Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi * |
Bab 262. Memiliki Ketetapan -Keteguhan atau Kebenaran- Dalam Hal Apa Yang Diucapkan Atau Apa Yang Diceritakan
قال اللَّه تعالى : { ولا تقف ما ليس لك به علم }
Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah engkau mengikuti pada sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan dalam hal itu." (al-Isra': 36)
وقال تعالى: { ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد }
Allah Ta'ala berfirman pula: "Tidaklah seseorang itu mengucapkan sesuatu ucapan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib -pencatat kebaikan- dan 'Atid -pencatat keburukan-." (Qaf:18)
وعنْ أبي هُريْرة رضي اللَّه عنْهُ أنَّ النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « كفي بالمَرءِ كَذِباً أنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ ما سمعِ » رواه مسلم .
1544. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Cukuplah seseorang itu dustanya apabila ia mengutarakan -mengatakan- segala sesuatu yang didengar olehnya." (Riwayat Muslim)
وعن سمُرة رضي اللَّه عنْهُ قال : قال رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « منْ حدَّث عنِّي بِحَدِيثٍ يرَى أنَّهُ كذِبٌ ، فَهُو أحدُ الكَاذِبين » رواه مسلم .
1545. Dari Samurah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang membicarakan sesuatu hadits dari saya -Nabi shalallahu alaihi wasalam-, sedang ia mengetahui bahwa apa yang dibicarakan olehnya itu adalah dusta, maka ia adalah salah seorang diantara golongan kaum pendusta." (Riwayat Muslim)
وعنْ أسماءَ رضي اللَّه عنْها أن امْرأة قالَتْ : يا رَسُول اللَّه إنَّ لي ضرَّةَ فهل علَيَّ جناحٌ إنْ تَشبعْتُ من زوجي غيْرَ الذي يُعطِيني ؟ فقال النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « المُتشبِّعُ بِما لـم يُعْطَ كَلابِس ثَوْبَي زُورٍ » متفقٌ عليه .
1546. Dari Asma' radhiallahu 'anha bahwasanya ada seorang perempuan berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya ini mempunyai seorang madu, maka apakah kiranya saya memperoleh dosa jikalau saya berpura-pura kenyang dari suami saya itu selain yang ia berikan pada saya?" Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Seseorang yang berpura-pura kenyang dengan sesuatu yang ia tidak diberi, maka ia adalah orang yang mengenakan dua macam pakaian kedustaan." (Muttafaq 'alaih)
Almutasyabbi' ialah seseorang yang menampakkan dirinya sebagai seorang yang kenyang, padahal ia sebenarnya bukan seorang yang kenyang. Adapun maknanya di sini ialah bahwa ia menampakkan bahwa ia memperoleh sesuatu keutamaan -seperti pemberian dan lain-lain-, padahal sebenarnya ia tidak memperoleh itu. Adapun labisu tsaubai zurin yaitu yang menanggung kedustaan, maksudnya ialah memalsukan dirinya sendiri di hadapan orang banyak bahwa ia seolah-olah mengenakan pakaian ahli zuhud, ahli ilmu pengetahuan atau seorang yang berharta banyak dengan tujuan agar orang-orang itu tertipu oleh apa yang dilihatnya, padahal sebenarnya ia tidak memiliki sifat sebagaimana yang diperlihatkan kepada orang banyak itu. Ada pula ulama yang menerangkan bahwa maksudnya tidak sebagaimana yang diuraikan di atas. Wallahu a'lam.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan