Rabu, 30 Januari 2013

TAFSIR SURAT AL-FATIHAH

Loading


 

 

 

1. TEKS AL-FATIHAH

 بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

 مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

  ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ  


 2. TERJEMAHAN
1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[7].
6. Tunjukilah[8] Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]


3. TERJEMAHAAN PERKATA
ayat ke 1

بِسْمِ
dengan nama
ٱللَّهِ
Allah
ٱلرَّحْمَٰنِ
Maha Pemurah
ٱلرَّحِيمِ
Maha Penyayang
bismi allaahi alrrahmaani alrrahiimi
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [1]

[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar-Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar-Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Ayat: 2

ٱلْحَمْدُ
pujian
لِلَّهِ
bagi Allah
رَبِّ
Tuhan/Pemelihara
ٱلْعَٰلَمِينَ
alam semesta
alhamdu lillaahi rabbi al'aalamiina
2. Segala puji [2] bagi Allah, Tuhan semesta alam. [3]

[2] Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap ni'mat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

[3] Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafadz "rabb" tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia,alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah pencipta semua alam-alam itu.

Ayat: 3

ٱلرَّحْمَٰنِ
Maha Pemurah
ٱلرَّحِيمِ
Maha Penyayang
alrrahmaani alrrahiimi
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Surah: Al-Fatihah - Ayat: 4

مَٰلِكِ
Raja
يَوْمِ
hari
ٱلدِّينِ
pembalasan
maaliki yawmi alddiini
4. Yang menguasai [4] di Hari Pembalasan [5]

[4] Maalik (Yang Menguasai) dengan memanjangkan "mim", yang berarti: pemilik. Dapat pula dibaca dengan (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.

[5] Yaumiddin (hari pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.


Surah: Al-Fatihah - Ayat: 5

إِيَّاكَ
hanya kepadaMu
نَعْبُدُ
kami menyembah
وَإِيَّاكَ
dan hanya kepadaMu
نَسْتَعِينُ
kami mohon pertolongan
iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iinu
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah [6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. [7]

[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.


Surah: Al-Fatihah - Ayat: 6

ٱهْدِنَا
tunjukkan kami
ٱلصِّرَٰطَ
jalan
ٱلْمُسْتَقِيمَ
lurus
ihdinaa alshshiraatha almustaqiima
6. Tunjukilah [8] kami jalan yang lurus,

[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata "hidayaat": memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.





Surah: Al-Fatihah - Ayat: 7

صِرَٰطَ
jalan
ٱلَّذِينَ
orang-orang
أَنْعَمْتَ
diberi nikmat
عَلَيْهِمْ
kepadanya
غَيْرِ
bukan
ٱلْمَغْضُوبِ
orang yang dimurkai
عَلَيْهِمْ
kepadanya
وَلَا
dan tidak
ٱلضَّآلِّينَ
orang-orang yang sesat
shiraatha alladziina an'amta 'alayhim ghayri almaghdhuubi 'alayhim walaa aldhdhaalliina
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [9]

[9] Yang dimaksud dengan "mereka yang dimurkai" dan "mereka yang sesat" ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

 4. Keutamaan surat al-Fatihah

Surat Al-Fatihah adalah surat yang amat masyhur, telah dikenal oleh seluruh kaum muslimin. Saking terkenalnya, terkadang sebagian kaum muslimin menyalahgunakannya, seperti membacanya untuk orang mati saat ziarah kubur, atau mengirimkan pahalanya kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailaniy, dan orang-orang yang telah mati. Semua ini tak ada contohnya dari Allah dan Rasul-Nya.
Surat Al-Fatihah amat masyhur, namun banyak di antara kita tak mengetahui fadhilah, dan keutamaannya. Padahal banyak sekali hadits-hadits yang menunjukkan keutamaannya, baik dari sisi kandungan atau kedudukannya di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Diantara fadhilah dan keutamaan Surat Al-Fatihah:
Orang yang membaca Al-Fatihah akan mendapatkan balasan pahala yang besar di sisi Allah. Terlebih lagi jika ia membacanya dengan ikhlash, dan mentadabburi maknanya.
Abu Sa’id bin Al-Mu’allaa -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
كُنْتُ أُصَلِّيْ فَدَعَانِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّيْ كُنْتُ أُصَلِّيْ, قَالَ: أَلَمْ يَقُلِ اللهُ: (اسْتَجِيْبُوْا لِلّهِ وَلِلرَّسُوْلِ إِذَا دَعَاكُمْ), ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِيْ, فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنَّكَ قُلْتَ: لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ. قَالَ: (الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ), هِيَ السَّبعُ الْمَثَانِيْ وَاْلقُرْآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِيْ أُوْتِيْتَهُ
Dulu aku pernah sholat. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku. Namun aku tak memenuhi panggilan beliau. Aku katakan, “Wahai Rasulullah, tadi aku sholat“. Beliau bersabda, “Bukankah Allah berfirman,
“Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu“. (QS. Al-Anfaal: 24).
Kemudian beliau bersabda, “Maukah engkau kuajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid”?. Beliau pun memegang tanganku. Tatkala kami hendak keluar, maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi Anda bersabda, “Aku akan ajarkan kepadamu Surat yang paling agung dalam Al-Qur’an”. Beliau bersabda, “Alhamdulillahi Robbil alamin. Dia ( Surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4720), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (913)]
Al-Imam Ibnu At-Tiin-rahimahullah- berkata saat menjelaskan makna hadits di atas, “Maknanya, bahwa pahalanya lebih agung (lebih besar) dibandingkan surat lainnya”. [Lihat Fathul Bari(8/158) karya Ibnu Hajar Al-Asqolaniy]
Surat Al-Fatihah merupakan surat terbaik, karena ia mengandung tauhid, ittiba’ (mengikuti) Sunnah, adab berdo’a, al-wala’ wal baro’, keimanan terhadap perkara gaib, dan lainnya.
Ibnu Jabir-radhiyallahu ‘anhu- berkata,
اِنْتَهَيْتُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ إِهْرَاقَ الْمَاءَ فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَقُلْتُ: السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَانْطَلَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْشِيْ وَأَنَا خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى رَحْلِهِ وَدَخَلْتُ أَنَا الْمَسْجِدَ فَجَلَسْتُ كَئِيْبًا حَزِيْنًا فَخَرَجَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ تَطَهَّرَ فَقَالَ : عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ و عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ ثُمَّ قَالَ اَلاَ أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُوْرَةٍ فِيْ الْقُرْآنِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: اِقْرَأْ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى تَخْتِمَهَا
Aku tiba kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , sedang beliau mengalirkan air. Aku berkata, “Assalamu alaika, wahai Rasulullah”. Maka beliau tak menjawab salamku (sebanyak 3 X). Kemudian Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berjalan, sedang aku berada di belakangnya sampai beliau masuk ke kemahnya, dan aku masuk ke masjid sambil duduk dalam keadaan bersedih. Maka keluarlah Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menemuiku, sedang beliau telah bersuci seraya bersabda, “Alaikas salam wa rahmatullah (3 kali)”. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Abdullah bin Jabir, maukah kukabarkan kepadamu tentang sebaik-baik surat di dalam Al-Qur’an”. Aku katakan, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Bacalah surat Alhamdulillahi Robbil alamin (yakni, Surat Al-Fatihah) sampai engkau menyelesaikannya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/177). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 17633)]
Al – Fatihah adalah Al – Qur’an Al – Azhim
Surat Al-Fatihah dinamai oleh Allah dengan “Al-Qur’an Al-Azhim”, padahal Al-Qur’an Al-Azim bukan hanya Al-Fatihah, masih ada surat-surat lainnya yang berjumlah 11 3. Namun Allah -Azza wa Jalla- menamainya demikian karena kandungan Al-Fatihah meliputi segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim secara global. Wallahu A’lam bish showab.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنُ الْعَظِيْمُ
Ummul Qur’an (yakni, Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim“. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4427), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1457), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3124)]
Surat Ruqyah
Al-Qur’an seluruhnya bisa digunakan dalam meruqyah. Namun secara khusus Al-Fatihah pernah dipergunakan oleh para sahabat dalam meruqyah sebagian orang yang tergigit kalajengking. Dengan berkat pertolongan Allah, orang yang digigit kalajengking tersebut sembuh kala itu juga.
Sekarang kita dengarkan kisahnya dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- ketika beliau berkata,
انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ سَفْرَةٍ سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِيْنَ نَزَلُوْا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعْيُنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ فَهَلْ عَنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: نَعَمْ وَاللهِ إِنِّيْ لأَُرْقِي وَلَكِنْ وَاللهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُوْنَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا جُعْلاً فَصَالَحُوْهُمْ عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفُلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ { الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ } . فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ . قَالَ: فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِيْ صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: اقْسِمُوْا فَقَالَ الَّذِيْ رَقِيَ: لاَ تَفْعَلُوْا حَتَّى نَأْتِيّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِيْ كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ فَذَكَرُوْا لَهُ فَقَالَ: وَمَا يُدْرِيْكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ . ثُمَّ قَالَ: قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوْا وَاضْرِبُوْا لِيْ مَعَكُمْ سَهْمًا . فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ada beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berangkat dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan sampai mereka singgah pada suatu perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka enggan untuk menjamu mereka (para sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan segala sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian diantara mereka berkata, “Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para sahabat) yang telah singgah. Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara mereka”.Orang-orang itu pun mendatangi para sahabat seraya berkata, “Wahai para rombongan, sesungguhnya pemimpin kami tersengat, dan kami telah melakukan segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat kepadanya. Apakah ada sesuatu (obat) pada seorang diantara kalian?” Sebagian sahabat berkata, “Ya, ada. Demi Allah, sesungguhnya aku bisa me-ruqyah. Tapi demi Allah, kami telah meminta jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau me-ruqyah kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami”. Merekapun menyetujui para sahabat dengan gaji berupa beberapa ekor kambing. Lalu seorang sahabat pergi (untuk me-ruqyah mereka) sambil memercikkan ludahnya kepada pimpinan suku tersebut, dan membaca, “Alhamdulillah Robbil alamin (yakni, Al-Fatihah)”. Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia berjalan, dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id) berkata, “Mereka pun memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka sepakati. Sebagian sahabat berkata, “Silakan bagi (kambingnya)”. Yang me-ruqyah berkata, “Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang sesuatu yang terjadi. Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada kita”. Mereka pun datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya menyebutkan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Apa yang memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?” Kemudian beliau bersabda lagi, “Kalian telah benar, silakan (kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian bersama kalian”. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tertawa“. [HR. Al-Bukhoriy (2156), Muslim (2201)]
Al-Imam Ibnu Abi Jamroh-rahimahullah- berkata, “Tempat memercikkan ludah ketika me-ruqyah adalah usai membaca Al-Qur’an pada anggota badan yang dilalui oleh ludah”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (9/206)]
Cahaya Untuk Ummat Islam
Satu lagi diantara fadhilah Al-Fatihah, ia disebut dengan cahaya, karena di dalamnya terdapat petunjuk bagi seorang muslim dalam semua urusannya. Jika kita mengkaji Al-Fatihah secara mendalam, maka kita akan mendapat banyak faedah dan petunjuk. Oleh karena itu, sebagian ulama’ telah menulis kitab khusus menafsirkan Al-Fatihah dan mengeluarkan mutiara hikmahnya yang berisi pelita yang menerangi kehidupan kita.
Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
بَيْنَمَا جِبْرِيْلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ نَقِيْضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى اْلأَرْضِ لَمْ يَنْزِلُ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُوْرَيْنِ أُوْتِيْتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ: فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيْمَ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيْتَهُ
Tatkala Jibril duduk di sisi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , maka ia mendengarkan suara (seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat kepalanya seraya berkata, “Ini adalah pintu di langit yang baru dibuka pada hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada hari ini”. Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqoroh. Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“. [HR. Muslim dalam Shahih-nya (806), dan An-Nasa’iy (912)]
Penentu Sholat
Al-Fatihah adalah kewajiban bagi setiap orang yang mengerjakan sholat, baik ia imam, makmum, atau pun munfarid (sholat sendiri). Barangsiapa yang tak membacanya, maka sholatnya tak sah.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلاَثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيْلَ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ وَرَاءَ اْلإِمَامِ فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِيْ نَفْسِكَ فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
Barangsiapa yang melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) di dalamnya, maka sholatnya kurang (3X), tidak sempurna”. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana kalau kami di belakang imam”. Beliau berkata, “Bacalah pada dirimu (yakni, secara sirr/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Allah -Ta’ala- berfirman, “Aku telah membagi Sholat (yakni, Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan sesuatu yang ia minta”. [HR. Muslim (395), Abu Dawud (821), At-Tirmidziy (2953), An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838)]
Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, “Al-Fatihah dinamai sholat, karena sholat tak sah, kecuali bersama Al-Fatihah“. [Lihat Syarh Shohih Muslim (2/127)]
Inilah beberapa diantara keutamaan Al-Fatihah, kami sajikan bagi para khotib, da’i, penuntut ilmu, dan seluruh kaum muslimin agar mereka tahu dan mengamalkan hadits-hadits shohih ini, dan menyebarkannya, tanpa berpegang lagi dengan hadits-hadits lemah dan palsu tentang fadhilah Al-Fatihah.
Sumber : http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=428


Keutamaan Surah Al Fatihah
Surat al-Fatihah adalah sari atau inti dari maarif al-Quran dan oleh karena itu surat al-Fatihah disebut dengan Ummul Kitab atau Fatihatul Kitab.
Surat al-Fatihah yang merupakan surat pembuka al-Quran, disebut pula dengan Fatihatul Kitab, Sab'ul Matsani, Syifa, dan Nur. Dalam sebuah riwayat dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa keutamaan surat al-Fatihah sama seperti para penyangga arsy dan barang siapa yang membacanya maka pahalanya sama seperti pahala para penyangga arsy.
Ibnu Abbas dalam meriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa surat al-Fatihah adalah dua pertiga dari al-Quran.
Berkah dan Manfaat
Rasulullah Saw bersabda, surat al-Fatihah dibacakan pada rasa sakit kecuali jika setelah membacanya rasa sakit itu reda.
Imam Ja'far as-Shadiq juga berkata, orang yang merasa sakit maka baginya untuk membaca surat al-Fatihah sebanyak tujuh kali, dan jika rasa sakitnya belum reda, maka hendaknya dia membacanya 70 kali, aku menjamin dia akan pulih."
Dalam berbagai riwayat disebutkan berbagai manfaat dan berkah membaca surat al-Fatihah. Diriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang membaca surat al-Fatihah dan Tauhid ketika memasuki rumahnya, maka Allah akan menjauhkan darinya kemiskinan dan akan melimpahkan berkah dalam hidupnya sebanyak-banyak sampai dapat dirasakan oleh para tetangganya.
Dalam al-Quran, surat al-Fatihah dinilai sebagai sebuah anugerah besar yang diberikan kepada Rasulullah Saw dan di hadapannya adalah seluruh al-Quran
«وَلَقَدْ آتَیْنَاکَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِی وَالْقُرْآنَ الْعَظِیمَ »
Dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq as disebutkan, "Setan berteriak empat kali dan merintih untuk pertama kalinya di hari ketika diusir dari sisi Allah Swt, kemudian ketika turun dari sorga ke bumi, ketiga ketika pengutusan Muhammad Saw dan keempat ketika surat al-Fatihah diwahyukan."
Surat al-Fatihah Mengandung Tiga Pilar Agama
Ayatullah Javadi Amoli ketika menafsirkan surat al-Fatihah menyinggung tiga pilar maarif al-Quran dan mengatakan, "Maarif al-Quran terbagi menjadi tiga, bagian pertamanya berkaitan dengan tauhid, bagian kedua berkaitan dengan hari kiamat, dan bagian ketiga terkait dengan kenabian dan risalah yang menjadi penghubung antara mabda' dan maad (awal dan akhir). Dan ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as tentang
«رحم الله امرأ عرف من أین و فی أین و الی أین»
Sesungguhnya menjelaskan tentang tiga pilar tersebut bahwa orang yang dirahmati Allah Swt adalah orang yang mengetahui tempat berangkat, tempat kembalinya, serta jalan antara tempat keberangkatan dan tujuannya. Jalan antara tempat berangkat dan tujuan itu adalah masalah risalah, wahyu, dan agama. Adapun tempat keberangkatan dan tujuan manusia adalah penciptaan dan akhir dari kehidupan."
Surat al-Fatihah mengandung tiga pilar tersebut, oleh karena itu surat ini disebut dengan nama Ummul Kitab. Bagian dari surat ini mengacu pada mabda' yaitu
«الحمد لله رب العالمین»
Yaitu prinsip ketauhidan, yang berarti mabda'. Dan juga memperhatikan masalah kiamat
«مالک یوم الدین»
Serta masalah risalah, wahyu, dan kenabian yang terkandung dalam ayat:
«ایاک نعبد و ایاک نستعین»
  http://ahlulbaitindonesia.org/index.php/agama/tafsir/1045-keutamaan-surah-al-fatihah.html

5. Nama-Nama Al-Fatihah
1. Fatihah (pembuka) al-kitab, yakni pembuka kitab dalam bentuk tulisan (mushaf). Dan dengannyalah bacaan-bacaan dalam shalat dimulai.
2. Ummu (induk) al-kitab dan ummu al-qur`an, karena makna-makna Al-Qur`an semuanya kembali kepada kandungan surah al-fatihah ini.
3. As-sab’ul matsani (tujuh ayat yang berulang) dan Al-Qur`an Al-Azhim. Telah tsabit dalam hadits yang shahih riwayat At-Tirmizi -dan dia menyatakannya shahih- dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعالَمِيْنَ: أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتابِ وَالسَّبْعُ الْمَثانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيْمُ
“Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (al-fatihah) adalah induk Al-Qur`an, induk al-kitab, tujuh ayat yang berulang, dan Al-Qur`an Al-Azhim.”
4. Dinamakan juga ‘al-hamdu’.
5. Dan juga ‘ash-shalah’, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam (yang beliau riwayatkan) dari Rabbnya:
قُسِمَتِ الصَّلاةُ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ. فَإذا قالَ الْعَبْدُ: اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعالَمِيْنَ, قالَ اللهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي
“Shalat dibagi antara Aku dengan hamba-Ku. Jika hamba mengatakan, “Alhamdulillahi Rabbil alamin,” Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuji-Ku,” sampai akhir hadits.
Maka di sini al-fatihah dinamakan shalat karena membacanya merupakan syarat syah di dalam shalat.
6. Dinamakan juga asy-syifa (kesembuhan). Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari Abu Said secara marfu’:
فاتِحَةُ الْكِتابِ شِفاءٌ مِنْ كُلِّ سُمٍّ
“Fatihah al-kitab adalah penyembuh dari semua bentuk racun.”
7. Dinamakan juga ar-ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri ketika dia membacanya dalam meruqyah seorang lelaki yang terkena racun (sengatan kalajengking, pent.). Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya:
وَما يُدْرِيْكَ أَنَّها رُقْيَةٌ
“Dari mana kamu tahu kalau al-fatihah itu ruqyah.”
8. Juga dinamakan asas (pokok-pokok) Al-Qur`an. Berdasarkan atsar yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi dari Ibnu Abbas bahwa beliau menamakannya asas Al-Qur`an. Ibnu Abbas berkata, “Dan pokok dari al-fatihah adalah bismillahirrahmanirrahim.
9. Sufyan bin Uyainah menamakannya al-waqiyah (yang menjaga).
10. Yahya bin Abi Katsir menamakannya al-kafiah (yang mencukupi). Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam beberapa hadits yang mursal, “Ummu Al-Qur`an adalah pengganti dari surah selainnya dan tidak ada satupun surah selainnya yang bisa menggantikannya.”
11. Dinamakan juga surah ash-shalah dan al-kunz (perbendaharaan). Keduanya disebutkan oleh Az-Zamakhsyari dalam kitabnya Al-Kasysyaf.
Turunnya
Surah Al-Fatihah turun di Makkah. Ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, Qatadah, dan Abu Al-Aliyah. Karenanya dia adalah surah makkiah. Ada yang berpendapat: Dia adalah surah madaniah. Dan ada yang berpendapat: Al-Fatihah turun dua kali, sekali di Makkah dan sekali di Madinah.

[Taysir Al-Ali Al-Qadir li Ikhtishar Tafsir Ibni Katsir hal. 6-7]http://al-atsariyyah.com/nama-nama-al-fatihah-dan-turunnya.html


5. Al-Fatihah Sebagai penyembuh

Tehnik Rahasia untuk Pertolongan Pertama untuk scanning/pendeteksian dan Menyirnakan Penyakit  dengan Instant melalui tangan kanan, prosesi peyembuhan kurang dari 5 menit dengan "Surah Al Fatihah".
Instant Healing Power ini muncul dari "pancaran panas " di tangan kita yang menyirnakan sihir ditempat yang sakit. Pancaran itu adalah effect dari Al Fatihah yang dikenal dengan Umul Qur'an atau induknya Al Qur'an.

Sekilas saya terangkan kehebatan ayat ini yang diterangkan Ibnu katsir dari sebuah hadits sahih dalam tafsirnya.

Tidak diragukan lagi tentang kehebatan dan kedahsyatan Al Fatihah ini. Tentu saja setelah kita meyakini dan mengimaninya dengan pengetahuan yang cukup. Annas bin Malik dan jumhur ulama mengatakan bahwa al Fatihah adalah Umul Qur'an atau Inti/Induknya Al Qur'an, alasannya banyak sekali. Diantaranya sabda Rasulullah sholallahu alaiyhi wa sallam yang bersabda, seperti diriwayatkan imam At Thirmidzy dari Abu Hurairah ra bahwa "Alhamdulillahirabbil'alamiin adalah umul Qur'an, As Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan Al Quranul Adziim"

dalam setiap ayat Al Fatihah (ayat 1 - 7), keseluruhannya berupa pengikraran hati, pengakuan, pujian, dan juga DO'A. Sehingga ayat ini disebut juga ayat Syifa/Penawar. Mengapa do'a dalam al_fatihah ini dahsyat?

Adalah hadits yang terkenal dihati hati seorang mukmin, sebuah sabda Rasulullah bahwasannya Allah menjawab langsung setiap Ayat yang dibacakan dalam Al Fatihah! ini tergambar jelas dalam sebuah hadits Qudsy, Allah berfirman: "Aku membagi shalat diantara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian, jika hamba-ku membaca Alhamdulillahirabbil Alaamiin maka Allah berfirman/menjawab "Aku telah dipuji oleh Hambaku".
Hadits Qudsy yang ditakhrij An Nasai, hadits qudsy ini diriwayatkan Imam Al Bukhari, beliau berkata "Bacalah Al Fatihah itu dihatimu karena aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda;

"Allah berfirman; "Aku telah membagi shalat menjadi dua bagian antara diri-Ku dengan hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. 'Jika ia mengucapkan 'Alhamdulillahirabbil'alaamiin', maka Allah berfirman 'Hamba-Ku telah memuji-Ku. Dan apabila ia mengucapkan "Arrahmanirrahiim" Allah berfirman; 'Hambaku telah menyanjung-Ku". Dan jika ia mengucapkan "Maliki yaumiddin', maka Allah berfirman: 'Hambaku telah memuliakan-Ku'. Jia ia mengucapkan; 'iyyakana'budu wa iyya kanasta'in", maka Allah berfirman; 'Inilah bagian antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta". Dan jika ia mengucapkan; 'ihdinassirotolmustaqiim.. sirathaladina an'amta alaiyhim ghoiril magdubi alaiyhim waladdhaliin', maka Allah berfirman; 'Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta" 

Jika kita teliti, maka dalam hadits sahih lain juga dipaparkan bahwa Allah menjawab setiap do'a dalam Al Fatihah itu per-ayat dengan cash! Dan nilai CASH ini langsung bisa diakses seorang muslim langsung melintasi langit ke 7 tanpa hijab dalam sepersekian detik bahkan langsung atau instant. Inilah Penyembuhan Instan Al Fatihah.

Namun, harus diingat bahwa ketika kita meminta kita harus bersungguh-sungguh dan kita mengerti atau tahu apa yang kita minta. Tentunya disertai adab mengemis yang benar. Minimal disertai rasa butuh dan keyakinan penuh bahwa yang diminta punya dan mampu memberi. Lihat saja anak kecil yang minta ke orang tua? Mereka kadang nangis demi kesungguhan mereka, dan mereka yakin ayahnya mampu memberi hanya saja sang ayah belum mau atau belum "ridha", masalahnya bagaimana agar Allah ini ridha?

Apa kaitannya dengan ruqiyyah?Jelas, hadits tentang ini lebih masyhur lagi. Lihat pernyataan ibnu katsir dalam tafsirnya bahwa Al Fatihah selain berperan sebagai syarat syahnya shalat juga sebagai ayat Syifa. Ini berdasarkan sebuah hadits yang di ungkapkan Abu Sa'id, yaitu ketika seorang sahabat menjampi seseorang yang terkena sengatan, maka Rasulullah bertanya:

"Dari mana engkau tahu bahwa Al Fatihah itu adalah Ruqiyyah?"

Ya, kita flashback sedikit kebelakang. Bahwasannya arti dari kata "Ruqiyyah" adalah "Jampi" atau "Mantra", kemudian Rasulullah mengesahkan sebagian dari praktik penyembuhan di jaman Rasulullah itu dengan sabdanya bahwasannya "Semua tehnik ruqiyyah yang bebas dari kesyirikan itu boleh bahkan dianjurkan"

dalam Tafsir Ibnu Katsir cetakan Pustaka Imam Syafi'i di sebutkan:

لاَ بَأْسَ بِالُّرقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكاً
“Tidak mengapa menggunakan RUQYAH selama tidak mengandung kesyirikan” Hadits Riwayat Abu Daud (4/10 no. 2200). Dan dishahihkan oleh Al Albani. (Lihat Shahih Sunan Abi Dawud, Shahih Al Jami’ no.1048, dan As Silsilah Ash Shahihah 3/55).

Tehnik "Power Penyembuhan Instan  Al Fatihah" ini bisa juga dilakukan untuk "Scaning" atau dalam istilah sederhananya pendeteksian apakah dalam diri seseorang tersebut ada pengaruh sihir dari jin atau tidak. Atau lebih sederhananya mengetahui, apakah sakit seseorang itu karena sihir atau alasan medis.

Caranya deteksi ini mudah, bacakan Al fatihah di tangan kanan dan letakan di salah satu tubuh pasien lalu tanyakan apa yang ia rasakan. Setelah itu sentuhkan juga ke orang lain disampingnya dan tanyakan juga. Lalu lihat hasilnya, seorang yang terkena pengaruh jin atau ada jin dalam tubuhnya akan merasakan hawa hangat atau panas. Dan orang yang tidak terkena gangguan apa-apa maka akan merasakan tangan itu dingin.

berikut ini caranya:

1. Yakinkan sepenuh hati, bahwa energi (daya/kekuatan) penyembuhan ini datang dari Allah.
2. Baca Istighfar untuk memohon ampunan atau menetralisir hati kita dari belenggu dosa. Baca Syahadat untuk mengokohkan ketauhidan, baca shalawat kepada Rasulullah sebagai tawasul/perantara sampainya do'a ke langit, baca Ta'awudz untuk menetralisir syaitan dihati kita dan perlindungan, baca "Lahawla walaa quwwata illabillahil aliyhil adziim" untuk meneguhkan dan menyerahkan setiap keputusan ikhtiar kita spenuhnya kepada Allah, baca Hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maula wa ni'man nasiir" untuk mengokohkan keyakinan bahwa Allah itu cukup untuk kita.
3. Dekatkan tangan kita dengan bibir, kira kira 5 sentimeter. Lalu baca Al Fatihah dimulai dari Basmallah hingga Akhir. Lalu tiupkan ke telapak tangan dan dekatkan di titik atau tempat yang sakit.

4. Lalu putarkan searah putaran tawaf atau putarkan dengan putaran "unclockwise" atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam selama 3 atau 7 kali. Yakinkan hati kita untuk menarik semua pengaruh sihir itu lalu hempaskan ke arah kanan.

5. Tarik nafas dan rasakan, insya Allah saat itu sakit berkurang. Dan lakukan selama 3 kali cara yang sama, dan Insya Allah penyakit itu SIRNA.

Catatan Sangat Penting: 
- Lima point diatas bisa disederhanakan hanya dengan membaca "Al Fatihah" saja secara keseluruhan dan di tiupkan ketangan.

- Keberhasilan hanya dengan izin Allah, dan tidak akan berhasil selama kita ragu apalagi meragukan kemudahan dari Allah dalam hal ini.

- Teknis ini akan lebih dahsyat jika seorang therapist atau pasien sendiri (jika dilakukan mandiri) dalam kondisi punya wudhu.

- Ini bisa disebut hanya untuk pertolongan pertama. Sihir yang sirna dalah sihir kecil, dan kesembuhan tidak permanent, karena kembalinya sihir itu bergantung kepada penyihir. Dan kita harus punya penangkalnya


sumber: http://quranic-healing.blogspot.com

 

7.AL-FATIHAH: Tafsir Ayat 1 - 7

(1)BISMILLAHIRAMANIRAHIMI
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Menyayangi
Ummu Salamah r.a. berkata, "Rasulullah saw. telah membaca Bismillahirrahmanirrahim ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis da'if Riwayat Ibnu Khuzaimah). Abu Hurairah r.a. ketika memberi contoh salat Nabi saw. membaca keras-keras Bismillahirrahmanirrahim. (HR. an-Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah ketika sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka ditegur oleh sahabat Muhajirin yang hadir, kemudian ketika sembahyang lagi ia membaca Bismillahirrahmanirrahim.
Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis Aisyah r.a. yang berkata, "Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).
Anas r.a. berkata, "Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin". (Bukhari, Muslim).
Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan perbuatan. karena sabda Nabi saw. yang berbunyi:
"Tiap urusan (perbuatan) yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim maka terputus berkatnya."
Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:
"Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah"
Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga sunat ketika makan, karena sabda Nabi saw. ke- ada Umar bin Abi Salamah yang berbunyi, "Bacalah Bismil- lah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu". (HR. Muslim). Juga membaca Basmalah ketika akan jima' (bersetubuh) sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a. Rasullah saw. bersabda: Andaikan salah satu kamu jika akan bersetubuh (jima') de- ngan istrinya membaca, "engan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Maka jika ditakdirkan mendapat anak dari jima' tidak mudah diganggu oleh setan untuk selamanya". (HR. Bukhari, Muslim).

Bismillah ( Dengan nama ALLAH )
Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan pertolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga untuk menyedari kembali sebagai makhluk Allah, bahawa segalanya bergantung kepada rahmat kurnia Allah. Hidup, mati dan daya upaya semata-semata terserah kepada rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.
ALLAH
Nama Zat Allah Ta'ala. Nama Allah khusus bagi Allah, tidak dinamakan pada zat yang lain selain Allah. Haram menamakan dengan nama Allah pada zat yang lain selain Allah melainkan dengan menyandarkan sesuatu seperti Abdullah (hamba Allah) atau Amatullah (hamba perempuan Allah).
Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Murah Yang Maha Penyayang)
Ar-Rahman (Yang Pemurah) yakni yang penuh rahmatNya kepada semua makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang kafir. Adapun Ar-Rahim (Yang Penyayang) khusus rahimNya buat kaum mukmin sahaja. Firman Allah: "Arrahman alal arsyi istawa", untuk menunjukkan bahwa rahmat Allah meliputi (memenuhi) seiuruh Arsy. Dan firman Allah: "Wa kaana bil mu'miniina rahiima" (Dan terhadap kaum mukminin sangat belas kasih).
Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat dipakai oleh lain-lainNya. Karena itu ketika Musailama al-Kadzdzab berani menamakan dirinya Rahmanul Yamamah, maka Allah membuka kepalsuan dan kedustaannya, sehingga dikenal di tengah-tengah masyarakat Musailamah al-Khadzdzab bukan sahaja bagi penduduk kota bahkan orang-orang Baduwi juga menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab iaitu Musailamah Yang Pembohong.
Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai oleh lain-Nya dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya seperti Allah, Ar-Rahman, Al-Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang boleh seperti Ar-Rahim, As-Sami', Al-Bashir seperti firman Allah, "Faja'alnaahu samii'an bashiira" (Maka Kami jadikan manusia itu mendengar lagi melihat).

(2) ALHAMDU LILLAHIR RABBIL ALAMIN
Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.
Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas melulu kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.
Alhamdullilah
Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu Alhamdulillah". Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).
Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat, "Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Zat-Nya".
Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "HambaKu telah syukur pada-Ku".
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: Seutama-utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).
Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah", melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih be- sar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).
Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu". 'Al' dalam kalimat Al-hamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).
Rabb
Bererti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta. Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai pencipta, yang mcmelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin."
Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua menunjukkan dan membuktikan kcpada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.
(3) AR-RAHMAN AR-RAHIM
Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Ar-Rahman
yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan, minum, harta benda dan lain-lain.
Ar-Rahim
yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa, seperti nikmat iman dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia Allah maka takkan dapat menghitungnya.
(4) MALIKI YAUMIDIN
Raja yang memiliki pembalasan
Maliki
Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki). Maaliki sesuai dengan ayat:
"Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya, dan kepada Kami mereka akan kembali."
(Maryam 40). Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia".
(an-Naas 1-2)
. "Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang memaksa (perkasa)."
(al-Mu'min = Ghafir 16).
Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar: Rahman.
(al-Furqan 26).
Ad-Din (Pembalasan dan Perhitungan).
Sesuai dengan ayat:
"Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan)". (as-Shafaat 53). Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi dirimu sebelum kamu dihisab (diperhitungkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar, menghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun."
(5) Iyyaka na'budu wa iyyaka nas ta'iin.
Hanya kepadaMu (Allah) kami mengabdi (menyembah) dan hanya kepada-Mu pula kami minta pertolongan.
Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata,
"Iyyaka na'budu bermaksud Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in bermaksud "Kami minta tolohg kepada-Mu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentinganku"
Qatadah berkata,
Dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan."
(6) Ihdinaas Shiraathal mustaqiim
Pimpinlah kami ke jalan yang lurus.
Shirath dapat dibaca dengan shad, siin dan zai dan tidak berubah arti. Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang jelas tidak berliku-liku. Shiraatal mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah saw. Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Asshiratul mustaqiim kitabullah'. Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.
An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan (shirrat) yang lurus, sedang di kanan-kiri jalan ada dinding dan di pagar ada pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara berseru, "Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seruan, maka bila ada orang yang akan membuka pintu dipenngatkan, 'Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anda membuka pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu batas-batas hukum Allah dan pintu yang terbuka ialah yang diharamkan Allah- sedang seruan di muka jalan itu ialah kitab Allah, dn seruan di atas shiraf ialah seruan nasihat dalam hati tiap orang muslim.
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).
Tujuan ayat ini minta taufik hidayat semoga tetap mengikuti apa yang diridai Allah, sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang diridai Allah maka ia termasuk golongan mereka yang mendapa nikmat dari Allah daripada Nabi shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan siapa yang mendapat taufik hidayat sedemikian berarti ia benar-benar Islam berpegang pada kitab Allah dan sunnaturrasul, menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan syariat agama. Jika ditanya, "Mengapakah seorang mukmin harus minta hidayat, padahal ia bersalat itu berarti hidayat?"
Jawabnya, "Seorang memerlukan hidayat itu pada setiap saat dan dalam segala hal keadaan kepada Allah supaya tetap terus terpimpin oleh hidayat Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk mendapat hidayat taufik dan pimpinan-Nya. Maka seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayat Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Nisa:
"Hal orang beriman percayalah kepada Allah dan Rasulullah" (an-Nisa 136).
Dalam ayat ini orang mukmin disuruh beriman, yang maksudnya supaya terus tetap imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan, jangan berhenti di tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.

(7) Shiraathalladzina an'amta alaihim ghairil magh dhubi alaihim waladh dhaallin
Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka, dan bukan jalan yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat.
Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat rida dan nikmat dari Allah ialah mereka yang tersebut dalam ayat 69 an-Nisa:
Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah sebaik-baik kawan. (an-Nisa 69).
Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat:
"Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa" (Itulah kurnia Allah dan cukup Allah yang Maha Mengetahui.)
Ibnu Abbas berkata, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin. Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi, mereka telah mengetahui kitab Allah, tetapi tidak melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.
Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah yang dimurkai Allah itu?" Jawab Nabi saw., "Alyahud (Yahudi)". "Dan siapakah yang sesat itu?" Jawab Nabi saw. "An-Nashara (Kristen/Nasrani)".
Orang Yahudi disebut dalam ayat "Man la'anabullahu wa ghadhiba alaihi"(Orang yang dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga dijadikan di antara mereka kera dan babi.)
Orang Nashara disebut dalam ayat "Qad dhallu min qablu, wa adhallu katsiera wa dhallu an sawaa issabiil" (Mereka yangtelah sesat sejak dahulu, dan menyesatkan orang banyak, dan tersesat dari jalan yang benar.)
Pasal:
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut hal Hari Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba supaya meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah, serta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada hamba sahaya selalu minta hidayat taufik dan pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat nikmat dari golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai atau tersesat dari jalan Allah. 
 http://soni69.tripod.com/alfatihah/index.htm

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan