ARBAIN HADITS KETIGA BELAS
PERSAUDARAAN IMAN DAN ISLAM
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits :
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Takhrij
- Imam Bukhari dalam Shahihnya No. 13
- Imam Muslim dalam Shahihnya No. 45
- Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 2515
- Imam Ibnu Majah dalam Sunannya No. 66
- Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 12801, 13874
- Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 3182, 3257
- Imam Ad Darimi dalam Sunannya No. 2740
- Imam Abdullah bin Mubarak dalam Az Zuhd No.
- Imam Al Qudha’I dalam Musnad Asy Syihab No. 889
- Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 11125
- Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath No. 8288, 8854, juga dalam Musnad Asy Syamiyyin No. 2592
- Imam Ibnu Mandah dalam Al Iman No. 296
Hakikat Penafian Iman
Penafian iman mencakup menafikan iman secara keseluruhan atau hanya menafikan
kesempurnaan imannya. Suatu amalan yang menyebabkan pelakunya dinafikan imannya
menunjukkan bahwa amalan tersebut merupakan amal kekafiran atau dosa besar. Dalam
hadits ini penafian iman yang dimaksud adalah penafian atas kesempurnaan iman.
Mencintai Saudara Muslim Laksana
Mencintai Diri Sendiri
Seorang muslim wajib merasa senang jika saudaranya memiliki agama yang baik.
Dia senang jika saudaranya memiliki aqidah yang benar, tutur kata yang bagus
dan perbuatan yang baik. Sebaliknya dia merasa benci jika keadaan saudaranya
tersebut justru sebaliknya.
Seorang muslim disunahkan untuk senang jika saudaranya mendapatkan
kebaikan-kebaikan duniawi. Dia merasa senang jika saudaranya berharta,
sejahtera, sehat, berkedudukan dan lain-lain dari kenikmatan duniawi, dan dia
tidak senang jika saudaranya miskin, sengsara, dan menderita.
Mendahulukan Kepentingan Saudara
Muslim
Jika dalam urusan dunia, mendahulukan kepentingan saudaranya termaksud
perbuatan yang terpuji dan disunahkan, namun jika dalam urusan akhirat,
mendahulukan saudaranya termasuk perbuatan yang makruh.
URGENSI HADITS
Imam Nawawi menyebutkan bahwa Abu Muhammad Abdullah Ibnu
Abi Zaid [seorang ulama besar madzab Maliki di Maroko] berkata, “Siklus
kebaikan terletak pada empat hadits. Yaitu
1. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah
kebaikan atau diam.”
2. “Di antara tanda sempurnanya iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang
tidak mendatangkan manfaat.”
3. “Jangan marah.”
4. “Tidak beriman seorang di antara kalian, hingga ia mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya sendiri.”
Inilah yang barangkali yang mendorong Imam Nawawi memuat keempat hadits
tersebut dalam kitab al-Arba’ain “Empat puluh hadits”.
Al-Jurdani, dalam syarahnya terdapat al-Arbain, mengatakan bahwa hadits ini
satu dari dasar-dasar Islam.
KANDUNGAN HADITS
1. Persatuan dan kasih sayang.
Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Setiap individu berusaha mendahulukan maslahat umum dan kedamaian masyarakat,
sehingga tercipta keadilan dan kedamaian. Semua itu tidak akan terealisasi
kecuali jika setiap individu yang ada dalam masyarakat menghendaki kebaikan dan
kebahagiaan bagi orang lain seperti ia menghendakinya untuk dirinya sendiri.
Karena itulah, Rasulullah saw. mengkaitkan persatuan dengan iman. Bahkan
merupakan bagian yang tak terpisahkan.
2. Iman yang sempurna.
Iman akan terealisasi dengan pembenaran dan pengakuan yang mendalam terhadap
rububiyah (bahwa Allah adalah pemelihara, pengatur, penjaga dan sebagainya) dan
meyakini rukun iman yang lain, iman kepada para malaikat, kitab-kitab suci,
para rasul, hari akhir, qadla dan qadar.
Dalam hadits ini disebutkan bahwa keimanan tidak dianggap kokoh dan mengakar
dalam hati seorang muslim, kecuali ia menjadi manusia yang baik. Manusia yang
jauh dari egoisme dan rasa dendam, kebencian dan kedengkian. Ia menghendaki
kebaikan dan kebaikan terhadap orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan
dan kebahagiaan itu untuk dirinya sendiri. Lebih rincinya kesempurnaan iman itu
akan terealisasi melalui hal-hal berikut:
a. Mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia
mencintai untuk dirinya sendiri, dan membenci keburukan untuk saudaranya
sebagaimana ia membenci untuk dirinya sendiri. Dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa ketika Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah saw. perihal iman yang
paling afdhal, Rasulullah saw. bersabda: “Agar seseorang mencintai sesuatu
[kebaikan] untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri, dan
membenci suatu [keburukan] untuk mereka, sebagaimana ia membenci sesuatu
[keburukan] untuk dirinya sendiri.” (HR Ahmad)
b. Bersegera memberikan nasehat manakala saudaranya lalai
c. Segera maafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin segera
dipenuhi haknya.
Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ingin agar dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir, dan mendatangi orang yang suka mendatangi.”
3. Nilai lebih seorang muslim.
Di antara bentuk kesempurnaan iman adalah berharap agar kebaikan juga dimiliki
orang lain, yang muslim dan yang non muslim. Artinya berharap dan berusaha agar
orang-orang kafir itu dapat merasakan nikmatnya iman.
Rasulullah saw. bersabda: “Cintailah sesuatu [kebaikan] untuk orang lain,
sebagaimana kamu mencintainya untuk dirimu, niscaya kamu menjadi muslim [yang
baik].” (HR Tirmidzi)
4. Berlomba untuk mendapatkan kebaikan.
Berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan merupakan kesempurnaan iman.
Karenanya, seseorang yang ingin memiliki keimanan dan ketakwaan seperti yang
dimiliki orang yang lebih shalih, bukanlah suatu aib atau hasad “iri hati”.
Bahkan sikap seperti ini merupakan refleksi kesempurnaan iman perbuatan yang
disyariatkan Allah swt. dalam firman-Nya: “Dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba.” (al-Muthaffifiin: 26)
5. Keimanan menciptakan masyarakat yang bersih dan
berwibawa.
Hadits ini merupakan dorongan bagi setiap muslim agar senantiasa berusaha
membantu orang lain untuk melakukan kebaikan. Karena hal ini merupakan bukti
dan tanda kebenaran imannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang bersih
dan berwibawa. Bagaimanapun ketika seseorang menciptakan suatu kebaikan untuk
orang lain, tentu ia akan berlaku baik kepadanya. Dengan demikian akan timbul
rasa kasih sayang di antara anggota masyarakat, kebaikan akan tersebar luas,
kejahatan dan kedhaliman akan tersisih, dan terciptalah keharmonisan dalam
setiap lini kehidupan. Mereka seolah satu hati, kebahagiaan saudaranya adalah
kebahagiaanya, kesedihan saudaranya adalah kesedihannya.
Masyarakat seperti inilah yang seharusnya terbentuk dalam komunitas muslim,
sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah saw. dalam haditsnya: “Orang-orang
mukmin, dalam kasih sayangnya, seumpama satu tubuh. Jika satu anggota tubuhnya
sakit, maka anggota tubuh yang lain merasakan demam dan kurang tidur.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Jika ini yang terjadi, maka Allah akan memberikan kepada mereka kewibawaan,
kemuliaan, dan kekuasaan di dunia. Sedangkan di akhirat, ia akan mendapatkan
pahala.
6. Masyarakat yang jauh dari keimanan, adalah masyarakat
yang egois dan penuh kebencian.
Jika keimanan tidak ada, kasih sayang pun hilang. Sebagai gantinya, kedengkian,
penipuan, dan egoisme mendominasi dalam masyarakat. Dalam kondisi ini, manusia
menjelma menjadi srigala-srigala yang haus darah, kehidupan kacau dan
kedhaliman merajalela. Allah swt. memberikan gambaran: “Mereka itu mati dan
tidak hidup. Mereka tidak tahu kapan mereka dibangkitkan.”
7. Hadits ini mendorong kita untuk bersatu dan hidup teratur
8. Hendaklah kita menjauhi hasad, karena hasad dapat mengurangi kesempurnaan iman. Orang yang memiliki sifat hasad, tidak akan mau orang lain melebihinya , atau bahkan berangan-angan agar nikmat yang ada pada orang lain itu sirna.
9. Iman senantiasa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Tema-tema hadits :
1. Menyakiti saudara sama dengan menyakiti diri sendiri : 49 : 12
SURAT 49. AL HUJURAAT ayat 12
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌۭ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًۭا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌۭ رَّحِيمٌۭ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
2. Ukhuwwah Islamiah : 49 : 10, 3 : 103
SURAT 49. AL HUJURAAT ayat 10
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌۭ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
SURAT 3. ALI 'IMRAN ayat 103
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًۭا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءًۭ فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًۭا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍۢ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan