ADAB TERHADAP KEDUA ORANG TUA
(BIRRUL WALIDAIN= berbakti kepada kedua orang
tua)
Dari Aim Amr Asy-Syaibani, dia berkata, "Pemilik
rumah ini meriwayatkan kepadaku -sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke
rumah Abdullah- dia berkata,
سَأَلْتُ النبي صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ : الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ :
ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادِ فِي
سَبِيْلِ اللهِ قَالَ : فَحَدَّثْنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتّزَدْتُهُ لَزَادَنِى
'Saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi xoasallam, "Apakah
perbuatan yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla?." Nabi
menjawab, "Shalat pada waktunya". Kemudian saya bertanya lagi,
"Lalu apa?." Rasulullah menjawab, 'Kemudian berbuat baik kepada
kedua orang tuanya'. Lalu saya kembali bertanya, "Lalu apa?"
Rasulullah menjawab, "Kemudian jihad dijalan Allah'." Abdullah
berkata, 'Rasulullah menerangkan perkara tersebut kepadaku. Sekiranya aku
meminta tambahan kepadanya, maka niscaya beliau akan menambahnya
untukku.'"
Hadits Shahih, disebutkan
di dalam kitab Al Inua* (1197), (Bukhari, 9. Kitab Mawaqitush-Shalat,
5- Bab Fadhlus-Shalati li Waqtiha. Muslim, 1-Kitab Al Iman, hadits
137,138,139 dan 140)
Seorang Muslim tentu mengetahui hak
kedua orang tua atas dirinya dan kewajiban berbakti, menaati dan berbuat baik
terhadap keduanya. Bukan hanya karena mereka berdua menjadi sebab
keberadaannya, atau karena mereka telah berbuat baik terhadapnya dan memenuhi kebutuhannya,
atau karena mereka adalah manusia paling berjasa dan utama bagi dirinya, akan
tetapi lebih dari itu karena Allah Ta’ala telah menetapkan kewajiban atas anak
untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya, bahkan perintah
tersebut penyebutannya disertakan dengan kewajiban hamba yang paling utama
yaitu kewajiban beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan tidak menyekutukanNya.
Firman Allah Ta’ala:
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا
Yang artinya, “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.” (QS. Al-Isra’: 23)
Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh
setiap muslim, berikut ini adalah beberapa petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam berbakti kepada kedua orang tua baik semasa hidup
keduanya atau sepeninggal mereka.
A. Hak-Hak
yang Wajib Dilaksanakan Semasa Hidup Orang Tua.
1. Menaati
mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala.
Menaati kedua orang tua hukumnya
wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang
diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah Ta’ala
(berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman :
وَإِنْ
جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا
فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.Luqman:15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya
ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
2. Berbakti
dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua
Allah Ta’ala berfirman, artinya :
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا
وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
وَاخْفِضْ
لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا
Artinya “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Sungguh merugi,
sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya
yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat
memasukkannya ke dalam surga.” (HR.Muslim)
Di antara bakti terhadap kedua orang
tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti mereka,
walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara
melebihi suara mereka. Rendahkanlah diri dihadapan keduanya dengan cara
mendahulukan segala urusan mereka.
3. Berbicara
dengan lemah lembut di hadapan mereka
4.
Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti
kepada kedua orang tua, terutama jika hal tersebut merupakan hasil jerih payah
sendiri. Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta. Sudah seyogyanya,
mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan
mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.
5. Meminta
izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan
untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-pent). Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai
Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu
masih mempunyai kedua orang tua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau
bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna dengan hadits
tersebut.
6.
Memberikan harta kepada orang tua sebesar yang mereka inginkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku
ingin mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu
dan hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang
jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan
dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
7. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada
orang-orang yang dicintainya.
Hendaknya seseorang membuat kedua
orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai.
Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka,
menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.
8. Memenuhi
sumpah / Nazar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk
suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka
wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal itu termasuk
hak mereka.
9. Tidak
Mencaci maki kedua orang tua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki orang
tuanya.” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki
orang tuanya?’ Beliau menjawab, “ Ada. ia mencaci maki ayah orang lain kemudian
orang tersebut membalas mencaci maki orang tuanya. Ia mencaci maki ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak
dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan dengan bergurau padahal hal ini
merupakan perbuatan dosa besar.
10.
Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling berhak
mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu
bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki
itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu
siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih
menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati ayah lebih didahulukan jika keduanya
menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at.
Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat
baik kepada ibu’ dalam hadits tersebut adalah bersikap lebih halus dan lembut
kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar
dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
11. Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua
daripada berbuat baik kepada istri.
Di antara hadits yang menunjukkan
hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua lalu mereka
tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara
amal mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya,
walaupun anak dan istrinya membutuhkan’.
B. Hak-Hak
Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia
1. Mengurus jenazahnya dan banyak
mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan bakti seorang anak kepada kedua
orang tuanya.
2. Beristighfar (memohonkan ampun
kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua, karena merekalah orang yang paling
utama untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka dan menerima
amal baik mereka.
3. Menunaikan janji dan wasiat kedua
orang tua yang belum terpenuhi semasa hidup mereka, dan melanjutkan amal-amal
baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan terus
mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
4. Memuliakan teman atau sahabat
dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung
tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya meninggal”.
(HR. Muslim)
5. Menyambung tali silaturrahim
dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang
siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka
sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia
meninggal”. (HR. Ibnu Hibban).
Semoga petunjuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berbakti kepada kedua orang tua di atas
dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita. Karena hal tersebut merupakan hak
mereka berdua sekaligus sebagai kewajiban kita sebagai anak yang shalih untuk
melakukannya. Wallahu a’lam.
Sumber: Mausu’ah al-Adab al-Islamiyah, Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhushalihin, dan Minhajul Muslim.
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=521
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan