Supardi, otd.kide@pamapersada.com
Operational Training Development Kideco
Pertanyaan :
1. Apa ada dasarnya pembacaan Surat Yasin bagi orang yang mau meninggal dunia ataupun yang sudah meninggal dunia?
2. Apakah ada hadits yang shahih bahwa doa orang banyak seperti jumlah 40 orang itu lebih afdlal dan diijabahi ketimbang berdoa sendiri-sendiri?
Jawaban :
1. Apa yang saudara tanyakan itu telah sering ditanyakan kepada pengasuh rubrik ini dan telah dijawab serta sudah dibukukan terdiri atas 4 buah buku, buku Tanya Jawab Agama 1 s.d. 4, bahkan akan segera diterbitkan buku yang ke-5. Namun demikian kami jawab juga seperlunya pertanyaan saudara, yaitu sebagai berikut:
Diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah dari Ma‘qal bin Yasar, beliau berkata bahwa Nabi saw pernah bersabda: اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ , artinya: Bacalah Yasin atas mautaakum.
Hadits tersebut dipandang shahih oleh Ibnu Hibban, tetapi menurut Al-Qathan hadits itu ada catatnya, dan menurut Imam ad-Daruquthni sanad hadits itu lemah. Menurut Ibnu Hibban yang menshahihkan hadits tersebut, lafadz مَوْتَاكُمْ bermakna majaz, artinya Yasin itu dibaca di hadapan orang yang sedang sekarat akan meninggal dunia, bukan kepada orang yang sudah mati. Namun ada pula ulama yang memahami surat Yasin dibaca terhadap orang yang sudah meninggal dunia, jadi menurut ulama ini perkataan مَوْتَاكُمْ diartikan secara hakiki. Imam ath-Thabrani, seorang yang beraliran ma'tsur menguatkan makna majaz seperti Ibnu Hibban itu.
Kalau kita konsekuen dengan aturan yang dipergunakan dalam ilmu ulumul hadits, maka hadits itu lemah dan dengan sendirinya tidak bias menjadi hujjah (alasan) dalam menetapkan hukum. Namun demikian harus saudara ketahui bahwa menurut Ibnu Katsir, salah satu keistimewaan surat Yasin adalah kemudahan terlimpah bagi pembacanya saat menghadapi kesulitan atau kesukaran.
Surat Yasin digelari juga sebagai jantung Al-Qur'an (قَلْبُ الْقُرْآنِ). Penamaan seperti itu menurut al-Ghazali disebabkan surat Yasin menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan, sedang keimanan baru dinilai benar kalau seseorang mempercayai hari kebangkitan. Memang kepercayaan tentang hari kebangkitan mendorong manusia untuk beramal shalih dengan tulus. Hal ini dapat dihayati oleh orang yang memahamiarti ayat-ayat dalam surat Yasin itu.
Salah seorang ahli hadits, almarhum Prof. Dr. TM Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya Pedoman Zikir dan Doa, menganjurkan supaya surat Yasin, al-Waqi‘ah, dan al-Mulk (tabaaraka) dibiasakan dibaca setiap malam oleh kita yang hidup untuk diri kita sendiri.
Namun demikian Muhammadiyah di dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) halaman 239 menegaskan:
أَمَا قِرَاءَةُ يس عَلَى اْلمُحْتَضِرِ فَلَيْسَ لَهَا أَصْلٌ ثَابِتٌ.
Artinya: Bacaan Yasin pada orang yang hampir mati itu tiada ada alasannya yang shahih.
2. Sepanjang yang telah kami teliti/ketahui tidak terdapat hadits yang mengatakan bahwa doa yang dibacakan oleh 40 orang atau lebih itu lebih afdlal (utama) dari doa yang dibaca sendiri-sendiri. Yang kami temukan haditsnya yaitu sabda Nabi saw mengenai mayyit yang dishalatkan oleh banyak orang (40 orang), Allah akan memberi pertolongan terhadap mayyit itu.
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُونَ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ شَفَّعَهُمْ اللهُ فِيهِ. [رواه أحمد ومسلم وأبو داود].
Artinya: “Tidak ada seorang muslim yang meninggal dunia, lalu jenazahnya dishalatkan oleh 40 orang, mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah menerima permintaan/permohonan mereka.” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud].
Berdasarkan hadits tersebut dianjurkan memperbanyak jumlah orang shalat jenazah dengan berjamaah 40 orang atau lebih, seperti disebutkan pula dalam hadits riwayat Ahmad, Muslim, dan at-Turmudzi dari Aisyah ra., dimana Nabi saw pernah bersabda pula:
مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلاَّ شُفِّعُوا.
Artinya: “Tidaklah seorang mayyit itu dishalatkan oleh kaum muslimin, mereka sampai berjumlah 100 orang, dimana mereka memohonkan ampun untuk mayyit itu, niscaya diterima permohonan mereka.”
Boleh jadi dari hadits tersebut yang bersifat khusus untuk mayyit lalu mereka qiyaskan kepada doa yang bersifat umum. Tetapi karena ini menyangkut soal ibadah maka Muhammadiyah berpendapat tidak ada qiyas dalam bidang ibadah. Qiyas itu dilakukan dalam bidang muammalah duniawiyah. *th)
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan