Minggu, 14 Januari 2024

ARBAIN HADITS KEDUAPULUH EMPAT LARANGAN BERBUAT ZALIM

Loading

 

ARBAIN HADITS KEDUAPULUH EMPAT

LARANGAN BERBUAT ZALIM

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ .   يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ    وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .

[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman: Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya. (Riwayat Muslim).

 

Takhrij

  • -         Imam Muslim dalam Shahihnya No. 2577
  • -         Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 490
  • -         Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 11283, juga Syu’abul Iman No. 7088
  • -         Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 619
  • -         Imam Al Bazar dalam Musnadnya No. 4053
  • -         Imam Ath Thabarani dalam Musnad Asy Syamiyin No. 338
  • -         Imam Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 20272
  • -         Imam Ibnu ‘Asakir dalam Mu’jamnya No. 870 Hadits ini adalah hadits qudsi. Apakah itu? Berikut keterangan Syaikh Mahmud Thahhan, dalam kitab Taisir Musthalahul Hadits, Hal. 104 tentang hadits Qudsi:          

 

HADITS QUDSI       
Hadits Qudsi adalah firman Alloh yang disampaikan oleh Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam yang bukan Al Quran. Ulama berbeda pendapat tentang lafaz hadits Qudsi, sebagian berpendapat lafaznya dari Alloh, sebagian yang lain berpendapat maknanya dari Alloh, adapun lafaznya dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.

Ini adalah hadits qudsi yang penuh berkah dan sangat penting. Ia mencakup dasar-dasar yang fundamental dalam Islam, dan berbagai masalah furu’ serta adab-adabnya. Dalam kitabnya; al-Adzkar, Imam Nawawi menyebutkan bahwa Abu Idris al-Haulani apabila akan mengucapkan hadits ini bersimpuh, untuk menghormatinya. Perawi sanad ini adalah orang-orang Damaskus. Imam Ahmad Ibnu Hambal berkata, “Penduduk Syam tidak memiliki hadits yang lebih mulia dari hadits ini.”

KEZALIMAN
Kezaliman adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kezaliman ada dua martabat, yaitu menzalimi diri sendiri, dan menzalimi orang lain. Menzalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik, dan perbuatan dosa atau maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.

 

HIDAYAH
Hidayah ada dua macam yaitu Hidayatul Irsyad dan Hidayatut Taufiq. Hidayatul Irsyad adalah ilmu dan penjelasan. Hidayatut Taufiq adalah amal terhadap ilmu atau ittiba’.

 

KANDUNGAN HADITS

1. Definisi Hadits Qudsi.  
Hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rasulullah dari Allah swt. melalui Jibril, wahyu, ilham atau mimpi. Redaksiaonalnya diserahkan kepada Nabi saw. Tidak ada perbedaan antara hadits Nabi dengan hadits Qudsi kecuali pada sanad periwayatannya. Hadits qudsi diriwayatkan Rasulullah dari Rabb-nya. karena itu hadtis qudsi lebih banyak disandarkan kepada Allah swt. sebagai pernyataan bahwa Dia lah sumber pertama. kadang-kadang disandarkan kepada Rasulullah saw. karena beliaulah yang menyampaikan dari Rabb-nya.

Dari definisi tersebut di atas kita bisa tahu perbedaan antara al-Qur’an dengan Hadits Qudsi:    
a. Al-Qur’an adalah mu’jizat, baik lafadz maupun artinya. Sedangkan hadits qudsi bukanlah mukjizat.     
b. Al-Qur’an, sah dibaca dalam shalat. Sedangkan hadits qudsi tidak
c. Mengingkari al-Qur’an dihukumi kafir. Sedangkan mengingkari hadits qudsi dihukumi fasik. 
d. Al-Qur’an baik lafadz maupun maknanya dari Allah swt. sedangkan hadits qudsi hanya maknanya saja yang dari Allah, sedangkan lafadznya dari Nabi saw.
e. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja. sedangkan hadits qudsi boleh.   
f. Al-Qur’an tidak boleh disentuh oleh orang yang hadats [tidak suci]. Sedangkan hadits qudsi tidak ada syarat bersuci bagi orang yang menyentuhnya.
g. Orang yang junub tidak boleh membaca atau membawa al-Qur’an. Sedangkan ia diperbolehkan membaca atau membawa hadits qudsi.
h. Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an maka ia akan mendapat sepuluh kebaikan. Sedangkan sekedar membaca hadits qudsi tidak berpahala.           
i. Jual beli al-Qur’an hukumnya haram [menurut Imam Ahmad] atau makruh [menurut Syafi’i]. Sedangkan jual beli hadits qudsi tidak makruh apalagi haram.

Hadits qudsi dinamakan juga hadits Ilhiyah. Jumlahnya lebih dari seratus hadits. Ada beberapa ulama yang telah menghimpun hadits-hadits qudsi, di antaranya: Ali bin Balban dalam kitabnya yang berjudul al-Maqashid as-Sanniyah fii al-Ahadits al-Ilahiya. Buku ini menghimpun seratus hadits qudsi.

2. Allah mengharamkan kedzaliman atas diri-Nya. 
Dalam hadits di atas secara jelas Allah melarang kedhaliman bagi diri-Nya sendiri. “Sesungguhnya Aku mengharamkan kedhaliman atas diri-Ku.” Hal senada juga secara jelas dinyatakan dalam al-Qur’an “Dan tidaklah Aku berlaku dhalim terhadap para hamba.” (Ali ‘Imraan: 3)
“Sesungguhnya Allah tidak mendhalimi manusia sedikitpun.”
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat dhalim meskipun hanya sebiji sawai.” (an-Nisaa’: 40)

3. Allah melarang hamba-Nya berbuat dhalim.
Allah juga mengharamkan hamba-Nya berlaku dhalim dan saling mendhalimi di antara mereka. Dengan demikian, siapapun tidak boleh mendhalimi orang lain.           
Kedhaliman terbagi menjadi dua:        
a. Kedhaliman terhadap diri sendiri. Yang paling besar dalam kategori ini adalah syirik terhadap Allah swt. Allah berfirman: “Sesungguhnya syirik adalah kedhaliman [dosa] yang paling besar.” (Luqman: 13). Karena berbuat syirik berarti memposisikan makhluk pada posisi Sang Pencipta. Padahal tidak ada sekutu bagi Allah.   
Yang tingkatannya di bawah syirik, adalah maksiat dan berbagai dosa besar maupun kecil. Semuanya adalah kedhaliman terhadap diri sendiri, karena menyeret dirinya sendiri ke dalam siksa dan kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat.

b. Kedhaliman terhadap orang lain.    
Bentuk kedhaliman ini telah dilarang berulang kali dalam berbagai hadits Nabi saw. ‘Abdullah bin ‘Umar ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kedhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)          
Abu Musa al-Asy’ari ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah memberikan tempo kepada orang dhalim. Hingga apabila Dia menyiksannya, Dia tidak akan melepaskannya.” Kemudian beliau membaca ayat, “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat dhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih lagi keras.” (Huud: 102)

Tidak diragukan lagi, bahwa menegakkan keadilan dan mencegah kedhaliman di antara manusia adalah merupakan maksud dan tujuan Islam yang terpenting. Karena keadilan adalah dasar tegaknya hukum dan peradaban. Sedangkan kedhaliman adalah sebab utama hancurnya suatu bangsa, peradaban, dan kedamaian. Juga merupakan sebab kemarahan Allah di akhirat.

4. Merasa butuh kepada Allah. 
Semua makhluk sangat butuh kepada Allah swt. untuk mendapatkan kemaslahatan dan menolak hal-hal yang membahayakan, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka sangat membutuhkan hidayah, rizky, rahmat, dan ampunan-Nya. Dengan menampakkan rasa butuh tersebut, seorang muslim akan dekat dengan Allah swt.. Kebenaran ubudiyah, akan tampak melalui tiga hal:

a. Memohon. Allah sangat senang jika ada hamba-Nya yang menampakkan rasa butuh dengan memohon kepada-Nya dalam segala urusan, baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat, seperti: makanan dan pakaian. Sebagaimana mereka memohon hidayah dan ampunan. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Hendaklah setiap orang di antara kalian meminta kepada Allah, semua keperluannya sekalipun hanya tali sendalnya yang putus.”       
b. Memohon hidayah      
c. Taat secara total. Yaitu dengan menaati semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

 

Tema hadits dan ayat-ayat Al Quran yang terkait:

1. Besarnya bahaya kezaliman : 7 : 44, 10 : 13

2. Allah sumber hidayah dan rezeki : 18 : 17,

3. Kemurahan dan ampunan Allah ta’ala : 39 : 53, 7 :156

4. Kebaikan dan keburukan akan kembali kepada manusia : 17 : 7, 47 : 38, 7 : 160

 

 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan