رضي اللَّهُ عنْهُ قَال : قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « منْ قَتَلَ وزَغَةً في أوَّلِ ضَرْبةٍ ، فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حسنَةً ، وَمَنْ قَتَلَهَا في الضَّرْبَةِ الثَّانِية ، فَلَهُ كَذَا وكَذَا حَسنَةً دُونَ الأولَى ، وإنَّ قَتَلَهَا في الضَّرْبةِ الثَّالِثَةِ ، فَلَهُ كَذاَ وَكَذَا حَسَنَةً » وفي رِوَايةٍ : « مَنْ قَتَلَ وزَغاً في أوَّلِ ضَرْبةِ ، كُتِبَ لَهُ مائةُ حسَنَةٍ ، وَفي الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ ، وفي الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ » . رواه مسلم .

1861. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian dan barangsiapa yang membunuhnya dalam pukulan kedua, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian, tetapi di bawah yang pertama. Kemudian kalau ia dapat membunuhnya dalam pukulan ketiga kalinya, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian." Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka dicatatlah untuknya seratus kebaikan dan dalam pukulan kedua di bawahnya itu dan dalam pukulan ketiga di bawahnya itu pula." (Riwayat Muslim) Ahli lughah -bahasa- berkata: Arti wazagh ialah sejenis toke yang besar-besar. Jadi bukan cicak yang lazim ada di rumah itu.

 

Keterangan:

 

Ada pendapat lain bahwa yang termasuk wazagh adalah cicak, yang biasa menempel didinding dan langit-langit rumah. Kotorannya seringkali ditemukan di kusen jendela, sela-sela buku, diatas lemari, disela-sela antara dinding dan lemari, dibawah tempat tidur, dan tempat-tempat lainnya yang jarang digunakan. Bahkan kadangkala di bak mandi tempat untuk bersuci pun suka ada kotorannya. Pernah juga saya mengalami ada kotoran cicak di peci saya, sehingga membersihkannya jadi harus dicuci, padahal jenis kain peci bila dicuci dengan air maka ia jadi tidak halus lagi. Untuk membunuhnya, bisa menggunakan pukulan sandal tepat didaerah kepalanya. Karena cicak dan toke kakinya bisa menempel lengket ke dinding/atap, maka kita dapat menyemprotnya dulu dengan air yang dicampur sabun/shampo, agar kakinya jadi licin kemudian jatuhlah ia ke lantai. Gunakan sprayer atau alat semprot manual yang biasa digunakan untuk menyemprot tanaman bunga, karena ujungnya bisa diatur sehingga air yang keluar bisa fokus menuju sasaran. Setelah cicak disemprot, ia akan jatuh kelantai, kemudian ia akan berusaha berlari-lari dilantai, namun kurang cepat karena kakinya masih licin. Maka pukul segera dengan sandal di daerah kepalanya. Bila kena badannya, pukul sekali lagi ke daerah kepalanya. Jangan membunuhnya dengan cara dibakar, karena Rasulullah telah melarang menyiksa dan membunuh mahluk hidup dengan cara dibakar, hanya Allah saja yang berhak menyiksa mahlukNya dengan metode pembakaran. Membunuh dengan sekali pukul akan meringankan rasa sakit pada cicak atau toke itu, karena itu pahalanya paling banyak daripada membunuh dengan dua kali pukulan atau lebih. Setelah 3 hari pencarian dan pembunuhan cicak, maka cicak-cicak lainnya akan bersembunyi atau bahkan kabur keluar rumah, sehingga rumahpun jadi bebas cicak.

 

وَعَنْ أبي هُريْرَةَ رضي اللَّه عَنْهُ أنَّ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال : « قَال رَجُلٌ لأتَصدقَنَّ بِصَدقَةِ ، فَخَرجَ بِصَدقَته ، فَوَضَعَهَا في يَدِ سَارِقٍ ، فَأصْبحُوا يتَحدَّثُونَ : تَصَدِّقَ الليلة علَى سارِقٍ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لأتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ ، فَخَرَجَ بِصَدقَتِهِ ، فَوَضَعَهَا في يدِ زانيةٍ، فَأصْبَحُوا يتَحدَّثُونَ  تُصُدِّق اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زانِيَةٍ ؟، لأتَصَدَّقَنَّ بِصدقة ، فَخَرَجَ بِصَدقَتِهٍِ ، فَوَضَعهَا في يد غَنِي ، فأصْبَحُوا يتَحدَّثونَ : تُصٌُدِّقَ علَى غَنِيٍّ ، فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ علَى سارِقٍ ، وعَلَى زَانِيةٍ ، وعلَى غَنِي ، فَأتِي فَقِيل لَهُ: أمَّا صدَقَتُكَ علَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أنْ يَسْتِعفَّ عنْ سرِقَتِهِ ، وأمَّا الزَّانِيةُ فَلَعلَّهَا تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وأمًا الْغنِيُّ فَلَعلَّهُ أنْ يعْتَبِر ، فَيُنْفِقَ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ » رَواهُ البخاري بلفظِهِ ، وَمُسْلِمٌ بمعنَاهُ

1862. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada seorang lelaki berkata: "Sesungguhnya saya akan bersedekah dengan sesuatu sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya, lalu diletakkannya di tangan seorang pencuri. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang pencuri." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah segala puji-pujian, sesungguhnya saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang wanita pezina -pelacur. Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang wanita pezina." Orang tadi berkata: "Ya Allah, segala puji-pujian adalah bagiMu atas seorang wanita pezina. Tetapi sesungguhnya saya akan bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." Iapun keluarlah dengan membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang kaya. Pagi-pagi orang-orang bercakap-cakap lagi: "Tadi malam itu disedekahkan kepada orang kaya." Orang itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah, segala puji-pujian atas seorang pencuri, seorang pelacur dan seorang kaya." Kemudian didatangkanlah suatu impian padanya dan dikatakan kepadanya: "Adapun sedekahmu kepada pencuri itu, barangkali ia akan menahan dirinya dari pencurian, adapun yang kepada wanita pelacur, maka barangkali ia menahan diri dari perzinaannya, sedang yang kepada orang kaya, maka barangkali ia dapat mengambil cermin teladan dengan perbuatanmu itu, lalu ia suka menafkahkan sebagian dari apa-apa yang dikaruniakan oleh Allah padanya." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan lafaznya dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan uraian yang semakna dengan di atas itu.

 

« وعنه قال كنا مع رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في دعوة فرفع إليه الذراع وكانت تُّعجبه فَنَهسَ منها نَهَسةَ وقال : أنا سيد الناس يوم الْقِيَامَةِ ، هَلْ تَدْرُونَ مِمَّ ذَاكَ ؟ يَجْمعُ اللَّه الأوَّلِينَ والآخِرِينَ في صعِيدٍ وَاحِد ، فَيَنْظُرُهمُ النَّاظِرُ ، وَيُسمِعُهُمُ الدَّاعِي ، وتَدْنُو مِنْهُمُ الشَّمْسُ ، فَيَبْلُغُ النَّاسُ مِنَ الْغَمِّ والْكَرْبِ مَالاَ يُطيقُونَ وَلاَ يحْتَمِلُونَ ، فَيَقُولُ النَّاسُ : أَلاَ تَروْنَ إِلى مَا أَنْتُمْ فِيهِ ، إِلَى ما بَلَغَكُمْ ؟ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يشْفَعُ لَكُمْ إِلى رَبَّكُمْ ؟

فيَقُولُ بعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ : أبُوكُمْ آدَمُ ، ويأتُونَهُ فَيَقُولُونَ : يَا أَدمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشرِ ، خَلَقَك اللَّه بيِدِهِ ، ونَفخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ ، وأَمَرَ المَلائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ وَأَسْكَنَكَ الْجَنَّةَ ، أَلا تَشْفعُ لَنَا إِلَى ربِّكَ ؟ أَلاَ تَرى مَا نَحْنُ فِيهِ ، ومَا بَلَغَنَا ؟ فَقَالَ : إِنَّ رَبِّي غَضِبَ غضَباً لَمْ يغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ . وَلاَ يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ ، وَإِنَّهُ نَهَاني عنِ الشَّجَرةِ ، فَعَصَيْتُ . نَفْسِي نَفْسِي نَفْسي . اذهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ . فَيَأْتُونَ نُوحاً فَيقُولُونَ : يَا نُوحُ ، أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُل إِلى أَهْلِ الأرْضِ ، وَقَدْ سَمَّاك اللَّه عَبْداً شَكُوراً ، أَلا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا بَلَغَنَا ، أَلاَ تَشْفَعُ لَنَا إِلَى رَبِّكَ؟ فَيَقُولُ : إِنَّ ربِّي غَضِبَ الْيوْمَ غَضَباً لمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَأَنَّهُ قدْ كانَتْ لِي دَعْوةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي ، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي ، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ .  فَيْأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ : يَا إِبْرَاهِيمُ أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأرْضِ ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ ؟ فَيَقُولُ لَهُمْ : إِنَّ ربِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَباً لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي كُنْتُ كَذَبْتُ ثَلاَثَ كَذْبَاتٍ نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى .  فَيأْتُونَ مُوسَى ، فَيقُولُون : يا مُوسَى أَنْت رسُولُ اللَّه ، فَضَّلَكَ اللَّه بِرِسالاَتِهِ وبكَلاَمِهِ على النَّاسِ ، اشْفعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ ، أَلاَ تَرَى إِلى مَا نَحْنُ فِيهِ ؟ فَيَقول إِنَّ ربِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَباً لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي قَدْ قتَلْتُ نَفْساً لَمْ أُومرْ بِقْتلِهَا. نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي ، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى عِيسى . فَيَأْتُونَ عِيسَى . فَيقُولُونَ : يا عِيسى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكلمتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَريم ورُوحٌ مِنْهُ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ في المَهْدِ . اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ . أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ ، فيَقولُ : : إِنَّ ربِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَباً لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ ، وَلمْ يَذْكُرْ ذنْباً ، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي ، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي ، اذْهَبُوا إِلَى مُحمَّد صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم . فيأْتون محَمداً صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم .

وفي روايةٍ : « فَيَأْتُوني فيَقُولُونَ : يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رسُولُ اللَّهِ ، وَخاتَمُ الأَنْبِياءَ ، وقَدْ غَفَرَ اللَّه لَكَ ما تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَما تَأخَّر ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى ربِّكَ ، أَلاَ تَرَى إِلَى ما نَحْنُ فِيهِ ؟ فَأَنْطَلِقُ ، فَآتي تَحْتَ الْعَرْشِ ، فأَقَعُ سَاجِداً لِربِّي » ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّه عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ ، وحُسْن الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئاً لِمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي ثُمَّ يُقَالُ : يَا مُحَمَّدُ ارفَع رأْسكَ ، سَلْ تُعْطَهُ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ ، فَأَرفَعُ رَأْسِي ، فَأَقُولُ أُمَّتِي يَارَبِّ ، أُمَّتِي يَارَبِّ ، فَيُقَالُ : يامُحمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتك مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ الْباب الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وهُمْ شُركَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِويَ ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ » ثُمَّ قال : « وَالَّذِي نَفْسِي بِيدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ المصراعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْن مَكَّةَ وَهَجَر ، أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى » متفقٌ عليه.

1863. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Kita semua berada bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, lalu dihidangkanlah untuk beliau shalallahu alaihi wasalam sebuah hasta -daging lengan- dan Beliau memang sangat menyukainya. Beliau shalallahu alaihi wasalam menggigitnya sekali gigitan kemudian bersabda: "Saya adalah penghulu sekalian manusia besok pada hari kiamat, apakah engkau semua mengerti, apakah sebabnya demikian itu?" Allah akan mengumpulkan seluruh manusia yang dahulu-dahulu dan yang belakangan di suatu tanah, kemudian dilihat oleh orang yang melihat dan dapat memperdengarkan kepada orang-orang itu orang yang mengundang. Matahari dekat sekali dengan mereka itu. Sekalian manusia mendapatkan kesusahan dan kesengsaraan, sehingga dirasakannya tidak kuat lagi menahannya dan tidak tahan lagi terhadap penderitaan itu. Para manusia itu lalu berkata: "Adakah engkau semua tidak mengetahui, hingga bagaimanakah keadaan yang sama-sama engkau semua alami ini? Apakah engkau semua tidak memikirkan kepada siapakah yang kiranya dapat memberikan syafaat untukmu semua kepada Tuhanmu?" Setengah manusia ada yang berkata kepada yang lainnya: Abukum Adam yakni ayo menuju ke bapakmu semua yaitu Nabi Adam. Para manusia lalu mendatangi Nabi Adam, kemudian berkata: "Wahai Nabi Adam, Anda itu adalah bapak dari seluruh manusia. Allah telah menciptakan bapak dengan tangan kekuasaanNya. Allah telah meniupkan dalam tubuh bapak dengan ruhNya. Allah juga memerintah kepada para malaikat untuk menghormat kepada bapak, mereka lalu bersujud -menghormat- bapak dan memberikan tempat syurga kepada bapak. Sudilah kiranya bapak memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan. Adakah bapak tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini dan hingga bagaimanakah kesengsaraan kita semua ini?" Nabi Adam lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Allah sudah melarang kepadaku akan suatu pohon, tetapi kulanggarlah larangan itu. Diriku, diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Silakan pergi saja kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Nuh. Para manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata: "Wahai Nabi Nuh, Anda adalah pertama-tama Rasul yang ada di atas permukaan bumi. Allah telah memberikan nama kepada Anda dengan sebutan "Hamba yang sangat banyak bersyukurnya." Adakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini? Adakah Anda tidak mengetahui hingga bagaimana kesengsaraan kita ini? Sudilah kiranya Anda memberikan pertolongan untuk kita semua dari Tuhan Anda." Nabi Nuh lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saja aku ini memiliki suatu doa mustajab, kemudian kupakai untuk mendoakan kerusakan bagi kaumku -yakni dengan adanya siksa berupa banjir sedunia. Diriku, diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Ibrahim. Para manusia lalu mendatangi Nabi Ibrahim, kemudian berkata: "Wahai Nabi Ibrahim, Anda itu adalah Nabinya Allah, juga sebagai kekasihnya dari golongan penghuni bumi. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan Anda. Adakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami sekarang ini." Nabi Ibrahim menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini sudah pernah berdusta sampai tiga kali banyaknya.[1] Diriku, diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku, pergilah kepada Nabi Musa." Para manusia lalu mendatangi Nabi Musa, kemudian berkata: "Wahai Nabi Musa, Anda itu adalah utusan Allah. Allah telah mengaruniakan keutamaan kepada Anda dengan risalat dan firman-Nya melebihi orang-orang lain. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan Anda. Adakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini?" Nabi Musa menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini pernah membunuh seorang manusia yang saya tidak diperintah untuk membunuhnya. Diriku, diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Isa." Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa, lalu berkata: "Wahai Nabi Isa, Anda itu adalah utusan Allah dan kalimatnya disampaikan kepada Maryam dan anda itupun ruh dari Allah. Anda telah memberikan sabda kepada orang banyak ketika masih dalam buaian. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan Anda. Apakah Anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini?" Nabi Isa lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini dan belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini." Nabi Isa tidak menyebutkan sesuatu dosa yang pernah dibuatnya. Diriku, diriku, diriku sendiri -belum tentu selamat. Pergilah engkau semua kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Muhammad. Para manusia terus pergi mendatangi Muhammad shalallahu alaihi wasalam –di dalam riwayat lain diterangkan: Para manusia lalu mendatangi aku, kemudian berkata: "Wahai Nabi Muhammad, Anda itu adalah pesuruh Allah dan penutup sekalian Nabi. Allah sungguh-sungguh telah mengaruniakan pengampunan kepada dosa-dosa Anda yang sudah-sudah dan yang akan datang. Sudilah kiranya Anda memberikan syafaat untuk kita kepada Tuhan Anda. Adakah Anda belum mengetahui keadaan yang sedang kita alami sekarang ini?" Sayapun lalu berangkat sampai datang di bawah 'Arasy, selanjutnya sayapun bersujudlah kepada Tuhanku. Di kala itu Allah membukakan padaku dari puji-pujianNya serta keindahan penghargaan pujian terhadap hadhiratNya. Yang sedemikian ini adalah suatu keadaan yang belum pernah dibukakan oleh Allah kepada siapapun sebelum ini. Selanjutnya lalu dikatakan: "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Ajukanlah permohonan dan pasti akan dikabulkan permohonanmu itu. Mintalah untuk dapat memberikan syafaat dan pasti engkau akan diberi izin untuk memberi syafaat itu." Selanjutnya saya lalu mengangkat kepalaku, kemudian memohonkan: "Ummat hamba, ya Tuhan; umat hamba, ya Tuhan; umat hamba, ya Tuhan." Setelah itu lalu diucapkan: "Hai Muhammad, masukkanlah orang-orang yang tidak diperlukan untuk dihisab lagi dari umatmu itu dari pintu sebelah kanan. Orang-orang itupun juga sebagai kawan-kawan para manusia yang akan masuk dari pintu selain pintu kanan." Nabi shalallahu alaihi wasalam meneruskan sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku dalam tanganNya -kekuasaanNya, sesungguhnya jauh jaraknya antara dua lipatan pintu dari semua lipatan-lipatan pintu-pintu syurga itu adalah sama jauhnya dengan jarak antara Makkah dan Hajar, atau seperti jarak antara Makkah dan Bushra." (Muttafaq 'alaih)

 

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا قَالَ : جاءَ إِبْرَاهِيمُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِأُمِّ إِسْمَاعِيل وَبابنِهَا إِسْمَاعِيلَ وَهِي تُرْضِعُهُ حَتَّى وَضَعَهَا عِنْدَ الْبَيْتِ عِنْدَ دَوْحَةٍ فوْقَ زَمْزَمَ في أَعْلَى المسْجِدِ ، وَلَيْسَ بمكَّةَ يَؤْمئذٍ أَحَدٌ وَلَيْسَ بِهَا مَاءٌ ، فَوضَعَهَمَا هُنَاكَ ، وَوضَع عِنْدَهُمَا جِرَاباً فِيه تَمرٌ ، وسِقَاء فيه مَاءٌ .  ثُمَّ قَفي إِبْرَاهِيمُ مُنْطَلِقاً ، فتَبِعتْهُ أُمُّ إِسْماعِيل فَقَالَتْ : يا إِبْراهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وتَتْرُكُنَا بهَذا الْوادِي ليْسَ فِيهِ أَنيسٌ ولاَ شَيءٌ ؟ فَقَالَتْ لَهُ ذَلكَ مِراراً ، وجعل لاَ يلْتَفِتُ إِلَيْهَا ، قَالَتْ لَه: آللَّهُ أَمركَ بِهذَا ؟ قَالَ : نَعَمْ . قَالَت : إِذًا لا يُضَيِّعُنا ، ثُمَّ رجعتْ .فَانْطَلقَ إِبْراهِيمُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، حَتَّى إِذا كَانَ عِنْدَ الثَّنِيَّةِ حيْثُ لا يَروْنَهُ . اسْتَقْبل بِوجْههِ الْبيْتَ، ثُمَّ دعا بهَؤُلاءِ الدَّعواتِ ، فَرفَعَ يدَيْه فقَالَ : { رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتي بِوادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ } حتَّى بلَغَ {يشْكُرُونَ} . وجعلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيل تُرْضِعُ إِسْماعِيل ، وتَشْربُ مِنْ ذَلِكَ المَاءِ ، حتَّى إِذَا نَفِدَ ما في السِّقَاءِ عطشت وعَطِش ابْنُهَا ، وجعلَتْ تَنْظُرُ إِلَيْهِ يتَلوَّى ­ أَوْ قَالَ : يتَلَبَّطُ فَانْطَلَقَتْ كَراهِيةَ أَنْ تَنْظُر إِلَيْهِ ، فَوجدتِ الصَّفَا أَقْرَبَ جبَلٍ في الأرْضِ يلِيهَا ، فَقَامتْ علَيْهِ ، ثُمَّ استَقبَلَتِ الْوادِيَ تَنْظُرُ هَلْ تَرى أَحداً ؟ فَلَمْ تَر أَحداً . فهَبطَتْ مِنَ الصَّفَا حتَّى إِذَا بلَغَتِ الْوادِيَ ، رفَعتْ طَرفَ دِرْعِهِا ، ثُمَّ سَعتْ سعْي الإِنْسانِ المجْهُودِ حتَّى جاوزَتِ الْوَادِيَ ، ثُمَّ أَتَتِ المرْوةَ ، فقامتْ علَيْهَا ، فنَظَرتْ هَلْ تَرى أَحَداً؟ فَلَمْ تَر أَحَداً ، فَفَعَلَتْ ذَلِكَ سَبْع مرَّاتٍ.  قَال ابْنُ عبَّاسٍ رَضِي اللَّه عنْهُمَا : قَال النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « فَذَلِكَ سعْيُ النَّاسِ بيْنَهُما » . فلَمَّا أَشْرفَتْ علَى المرْوةِ سَمِعـتْ صوتاً ، فَقَالَتْ : صهْ ­ تُرِيدُ نَفْسهَا ­ ثُمَّ تَسمَعَتْ ، فَسمِعتْ أَيْضاً فَقَالتْ : قَدْ أَسْمعْتَ إِنْ كَانَ عِنْدكَ غَواثٌ .فأَغِث .  فَإِذَا هِي بِالملَكِ عِنْد موْضِعِ زمزَم ، فَبحثَ بِعقِبِهِ ­ أَوْ قَال بِجنَاحِهِ ­ حَتَّى ظَهَرَ الماءُ، فَجعلَتْ تُحوِّضُهُ وَتَقُولُ بِيدِهَا هَكَذَا ، وجعَلَتْ تَغْرُفُ المَاءَ في سِقَائِهَا وهُو يفُورُ بَعْدَ ما تَغْرفُ وفي روايةٍ : بِقَدرِ ما تَغْرِفُ .  قَال ابْنُ عبَّاسٍ رضِيَ اللَّه عَنْهُمَا : قالَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « رحِم اللَّه أُمَّ إِسماعِيل لَوْ تَركْت زَمزَم ­ أَوْ قَالَ : لوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنَ المَاءِ ، لَكَانَتْ زَمْزَمُ عيْناً معِيناً قَال فَشَرِبتْ ، وَأَرْضَعَتْ وَلَدهَا .

فَقَال لَهَا الملَكُ : لاَ تَخَافُوا الضَّيْعَة فَإِنَّ هَهُنَا بَيْتاً للَّهِ يبنيه هَذَا الْغُلاَمُ وأَبُوهُ ، وإِنَّ اللَّه لا يُضيِّعُ أَهْلَهُ ، وَكَانَ الْبيْتُ مُرْتَفِعاً مِنَ الأَرْضِ كَالرَّابِيةِ تأْتِيهِ السُّيُولُ ، فتَأْخُذُ عنْ يمِينِهِ وَعَنْ شِمالِهِ .  فَكَانَتْ كَذَلِكَ حتَّى مرَّتْ بِهِمْ رُفْقَةٌ مِنْ جُرْهُمْ ، أو أَهْلُ بيْتٍ مِنْ جُرْهُمٍ مُقْبِلين مِنْ طَريقِ كَدَاءَ ، فَنَزَلُوا في أَسْفَلِ مَكَةَ ، فَرَأَوْا طَائراً عائفاً فَقَالُوا : إِنَّ هَذا الطَّائِر ليَدُورُ عَلى ماء لَعهْدُنَا بِهذا الوادي وَمَا فِيهِ ماءَ فَأرسَلُوا جِريّاً أَوْ جَرِيَّيْنِ ، فَإِذَا هُمْ بِالماءِ ، فَرَجَعُوا فَأَخْبَرُوهم فَأقْبلُوا ، وَأُمُّ إِسْماعِيلَ عند الماءَ ، فَقَالُوا : أَتَأْذَنِينَ لَنَا أَنْ ننزِلَ عِنْدكَ ؟ قَالتْ: نَعَمْ ، ولكِنْ لا حَقَّ لَكُم في الماءِ ، قَالُوا : نَعَمْ .  قَال ابْنُ عبَّاسٍ : قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « فَأَلفي ذلكَ أُمَّ إِسماعِيلَ ، وَهِي تُحِبُّ الأُنْسَ .  فَنزَلُوا ، فَأَرْسلُوا إِلى أَهْلِيهِم فنَزَلُوا معهُم ، حتَّى إِذا كَانُوا بِهَا أَهْل أَبياتٍ ، وشبَّ الغُلامُ وتَعلَّم العربِيَّةَ مِنهُمْ وأَنْفَسَهُم وأَعجَبهُمْ حِينَ شَبَّ ، فَلَمَّا أَدْركَ ، زَوَّجُوهُ امرأَةً منهُمْ ، ومَاتَتْ أُمُّ إِسمَاعِيل .

فَجَاءَ إبراهِيمُ بعْد ما تَزَوَّجَ إسماعِيلُ يُطالِعُ تَرِكَتَهُ فَلم يجِدْ إِسْماعِيل ، فَسأَل امرأَتَهُ عنه فَقَالت ْ: خَرَجَ يبْتَغِي لَنَا ­ وفي رِوايةٍ : يصِيدُ لَنَا­ ثُمَّ سأَلهَا عنْ عيْشِهِمْ وهَيْئَتِهِم فَقَالَتْ: نَحْنُ بَشَرٍّ ، نَحْنُ في ضِيقٍ وشِدَّةٍ ، وشَكَتْ إِليْهِ ، قَال : فإذا جاءَ زَوْجُكِ ، اقْرئى عَلَيْهِ السَّلام، وقُولي لَهُ يُغَيِّرْ عَتبةَ بابهِ .  فَلَمَّا جاءَ إسْماعيلُ كَأَنَّهُ آنَسَ شَيْئاً فَقَال : هَلْ جاءَكُمْ منْ أَحَدٍ ؟ قَالَتْ : نَعَمْ ، جاءَنَا شَيْخٌ كَذا وكَذا ، فَسأَلَنَا عنْكَ ، فَأخْبَرْتُهُ ، فَسألني كَيْف عيْشُنا ، فَأخْبرْتُهُ أَنَّا في جَهْدٍ وشِدَّةٍ. قَالَ : فَهَلْ أَوْصاكِ بشَيْءِ ؟ قَالَتْ : نَعمْ أَمَرني أَقْرَأ علَيْكَ السَّلامَ ويَقُولُ : غَيِّرْ عَتبة بابكَ . قَالَ : ذَاكِ أَبي وقَدْ أَمرني أَنْ أُفَارِقَكِ ، الْحَقِي بأَهْلِكِ . فَطَلَّقَهَا ، وتَزَوَّج مِنْهُمْ أُخْرى . فلَبِث عَنْهُمْ إِبْراهيم ما شَاءَ اللَّه ثُمَّ أَتَاهُم بَعْدُ ، فَلَمْ يجدْهُ ، فَدَخَل على امْرَأتِهِ ، فَسَأَل عنْهُ . قَالَتْ : خَرَج يبْتَغِي لَنَا . قَال : كَيْفَ أَنْتُمْ ، وسألهَا عنْ عيْشِهِمْ وهَيْئَتِهِمْ فَقَالَتْ : نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسعةٍ وأَثْنتْ على اللَّهِ تَعالى ، فَقَال : ما طَعامُكُمْ ؟ قَالَتْ : اللَّحْمُ . قَال : فَما شَرابُكُمْ ؟ قَالَتِ : الماءُ . قَال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لهُمْ في اللَّحْم والماءِ ، قَال النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : «وَلَمْ يكنْ لهُمْ يوْمَئِذٍ حُبٌّ وَلَوْ كَانَ لهُمْ دَعَا لَهُمْ فيهِ » قَال : فَهُما لاَ يخْلُو علَيْهِما أَحدٌ بغَيْرِ مكَّةَ إِلاَّ لَمْ يُوافِقاهُ .

وفي روايةٍ فَجاءَ فَقَالَ : أَيْنَ إِسْماعِيلُ ؟ فَقَالَتِ امْرأتُهُ : ذَهبَ يَصِيدُ ، فَقَالَتِ امْرأَتُهُ: أَلا تَنْزِلُ ، فتَطْعَم وتَشْربَ ؟ قَالَ : وما طعامُكمْ وما شَرابُكُمْ ؟ قَالَتْ : طَعَامُنا اللَّحْـمُ ، وشَرابُنَا الماءُ . قَال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ في طَعامِهمْ وشَرَابِهِمْ قَالَ : فَقَالَ أَبُو القَاسِم صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: «بركَةُ دعْوةِ إِبراهِيم صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم » قَالَ : فَإِذا جاءَ زَوْجُكِ ، فاقْرئي علَيْهِ السَّلامَ وَمُريهِ يُثَبِّتْ عتَبَةَ بابهِ .  فَلَمَّا جاءَ إِسْماعِيلُ ، قَال : هَلْ أَتَاكُمْ منْ أَحد ؟ قَالتْ : نَعَمْ ، أَتَانَا شيْخٌ حَسَن الهَيئَةِ وَأَثْنَتْ عَلَيْهِ ، فَسَأَلَني عنْكَ ، فَأَخْبرتُهُ ، فَسأَلَني كيفَ عَيْشُنَا فَأَخبَرْتُهُ أَنَّا بخَيرٍ . قَالَ : فأَوْصَاكِ بِشَيْءٍ ؟ قَالَتْ : نَعَمْ ، يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلامَ ، ويأْمُرُكَ أَنْ تُثَبِّتَ عَتَبَة بابكَ. قَالَ : ذَاكِ أَبي وأنتِ الْعَتَبةُ أَمرني أَنْ أُمْسِكَكِ . ثُمَّ لَبِثَ عنْهُمْ ما شَاءَ اللَّه ، ثُمَّ جَاءَ بعْد ذلكَ وإِسْماعِيلُ يبْرِي نَبْلاً لَهُ تَحْتَ دَوْحةٍ قريباً مِنْ زَمْزَمَ ، فَلَمَّا رآهُ ، قَامَ إِلَيْهِ ، فَصنعَ كَمَا يصْنَعُ الْوَالِد بِالْولَدُ والوالد بالْوالدِ ، قَالِ : يا إِسْماعِيلُ إِنَّ اللَّه أَمرني بِأَمْرٍ ، قَال : فَاصْنِعْ مَا أَمركَ ربُّكَ ؟ قَال : وتُعِينُني ، قَال : وأُعِينُكَ ، قَالَ : فَإِنَّ اللَّه أَمرنِي أَنْ أَبْني بيْتاً ههُنَا ، وأَشَار إِلى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعةٍ على ما حَوْلهَا فَعِنْد ذلك رَفَعَ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبيْتِ ، فَجَعَلَ إِسْماعِيل يأتي بِالحِجارَةِ ، وَإبْراهِيمُ يبْني حتَّى إِذا ارْتَفَعَ الْبِنَاءُ جَاءَ بِهَذا الحجرِ فَوضَعَهُ لَهُ فقامَ عَلَيْهِ ، وَهُو يبْني وإسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الحِجَارَة وَهُما يقُولاَنِ : « ربَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ » .

وفي روايةٍ : إِنَّ إبْراهِيم خَرَج بِإِسْماعِيل وأُمِّ إسْمَاعِيل ، معَهُم شَنَّةٌ فِيهَا ماءٌ فَجَعلَتْ أُم إِسْماعِيلَ تَشْربُ مِنَ الشَّنَّةِ ، فَيَدِرُّ لَبنُهَا على صبِيِّهَا حَتَّى قَدِم مكَّةَ . فَوَضَعهَا تَحْتَ دَوْحةٍ ، ثُمَّ رَجَع إِبْراهيمُ إِلى أَهْلِهِ ، فاتَّبعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ حَتَّى لمَّا بلغُوا كَداءَ نادَتْه مِنْ ورائِــه : يَا إِبْرَاهيمُ إِلى منْ تَتْرُكُنَا ؟ قَالَ : إِلى اللَّهِ ، قَالَتْ : رضِيتُ بِاللَّهِ .  فَرَجعتْ ، وَجعلَتْ تَشْرَبُ مِنَ الشَّنَّةِ ، وَيَدرُّ لَبَنُهَا عَلى صَبِيِّهَا حَتَّى لمَّا فَنى الماءُ قَالَتْ : لَوْ ذَهبْتُ ، فَنَظَرْتُ لعَلِّي أحِسُّ أَحَداً ، قَالَ : فَذَهَبَتْ فصعِدت الصَّفا . فَنَظَرتْ وَنَظَرَتْ هَلْ تُحِسُّ أَحداً ، فَلَمْ تُحِسَّ أحداً ، فَلَمَّا بلَغَتِ الْوادي ، سعتْ ، وأَتتِ المرْوةَ، وفَعلَتْ ذلكَ أَشْواطاً ، ثُمَّ قَالَتْ : لو ذهَبْتُ فنَظرْتُ ما فَعلَ الصَّبيُّ ، فَذَهَبتْ ونَظَرَتْ ، فإِذَا هُوَ على حَالهِ كأَنَّهُ يَنْشَغُ للمَوْتِ ، فَلَمْ تُقِرَّهَا نفْسُهَا . فَقَالَت : لَوْ ذَهَبْتُ ، فَنَظَرْتُ لعلي أَحِسُّ أَحداً ، فَذَهَبَتْ فصَعِدتِ الصَّفَا ، فَنَظَرتْ ونَظَرتْ ، فَلَمْ تُحِسُّ أَحَداً حتَّى أَتمَّتْ سَبْعاً ، ثُمَّ قَالَتْ : لَوْ ذَهَبْتُ ، فَنَظَرْتُ مَا فَعل . فَإِذا هِيَ بِصوْتٍ . فَقَالَتْ : أَغِثْ إِنْ كان عِنْدَكَ خيْرٌ فإِذا جِبْرِيلُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم  فقَال بِعَقِبهِ هَكَذَا ، وغمزَ بِعقِبه عَلى الأرْض ، فَانْبثَقَ الماءُ فَدَهِشَتْ أُمُّ إسْماعِيلَ فَجعلَتْ تَحْفِنُ ­ وذكَرَ الحَدِيثَ بِطُولِهِ .رواه البخاري بهذِهِ الرواياتِ كلها .

1864. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibrahim alaihi salam datang -di Makkah yang dulu disebut Faran- dengan membawa ibunya Ismail -yakni Hajar- serta anaknya lelaki yakni Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim alaihi salam menempatkan istrinya itu di dekat Baitullah, di sisi sebuah pohon besar yang ada di sebelah atas Zamzam yaitu di Masjidil Haram yang sebelah atas sendiri. Di Makkah pada saat itu belum ada seorangpun dan di situ tidak pula ada airnya. Di situlah Ibrahim alaihi salam menempatkan istri dan puteranya. Di sisi kedua orang ini olehnya diletakkanlah suatu wadah -dari kulit- berisi kurma dan sebuah tempat air yang berisi air. Ibrahim alaihi salam lalu membelakang -yakni meninggalkan Hajar dan Ismail- terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya, lalu berkata: "Kemanakah Anda hendak pergi dan mengapa Anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada seorangpun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apapun?" Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim alaihi salam sama sekali tidak menoleh kepadanya. Kemudian Hajar berkata: "Adakah Allah yang memerintahkan Anda berbuat semacam ini?" Ibrahim alaihi salam menjawab: "Ya." Hajar berkata: "Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita." Ibu Ismail lalu kembali ke tempatnya semula. Ibrahim alaihi salam berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah -di daerah Hajun, di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka -yakni Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah, terus berdoa dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau alaihi salam mengangkatkan kedua tangannya, lalu mengucapkan, sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran, yang artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkan keturunanku di suatu lembah yang tiada berpohon -yakni tandus," sampai pada: "semoga mereka itu bersyukur." Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan iapun haus, juga anaknyapun haus pula. Ibu itu melihat anaknya bergulung-gulung di tanah, atau katanya: bergulat dengan tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu, lalu ibunya itu berangkat karena tidak tahan melihat keadaan anaknya semacam itu. Hajar melihat sekelilingnya dan tampaklah olehnya bahwa Shafa adalah sedekat-dekat gunung di bumi yang ada di samping dirinya, iapun lalu menuju ke puncak gunung ini dan berdiri di atasnya, kemudian ia menghadap ke lembah, melihat di situ, kalau-kalau dapat melihat seorang manusia, tetapi tidak ada. Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi, iapun mengangkat gamisnya, terus berjalan lagi bagaikan jalannya seseorang yang sedang dalam kesukaran -yakni berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada seorang manusia yang dapat dilihat olehnya. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah." Ibnu Abbas berkata: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Oleh sebab itu para manusia -dalam mengerjakan ibadah haji meneladan kelakuan Hajar tersebut, bersa'i -yakni berlari-lari kecil -antara Shafa dan Marwah." Keduanya ini bukan gunung yang sebenarnya, tetapi hanyalah tanah yang agak meninggi letaknya. Ibnu Abbas melanjutkan keterangannya: "Setelah ia berada di atas Marwah -yakni tujuh perjalanan yang terakhir, lalu ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata: "Diamlah" yang dimaksudkan ialah kepada dirinya sendiri -yang disuruh diam untuk memperhatikan suara apa itu. Selanjutnya didengarlah dengan penuh perhatian, lalu sekali lagi dapat didengarnya suara tersebut. Iapun terus berkata: "Anda telah memperdengarkan suara kepada saya, maka segerakanlah memberikan pertolongan kepada kita, jikalau memang sengaja akan memberikan pertolongan." Tiba-tiba di situ tampaklah oleh Hajar ada seorang malaikat di dekat tempat sumur zamzam -yang di waktu itu belum keluar airnya. Malaikat itu meneliti dengan kakinya, atau katanya: Dengan sayapnya, sehingga keluarlah airnya. Hajar mulai bekerja membuat tempat air itu bagaikan bentuk danau -yang dibulatkan- dan dengan tangannya ia mengerjakan itu sedang mulutnya mengucapkan: "Ah, beginilah yang saya harapkan." Hajar menciduk air itu dan meletakkannya dalam tempat airnya. Air zamzam itu terus menyumber dengan derasnya setelah diciduk olehnya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Dengan sekedar cidukan yang dilakukan oleh Hajar." Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Semoga Allah memberikan kerahmatanNya kepada ibu Ismail, andaikata ia meninggalkan zamzam itu -yakni tidak diciduknya, niscaya akan meluap airnya ke seluruh bumi." Atau sabdanya: "Andaikata ibu Ismail itu tidak menciduk air zamzam tadi, sesungguhnya zamzam itu akan merupakan mata air yang dapat mengalir hebat -yakni dapat memenuhi seluruh permukaan bumi." Ibnu Abbas melanjutkan: "Ibu Ismail lalu minum dan dapat lagi menyusui anaknya." Malaikat berkata kepadanya: "Janganlah Anda takut akan binasa disini, sebab disini nanti akan didirikanlah sebuah Rumah Allah -yakni Baitullah- yaitu Ka'bah. Yang mendirikan ialah anak ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbakti kepada Allah -yang tentu menginginkan berziarah ke Baitullah ini." Tempat Baitullah itu meninggi di atas bumi, bagaikan tanah tinggi, yang akan didatangi oleh beberapa banjir, lalu merusak sebagian kanan dan sebagian kirinya. Demikianlah keadaan Hajar dengan anaknya, sehingga pada suatu ketika berlalulah di tempat mereka itu sekelompok kawanan yang sedang mengadakan perjalanan dari golongan suku Jurhum. Atau yang datang itu adalah sekeluarga dari golongan suku Jurhum yang menuju ke suatu tempat dari jalan Kada'. Mereka turun -yakni berhenti- di bagian bawah kota Makkah. Mereka melihat ada burung sedang terbang seolah-olah mengelilingi air. Kata mereka: "Burung ini pastilah terbang mengelilingi suatu mata air. Sesungguhnya tempat keamanan kita adalah di lembah ini, sebab ada air di tempat itu. Selanjutnya dikirimkanlah seorang atau dua orang utusan yang dapat berlari cepat menuju lembah tersebut dan mereka benar-benar dapat menemukan tempat air. Utusan-utusan itu kembali terus memberitahukan kepada orang-orang Jurhum. Mereka semua datang mendekati dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada di tempat air tersebut. Mereka berkata: "Apakah Anda suka mengizinkan kita kalau berdiam saja di sisi Anda di sini?" Ia menjawab: "Baiklah, tetapi sama sekali engkau semua tidak ada hak atas air ini." Mereka berkata: "Baiklah." Kedatangan orang-orang Jurhum itu berkenan sekali dalam hati ibu Ismail, karena sebenarnya ia senang untuk berkawan. Orang-orang Jurhum itu menyuruh semua keluarganya supaya datang di situ dan akhirnya semuanyapun berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orang Jurhum itu banyak yang ahli dalam ilmu persyairan -yakni puisi dan kesusasteraan bahasa Arab. Anak Hajar -yakni Ismail- makin hari makin besar dan belajar bahasa Arab dari mereka. Anak ini menimbulkan kegembiraan serta membuat mereka menjadi takjub setelah ia tumbuh sebagai seorang pemuda. Setelah Ismail cukup dewasa, mereka mengawinkannya dengan seorang wanita dari suku Jurhum itu. Sementara itu ibu Ismail -yakni Hajar- wafatlah." Ibnu Abbas berkata: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ibrahim alaihi salam datang -di Makkah- setelah Ismail sudah kawin. Ia mengamat-amati apa-apa yang terjadi dalam rumah setelah ditinggal pergi oleh Ismail, karena Ibrahim tidak dapat berjumpa dengan anaknya itu. Ibrahim bertanya kepada istrinya, ke mana perginya, lalu dijawab: "Ia keluar mencari sesuatu untuk kami." Dalam riwayat lain disebutkan: "Keluar untuk berburu guna kepentingan kami." Kemudian Ibrahim menanyakan kepada istrinya perihal kehidupan mereka dalam rumah tangga dan keadaan sehari-harinya. Istrinya menjawab: "Nasib kita buruk sekali, yakni dalam keadaan serba sukar dan penuh kesengsaraan." Wanita itu mengadukan halnya kepada mertuanya tadi. Ibrahim lalu berkata: "Nanti jikalau suamimu telah datang, maka sampaikanlah ucapan salam daripadaku dan katakanlah padanya, supaya ia mengubah bandul pintunya -ini adalah kiasan daripada seorang istri. Setelah Ismail datang, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu fikirannya, lalu ia berkata: "Apakah ada seorang yang tadi datang di tempat ini?" Istrinya menjawab: "Ya. Kita didatangi oleh seorang tua yang sifatnya demikian, demikian, iapun bertanya kepada kami perihal diri Anda, lalu saya beritahukan yang sebenarnya. Selanjutnya ia bertanya lagi kepada saya, bagaimanakah perihal kehidupan kita. Saya memberitahukan padanya bahwasanya kita hidup dalam keadaan penuh kesengsaraan dan kesukaran. Ismail bertanya: "Apakah orang tua itu tidak memesankan sesuatu padamu?" Istrinya menjawab: "Ya, orang tua itu menyuruh saya supaya saya sampaikan ucapan salamnya kepada Anda dan berkata -dalam pesannya: "Ubahlah bandul pintumu." Ismail berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan beliau telah memerintahkan kepada saya supaya saya menceraikan engkau. Maka itu temui kembalilah keluargamu." Ismail menceraikan istrinya itu, kemudian kawin lagi dengan seorang perempuan lain. Ibrahim tetap meninggalkan mereka itu dalam waktu yang di kehendaki oleh Allah, kemudian mendatangi mereka lagi sesudah itu, tetapi kali inipun ia tidak menemukan anaknya. Ia masuk rumahnya dan ditemui oleh istrinya, lalu menanyakan kepada istrinya itu perihal Ismail, Ia berkata: "Ia sedang keluar untuk mencari rezeki guna kita semua." Ibrahim bertanya: "Bagaimanakah keadaan penghidupanmu semua." Ia menanyakan perihal kehidupan serta keadaan sehari-hari yang mereka alami. Istrinya menjawab: "Kita semua dalam keadaan baik dan rezeki yang cukup luas." Wanita inipun banyak memuji kepada Allah atas segala kenikmatan yang diberikan olehNya. Ibrahim bertanya: "Apakah yang engkau semua makan." Istrinya menjawab: "Daging." Tanyanya lagi: "Apakah yang engkau semua minum?" Ia menjawab: "air." Ibrahim berdoa: "Ya Allah, berilah keberkahan kepada mereka ini dalam makanan dagingnya dan minuman airnya." Seterusnya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Di kalangan mereka -penduduk Makkah- di waktu itu tidak ada biji-bijian, andaikata ini ada, tentulah Ibrahim juga mendoakan keberkahan biji-bijian itu untuk mereka." Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Maka tidak seorangpun yang tidak mencampurkan daging dan air itu dalam makanannya untuk selain di Makkah, melainkan keduanya itu tidak akan mencocokinya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Ibrahim datang, lalu berkata: "Manakah Ismail?" Istrinya menjawab: "Ia pergi untuk berburu." Istrinya berkata: "Tidakkah bapak suka singgah dulu di sini untuk makan dan minum?" Ibrahim bertanya: "Apakah makananmu dan apakah minumanmu?" Ia menjawab: "Makanan kita adalah daging dan minuman kita adalah air." Ibrahim lalu berdoa: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada mereka akan makanan serta minuman mereka." Ibnu Abbas berkata: "Abul Qasim -yaitu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam- bersabda: "Itulah dengan sebab berkah doanya Ibrahim alaihi salam" Ibrahim berkata: "Jikalau suamimu datang maka sampaikanlah ucapan salamku padanya dan perintahkanlah padanya supaya ditetapkan saja bandul pintunya." Setelah Ismail datang, ia berkata: "Apakah ada seorang yang datang di tempatmu ini?" Istrinya menjawab: "Ya, ada seorang tua yang baik sekali keadaan pakaiannya." Wanita itu banyak mengeluarkan pujian pada orang tua tersebut. Selanjutnya ia berkata: "Ia bertanya kepadaku tentang hal-ihwal diri Anda. Kemudian saya beritahukan hal itu kepadanya. Lalu bertanya: "Bagaimanakah keadaan hidup kita, lalu saya memberitahukan bahwasanya kita dalam keadaan baik-baik saja." Ismail bertanya: "Apakah orang tua tadi memesan sesuatu padamu?" Ia menjawab: "Ya, ia menyampaikan ucapan salam pada Anda dan memerintahkan kepada Anda supaya Anda menetapkan bandul rumahnya." Ismail berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan yang dimaksudkan bandul pintu adalah engkau. Jadi ia menyuruh kepada saya supaya tetap memegangmu sebagai istri." Ibrahim berdiam meninggalkan mereka selama waktu yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala, kemudian datang pulalah sesudah itu. Di waktu kedatangan Ibrahim itu, Ismail sedang meraut sebuah anak panah yang sedang dibuatnya, yaitu di bawah sebuah pohon besar di dekat sumur zamzam. Setelah dilihatnya, iapun berdirilah menyongsongnya, kemudian keduanya berbuat sebagaimana seorang ayah terhadap anaknya dan sebagai anak terhadap ayahnya. Sehabis itu Ibrahim berkata: "Hai Ismail, sesungguhnya Allah menyuruh kepadaku akan sesuatu perkara." Ismail berkata: "Kalau begitu, lakukanlah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepada bapak itu!" Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan memberikan pertolongan padaku untuk itu?" Ia menjawab: "Ya, saya akan menolong bapak." Ibrahim berkata lagi: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku, supaya saya mendirikan sebuah rumah -yakni bait- di sana itu." Ibrahim menunjuk pada suatu bidang tanah yang tinggi. Di atas sekitar tanah itulah rumah itu didirikan. Pada waktu itu ia meninggikan pundamen -pondasi- bait tersebut. Jadi Ismail yang datang dengan membawakan batunya, sedang Ibrahim yang mendirikannya. Sehingga setelah bangunan itu telah tinggi, datanglah beliau dengan membawa batu ini - yakni almaqam, lalu batu itu diletakkan. Ibrahim berdiri di atasnya dan beliau sedang mendirikan bait dan Ismail memberikan batunya, keduanya sambil mengucapkan: Rabbana taqabbal minna innaka antas sami'ul 'alim artinya: Ya Allah, terimalah amalan kita ini, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui.

 

Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Ibrahim keluar dengan membawa Ismail -yang masih bayi- dan ibu Ismail -yakni Hajar. Beserta mereka adalah sebuah tempat untuk isi air. Ibu Ismail minum dari wadah air itu lalu meluaplah air susunya untuk diberikan kepada bayinya itu, sehingga datanglah di Makkah. Ibrahim meletakkan istrinya di bawah sebuah pohon besar. Selanjutnya Ibrahim pun pulanglah kembali ke tempat keluarganya di Syam. Ia diikuti oleh ibu Ismail, sehingga setelah mereka sampai di tanah Kada', istrinya memanggilnya dari belakang: "Hai Ibrahim, kepada siapakah kita ini Anda serahkan, kalau Anda meninggalkan kita." Ibrahim menjawab: "Kepada Allah." Istrinya berkata: "Kalau begitu saya ridha dengan Allah, sebagai Zat yang diserahi." Ia lalu kembali dan masih terus dapat minum air dari wadah air yang di bawahnya tadi dan air susunyapun tetap meluap untuk diberikan kepada bayinya. Kemudian setelah air itu habis, ia berkata: "Andaikata saya pergi ke situ, lalu saya melihat-lihat ke sana ke mari, barangkali ada seorang yang dapat saya temukan." Ibnu Abbas berkata: "Hajar lalu pergi menaiki bukit Shafa, ia melihat ke sana ke mari dan terus memperhatikan, barangkali ia dapat menemukan seorang, tetapi tidak seorangpun yang di temuinya. Setelah ia sampai di lembah dan berlari kecil serta mendatangi bukit Marwah, kemudian mengerjakan sedemikian itu pergi balik sampai tiga kali, kemudian ia berkata: "Baiklah saya pergi menengok apa yang dilakukan oleh anak bayiku." Iapun pergilah, lalu dilihatnya anak itu sedang dalam keadaannya yang amat berat seolah-olah ia merintih-rintih dengan suara keras lalu perlahan. Hatinya tidak tenang, kemudian berkata: "Sebaiknya saya pergi lagi sekali, saya akan melihat ke sana ke mari, barangkali saya menemukan seseorang." Ia pergi lagi, kemudian naik bukit Shafa, terus melihat dan memperhatikan sekelilingnya, tetapi tidak seorangpun yang dijumpai olehnya, sehingga lari kecilnya antara Shafa dan Marwah itu lengkap tujuh kali pergi balik. Ia berkata pula: "Cobalah saya melihat apa yang dilakukan bayi itu." Tiba-tiba ia mendengar suatu suara, lalu ia berkata: "Tolonglah, jikalau Anda mempunyai sesuatu kebaikan." Sekonyong-konyong Jibril alaihi salam tampak di situ, lalu ia berbuat sesuatu dengan kakinya dan berkata: "Nah, beginilah." Jibril alaihi salam memasukkan kakinya di bumi lalu memancarlah airnya. Ibu Ismail amat keheranan menyaksikan itu, sehingga iapun memenuhi kedua tapak tangannya dengan air dan dimasukkan dalam wadah airnya." Selanjutnya diuraikanlah hadits ini selengkapnya yang panjang. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan riwayat-riwayat ini seluruhnya. Addawhah ialah pohon besar. Ucapannya: qaffa artinya meninggalkan dan membelakangi. Aljariyyu yaitu utusan, sedang alfa ialah menemukan. Ucapannya yansyaghu, yaitu merintih dengan suara keras dan perlahan.

 

وعنْ سعِيدِ بْنِ زيْدٍ رضِي اللَّه عنْهُ قَال : سمِعتُ رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ : «الْكَمأَةُ مِنَ المنِّ ، وماؤُهَا شِفَاءٌ للْعَينِ » متفقٌ عليه

1865. Dari Said bin Zaid radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: Kam'ah -tanaman sebangsa manisan- getahnya cair semacam madu,[2] sedang airnya dapat digunakan sebagai obat penyakit mata." (Muttafaq 'alaih)


Catatan Kaki:

 

[1] Perihal dustanya Nabiyullah Ibrahim alaihi salam sebagaimana yang dikatakannya sendiri ada tiga kali banyaknya itu, ceritanya adalah sebagai berikut: 1. Nabi Ibrahim alaihi salam pernah berkata kepada ayahnya: Inni saqim -Saya ini sakit, padahal sebenarnya tidak, tetapi ini terpaksa harus beliau alaihi salam katakan, karena beliau alaihi salam itu diajak menyembah sesuatu yang selain Allah Ta'ala yakni berhala, bersama-sama dengan Raja Namrudz. 2. Nabi Ibrahim alaihi salam merusak dan memukuli berhala-berhala yang dipuja serta disembah oleh Raja Namrudz yang musyrik itu, sampai rusak binasa seluruhnya dan ditinggalkan sebuah saja, yakni yang terbesar sekali. Ketika masyarakat menjadi ramai dan memperkatakan bahwa beliau alaihi salam yang berbuat pengrusakan itu, lalu beliau alaihi salam ditanya oleh Raja Namrudz, benarkah beliau alaihi salam yang merusak. Beliau alaihi salam menjawab: Bal fa'alahu kabiruhum hadza -yang membuat kerusakan ialah berhala yang besar sendiri itu, padahal sebenarnya memang beliau alaihi salam itulah yang mengerjakan pengrusakan tadi. 3. Pada suatu hari Nabiyullah Ibrahim alaihi salam sedang berpergian dengan istrinya yang bernama Sarah, sehingga akhirnya datanglah di suatu negeri yang rajanya itu amat suka sekali kepada golongan kaum wanita yang cantik secara berlebih-lebihan. Hampir setiap melihat wanita elok, pasti dipinang untuk dijadikan istrinya dan wanita itupun wajib suka dan tunduk kepada kehendaknya. Ketika beliau alaihi salam bertemu dengan raja itu, lalu ditanya, siapakah wanita yang menyertainya itu. Sudah pastilah beliau alaihi salam akan disiksa atau mungkin juga akan dibunuh, sekiranya mengatakan yang sebenarnya yakni bahwa Sarah itu betul-betul istrinya. Oleh sebab itu beliau alaihi salam berkata, demi untuk melindungi diri dan keselamatan jiwanya: Dia Ukhti -saudariku. Padahal sebenarnya adalah istrinya dan bukan saudarinya. Cerita mengenai bab ini masih panjang lanjutannya, tetapi oleh sebab buku ini disusun bukan untuk maksud ini, sebaiknya diringkaskan sampai di sini saja.

 

[2] Almannu dapat diartikan madu, yaitu sebangsa madu yang diberikan oleh Tuhan kepada kaum bani Israil, ketika mereka sedang kebingungan dalam padang pasir Tiih dulu. Tetapi dapat pula diartikan karunia atau kenikmatan Tuhan. Jadi menurut arti kedua ini, maka makna hadits di atas ialah: Kam'ah itu termasuk kenikmatan -yang dikaruniakan oleh Allah pada para hambaNya- dan airnya dapat digunakan sebagai obat penyakit mata.". Wallahu a'lam.