Minggu, 21 Januari 2024

Bab 33. Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak Yatim, Anak-Anak Perempuan Dan Orang Lemah Yang Lain-lain, Kaum Fakir Miskin, Orang-orang Cacat, Berbuat Baik Kepada Mereka, Mengasihi, Merendahkan Diri Serta Bersikap Merendah Kepada Mereka

Loading

 

Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

*

 

Bab 33. Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak Yatim, Anak-Anak Perempuan Dan Orang Lemah Yang Lain-lain, Kaum Fakir Miskin, Orang-orang Cacat, Berbuat Baik Kepada Mereka, Mengasihi, Merendahkan Diri Serta Bersikap Merendah Kepada Mereka

 

قال اللَّه تعالى:  { واخفض جناحك للمؤمنين } .

Allah Ta'ala berfirman: "Dan tundukkanlah sayapmu -yakni bersikap merendahlah kepada sesama kaum mu'minin," (al-Hijr: 88)

وقال تعالى:  { واصبر نفسك مع الذين يدعون ربهم بالغداة والعشي يريدون وجهه، ولا تعد عيناك عنهم تريد زينة الحياة الدنيا }

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu menginginkan keridhaan Allah dan janganlah engkau hindarkan pandanganmu terhadap mereka itu, karena engkau menginginkan keindahan hiasan keduniaan." (al-Kahf: 28)

وقال تعالى:  { فأما اليتيم فلا تقهر، وأما السائل فلا تنهر }

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap kasar dan kepada peminta-peminta, janganlah engkau membentak-bentak." [26] (ad-Dhuha: 9-10)

وقال تعالى : { أرأيت الذي يكذب بالدين، فذلك الذي يدع اليتيم، ولا يحض على طعام المسكين }

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Adakah engkau mengetahui siapa orang yang mendustakan Dia -Islam atau hari pembalasan di akhirat- itu? Yang sedemikian itu ialah orang yang tidak menghiraukan keadaan anak yatim dan tidak menyuruh -orang lain atau jiwanya sendiri- untuk memberi makan kepada orang miskin." (al-Ma'un: 1-3)

 

عن سعد بن أَبي وَقَّاص رضي اللَّه عنه قال : كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم سِتَّةَ نفَر ، فقال المُشْرِكُونَ للنَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : اطْرُدْ هُؤُلاءِ لا يَجْتَرِئُون عليْنا ، وكُنْتُ أَنا وابْنُ مسْعُودٍ ورجُل مِنْ هُذَيْلِ وبِلال ورجلانِ لَستُ أُسمِّيهِما ، فَوقَعَ في نَفْسِ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ما شاءَ اللَّه أَن يقعَ فحدث نفْسهُ ، فأَنْزَلَ اللَّهُ تعالى : { ولا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُون رَبَّهُمْ بالْغَداةِ والعَشِيِّ يُريدُونَ وجْهَهُ }  [ الأنعام : 52 ] رواه مسلم.

261. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu anhu, katanya: "Kita beserta Nabi shalallahu alaihi wasalam dan kita semua ada enam orang -selain Beliau shalallahu alaihi wasalam-. Kaum musyrikin lalu berkata: "Usirlah keenam orang itu, supaya mereka tidak berani -bersikap tidak sopan- kepada kita. Enam orang itu ialah saya -yang merawikan hadits ini-, Ibnu Mas'ud, seorang dari kabilah Hudzail, Bilal dan dua orang lagi yang tidak saya sebut namanya. Mereka ini dianggap tidak setaraf derajatnya oleh kaum musyrikin kalau duduk-duduk bersama mereka. Hal itu mengesan sekali dalam jiwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam sedalam yang dikehendaki oleh Allah pengesanannya. Beliau mengusikkan itu dalam jiwanya, kemudian turunlah firman Allah -yang artinya-: "Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu sama menginginkan keridhaan Allah belaka." (al-An'am: 52) (Riwayat Muslim)

 

وعن أَبي هُبيْرةَ عائِذِ بن عمْرو المزَنِيِّ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ بيْعةِ الرِّضوانِ رضي اللَّه عنه، أَنَّ أَبا سُفْيَانَ أَتَى عَلَى سلْمَانَ وصُهَيْب وبلالٍ في نفَرٍ فقالوا : ما أَخَذَتْ سُيُوفُ اللَّه مِنْ عدُوِّ اللَّه مَأْخَذَهَا ، فقال أَبُو بَكْرٍ رضي اللَّه عنه : أَتَقُولُونَ هَذَا لِشَيْخِ قُريْشٍ وَسيِّدِهِمْ؟ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَأَخْبرهُ فقال : يا أَبا بَكْر لَعلَّكَ أَغْضَبتَهُم ؟ لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ لَقَدْ أَغْضَبتَ رَبَّكَ ؟ فأَتَاهُمْ فقال : يا إِخْوتَاهُ آغْضَبْتُكُمْ ؟ قالوا : لا ، يغْفِرُ اللَّه لَكَ يا أُخَيَّ . رواه مسلم .

قولُهُ « مَأْخَذَهَا » أَيْ : لَمْ تَسْتَوفِ حقَّهَا مِنْهُ . وقولُهُ : « يا أُخيَّ » رُوِي بفتحِ الهمزةِ وكسر الخاءِ وتخفيفِ الياءِ ، ورُوِي بضم الهمزة وفتحِ الخاءِ وتشديد الياءِ.

262. Dari Abu Hurairah, yaitu 'A-idz bin 'Amr, al-Muzani dan ia termasuk golongan yang menyaksikan Bai'atur Ridhwan radhiyallahu anhu bahwasanya Abu Sufyan mendatangi Salman, Shuhaib, Bilal dalam sekelompok sahabat. Mereka lalu berkata: "Pedang-pedang Allah belum lagi bertindak terhadap musuh Allah sebagaimana tindakan yang semestinya -yang dimaksudkan musuh Allah ialah Abu Sufyan itu, sebab di kala itu ia masih menjadi kafir. Abu Bakar berkata: "Adakah engkau mengucapkan itu kepada sesepuh Quraisy dan penghulu mereka?" -Abu Bakar berkata ini karena mengharapkan supaya Abu Sufyan masuk Islam, bukan hendak melukai hati para sahabat yang berkata di atas-. Abu Bakar lalu mendatangi Nabi shalallahu alaihi wasalam kemudian memberitahukan apa yang terjadi itu. Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Hai Abu Bakar, barangkali engkau menyebabkan mereka menjadi marah -sebab ucapanmu itu-. Jikalau engkau menyebabkan mereka marah, sesungguhnya engkau menyebabkan juga kemurkaan Tuhanmu." Kemudian Abu Bakar mendatangi orang-orang tadi lalu berkata: "Wahai saudara-saudaraku, apakah saya telah menyebabkan engkau semua menjadi marah?" Mereka menjawab: "Tidak. Semoga Allah memberikan pengampunan padamu, hai saudaraku." (Riwayat Muslim)

 

Ucapannya: Ma'khadzaha artinya tidak memenuhi hak ketentuannya. Ya akhi diriwayatkan dengan fathahnya hamzah dan kasrahnya kha' serta diringankannya ya' - yakni tidak disyaddahkan. Juga diriwayatkan dengan dhammahnya hamzah, fathahnya kha' dan syaddahnya ya' -lalu berbunyi: Ukhayya.

 

وعن سهلِ بن سعدٍ رضي اللَّه عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : «أَنَا وكافلُ الْيتِيمِ في الجنَّةِ هَكَذَا » وأَشَار بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى ، وفَرَّجَ بَيْنَهُمَا » . رواه البخاري.

و « كَافِلُ الْيتِيم » : الْقَائِمُ بِأُمُورِهِ

263. Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari) Kafilul yatim ialah orang yang menanggung segala perkara yang diperlukan oleh anak yatim -baik makan, minum, kediaman, pakaian dan pendidikannya, juga lain-lainnya pula.

 

وعن أَبي هريرة رضي اللَّه عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : «كَافِل الْيتيمِ لَهُ أَوْ لِغَيرِهِ . أَنَا وهُوَ كهَاتَيْنِ في الجَنَّةِ » وَأَشَارَ الرَّاوي وهُو مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ بِالسَّبَّابةِ والْوُسْطى . رواه مسلم

264. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Pemelihara anak yatim, baik miliknya sendiri atau milik lainnya, saya -Nabi shalallahu alaihi wasalam- dan ia adalah seperti kedua jari ini di dalam syurga." Yang merawikan hadits ini yakni Malik bin Anas mengisyaratkan dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengahnya. (Riwayat Muslim)

وقوله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « الْيَتِيمُ لَه أَوْ لِغَيرهِ » معناهُ : قَرِيبهُ ، أَوْ الأَجنَبِيُّ مِنْهُ، فَالْقرِيبُ مِثلُ أَنْ تَكْفُلَه أُمُّه أَوْ جدُّهُ أَو أخُوهُ أَوْ غَيْرُهُمْ مِنْ قَرَابتِهِ ، واللَّه أَعْلَم

Sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam Alyatim iahu au lighairihi, artinya ialah yang masih termasuk keluarganya atau yang termasuk orang lain. Yang masih keluarganya seperti anak yatim yang dipelihara oleh ibunya, neneknya, saudaranya atau lain-lainnya orang yang masih ada kekeluargaan dengannya. Wallahu a'lam.

 

وعنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لَيْسَ المِسْكِينُ الذي تَرُدُّهُ التَّمْرةُ وَالتَّمْرتَانِ، ولا اللُّقْمةُ واللُّقْمتانِ إِنَّمَا المِسْكِينُ الذي يتَعَفَّفُ » متفقٌ عليه .

265. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu pula, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Bukannya orang miskin itu orang yang ditolak oleh orang lain ketika meminta sebiji atau dua biji kurma, atau ketika meminta sesuap atau dua suap makanan. Tetapi sesungguhnya orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang enggan meminta-minta -sekalipun sebenarnya ia membutuhkan-." (Muttafaq 'alaih)

وفي رواية في « الصحيحين » : « لَيْسَ المِسْكِينُ الذي يطُوفُ علَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمةُ واللُّقْمتَان ، وَالتَّمْرةُ وَالتَّمْرتَانِ ، ولَكِنَّ المِسْكِينَ الذي لا يَجِدُ غِنًى يُغنْيِه ، وَلا يُفْطَنُ بِهِ فيُتصدَّقَ عَلَيهِ ، وَلا يَقُومُ فَيسْأَلَ النَّاسَ »

Dalam riwayat kedua kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu disebutkan pula demikian: Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Bukannya orang miskin itu orang yang berkeliling menemui orang-orang banyak, lalu ditolak ketika meminta sesuap dua suap makanan atau sebiji dua biji kurma, tetapi orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang tidak mempunyai kekayaan untuk mencukupi kebutuhannya, tidak pula diketahui kemiskinannya, sebab andaikata diketahui tentu ia akan diberi sedekah, bahkan tidak pula ia suka berdiri lalu meminta-minta sesuatu kepada orang-orang."

 

وعنه عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « السَّاعِي علَى الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ كَالمُجاهِدِ في سبيلِ اللَّه » وأَحْسُبهُ قال : « وَكَالْقائِمِ الَّذي لا يَفْتُرُ ، وَكَالصَّائِمِ لا يُفْطِرِ»متفقٌ عليه

266. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu juga dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Orang yang berusaha untuk kepentingan seorang janda atau orang miskin itu seperti orang yang berjihad fisabilillah," dan saya -yang merawikan Hadits ini- mengira bahwa beliau shalallahu alaihi wasalam juga bersabda: "Dan seperti pula seorang yang melakukan shalat malam yang tidak pernah letih -yakni setiap malam melakukannya, juga seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka -yakni berpuasa terus setiap harinya-." (Muttafaq 'alaih)

 

وعنه عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « شَرُّ الطَّعَام طَعَامُ الْوليمةِ ، يُمْنَعُها مَنْ يأْتِيهَا ، ويُدْعَى إِلَيْهَا مَنْ يَأْبَاهَا ، ومَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّعْوةَ فَقَدْ عَصَى اللَّه ورَسُولُهُ» رواه مسلم.

وفي رواية في الصحيحين عن أبي هريرةَ من قوله : « بِئْسَ الطَّعَامُ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى إِلَيْهَا الأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الفُقَرَاءُ »

267. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu lagi dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang tercegah -yakni tidak diundang- orang yang ingin mendatanginya yaitu kaum fakir miskin, sebab membutuhkannya, tetapi diundanglah orang yang tidak ingin mendatanginya -yaitu kaum kaya raya sebab sudah sering makan yang enak-enak. Namun demikian barangsiapa yang tidak mengabulkan undangan walimah -pengantin- itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan demikian yaitu dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir miskin."

 

وعن أَنس رضي اللَّه عنه عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « مَنْ عَالَ جَارِيتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَومَ القِيامَةِ أَنَا وَهُو كَهَاتَيْنِ » وَضَمَّ أَصَابِعَهُ . رواه مسلم .

 « جَارِيَتَيْنِ » أَيْ : بِنْتَيْنِ .

268. Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: "Barangsiapa yang menanggung segala keperluan dua gadis -dan mencukupkan makan minumnya, pakaiannya, pendidikannya, dan lain-lain- sampai keduanya meningkat usia baligh, maka ia datang pada hari kiamat, saya -Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam- dan ia adalah seperti kedua jari ini dan beliau mengumpulkan jari-jarinya." (Riwayat Muslim) Jariyataini yakni dua jariah artinya dua orang anak perempuan.

 

وعن عائشةَ رضي اللَّه عنها قالت : دَخَلَتَ عليَّ امْرَأَةٌ ومعهَا ابْنَتَانِ لَهَا تَسْأَلُ فَلَم تَجِدْ عِنْدِى شَيْئاً غَيْرَ تَمْرةٍ واحِدةٍ ، فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَقَسَمتْهَا بَيْنَ ابنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا ثُمَّ قامتْ فَخَرَجتْ ، فَدخلَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَلَيْنَا ، فَأَخْبرتُهُ فقال: « مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْراً من النَّارِ » متفقٌ عليه .

269. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Ada seorang wanita masuk ke tempatku dan beserta wanita itu ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi tidak menemukan sesuatu apapun di sisiku selain sebiji kurma saja, kemudian itulah yang kuberikan padanya, lalu wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, ia sendiri tidak makan sedikitpun dari kurma tersebut. Selanjutnya ia berdiri lalu keluar. Nabi shalallahu alaihi wasalam kebetulan masuk di tempatku pada waktu itu, lalu saya beritahukanlah hal tadi. Beliau shalallahu alaihi wasalam terus bersabda: "Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu dari gadis-gadis seperti ini, lalu berbuat baik kepada mereka, maka gadis-gadis itulah yang akan menjadi tabir untuknya dari siksa neraka." (Muttafaq 'alaih)

 

وعن عائشةَ رضي اللَّهُ عنها قالت : جَاءَتنى مِسْكِينَةٌ تَحْمِل ابْنْتَيْن لها ، فَأَطعمتهَا ثَلاثَ تَمْرَاتٍ ، فَأَعطتْ كُلَّ وَاحدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرفعتْ إِلى فيها تَمْرةً لتَأَكُلهَا ، فاستطعمتها ابْنَتَاهَا ، فَشَقَّت التَّمْرَةَ التى كَانَتْ تُريدُ أَنْ تأْكُلهَا بيْنهُمَا ، فأَعْجبنى شَأْنَها ، فَذَكرْتُ الَّذي صنعَتْ لرسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقال : « إن اللَّه قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الجنَّةَ ، أَو أَعْتقَها بِهَا مَن النَّارِ » رواه مسلم

270. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya didatangi oleh seorang wanita miskin yang membawa kedua anak gadisnya, lalu saya memberikan makanan kepada mereka itu berupa tiga biji buah kurma. Wanita itu memberikan setiap sebiji kurma itu kepada kedua anaknya. Seorang dapat sebuah dan sebuah lagi diangkatnya ke mulutnya -hendak dimakan sendiri-. Tiba-tiba kedua anaknya itu meminta supaya diberikan saja yang sebuah itu untuk mereka makan pula lalu wanita tadi memotong buah kurma yang hendak dimakan itu menjadi dua buah dan diberikan pada kedua anaknya. Keadaan wanita itu amat mengherankan saya, maka saya beritahukan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk wanita itu akan masuk syurga karena kelakuannya tadi dan akan dimerdekakan pula dari siksa neraka." (Riwayat Muslim)

 

وعن أبي شُريْحٍ خُوَيْلِدِ بْنِ عَمْروٍ الخُزاعِيِّ رضي اللَّهُ عنه قال : قال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: « اللَّهُمَّ إِنِّى أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعيفينِ الْيَتِيمِ والمرْأَةِ » حديث حسن صحيح رواه النسائى بإِسناد جيدٍ . ومعنى « أُحَرِّجُ » : أُلحقُ الحَرَجَ ، وَهُوَ الإِثْمُ بِمَنْ ضَيَّعَ حَقَّهُما ، وَأُحَذِّرُ منْ ذلكَ تَحْذيراً بَلِيغاً ، وَأَزْجُرُ عَنْهُ زَجْراً أَكيداً .

271. Dari Abu Syuraih, yaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i radhiyallahu anhu, katanya: "Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya saya sangat memberatkan dosa -yakni termasuk dosa yang berat- orang yang menyia-nyiakan haknya dua golongan yang lemah, yaitu anak yatim dan perempuan." Ini adalah hadits hasan yang diriwayatkan oleh an-Nasa'i dengan isnad yang baik. Makna Uharriju ialah aku menganggap dosa dan maksudnya berdosa bagi orang yang menyia-nyiakan haknya kedua macam orang di atas yakni anak yatim dan wanita, juga aku takut-takuti dengan sesangat-sangatnya orang yang melakukan sedemikian itu, bahkan kularang benar-benar, jangan sekali-kali dipermainkan hak-hak mereka itu.

 

وعن مُصْعبِ بنِ سعدِ بنِ أبي وقَّاصٍ رضي اللَّه عنهما : رأَى سعْدٌ أَنَّ لَهُ فَضْلاً علَى مَنْ دُونهُ ، فقال النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « هَل تُنْصرُونَ وتُرزقُونَ إِلاَّ بِضُعفائِكُم» رواه البخاري هَكَذا مُرسلاً ، فَإِن مصعَب ابن سعد تَابِعِيُّ ، ورواه الحافِظُ أَبو بكر الْبَرْقَانِى في صحيحِهِ مُتَّصلاً عن أَبيه رضي اللَّه عنه

272. Dari Mus'ab bin Sa'ad bin Abu Waqqash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sa'ad merasa bahwasanya ia memiliki kelebihan keutamaan dari orang-orang yang sebawahnya, kemudian Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Bukankah engkau semua tidak akan memperoleh pertolongan atau rezeki melainkan dengan sebab usaha dari orang-orang yang lemah dari kalanganmu semua itu." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai hadits mursal, sebab sebenarnya Mus'ab bin Sa'ad itu adalah seorang Tabi'in. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-Barqani dalam kitab shahihnya sebagai Hadis muttashil dari Mus'ab dari ayahnya radhiyallahu anhu

 

وعن أبي الدَّرْداءِ عُوَيْمرٍ رضي اللَّه عنه قال : سمِعتُ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقول : «ابْغونِي في الضُّعَفَاءَ ، فَإِنَّمَا تُنْصرُونَ ، وتُرْزقون بضُعفائِكُمْ » رواه أَبو داود بإسناد جيد

273. Dari Abuddarda', yaitu 'Uwaimir radhiyallahu anhu, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Carilah untukmu orang-orang yang lemah, sebab sesungguhnya engkau semua diberi rezeki serta pertolongan dengan sebab orang-orang yang lemah di kalangan engkau semua itu." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik.

 

Keterangan:


Hadis di atas menurut riwayat Imam an-Nasa'i berbunyi: "Sesungguhnya umat ini dapat memperoleh pertolongan -Allah Ta'ala- dengan sebab kaum yang lemah dari golongan mereka -kaum Muslimin-." Mengapa demikian? Dalam penafsirannya disebutkan bahwa kaum yang dha'if, lemah dan dipandang tidak berharga oleh umumnya masyarakat itulah yang justru banyak yang dikabulkan doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa dan lebih khusyu' dalam mengerjakan ibadah karena hati mereka sudah kosong sama sekali dari pemikiran perihal keduniawiyahan, sebab memang tidak memiliki kelebihan-kelebihan. Oleh sebab itu kita yang dari golongan berada, apalagi yang hartawan, jangan sekali-kali menganggap hina dina kepada mereka itu, sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal harta benda itu memang bukan suatu cela. Mereka seyogyanya kita tolong sesuai dengan kemampuan kita, agar suka membantu kita berdoa untuk memperoleh rezeki yang halal. Mereka tentu suka mendoakan orang yang kasih sayang kepada mereka, sebab kalau ada rezeki yang kita peroleh, merekapun pasti akan merasakan bagiannya. Jadi sebagaimana orang yang tegap dan kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum yang lemah itupun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta'ala dengan doa yang mereka panjatkan yang mustajab (terkabul) kehadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.


Catatan Kaki:

 

[26] Taqhar, dapat diartikan bersikap kasar atau menggunakan harta anak yatim itu untuk kepentingannya sendiri dan tidak ada maksud akan memberikan apabila ia telah dewasa. Adapun Tanhar yang artinya membentak-bentak, maksudnya ialah orang yang meminta-minta itu jangan ditolak secara kasar, tetapi berilah atau tolaklah dengan kata-kata yang baik dan halus.

 

 

 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan