Minggu, 21 Januari 2024

Bab 13. Menerangkan Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan

Loading

 

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 13. Menerangkan Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan

 

قال اللَّه تعالى :  { وما تفعلوا من خير فإن اللَّه به عليم } .

Allah Ta'ala berfirman: "Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 215)

وقال تعالى :  { وما تفعلوا من خير يعلمه اللَّه } .

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, pasti Allah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 197)

وقال تعالى :  { فمن يعمل مثقال ذرة خيراً يره }

Allah Ta'ala berfirman pula: "Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, maka Ia akan mengetahuinya -di akhirat nanti memperoleh balasannya." (az-Zalzalah: 7)

وقال تعالى :  { من عمل صالحاً فلنفسه } .

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang melakukan amal shalih, maka perbuatannya itu akan menguntungkan dirinya sendiri." (al-Jatsiyah: 15)

 

Ayat-ayat yang berhubungan dengan bab ini amat banyak sekali. Adapun Hadis-hadis yang menguraikan bab ini juga amat banyak sekali dan tidak dapat diringkaskan keseluruhannya. Maka itu akan kami sebutkan sebagian daripada Hadis-hadis tersebut:

 

الأوَّل : عن أَبِي ذرٍّ جُنْدَبِ بنِ جُنَادَةَ رضي اللَّه عنه قال : قلت يا رسولَ اللَّه، أيُّ الأعْمالِ أفْضَلُ ؟ قال : « الإِيمانُ بِاللَّهِ ، وَالجِهَادُ فِي سَبِيلِهِ » . قُلْتُ : أيُّ الرِّقَابِ أفْضَلُ ؟ قال : « أنْفَسُهَا عِنْد أهْلِهَا ، وأكثَرُهَا ثَمَناً » . قُلْتُ : فَإِنْ لَمْ أفْعلْ ؟ قال : « تُعينُ صَانِعاً أوْ تَصْنَعُ لأخْرَقَ » قُلْتُ : يا رسول اللَّه أرَأيتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ الْعملِ ؟ قال : « تَكُفُّ شَرَّكَ عَن النَّاسِ فَإِنَّها صدقةٌ مِنْكَ على نَفسِكَ » . متفقٌ عليه .

« الصانِعُ » بالصَّاد المهملة هذا هو المشهور ، ورُوِى « ضَائعاً » بالمعجمة : أيْ ذَا ضياع مِنْ فقْرِ أوْ عِيالٍ ، ونْحو ذلكَ « والأخْرَقُ » : الَّذي لا يُتقنُ ما يُحاوِلُ فِعْلهُ .

117. Pertama: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah radhiyallahu anhu, katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, amalan manakah yang lebih utama -banyak fadhilahnya?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad untuk membela agamaNya." Saya bertanya lagi: "Budak manakah yang lebih utama -untuk dibebaskan?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Yaitu yang dipandang terindah bagi pemiliknya serta yang termahal harganya." Saya bertanya pula: "Jikalau saya tidak dapat mengerjakan itu -yakni berjihad fisabilillah ataupun memerdekakan hamba sahaya yang mahal harganya, maka apakah yang dapat saya lakukan?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Berilah pertolongan kepada seorang pekerja -shani'- atau engkau mengerjakan sesuatu kepada seorang yang kurang pandai bekerja -akhraq." Saya berkata pula: "Ya Rasulullah, bukankah Tuan telah mengetahui, jikalau saya ini lemah sekali dalam sebagian pekerjaan?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tahanlah keburukanmu, jangan sampai mengenai orang banyak, amalan sedemikian itupun merupakan sedekah daripadamu untuk dirimu sendiri -yakni tidak mengganggu orang lain." (Muttafaq 'alaih)

 

Keterangan:

 

Lafaz Shani' -yang artinya pekerja- dengan menggunakan shad muhmalah, itulah yang masyhur. Tetapi ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa kalimat itu berbunyi dha-i', yakni dengan mu'jamah -dhad, maka artinya ini ialah orang yang mempunyai banyak apa-apa yang hilang, misalnya karena kefakirannya ataupun karena kekurangan keluarga-keluarganya dan lain-lain lagi. Adapun akhraq itu artinya ialah orang yang tidak dapat memperbaguskan apa-apa yang sedang diusahakan untuk mengerjakannya.

 

 الثاني : عن أَبِي ذرٍّ رضي اللَّه عنه أيضاً أنَّ رسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : يُصْبِحُ على كلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صدقَةٌ ، فَكُلٌ تَسبِيْحةٍ صَدقةٌ ، وكُلُّ تحْمِيدَةٍ صدقَةٌ ، وكُلُّ تهْلِيلَةٍ صَدَقةٌ ، وكلُّ تَكْبِيرةٍ صَدَقَةٌ ، وأمْرٌ بالمعْرُوفِ صدقَةٌ ، ونَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ صدقَةٌ . ويُجْزِئُ مِنْ ذَلكَ رَكعَتَانِ يرْكَعُهُما مِنَ الضُّحى » رواه مسلم . « السُّلاَمَى » بضم السين المهملة وتخفيف اللام وفتح الميم : المفْصِلُ .

118. Kedua: Dari Abu Zar radhiyallahu anhu juga bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Setiap ruas tulang dari seorang diantara engkau semua itu setiap paginya hendaklah memberikan sedekahnya, maka tiap satu tasbih -bacaan Subhanallah- adalah sedekah, tiap satu tahmid -bacaan Alhamdulillah- adalah sedekah, tiap satu tahlil -bacaan La ilaha illallah- adalah sedekah, tiap satu takbir -bacaan AllahuAkbar- adalah sedekah, memerintah pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi - diimbangi pahalanya- oleh dua rakaat yang seorang itu bershalat dengannya di waktu dhuha -antara sedikit setelah terbitnya matahari sampai matahari di tengah-tengah atau istiwa'." (Riwayat Muslim)

 

الثَّالثُ عنْهُ قال : قال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « عُرِضَتْ عَلَيَّ أعْمالُ أُمَّتي حسَنُهَا وسيِّئُهَا فوجَدْتُ في مَحاسِنِ أعْمالِهَا الأذَى يُماطُ عن الطَّرِيقِ ، وَوجَدْتُ في مَساوَىءِ أعْمالِها النُّخَاعَةُ تَكُونُ فِي المَسْجِدِ لاَ تُدْفَنُ » رواه مسلم .

119. Ketiga: Dari Abu Zar juga, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ditunjukkanlah padaku amalan-amalan umatku, yang baik dan yang buruk. Maka saya mengetahuinya dalam golongan amalan-amalan yang baik adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan, sedang dari golongan amalan-amalan yang buruk ialah dahak yang dilakukan di dalam masjid dan tidak ditanam." (Riwayat Muslim)

 

الرابع عنه : أنَّ ناساً قالوا : يا رسُولَ اللَّهِ ، ذَهَب أهْلُ الدُّثُور بالأجُورِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَيَتَصَدَّقُونَ بَفُضُولِ أمْوَالهِمْ قال : «أوَ لَيْس قَدْ جَعَلَ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُونَ بِهِ : إنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدقَةً، وكُلِّ تَكبِيرةٍ صدقة ، وكلِّ تَحْمِيدةٍ صدقةً ، وكلِّ تِهْلِيلَةٍ صَدقَةً ، وأمرٌ بالمعْرُوفِ صدقةٌ ، ونَهْىٌ عنِ المُنْكر صدقةٌ وفي بُضْعِ أحدِكُمْ صدقةٌ » قالوا : يا رسولَ اللَّهِ أيأتي أحدُنَا شَهْوَتَه ، ويكُونُ لَه فيها أجْر ؟، قال : «أرأيْتُمْ لو وضَعهَا في حرامٍ أَكَانَ عليهِ وِزْرٌ ؟ فكذلكَ إذا وضَعهَا في الحلاَلِ كانَ لَهُ أجْرٌ» رواه مسلم .

« الدُّثُورُ » : بالثاءِ المثلثة : الأموالُ ، واحِدُها : دَثْرٌ .

120. Keempat: Dari Abu Zar pula, bahwasanya orang-orang sama berkata: "Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya raya sama pergi dengan membawa pahala yang banyak -karena banyak pula amalannya. Mereka itu bershalat sebagaimana kita juga bershalat, mereka berpuasa sebagaimana kita juga berpuasa, tambahan lagi mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta-harta mereka. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan untukmu semua sesuatu yang dapat engkau semua gunakan sebagai sedekah. Sesungguhnya dalam setiap tasbih adalah merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, memerintahkan kebaikan juga sedekah, melarang kemungkaran itupun sedekah pula dan bahkan dalam bersetubuhnya seorang dari engkau semua itupun sedekah." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah apakah seorang dari kita yang mendatangi syahwatnya itu juga memperoleh pahala?" Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Adakah engkau semua mengerti, bagaimana jikalau syahwat itu diletakkannya dalam sesuatu yang haram, adakah orang itu memperoleh dosa? Maka demikian itu pulalah jikalau ia meletakkan syahwatnya itu dalam hal yang dihalalkan, iapun memperoleh pahala." (Riwayat Muslim) Ad-dutsuur, dengan tsa' yang bertitik tiga buah, artinya harta benda yang melimpah ruah, mufradnya berbunyi Ditsrun.

 

Keterangan:

 

Yang menghadap Nabi shalallahu alaihi wasalam ini adalah dari golongan kaum Muhajirin (orang-orang yang sama berpindah mengikuti Nabi shalallahu alaihi wasalam dari Makkah ke Madinah) yang fakir-fakir. Jadi pokoknya mereka mengadu karena merasa kurang pahalanya kalau dibanding dengan orang-orang yang kaya-kaya itu, sebab merasa tidak dapat bersedekah karena miskinnya. Setashbih, yakni sekali membaca tasbih (Subhanallah). Takbir yaitu membaca Allahu Akbar. Tahmid yakni bacaan Alhamdulillah dan Tahlil yaitu La ilaha illallah. Dalam kemaluan istripun ada sedekahnya yakni bersetubuh itupun ada pahalanya seperti pahala sedekah, sebagimana menyampaikan syahwat dalam keharaman yakni melacur atau berzina akan menimbulkan dosa.

 

الخامس : عنه قال : قال لي النبيُّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم : «لاَ تَحقِرنَّ مِن المعْرُوفِ شَيْئاً ولَوْ أنْ تلْقَى أخَاكَ بِوجهٍ طلِيقٍ » رواه مسلم .

121. Kelima: Dari Abu Zar lagi, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda kepadaku: "Janganlah engkau menghinakan sesuatu kebaikan sedikitpun, sekalipun hanya dengan jalan engkau menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (Riwayat Muslim)

 

 السادس : عن أَبِي هريرة رضي اللَّه عنه قال : قال رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: « كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ علَيْهِ صدَقةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فيه الشَّمْسُ : تعدِلُ بيْن الاثْنَيْنِ صدَقَةٌ ، وتُعِينُ الرَّجُلَ في دابَّتِهِ ، فَتحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أوْ ترْفَعُ لَهُ علَيْهَا متَاعَهُ صدقةٌ ، والكلمةُ الطَّيِّبةُ صدَقةٌ، وبِكُلِّ خَطْوَةٍ تمْشِيها إلى الصَّلاَةِ صدقَةٌ ، وَتُميطُ الأذَى عَن الطرِيق صَدَقةٌ » متفق عليه .

122. Keenam: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Setiap ruas tulang dari para manusia itu harus memberikan sedekah setiap harinya yang di situ terbitlah matahari. Berlaku adil antara dua orang itupun sedekah, ucapan yang baik itupun sedekah, dengan setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi shalat juga sedekah, melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan itu juga sedekah." (Muttafaq 'alaih)

 

ورواه مسلم أيضاً من رواية عائشة رضي اللَّه عنها قالت : قال رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: « إنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إنْسانٍ مِنْ بني آدم علَى سِتِّينَ وثلاثمائَةِ مَفْصِلٍ ، فَمنْ كَبَّر اللَّه ، وحمِدَ اللَّه ، وَهَلَّلَ اللَّه ، وسبَّحَ اللَّه واستَغْفَر اللَّه ، وعَزلَ حَجراً عنْ طَرِيقِ النَّاسِ أوْ شَوْكَةً أوْ عظْماً عن طَرِيقِ النَّاسِ ، أوْ أمر بمعرُوفٍ أوْ نهى عنْ مُنْكَرٍ ، عَددَ السِّتِّينَ والثَّلاَثمائة ، فَإِنَّهُ يُمْسي يَوْمئِذٍ وَقَد زَحزحَ نفْسَهُ عنِ النَّارِ » .

Imam Muslim meriwayatkan juga dari riwayat Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Bahwasanya setiap manusia dari Bani Adam itu dijadikan atas tiga ratus enam puluh ruas tulang. Maka barangsiapa yang bertakbir kepada Allah, bertahmid kepada Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, mohon pengampunan kepada Allah, suka melemparkan batu dari jalan para manusia, ataupun duri ataupun tulang dari jalan orang banyak, atau memerintahkan kebaikan atau melarang kemungkaran, sebanyak tiga ratus enam puluh kali banyaknya, maka sesungguhnya orang itu bersore-sore pada hari itu dan ia telah menjauhkan dirinya dari neraka."

 

Keterangan:

 

Berlaku adil yang dimaksudkan dalam hadits ini seperti waktu memberi pulusan -melerai/mendamaikan- pada dua orang yang sedang berselisih adalah sebesar-besar pahala dalam arti sedekah ini. Ingatlah firman Allah: "Tidak ada kebaikan sama sekali di dalam bisik-bisik mereka itu. Kecuali orang yang menyuruh bersedekah dan kebaikan atau yang mendamaikan antara para manusia. Dan barangsiapa yang suka melakukan sedemikian itu untuk mencari keridhaan Allah, maka padanya oleh Allah diberi pahala yang besar sekali."

 

Perkataan yang baik itu seperti memberi nasihat, menunjukkan orang yang tersesat jalan dan lain-lain. Menghindarkan bahaya dari jalan misalnya bahaya itu ialah batu, pecahan kaca, paku dan lain-lain agar tidak mengenai kaki orang yang melaluinya.

 

السابع : عنه عن النَبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « منْ غدَا إلى المَسْجِدِ أو رَاحَ ، أعدَّ اللَّهُ لَهُ في الجنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدا أوْ رَاحَ » متفقٌ عليه .

« النُّزُل » : القُوتُ والرِّزْقُ ومَا يُهَيَّأ للضَّيفِ .

123. Ketujuh: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Barangsiapa yang pergi ke masjid pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan untuknya sebuah jaminan -nuzul- dalam syurga setiap ia pergi, pagi atau sore hari itu." (Muttafaq 'alaih) Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan atau rezeki dan apa saja yang dapat disediakan untuk tamu.

 

الثامن : عنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يا نِسَاء المُسْلِماتِ لاَ تَحْقِرنَّ جارَةٌ لِجارتِهَا ولَوْ فِرْسِنَ شاةٍ » متفقٌ عليه .

قال الجوهري : الفِرْسِنُ مِنَ الْبعِيرِ : كالحافِرِ مِنَ الدَّابَّةِ ، قال : ورُبَّمَا اسْتُعِير في الشَّاةِ

124. Kedelapan: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hai kaum muslimat -wanita Islam, janganlah seorang tetangga itu menghinakan tetangganya, sekalipun yang diberikan oleh tetangganya itu hanya berupa kaki kambing." (Muttafaq 'alaih)

 

Imam al-Jauhari berkata: Al-Firsin, artinya kaki binatang umumnya dipergunakan untuk kaki unta, sebagaimana halnya lafaz At-Hafir dipergunakan untuk menerangkan kaki ternak yang lain-lain. Tetapi adakalanya Al-Firsin itu digunakan sebagai kata isti'arah (pinjaman) untuk menerangkan kaki kambing.

Hadis diatas mengandung dua macam pengertian yaitu:

 

Pertama: Orang yang diberi jangan sekali-kali menghinakan tetangganya yang memberikan sesuatu kepadanya, sekalipun berupa kaki kambing. Uraian inilah yang kami cantumkan di atas dan sesuai pula dengan penafsiran yang dapat kita periksa dalam kitab Dalilul Falihin syarah Riyadhus Shalihin, yang dikarang oleh Syekh 'Alan ash-Shiddiqi asy-Syafi'i al-Makki yang wafat pada tahun 1057 Hijriyah -Rahimahullahu Ta'ala rahmatan wasi'ah- yakni dalam jilid kedua halaman 128, diterbitkan oleh "Darul Kitabil 'Arabi", Beirut Libanon.

Jadi yang diberi hendaknya bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada pemberinya, meskipun apa yang diberikan itu baginya tidak berarti. Sebabnya orang yang diberi itu dilarang menghinakan pemberian orang lain, sekalipun sedikit nilainya, karena pada umumnya orang yang enggan berterima kasih pada pemberian sedikit, ia enggan pula berterima kasih pada pemberian yang banyak.

 

Dalam sebuah hadits lain di sebutkan: "Tidak bersyukur kepada Allah orang yang enggan bersyukur kepada sesama manusia."

 

Kedua: Dapat pula diberi penafsiran bahwa orang yang memberi itu jangan sekali-kali menghinakan kecilnya pahala yang akan diperolehnya dengan jalan memberikan sedekah atau hadiah yang disampaikan kepada tetangganya, meskipun hanya berupa kaki kambing. Ini sebagai sindiran karena yang diberikan itu amat sedikitnya, kurang berharga atau tidak berarti.

 

Jadi memberi itu sekalipun sedikit adalah lebih baik daripada tidak memberi sama sekali. Dalam persoalan pahalanya, Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang melakukan kebaikan -meskipun- itu seberat debu (biji sawi atau semut kecil), maka ia akan mengetahuinya (yakni mendapatkan pahalanya)." Penjelasan ini sesuai dengan catatan yang ditulis oleh Al-Ustadz Ridhwan Muhammad Ridhwan dalam kitab Riyadhus Shalihin yang diterbitkan oleh Darul Kitabil 'Arabi, Beirut Libanon. Kedua pendapat di atas itu sama-sama dapat dipakainya, yakni baik bagi pemberi atau yang diberi. Yang memberi jangan menghina kecilnya pahala, sebab yang disedekahkan atau dihadiahkan hanya sedikit sekali, sedang yang diberipun jangan menghina orang yang memberi, sebab sedekah atau hadiah yang disampaikan kepadanya itu hanya sedikit dan kurang berharga, yaitu kaki kambing atau lain-lain yang sifatnya tidak bernilai tinggi atau tidak mahal harganya.

 

التاسع : عنه عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسبْعُونَ ، أوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شَعْبَةً : فَأفْضلُهَا قوْلُ لاَ إلَهَ إلاَّ اللَّهُ ، وَأدْنَاهَا إمَاطَةُ الأذَى عنِ الطَّرِيقِ ، وَالحيَاءُ شُعْبةٌ مِنَ الإِيمانِ » متفقٌ عليه .

125. Kesembilan: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Iman itu ada tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih -lebihnya ialah antara tiga sampai sembilan- cabangnya. Maka yang terutama sekali ialah ucapan La ilaha illallah, sedang yang terendah sekali ialah melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan. Perasaan malu -berbuat keburukan- adalah salah satu cabang dari keimanan." (Muttafaq 'alaih)

 

العاشر : عنه أن رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: « بَيْنمَا رَجُلٌ يَمْشِي بطَريقٍ اشْتَدَّ علَيْهِ الْعَطشُ ، فَوجد بِئراً فَنزَلَ فيها فَشَربَ ، ثُمَّ خرج فإِذا كلْبٌ يلهثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ ، فقال الرَّجُلُ : لَقَدْ بلَغَ هَذَا الْكَلْبُ مِنَ العطشِ مِثْلَ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّي ، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَملأَ خُفَّه مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَه بِفيهِ ، حتَّى رقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَه فَغَفَرَ لَه. قَالُوا: يا رسولَ اللَّه إِنَّ لَنَا في الْبَهَائِم أَجْراً ؟ فَقَالَ: « في كُلِّ كَبِدٍ رَطْبةٍ أَجْرٌ » متفقٌ عليه .

126. Kesepuluh: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu lagi bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di suatu jalan, ia sangat merasa haus, lalu menemukan sebuah sumur, kemudian turun di dalamnya terus minum. Setelah itu iapun keluarlah. Tiba-tiba ada seekor anjing mengulur-ulurkan lidahnya sambil makan tanah karena hausnya, Orang itu berkata -dalam hati: "Sesungguhnya anjing ini telah sampai pada kehausan sebagaimana yang telah sampai padaku tadi." Iapun turun lagi ke dalam sumur lalu memenuhi sepatu khufnya dengan air, kemudian memegang sepatu itu pada mulutnya, sehingga ia keluar dari sumur tadi, terus memberi minum pada anjing tersebut. Allah berterima kasih pada orang tadi dan memberikan pengampunan padanya." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah sebenarnya kita juga memperoleh pahala dengan sebab memberi -makan minum- pada golongan binatang?" Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: "Dalam setiap hati yang basah -maksudnya setiap sesuatu yang hidup yang diberi makan minum -ada pahalanya." (Muttafaq 'alaih)

 

وفي رواية للبخاري : « فَشَكَر اللَّه لهُ فَغَفَرَ لَه ، فَأدْخَلَه الْجنَّةَ » .

Dalam sebuah riwayat dari Imam Bukhari disebutkan demikian: "Allah lalu berterima kasih pada orang tersebut, kemudian memberikan pengampunan padanya, lalu memasukkannya ke dalam syurga."

 

وفي رواية لَهُما : « بَيْنَما كَلْبٌ يُطيف بِركِيَّةٍ قَدْ كَادَ يقْتُلُه الْعطَشُ إِذْ رأتْه بغِيٌّ مِنْ بَغَايا بَنِي إِسْرَائيلَ ، فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فاسْتَقت لَهُ بِهِ ، فَسَقَتْهُ فَغُفِر لَهَا بِهِ».

Dalam riwayat lain dari Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Pada suatu ketika ada seekor anjing berputar-putar di sekitar sebuah sumur, hampir saja ia terbunuh oleh kehausan, tiba-tiba ada seorang pezina -perempuan- dari golongan kaum pelacur Bani Israil melihatnya. Wanita itu lalu melepaskan sepatunya kemudian mengambilkan air untuk anjing tadi dan meminumkan air itu padanya, maka dengan perbuatannya itu diampunilah wanita tersebut.

 

Keterangan:

 

Hadis di atas mengandung suatu anjuran supaya kita semua berbuat baik terhadap segala macam binatang yang muhtaram atau yang dimuliakan. Yang dimaksudkan binatang muhtaram ialah binatang yang menurut agama Islam tidak boleh dibunuh.

 

الْحادي عشَرَ : عنْهُ عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « لَقَد رأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِي الْجنَّةِ فِي شَجرةٍ قطَعها مِنْ ظَهْرِ الطَّريقِ كَانَتْ تُؤْذِي الْمُسلِمِينَ » . رواه مسلم .

127. Kesebelas: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu lagi dari Nabi shalallahu alaihi wasalam sabdanya: "Sesungguhnya saya telah melihat seorang yang bersuka-ria dalam syurga dengan sebab memotong sebuah pohon dari tengah jalanan yang pohon itu membuat kesusahan bagi kaum Muslimin." (Riwayat Muslim)

 

وفي رواية : « مرَّ رجُلٌ بِغُصْنِ شَجرةٍ عَلَى ظَهْرِ طرِيقٍ فَقَالَ : واللَّهِ لأُنَحِّينَّ هذا عنِ الْمسلِمِينَ لا يُؤْذِيهُمْ ، فأُدْخِلَ الْجَنَّةَ » .

Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan melalui sebuah cabang pohon yang melintang di tengah jalanan, kemudian ia berkata: "Demi Allah, sesungguhnya pohon ini hendak kulenyapkan dari jalanan kaum Muslimin supaya ia tidak membuat kesukaran pada mereka itu." Orang tersebut lalu dimasukkan dalam syurga.

 

وفي رواية لهما : « بيْنَما رجُلٌ يمْشِي بِطريقٍ وجد غُصْن شَوْكٍ علَى الطَّرِيقِ ، فأخَّرُه فشَكَر اللَّهُ لَهُ ، فغَفر لَهُ » .

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim pula disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan di jalanan. Ia menemukan cabang dari sebuah pohon berduri pada jalanan itu, kemudian cabang berduri itu disingkirkan olehnya. Allah lalu berterima kasih kepada orang tadi dan memberikan pengampunan kepadanya."

 

الثَّاني عشَر : عنْه قالَ : قَال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « منْ توضَّأ فأحَسَنَ الْوُضُوءَ ، ثُمَّ أتَى الْجُمعةَ ، فَاستمع وأنْصتَ ، غُفِر لَهُ ما بيْنَهُ وبيْنَ الْجُمعةِ وزِيادةُ ثَلاثَةِ أيَّامٍ ، ومَنْ مسَّ الْحصا فَقد لَغَا » رواه مسلم .

128. Keduabelas: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu' lalu memperbaguskan wudhu'nya kemudian mendatangi shalat Jum'at, lalu mendengarkan -khutbah serta berdiam diri- tidak bercakap-cakap sedikitpun, maka diampunilah untuk antara Jum'at itu dengan Jum'at yang berikutnya dan ditambah pula dengan tiga hari lagi. Barangsiapa yang memegang -mempermainmainkan- batu kerikil -di waktu ada khutbah- maka ia telah berbuat kesalahan." (Riwayat Muslim)

 

الثَّالثَ عَشر : عنْه أن رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إذَا تَوضَّأَ الْعبْدُ الْمُسْلِم ، أو الْمُؤْمِنُ فغَسلَ وجْههُ خرج مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خطِيئةٍ نظر إِلَيْهَا بعينهِ مَعَ الْماءِ ، أوْ مَعَ آخِر قَطْرِ الْماءِ ، فَإِذَا غَسَل يديهِ خَرج مِنْ يديْهِ كُلُّ خَطِيْئَةٍ كانَ بطشتْهَا يداهُ مع الْمَاءِ أَو مع آخِرِ قَطْرِ الْماءِ ، فَإِذَا غسلَ رِجليْهِ خَرجَتْ كُلُّ خَطِيْئَةٍ مشَتْها رِجْلاُه مع الْماءِ أَوْ مع آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى يخْرُج نقِياً من الذُّنُوبِ» رواه مسلم .

129. Ketigabelas: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Jikalau seorang hamba muslim ataupun mu'min berwudhu', kemudian ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu setiap kesalahan yang dilihat olehnya dengan menggunakan kedua matanya bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang diambil -dilakukan- oleh kedua tangannya bersama dengan air atau bersama tetesan air yang terakhir. Kemudian apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalani oleh kedua kakinya itu bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir, sehingga keluarlah orang tersebut dalam keadaan bersih dari semua dosa." (Riwayat Muslim)

 

الرَّابعَ عشرَ : عنه عن رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « الصَّلواتُ الْخَمْسُ ، والْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعةِ ، ورمضانُ إِلَى رمضانَ مُكفِّرَاتٌ لِمَا بينَهُنَّ إِذَا اجْتنِبَت الْكَبائِرُ » رواه مسلم

130. Keempatbelas: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhudari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Shalat lima waktu, dari Jum'at yang satu ke Jum'at yang berikutnya,dari Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang berikutnya itu dapat menjadi penghapus dosa-dosa antara jarak keduanya itu, jikalau dosa-dosa besar dijauhi." (Riwayat Muslim)

 

الْخَامسَ عشر: عنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ألا أدلُّكَم على ما يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطايا ، ويرْفَعُ بِهِ الدَّرجاتِ ؟ » قالوا : بلى يا رسُولَ اللَّهِ ، قال : « إسباغ الْوُضوءِ على الْمَكَارِهِ وكَثْرةُ الْخُطَا إِلَى الْمسَاجِدِ ، وانْتِظَارُ الصَّلاةِ بعْدِ الصَّلاةِ ، فَذلِكُمُ الرّبَاطُ » رواه مسلم

131. Kelimabelas: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sukakah engkau semua saya tunjukkan pada sesuatu amalan yang dengannya itu Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta mengangkat pula dengannya tadi sampai beberapa derajat?" Para sahabat menjawab; "Baik, ya Rasulullah." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran banyaknya, melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid serta menantikan shalat setelah selesai shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang dinamakan perjuangan." (Riwayat Muslim)

 

Keterangan:

 

Menyempurnakan wudhu' sekalipun menghadapi kesukaran, misalnya di saat yang udaranya dingin sekali, sehingga airnyapun menjadi sangat pula dinginnya. Dalam Hadis di atas dijelaskan bahwa senantiasa berthaharah yakni tetap suci dari hadas besar dan kecil, juga shalat dan segala sesuatu yang dilakukan ditujukan untuk niat beribadah dan berbakti kepada Tuhan, adalah sama pahalanya dengan berjihad fisabilillah.

 

السَّادسَ عشرَ : عن أَبِي موسى الأشعري رضي اللَّه عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « منْ صلَّى الْبَرْديْنِ دَخَلَ الْجنَّةَ » متفقٌ عليه .

« البرْدَانِ » : الصُّبْحُ والْعَصْرُ .

132. Keenambelas: Dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu anhu, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang bershalat dua shalat barad -makna sebenarnya dingin-, maka ia dapat masuk syurga." (Muttafaq 'alaih) Dua shalat barad maknanya ialah shalat Subuh dan Asar.

 

السَّابِعَ عشَر : عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إِذَا مرِضَ الْعبْدُ أَوْ سافَر كُتِب لَهُ ما كانَ يعْملُ مُقِيماً صحيِحاً » رواه البخاري .

133. Ketujuhbelas: Dari Abu Musa al-Asy'ari pula, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Apabila seorang hamba itu sakit atau berpergian, maka dicatatlah untuknya pahala ketaatan sebagaimana kalau ia mengerjakannya di waktu ia sedang berada di rumah sendiri dan dalam keadaan sihat." (Riwayat Bukhari)

 

الثَّامنَ عشَرَ : عنْ جابرٍ رضي اللَّه عنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « كُلُّ معرُوفٍ صدقَةٌ » رواه البخاري ، ورواه مسلم مِن رواية حذَيفَةَ رضي اللَّه عنه .

134. Kedelapanbelas: Dari Jabir radhiyallahu anhu, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Setiap perbuatan baik itu merupakan sedekah." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Hudzaifah radhiyallahu anhu

 

التَّاسع عشر : عنْهُ قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْساً إلاَّ كانَ ما أُكِلَ مِنْهُ لهُ صدقةً ، وما سُرِقَ مِنْه لَه صدقَةً ، ولا يرْزؤه أَحَدٌ إلاَّ كَانَ له

135. Kesembilanbelas: Dari Jabir radhiyallahu anhu pula, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tiada seorang muslimpun yang menanam suatu tanaman, melainkan apa saja yang dapat dimakan dari hasil tanamannya itu, maka itu adalah sebagai sedekah baginya, dan apa saja yang tercuri daripadanya, itupun sebagai sedekah baginya. Dan tidak pula dikurangi oleh seorang lain, melainkan itupun sebagai sedekah baginya." (Riwayat Muslim)

 

صدقةً» رواه مسلم . وفي رواية له : « فَلا يغْرِس الْمُسْلِم غرساً ، فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنسانٌ ولا دابةٌ ولا طَيرٌ إلاَّ كانَ له صدقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامة ».

Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Maka tidaklah seorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya itu adalah sebagai sedekah baginya sampai hari kiamat."

 

وفي رواية له : « لا يغْرِس مُسلِم غرْساً ، ولا يزْرعُ زرْعاً ، فيأْكُل مِنْه إِنْسانٌ وَلا دابَّةٌ ولا شَيْءٌ إلاَّ كَانَتْ لَه صدقةً ، ورويَاه جميعاً مِنْ رواية أَنَسٍ رضي اللَّه عنه .

قولُهُ : « يرْزَؤُهُ » أي : يَنْقُصهُ .

Dalam riwayat Imam Muslim yang lain lagi disebutkan: "Tidaklah seorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam sesuatu tumbuh-tumbuhan, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia, ataupun oleh binatang ataupun oleh apa saja, melainkan itu adalah sebagai sedekah baginya."

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan Hadis-hadis semuanya itu dari riwayat Anas radhiyallahu anhu

 

العْشْرُونَ : عنْهُ قالَ : أَراد بنُو سَلِمَة أَن ينْتَقِلوا قُرْبَ المَسْجِدِ فبلَغَ ذلك رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَقَالَ لَهُمْ : « إِنَّه قَدْ بَلَغَنِي أَنَّكُمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَنْتَقِلُوا قُربَ الْمَسْجِدِ ؟ » فَقَالُوا : نَعَمْ يا رسولَ اللَّهِ قَدْ أَرَدْنَا ذلكَ ، فَقالَ : « بَنِي سَلِمةَ ديارَكُمْ ، تكْتبْ آثَارُكُمْ ، دِياركُم ، تُكْتَبْ آثارُكُمْ » رواه مسلم .

136. Keduapuluh: Dari Jabir radhiyallahu anhu lagi, katanya: "Bani Salimah -salah satu kabilah kaum Anshar yang terkenal radhiallahu 'anhum- bermaksud hendak berpindah tempat di dekat masjid. Berita itu sampai kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, kemudian beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda kepada Bani Salimah itu: "Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa engkau semua ingin berpindah ketempat di dekat masjid?" Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah, kita berkehendak sedemikian itu." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda lagi: "Wahai Bani Salimah, tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu -yakni pahala melangkahkan kaki dari rumah ke masjid itu pasti dicatat sebanyak yang dijalankan. Jadi tidak perlu berpindah ke dekat masjid. Tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu." (Riwayat Muslim)

وفي روايةٍ : « إِنَّ بِكُلِّ خَطْوةٍ درجةً » رواه مسلم . ورواه البخاري أيضاً بِمعنَاهُ مِنْ روايةِ أَنَسٍ رضي اللَّه عنه. و « بنُو سَلِمَةَ » بكسر اللام : قبيلة معروفة من الأَنصار رضي اللَّه عنهم ، و «آثَارُهُمْ» خُطاهُمْ .

Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya dengan setiap langkah itu ada derajatnya sendiri." Imam Bukhari meriwayatkan pula dengan pengertian yang semakna dengan di atas dari riwayat Anas radhiyallahu anhu

 

الْحَادي والْعِشْرُونَ : عنْ أَبِي الْمُنْذِر أُبيِّ بنِ كَعبٍ رضي اللَّه عنه قال : كَان رجُلٌ لا أَعْلمُ رجُلا أَبْعَدَ مِنَ الْمَسْجِدِ مِنْهُ ، وكَانَ لا تُخْطِئُهُ صلاةٌ فَقِيل لَه ، أَوْ فقُلْتُ لهُ: لَوْ اشْتَريْتَ حِماراً ترْكَبُهُ في الظَّلْماءِ ، وفي الرَّمْضَاءِ فَقَالَ : ما يسُرُّنِي أَن منْزِلِي إِلَى جنْب الْمسْجِدِ ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَب لِي ممْشَايَ إِلَى الْمَسْجد ، ورُجُوعِي إِذَا رجعْتُ إِلَى أَهْلِي ، فقالَ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « قَدْ جمع اللَّهُ لكَ ذلِكَ كُلَّهُ » رواه مسلم .

137. Keduapuluh satu: Dari Abdulmundzir yaitu Ubay bin Ka'ab radhiyallahu anhu katanya: "Ada seorang yang saya tidak mengetahui ada orang lain yang rumahnya lebih jauh lagi daripada orang itu untuk pergi ke masjid. Orang tadi tidak pernah terluput oleh shalat -jamaah. Kemudian kepadanya itu ditanyakan, atau saya sendiri bertanya kepadanya: Alangkah baiknya jikalau engkau membeli seekor keledai yang dapat engkau naiki apabila malam gelap gulita ataupun di waktu siang yang panasnya amat terik." Orang itu menjawab: "Saya tidak senang sekiranya rumahku itu ada di dekat masjid. Sesungguhnya saya ingin sekali kalau perjalananku ke masjid itu dicatat -sebagai pahala, demikian juga pulangku jikalau saya pulang ketempat keluargaku." Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Allah telah mengumpulkan untukmu semua yang kau kehendaki itu -yakni keinginanmu untuk memperoleh pahala banyak itu dikabulkan oleh Allah."

وفي روايةٍ : « إِنَّ لَكَ مَا احْتسَبْت » . « الرمْضَاءُ » الأَرْضُ الَّتِي أَصَابَهَا الْحرُّ الشَّديدُ.

Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya bagimu adalah pahala apa yang telah engkau amalkan -yakni diperhitungkan menurut banyak sedikitnya langkah yang dijalani dari rumah ke masjid itu." Ar-ramdha' ialah bumi yang terkena panas matahari yang amat terik.

 

الثَّاني والْعشْرُونَ : عنْ أَبِي محمدٍ عبدِ اللَّهِ بنِ عمرو بن العاص رضي اللَّه عنهما قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أَرْبعُونَ خَصْلةً أَعلاها منِيحةُ الْعَنْزِ، ما مِنْ عامَلٍ يعملَ بِخَصْلَةٍ مِنْها رجاءَ ثَوَابِهَا وتَصْدِيقَ موْعُودِهَا إِلاَّ أَدْخلَهُ اللَّهُ بِهَا الْجنَّةَ » رواه البخارى.

138. Keduapuluh dua: Dari Abu Muhammad yaitu Abdullah bin 'Amr bin Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Ada empat puluh perkara, setinggi-tingginya -dalam derajatnya- ialah memberikan -manihah- kambing. Tiada seorangpun yang mengerjakan salah satu perkara dari empat puluh perkara itu, dengan mengharapkan pahalanya dan mempercayai apa yang dijadikan -oleh Tuhan- melainkan Allah akan memasukkannya ke dalam syurga." (Riwayat Bukhari)

« الْمنِيحةُ » : أَنْ يُعْطِيَهُ إِيَّاهَا ليأْكُل لبنَهَا ثُمَّ يَردَّهَا إِليْهِ .

Manihah ialah memberikan kambing betina pada orang lain agar diperah susunya -binatang yang diberikan tadi, lalu dimakan -yakni diminum, kemudian dikembalikan lagi kepada yang memilikinya, apabila sudah habis susu yang ada di dalam teteknya. Manihah itu dapat berupa kambing dan disebut Manihatul 'ami atau Manihatusy syaati dan dapat pula berupa unta, lalu disebut Manihatun naaqati.

 

الثَّالثُ والْعشْرونَ : عَنْ عدِيِّ بنِ حاتِمٍ رضي اللَّه عنه قال : سمِعْتُ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقول : « اتَّقُوا النار وَلوْ بِشقِّ تَمْرةٍ » متفقٌ عليه .

139. Keduapuluh tiga: Dari 'Adi bin Hatim radhiyallahu anhu, katanya: Saya mendengar Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Takutlah pada -siksa- neraka itu, sekalipun dengan memberikan sedekah potongan kurma." (Muttafaq 'alaih)

 

وفي رواية لهما عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ سيُكَلِّمُه ربُّه لَيْس بَيْنَهُ وبََينَهُ تَرْجُمَان ، فَينْظُرَ أَيْمنَ مِنْهُ فَلا يَرى إِلاَّ مَا قَدَّم ، وينْظُر أشأمَ مِنْهُ فلا يَرَى إلاَّ ما قَدَّمَ ، وَينْظُر بَيْنَ يدَيْهِ فَلا يَرى إلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ ، فاتَّقُوا النَّارَ ولوْ بِشِقِّ تَمْرةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجدْ فَبِكَلِمَة طيِّبَةٍ » .

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan lagi, dari 'Adi bin Hatim, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak berbicara oleh Tuhannya dan antara dia dengan Tuhannya tidak ada seorang penerjemahpun -penyambung kata. Orang itu melihat ke sebelah kanannya, maka tidak ada yang dilihat olehnya kecuali amalan yang telah dilakukannya sebelum itu -dari amalan yang baik- dan juga dia melihat ke sebelah kirinya, maka tidak ada pula yang dilihat olehnya, kecuali amalan yang dilakukan sebelum itu -dari amalan yang jelek. Dia melihat pula antara kedua tangannya, maka tidak ada yang dilihatnya kecuali neraka yang ada di hadapannya. Maka takutlah engkau semua pada -siksa- neraka, sekalipun dengan bersedekah potongan kurma. Kemudian barangsiapa yang tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan, maka bersedekahlah dengan ucapan yang baik saja."

 

الرَّابِعِ والْعشرونَ : عنْ أَنَسٍ رضي اللَّه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إِنَّ اللَّه لَيرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فيحْمدَهُ عليْهَا ، أَوْ يشْربَ الشَّرْبَةَ فيحْمدَهُ عليْهَا » رواه مسلم. « وَالأَكْلَة » بفتح الهمزة : وهي الْغَدوة أَوِ الْعشوة .

140. Keduapuluh empat: Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya Allah itu niscaya meridhai pada seorang hamba, jikalau ia makan sesuatu makanan -pagi ataupun sore, kemudian mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas makanan yang dimakannya itu, ataupun meminum sesuatu minuman, kemudian mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas minuman yang diminumnya itu." (Riwayat Muslim) Al-Aktah, dengan difathahkan hamzahnya, artinya ialah makan siang atau makan malam.

 

الْخَامِسُ والْعشْرُونَ : عن أَبِي رضي اللَّه عنه ، عن النبى صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صدقةٌ » قال : أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَجدْ ؟ قالَ : « يعْمَل بِيَديِهِ فَينْفَعُ نَفْسَه وَيَتَصدَّقُ » : قَال : أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يسْتطِعْ ؟ قال : يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْملْهوفَ » قالَ : أَرأَيْت إِنْ لَمْ يسْتَطِعْ قالَ : « يَأْمُرُ بِالمَعْرُوفِ أَوِ الْخَيْرِ » قالَ : أَرأَيْتَ إِنْ لَمْ يفْعلْ ؟ قالْ : «يُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهَا صدَقةٌ » متفقٌ عليه .

141. Keduapuluh lima: Dari Abu Musa radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Setiap orang Islam itu harus bersedekah." Abu Musa bertanya: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan?" Beliau menjawab: "Kalau tidak ada hendaklah ia bekerja dengan kedua tangannya, kemudian ia dapat memberikan kemanfaatan kepada dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memberikan pertolongan kepada orang yang menghajatkan bantuan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memerintah dengan kebaikan atau kebaikan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian." Beliau menjawab: "Hendaklah ia menahan diri dari berbuat kejahatan, maka yang sedemikian itupun sebagai sedekah yang diberikan olehnya." (Muttafaq 'alaih)


 

 

 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan