Minggu, 21 Januari 2024

Bab 72. Haramnya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran -Bangga- Pada Diri Sendiri

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 72. Haramnya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran -Bangga- Pada Diri Sendiri

 

قال اللَّه تعالى:  { تلك الدار الآخرة نجعلها للذين لا يريدون علواً في الأرض ولا فساداً، والعاقبة للمتقين }

Allah Ta'ala berfirman: "Perumahan akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak hendak berbuat sewenang-wenang di bumi dan tidak hendak melakukan kerusakan, sedang kesudahan -yang baik- adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)

وقال تعالى:  { ولا تمش في الأرض مرحاً }

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong." (al-Isra': 37)

وقال تعالى:  { ولا تصعر خدك للناس ولا تمش في الأرض مرحاً، إن اللَّه لا يحب كل مختال فخور }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Janganlah engkau memalingkan muka dan para manusia sebab kesombongan dan janganlah berjalan di bumi dengan takabbur, sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (Luqman: 18) Makna tusha'-'ir khaddaka ialah engkau membuang muka atau memalingkannya dari orang banyak karena berlagak sombong kepada mereka itu, sedang almarah atau maraha ialah kesombongan atau takabbur.

وقال تعالى:  { إن قارون كان من قوم موسى فبغى عليهم، وآتيناه من الكنوز ما إن مفاتحه لتنوء بالعصبة أولي القوة، إذ قال له قومه لا تفرح إن اللَّه لا يحب الفرحين }  إلى قوله تعالى:  { فخسفنا به وبداره الأرض }  الآيات.

Allah Ta'ala juga berfirman: "Sesungguhnya Qarun itu termasuk dalam golongan kaumnya Musa, tetapi ia melakukan aniaya kepada mereka. Kami memberikan kepadanya gedung simpanan kekayaan yang anak kuncinya saja berat dipikul oleh sekumpulan orang yang kuat. Perhatikanlah ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah engkau bergembira -melampaui batas-, sesungguhnya Allah itu tidak senang kepada orang yang bergembira -secara melampaui batas- itu," sehingga firmanNya: "Kemudian ia dan rumahnya Kami benamkan ke dalam tanah," sampai akhirnya ayat-ayat itu.

 

وعن عبدِ اللَّهِ بن مسعُودٍ رضيَ اللَّهُ عنه ، عن النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « لا يَدْخُل الجَنَّةَ مَنْ كَانَ في قَلْبِهِ مثْقَالُ ذَرَّةٍ مَنْ كِبرٍ » فقال رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُه حسناً ، ونعلهُ حسنا قال : « إِنَّ اللَّه جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمالَ الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ وغَمْطُ النَّاسِ » رواه مسلم .

610. Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Tidak dapat masuk syurga seorang yang dalam hatinya ada sifat kesombongannya seberat debu." Kemudian ada orang berkata: "Sesungguhnya seorang itu ada yang senang jikalau pakaiannya itu baik dan terompah -sandal-nyapun -sandalnya- baik." Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan orang banyak." (Riwayat Muslim) Batharulhaqqi ialah menolak kebenaran dan mengembalikannya kepada orang yang mengucapkannya itu -yakni memberikan bantahan pada kebenaran tadi-, sedang ghamthunnasi ialah menghinakan para manusia.

 

وعنْ سلمةَ بنِ الأَكْوع رضي اللَّه عنه أَن رجُلاً أَكَل عِنْدَ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بشِمالِهِ فقال : « كُلْ بِيَمِينِكَ » قالَ : لاَ أَسْتَطِيعُ ، قال : « لا اسْتَطَعْتَ » مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الكبْرُ . قال: فما رَفَعها إِلى فِيهِ . رواه مسلم .

611. Dari Salamah bin al-Akwa' radhiyallahu anhu bahwasanya ada seorang lelaki makan di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dengan menggunakan tangan kirinya, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu." Orang itu berkata: "Saya tidak dapat makan sedemikian itu." Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidak dapat engkau?" Ia berbuat sedemikian itu tidak ada yang mendorongnya, melainkan kesombongannya juga. Salamah berkata: "Orang itu akhirnya benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya," -yakni tangannya terus cacat untuk selama-lamanya, sebab tidak dapat digunakan apa-apa-. (Riwayat Muslim)

 

وعن حَارثَةَ بنِ وهْبٍ رضي اللَّه عنه قال : سَمِعْتُ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : «أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ ؟ : كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ » متفقٌ عليه . وتقدَّم شرحُه في باب ضَعفَةِ المسلمينَ .   

612. Dari Haritsah bin Wahab radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidaklah saya memberitahukan padamu semua, siapakah ahli neraka itu? Mereka itu ialah orang yang keras kepala, suka mengumpulkan harta tetapi enggan membelanjakannya -untuk kebaikan- lagi bersikap sombong." (Muttafaq 'alaih)

 

Keterangan hadits ini telah diuraikan dalam bab Golongan orang-orang lemah dari kaum Muslimin -lihat Hadis no.252-.

 

وعن أبي سعيدٍ الخُدريِّ رضيَ اللَّهُ عنه ، عن النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « احْتَجَّتِ الجَنَّةُ والنَّارُ ، فقالت النَّارُ : فيَّ الجَبَّارُونَ والمُتَكَبِّرُونَ ، وقالَتِ الجنَّةُ : فيَّ ضُعَفاءُ النَّاسِ ومَسَاكِينُهُمْ . فَقَضَى اللَّه بيْنَهُمَا : إِنَّكِ الجَنَّةُ رَحْمَتي ، أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وإِنَّكِ النَّارُ عذَابي ، أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ ، ولِكِلَيْكُما عليَّ مِلْؤُها » رواهُ مسلم .

613. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Syurga dan neraka berbantah-bantahan. Neraka berkata: "Di tempatku ada orang-orang yang gagah-gagah -suka menekankan kemauannya pada orang banyak- lagi orang-orang yang sombong." Syurga berkata: "Di tempatku adalah orang-orang yang lemah dan kaum miskin." Allah kemudian memberikan keputusan antara kedua makhluk ini, firmanNya: "Sesungguhnya engkau syurga adalah kerahmatanKu dan denganmulah Aku merahmati siapa saja yang Kukehendaki, sedang sesungguhnya engkau neraka adalah siksaKu yang denganmulah Aku menyiksa siapa saja yang Kukehendaki. Masing-masing dari keduamu itu atas tanggunganKulah perkara isinya." (Riwayat Muslim)

 

وعن أبي هُريرة رضي اللَّه عنه أَن رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « لا يَنْظُرُ اللَّه يَوْم القِيامةِ إِلى مَنْ جَرَّ إِزارَه بَطَراً » متفقٌ عليه .

614. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Allah tidak akan melihat pada hari kiamat nanti kepada seorang yang menarik sarungnya -yakni memanjangkan pakaiannya sampai ke bawah kaki- dengan tujuan kesombongan." (Muttafaq 'alaih)

 

وعنه قال : قالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ثَلاثةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّه يَوْمَ القِيامَةِ ، وَلا يُزَكِّيهِمْ ، وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ ، وَلهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : شَيْخٌ زانٍ ، ومَلِكٌ كَذَّابٌ ، وعائلٌ مُسْتَكْبِرٌ» رواهُ مسلم

615. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Ada tiga macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula menganggap mereka sebagai orang bersih -dari dosa-, juga tidak hendak melihat mereka itu dan bahkan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja -kepala negara- yang suka membohong -menipu rakyatnya- dan orang miskin yang sombong." (Riwayat Muslim)

 

وعنه قال : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « قال اللَّه عزَّ وجلَّ : العِزُّ إِزاري ، والكِبْرياءُ رِدَائِي ، فَمَنْ يُنَازعُني في واحدٍ منهُما فقدْ عذَّبتُه » رواه مسلم .

616. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman -dalam hadits Qudsi-: "Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)

 

وعنْه أَنَّ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « بيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي في حُلَّةٍ تُعْجِبُه نفْسُه ، مرَجِّلٌ رأسَه ، يَخْتَالُ في مَشْيَتِهِ ، إِذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ ، فهو يَتَجَلْجَلُ في الأَرْضِ إلى يوْمِ القِيامةِ » متفقٌ عليه .

617. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan dengan mengenakan pakaian yang merasa heran -bangga- dengan dirinya sendiri, ia menyisir rapi-rapi akan rambutnya lagi pula berlagak sombong di waktu berjalan, tiba-tiba Allah membenamkannya, maka ia tenggelamlah dalam bumi hingga besok hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

 

وعن سَلَمَة بنِ الأَكْوع رضيَ اللَّه عنه قال : قال رسُولُ اللِّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا يزَالُ الرَّجُلُ يَذْهَبُ بِنفْسِهِ حَتَّى يُكْتَبَ في الجَبَّارينَ ، فَيُصِيبُهُ ما أَصابَهمْ » رواهُ الترمذي وقال : حديث حسن .

618. Dari Salamah bin al-Akwa' radhiyallahu anhu katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidak henti-hentinya seorang itu menyombongkan dirinya sehingga dicatatlah ia dalam golongan orang-orang yang congkak, maka akan mengenai pada orang itu bahaya yang juga mengenai golongan manusia-manusia yang congkak." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Yadz-habu binafsihi artinya merasa dirinya tinggi dan juga berlaku sombong.


0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan