Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan
A.
Sejarah Awal Gerakan Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah gerakan islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al-qur’an dan Sunah. Yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaharuan umat islam pada zamannya, pada tanggal 8 Zulhijjah 1830 M yang bertepa- tan dengan tanggal 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta. Dan salah satu dari gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan selain dari pemahaman tentang keagamaan juga dibidang pen- didikan. Karna pada zaman itu pendidikan di desa Kauman sangatlah kurang karna banyaknya kemiskinan akibat dari penjajahan bangsa Belanda.
Pada awalnya K.H. Ahmad Dahlan mengajar
di Langgar Kidoel yang merupakan tempat pembelajaran agama
islam yang merupakan pen- inggalan ayahnya setelah ia wafat yang
bernama K.H. Abu Bakar yang juga
merupakan Khatib di Masjid Gede. Pada tahun 1903 K.H. Ahmad Dahlan pergi haji yang kedua kalinya.
Sepulangnya dari Mekkah K.H. Ahmad Dahlan
mengajar di sekolah
Govermen yang merupakan
seko- lah yang didirikan
orang belanda. Dari hal tersebut K.H. Ahmad Dahlan
ingin merubah pandangan orang islam di Kauman yang memandang segala hal yang ada di sekolah tersebut
merupakan kafir termasuk meja, kursi sampai pada peta dunia.
Perjalanan
K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan sekolah tidaklah mudah dan penuh hujatan dari para penduduk
maupun para peting-
gi islam yang ada di Kauman. Mereka mengangap sekolah yang di- dirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan tersebut
mirip dengan sekolah kafir Govermen. Dimana
pada sekolah tersebut
tidak ada mengajarkan ilmu agama dan rata-rata murid-muridnya adalah non muslim
atau kafir, hingga K.H. Ahmad Dahlan mengajar dan memasukan
ajaran agama islam pada mata pelajaran di sekolah tersebut
dengan jerih payah serta pengetahuan yang dimilikinya.
K.H.
Ahmad Dahlan mendirikan sekolah pertama kali yang dibantu oleh para muridnya yaitu sebuah Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan
dari «Sekolah» kegiatan K.H. Ahmad Dahlan dalam menjelaskan agama Islam. Yang semua murid-muridnya merupakan anak-anak
kurang mampu atau fakir miskin di Desa Kauman. Di Madrasah
tersebut tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum.
B.
Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
Muhammadiyah sebagai sebuah persyarikatan telah merumuskan visi dan misiyang sudah jelas, sehingga dapat melahirkan gerakan yang terarah dan mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan se- cara bersama.Sebagai sebuah gerakan, dalam perjalanannya Muham- madiyah melaksanakan usaha dan kegiatannya dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
Dalam
dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktif- itasnya dalam bentuk mendirikan madrasah-madrasah dan pesant- ren dengan memasukkan kurikulum
pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
umum dan modern, mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan. Lembaga
pendidikan yang didirikan
di atas dikelola dalam bentuk
amal usaha dengan
penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal
mulai dari Pimpinan Pusat sampai
ke tingkat Pimpinan Cabang.
Pendirian
pendidikan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan dengan pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan dan dilandasi atas motivasi teologis bahwa
manusia akan mampu menca- pai derajat
keiamanan dan ketaqwaan yang sempurna apabila mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Motivasi
teologis inilah menurut
Mu’ti, yang mendorong KH.Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendi- dikan di emperan
rumahnya dan memberikan pelajaran agama eks- tra
kurikuler di OSVIA dan kweekschoool.
Pada aspek yang berbeda, Muhammad
Azhar melihat pendidikan yang diselenggarakan oleh Mu- hammadiyah pada aspek burhani
yakni sebuah lembaga pendidikan lebih
banyak melahirkan output ketimbang outcome, aspek irfani yakni pendidikan Muhammadiyah yang bercirikan rasionalitas dan material- itas-birokratik, aspek bayani, yakni pendidikan Muhammadiyah yang model pengajarannya menjadi terasa kering, mengingat paradigma pergerakan Muhammadiyah yang modernistik.
Dalam bidang pendidikan hingga
tahun 2010 Muhammadiyah memi- liki 4.623
Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah
Ibtidaiyah; 347 Madrasah
Diniyah; 1.178 Sekolah Menengah
Pertama; 507 Madra-
sah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7
Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren;
serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendi- dikan tinggi, sampai
tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universi- tas, 93 Sekolah
Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik.
Muhammadiyah memang
sudah berkomitmen sejak dulu untuk
terus mengembangkan dan
memajukan pendidikan di Indonesia.Sejak awal
pendirian bahkan sebelum
berdirinya Muhammadiyah, pendirinya yaitu kyai haji
Ahmad Dahlan memang sudah sangat peduli dan perhatian dengan pendidikan.Ia begitu
peduli dengan nasib anak-anak diseki-
tar Kauman yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Dengan ke- cerdasannya maka lambat laun ia mampu
merintis sistem pendidikan modern yang mengkombinasikan ilmu pengetahuan umum dan agama.
Ia kemudian mendirikan sekolah madrasah ibtidaiyah diniyah yang per-
tama di Kauman. Semangat untuk terus mengembangkan dan mema- jukan pendidikan di Indonesia ini
kemudian diteruskan oleh para kader Muhammadiyah
dengan terus mendirikan lembaga pendidikan yang berkualitas dan memiliki infrastruktur yang bagus dan
memadai.Seh- ingga Muhammadiyah ikut
membantu pemerintah dalam rangka men- capai masyarakat yang berpendidikan yang bebas dari kemiskinan.
Dengan kuantitas lembaga pendidikan yang sudah dimiliki Muham- madiyah tersebut, Muhammadiyah terus mengembangkan dan mem- bentuk inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan ini agar peserta didi- knya mampu menjawab tantangan zaman.Saat ini sudah ada lembaga pendidikan yang sudah mapan, namun ada juga yang belum.Untuk yang belum mapan inilah yang masih membutuhkan perhatian lebih dari Muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memajukann- ya.
C.
Konsep Dasar Pendidikan Muhammadiyah.
Secara umum konsep dasar pendidikan adalah suatu proses pem- bentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional). Menurut Fahrur Razy Dalimunte,1999:11. Pendidikan merupakan aktivitas yang diori- entasikan kepada pengembangan individu manusia secara optimal. Sementara itu konsep dasar pendidikan Muhammadiyah menurut KH Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai
kehidupan yang ber- bahagia di dunia dan akhirat seperti yang
dijelaskan Firman Allah yang artinya
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku”Q.S Adz-Dzariyat: 56 dan
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Al- lah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan Muslim” Q.S Ali-Imran: 102
Tujuan Pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil
sebagai “ulama-ulama in- telek” atau “intelek ulama”,
yaitu seorang Muslim
yang memiliki ketegu-
han iman dan Ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
Adapun
tujuan pendidikan Muhammadiyah mengacu pada tujuan Muhammadiyah yaitu:
a.
Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah
Menyebarkan ajaran kanjeng
Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera
didalam residenan Yogyakarta menunjukan hal Agama Islamkepada anggotanya
b.
Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakarta menjadi memajukan dan menggembirakan pengajaran dan memajukan Agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhammadiyah se- cara umum berbunyi:
•
Terwujudnya
manusia Muslim yang berakhlak mulia cakap, per- caya pada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Beramal
menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebe- nar-benarnya
•
Memajukan
dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
untuk pembangunan dan masyarakat negara Re- publik
Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian pendidikan perlu menentukan tujuan yang ingin dicapai, sehingga mudah diarahkan dan die- valuasi
sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Dari tujuan
tersebut, maka tujuan
pendidikan formal Muhammadiyah adalah:
•
Menegakan,
berarti membuat agar tegak dan tidak tergoyahkan itu dengan memegang teguh, mempertahankan, membela serta memperjuangkan ajaran Islam.
•
Menjungjung
tinggi berarti membawa di atas segala-galanya,
yaitu dengan cara anak didik supaya mengamalkan mengindah- kan
serta melaksanakan Ajaran Agama Islam.
•
Agama
Islam yaitu: Agama yang dibawa para Rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Segenap isi Ajaran Ag- ama yang dibawa oleh para Rasul tersebut,
sudah tercakup dalam Syariat Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berupa
Al Qur’an Hadits. Maka siswa
Muhammadiyah bisa me- megang teguh
Agama Islam sebagai Agama Tauhid yang diba-
wa oleh Rasul dan sudah
sempurna sehingga dapat terbentuk insan-insan kamil.
2. Pendidik
Pendidik
Secara etimologi berarti orang yang memberikan bimbin- gan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik
adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti “teacher” artinya
guru yang mengajar dirumah.
Sedangkan
secara Secara terminologi adalah: Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa “Pendidik adalah sebagai orang yang memi- kul tanggung jawab untuk mendidik” adapun
menurut Muri yusuf yaitu “Pendidikadalah
individu yang mampu melaksanakan tindakan mendi- dik dalam situasi
pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan”.
Pengertian tersebut tidak berbeda jauh dengan
pengertian Pendi- dik menurut
Muhammadiyah yaitu, Pendidik/guru adalah setiap orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan anak didik dan mempunyai tanggungjawab menunaikan amanat
Vertikal (Alloh) dan horizontal (kemanusiaan).
Dalam mendidik
tidak sembarang orang bisa menjadi
seorang pendidik dan untuk menjadi seorang pendidik ada syarat yang harus dipenuhi.
Menurut Muhammadiyah secara umum syarat menjadi seo- rang pendidik yaitu harus memiliki ilmu, memiliki kemampuan
dalam ilmu jiwa, harus memiliki
akhlak teladan dalam kelasnya bahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Dari beberapa
syarat terebut harus dilanda- si
oleh sikap mental terutama akhlak teladan yaitu, siap menjalankan perintah Allah SWT, jiwa pengabdian,
ikhlas beramal, serta keyakinan dan
kelurusan/kebenaran Agama Islam. Dengan demikian untuk men- jadi seorang pendidik menurut
Muhammadiyah perlu memiliki pers- yaratan-persyaratan khusus, diantaranya:
•
Harus seorang
Muslim artinya beragama
Islam yang beriman
dan bertaqwa.
•
Anggota / guru simpatikan Muhammadiyah atau aisyiah.
•
Mempunyai keteladanan yang mulia baik di sekolah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Ikhlas.
•
Bertanggung jawab.
•
Mempunyai
kemampuan istimewa dalam mendidik
baik dalam menguasai materi pelajaran
maupun dalam program pelajaran seperti
metode, pengelolaan kelas, mengerti dan faham admin- istrasi sekolah maupun dalam memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian.
3. Peserta Didik
Peserta
didik atau disebut juga Mutarabbi,
hakikatnya adalah orang yang
memerlukan bimbingan. Secara kodrati, seorang anak memerlu- kan Pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa,
paling tidak, karena
ada dua aspek, yaitu aspek pedagogis
dan sosiologis.
Menurut
Muhammadiyah peserta didik merupakan bahan mentah atau objek dalam proses transformasi pendidikan. Ia mempunyai
ker- agaman yang berbeda
dan sebagai makhluk Allah
di muka bumi ini se- bagai
khalifah yang perlu dididik dan dibina serta dikembangkan agar bisa mengelolanya
dan kembali kepada Khaliknya.
Dengan
demikian maka anak didik merupakan suatu objek yang akan menerima transformasi pendidikan, dan sebagai
objek yang akan menerima
transformasi harus mempunyai syarat sebagai pelajar yang baik yaitu;
•
Mempunyai akhlak
yang baik dan mulia.
•
Mempunyai
sikap yang sopan dan santun baik kepada sesama
maupun kepada yang lebih tua dan
muda.
•
Harus bisa meneruskan perjuangan.
•
Harus dapat
dipercaya dan cinta damai.
•
Dan bersedia
mentaati peraturan yang ada di Muhammadiyah.
4. Kurikulum
Menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDI- KNAS) No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah sebagai berikut:
“Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tu- juan Pendidikan
tertentu” (Arifin, 2003:36).
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu sistem Pendidikan, karena kurikulum merupakan alat
un- tuk mencapai tujuan Pendidikan
dan sekaligus sebagai pedoman da- lam
pelaksanaan pengjaran pada semua jenis dan tingkat Pendidikan (Ramayulis 2006:149).
Kurikulum
yang digunakan di Muhammadiyah merupakan kuriku- lum gabungan antara
kurikulum pelajaran pesantren
dengan kurikulum modern dengan mempelajari ilmu-ilmu
dalam bidang umum. Adapun materi yang
disajikan di Pendidikan Muhammadiyah harus menyentuh berbagai aspek yaitu:
•
Aqidah akhlak
•
Hablumminallah.
•
Hablumminannas.
•
Bahasa dan Tarikh
Dengan
demikian maka materi yang disampaikan pada pendidikan Muhammadiyah adalah Pendidikan Agama yang mencakup mata pe- lajaran aqidah akhlak, hadist, piqh,
tarikh, bahasa, al-quran dan kemu- hammadiyahan.
Selain pendidikan Agama di Muhammadiyah juga ter- dapat pendidikan umum yang meliputi IPA, IPS Ilmu teknik, olah
raga, matematika dll.
Bahan pelajaran di atas diberikan secara berencana. Artinya bahan pelajaran tertentu diberikan di kelas
tertentu dengan waktu atau lama belajar
di setiap kelas yang telah ditetapkan. Di sekolah/pendidikan Muhammadiyah juga telah diterapkan sistem
ulangan, absensi Murid dan kenaikan
kelas, dan kecakapan
murid dinilai melalui
ulangan yang diberikan.
5. Metode
Metode
mengajar adalah cara atau tekhnik untuk mencapai tujuan pelajaran, Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
di- gunakan oleh pendidik dalam
membelajarkan peserta didik saat ber- langsungnya proses
pembelajaran.
Kalau
dalam sistem pendidikan Islam tradisional dikenal metode so- rogan dan weton, maka di lembaga
pendidikan klasikal seperti yang dipraktekkan
oleh Muhammadiyah, metode pengajaran yang demikian tidak diterapkan lagi. Di muhammadiyah murid tidak lagi hanya
mene- rima dengan kritis dan dengan
perbandingan, terutama bagi kitab fikih yang mengajarkan pendapat Mujtahid tertentu.
Adapun Metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu Metode ce- ramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode karya wisata/belajar di alam.
D. Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
1.
Masalah Kualitas
Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat secara
kuantitatif belum diim- bangi
peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas ter- tentu
kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif
bagi pengembangan kemajuan
umat dan bangsa.
Bahwa
amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas
dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakul- er, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak
lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan.Da- lam sejumlah aspek banyak disoroti
kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi
internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak
mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati
beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide
dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.
Kedepan
diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, seh- ingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta
mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Mu- hammadiyah.
Dewasa
ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan teruta- ma
menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisa- si dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma tentang keunggulan suatu
Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada
keunggulan kompetitif (competitive
advantage).
Keunggulam
komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya
alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
artinya dalam konteks pergeseran paradigma
keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang
sangat tinggi, karena harus ber- hadapan
dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat
cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memi- lih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai
tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri
secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah).
Inilah salah satu dari sekian tanta- ngan yang harus dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan.
2.
Permasalahan
Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru.
Betapapun kemajuan taknolo-
gi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun
posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable
penting bagi ke- berhasilan pendidikan.
Menurut
Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi
seo- rang yang pintar dan lancar
baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi
tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang
guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga
bisa “di ditiru”
Itu
artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai us- aha sambilan, atau pekerjaan sebagai
moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
dilapangan menunjukkan adanya
guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal
dari pendidikan guru,
dan mereka me- masuki
pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak,
untuk tidak men- gatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan
rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
3.
Masalah kebudayaan
(alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil
budi daya manusia
baik bersifat mate-
rial maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bang- sa lain. Suatu perkembangan kebudayaan
dalam abad moderen saat ini adalah
tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya
proses alkulturasi yaitu per- tukaran
dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Dari
sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut
maka akan mudah masuk pengaruh negatif
bagi kebudayaan, moral dan akhlak
anak. Oleh kare-
na itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk mem- filter budaya-budaya yang negatif yang
diakibatkan oleh pengaruh bu- daya-budaya barat.
(Arifin, 1994:42)
4.
Permasalahan
Strategi Pembelajaran
Menurut
Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik.Tuntutan
global telah mengubah paradigma
pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru.Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tung- gal, berlangsung secara terisolasi, interaksi
guru-murid berupa pembe-
rian informasi dan pengajaran berbasis
factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan
pergeseran paradigma pembelaja- ran dari model tradisional ke arah model baru, namun
kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi
pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru.Hal ini agaknya ber- kaitan
erat dengan rendahnya
professionalisme guru.
5. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif
dari
pada kemajuan
teknologi sampai kini,
adalah bersifat fasilitatif (memu-
dahkan).Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan
ketenangan yang semangkin beragam.
Dampak
negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya
men- tal-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk
penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti
ke- cerdasan pikiran,
ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan
infor- matika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak
yaitu dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak
lagi harus mencari terjemah kata-kata
asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer pener- jemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah
nampak jelas bahwa pengaruh teknologi
dan informasi memiliki dampak positif dan negatif
6. Tantangan era globalisasi terhadap
pendidikan agama Islam di
antaranya, krisis moral.
Melalui
tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi,
kekerasan, liar dan lain-lain. Hal
ini akan berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah,
penjambretan, pen- copetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar,
malas belajar dan
tidak punya integritas
dan krisis akhlaq lainnya.
7. Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa
Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang besar disegala sektor.Ini dibuktikan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat.Dengan kemajuan
teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan
bangsa Indonesia dapat dengan mudah
mengakses informasi baik dari dalam
negeri mau- pun luar negeri. Selain itu, dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta
bentuk penyimpangan lainnya yang
kini telah merebak dalam masyarakat In- donesia
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau maha- siswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari
semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara
mengatasin- ya adalah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammad- iyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari ke- majuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi ke- hidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyim- pangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk men- gelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.
E.
Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang Pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan seperti yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sek- retaris II Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Mu- hammadiyah periode 1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heter- ogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki
Muhammadiyah belum setara den- gan
kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah
sebagai gerakan pendi- dikan dan
gerakan pengembangan dan pengelolaan.Dalam aspek filo- sofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali
ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang terce- min dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan
pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan
orientasi yang meliputi :
1.
Dari orientasi status ke orientasi kompetensi
2.
Dari orientasi Input ke output
3.
Dari orientasi kekinian ke orientasi
masa depan
4.
Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
5.
Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem
6.
Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
7.
Ari orientasi
fisik ke orientasi nilai
Disamping
itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativi- tas disegala bidang seperti iptek,
kewirausahaan, seni, dan sebagain- ya.Sehingga
dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab
tantangan yang berkaitan dengan proses belajar men- gajar maupun yang berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan
misinya sebagai sekolah islam ditengah
perubahan dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses
belajar yang sejalan
dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa
menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu
semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan
Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas
sumberdaya manusia.
Tantangan
Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah berkurangnya profesionalisme guru.Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh
muhammadiyah untuk menghindari dampak
negatif terhadap kualitas peserta didik dengan terus mening- katkan kualitas Sumber daya pendidik dan
terus menanamkan etos keikhlasan
kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muham- madiyah.
Selanjutnya,
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga ha- rus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada
ter- hadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta
didiknya. Dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam
kebudayaan Indonesia.
Muhammadiyah
harus dapat menjadi filter atau penyaring agar ke- budayaan asing yang bersifat negatif tidak ikut masuk dan pada
ka- hirnya akan merusak moral dan
kepribadian pelajar Muhammadiyah. Salah
satu yang perlu terus dikembangkankan adalah dengan terus memberikan materi Al islam
Kemuhammadiyahan yang diharapkan dapat
menjadi pencerah bagi para pelajar Muhammadiyah serta terus mengembangkan strategi pembelajaran yang
kaya materi namun juga kaya
motivasi. Hal ini dikarenakan selama ini pendidikan di Indonesia adalah pendidikan dimana peserta didik
terus disuapi dengan seabreg materi namun
miskin motivasi.
Dengan
pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan modal
sosial yang luar biasa Muham- madiyah
akan mampu menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua
tuntutannya ialah bagaimana segenap
anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah, meman- faatkan dan memobilisasi seluruh potensi
dan sistem gerakannya untuk tampil menjadi
gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan
pengemban- gan dan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Transformasi
di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan,
Muham- madiyah dituntut untuk terus
berkiprah dengan inovatif.Pembaruan gelombang
kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.
F.
Program Pengembangan Muhammadiyah dalam Bidang
Pendidikan,
Iptek dan Litbang
Dalam
rangka menjawab kritikan dan untuk mengembangkan Pen- didikan, Iptek dan Litbang maka Muhammadiyah menetapkan Program Kerja dalam
bidang Pendidikan yang tertuang dalam Tanfidz Keputu- san Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang isinya sebagai
berikut :
a.
Visi Pengembangan
Berkembangnya kualitas
dan ciri khas muhammadiyah yang unggul, holistik dan bertatakelola baik yang
didukung oleh pengembangan Ip- tek
dan litbang sebagai wujud aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia
yang utuh sebagaimana tujuan pendidikan muhammadiyah.
b.
Program Pengembangan
1.
Mengembangkan
sistem pendidikan Muhammadiyah yang ho- listik
atau menyeluruh sebagai kelanjutan dari konsep blueprint pendidikan Muhammadiyah menuju pencapaian pendidikan yang unggul dan utama dimasa
depan.
2.
Menyusun
Roadmap keunggulan pendidikan
Muhammadiyah baik tingkat
dasar dan menengah
maupun perguruan tinggi
dalam berbagai aspeknya,
termasuk pemetaan sumberdaya insani, pusat-pusat keunggulan, fasilitas, tata kelola, kepemi- mpinan,
dan lain-lain yang mendukung pengembangan kualitas/ keunggilan pendidikan Muhammadiyah ditengah persaingan yang tinggi.
3.
Meningkatkan
peran dan fungsi Muhammadiyah sebagai lem- baga
pelayan masyarakat dengan membuka dan memperluas akses dan kesempatan bagi seluruh masyarakat tanpa meman- dang suku, bangsa, agama dan kelas
sosial untuk memperoleh pendidikan yang bermakna bagi diri, keluarga
dan masyarakat.
4.
Mengembangkan
model-model pendidikan Al Islam dan Kemu- hammadiyahan
diseluruh jenjang pendidikan yang memberikan
pencerahan paham islam dan komitmen gerakan Muhammadi- yah yang
berkemajuan.
5.
Mengembangkan
kualitas kepemimpinan, tatakelola termasuk tatakelola keuangan,
peraturan-peraturan yang terpadu
dan standar, pemanfaatan IT,
penjaminan mutu dan berbagai aspek penting
lainnya yang mendukung pengembangan keunggulan
pendidikan Muhammadiyah ditingkat perguruan tinggi maupun dasar dan menengah.
Itulah
5 dari 31 poin Program pengembangan pendidikan Muham- madiyah yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar
Satu Abad Muhammadiyah. Semuanya mengarah pada
perbaikan dan pengem- bangan pendidikan Muhammadiyah
RANGKUMAN
Dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktif- itasnya dalam bentuk mendirikan madrasah-madrasah dan pesant- ren dengan memasukkan kurikulum pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan yang didirikan di atas dikelola dalam bentuk amal usaha dengan penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal mulai dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang.
Pendirian
pendidikan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan dengan pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan dan dilandasi atas motivasi teologis bahwa
manusia akan mampu menca- pai derajat
keiamanan dan ketaqwaan yang sempurna apabila mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Motivasi
teologis inilah menurut
Mu’ti, yang mendorong KH.Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendi- dikan di emperan
rumahnya dan memberikan pelajaran agama eks- tra kurikuler
di OSVIA dan kweekschoool. Pada aspek yang berbeda,
Muhammad
Azhar melihat pendidikan yang diselenggarakan oleh Mu- hammadiyah pada aspek burhani
yakni sebuah lembaga pendidikan lebih
banyak melahirkan output ketimbang outcome, aspek irfani yakni pendidikan
Muhammadiyah yang bercirikan rasionalitas dan material- itas-birokratik, aspek bayani,
yakni pendidikan Muhammadiyah yang model
pengajarannya menjadi terasa kering, mengingat paradigma pergerakan Muhammadiyah
yang modernistik.
Dalam bidang pendidikan hingga
tahun 2010 Muhammadiyah memi- liki 4.623
Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah
Ibtidaiyah; 347 Madrasah
Diniyah; 1.178 Sekolah Menengah
Pertama; 507 Madra-
sah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7
Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren;
serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendi- dikan tinggi, sampai
tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universi- tas, 93 Sekolah
Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan