Minggu, 16 Oktober 2022

AIK 3 PERTEMUAN KE-11 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan

Loading

 

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan

 

A.  Sejarah Awal Gerakan Pendidikan Muhammadiyah

  Muhammadiyah adalah sebuah gerakan islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al-qur’an dan Sunah. Yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaharuan umat islam pada zamannya, pada tanggal 8 Zulhijjah 1830 M yang bertepa- tan dengan tanggal 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta. Dan salah satu dari gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan selain dari pemahaman tentang keagamaan juga dibidang pen- didikan. Karna pada zaman itu pendidikan di desa Kauman sangatlah kurang karna banyaknya kemiskinan akibat dari penjajahan bangsa Belanda.

Pada awalnya K.H. Ahmad Dahlan mengajar di Langgar Kidoel yang merupakan tempat pembelajaran agama islam yang merupakan pen- inggalan ayahnya setelah ia wafat yang bernama K.H. Abu Bakar yang juga merupakan Khatib di Masjid Gede. Pada tahun 1903 K.H. Ahmad Dahlan pergi haji yang kedua kalinya. Sepulangnya dari Mekkah K.H. Ahmad Dahlan mengajar di sekolah Govermen yang merupakan seko- lah yang didirikan orang belanda. Dari hal tersebut K.H. Ahmad Dahlan ingin merubah pandangan orang islam di Kauman yang memandang segala hal yang ada di sekolah tersebut merupakan kafir termasuk meja, kursi sampai pada peta dunia.

Perjalanan K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan sekolah tidaklah mudah dan penuh hujatan dari para penduduk maupun para peting- gi islam yang ada di Kauman. Mereka mengangap sekolah yang di- dirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan tersebut mirip dengan sekolah kafir Govermen. Dimana pada sekolah tersebut tidak ada mengajarkan ilmu agama dan rata-rata murid-muridnya adalah non muslim atau kafir,  hingga K.H. Ahmad Dahlan mengajar dan memasukan ajaran agama islam pada mata pelajaran di sekolah tersebut dengan jerih payah serta pengetahuan yang dimilikinya.

K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah pertama kali yang dibantu oleh para muridnya yaitu sebuah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari «Sekolah» kegiatan K.H. Ahmad Dahlan dalam menjelaskan agama Islam. Yang semua murid-muridnya merupakan anak-anak kurang mampu atau fakir miskin di Desa Kauman. Di Madrasah tersebut tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum.

 

B.  Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan

 Muhammadiyah sebagai sebuah persyarikatan telah merumuskan visi dan misiyang sudah jelas, sehingga dapat melahirkan gerakan yang terarah dan mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan se- cara bersama.Sebagai sebuah gerakan, dalam perjalanannya Muham- madiyah melaksanakan usaha dan kegiatannya dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.

Dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktif- itasnya dalam bentuk mendirikan madrasah-madrasah dan pesant- ren dengan memasukkan kurikulum pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan yang didirikan di atas dikelola dalam bentuk amal usaha dengan penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal mulai dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang.

Pendirian pendidikan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan dengan pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan dan dilandasi atas motivasi teologis bahwa manusia akan mampu menca- pai derajat keiamanan dan ketaqwaan yang sempurna apabila mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Motivasi teologis inilah menurut Mu’ti, yang mendorong KH.Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendi- dikan di emperan rumahnya dan memberikan pelajaran agama eks- tra kurikuler di OSVIA dan kweekschoool. Pada aspek yang berbeda, Muhammad Azhar melihat pendidikan yang diselenggarakan oleh Mu- hammadiyah pada aspek burhani yakni sebuah lembaga pendidikan lebih banyak melahirkan output ketimbang outcome, aspek irfani yakni pendidikan Muhammadiyah yang bercirikan rasionalitas dan material- itas-birokratik, aspek bayani, yakni pendidikan Muhammadiyah yang model pengajarannya menjadi terasa kering, mengingat paradigma pergerakan Muhammadiyah yang modernistik.

Dalam bidang pendidikan hingga tahun 2010 Muhammadiyah memi- liki 4.623 Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.178 Sekolah Menengah Pertama; 507 Madra- sah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendi- dikan tinggi, sampai tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universi- tas, 93 Sekolah Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik.

Muhammadiyah memang sudah berkomitmen sejak dulu untuk terus mengembangkan dan memajukan pendidikan di Indonesia.Sejak awal pendirian bahkan sebelum berdirinya Muhammadiyah, pendirinya yaitu kyai haji Ahmad Dahlan memang sudah sangat peduli dan perhatian dengan pendidikan.Ia begitu peduli dengan nasib anak-anak diseki- tar Kauman yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Dengan ke- cerdasannya maka lambat laun ia mampu merintis sistem pendidikan modern yang mengkombinasikan ilmu pengetahuan umum dan agama. Ia kemudian mendirikan sekolah madrasah ibtidaiyah diniyah yang per- tama di Kauman. Semangat untuk terus mengembangkan dan mema- jukan pendidikan di Indonesia ini kemudian diteruskan oleh para kader Muhammadiyah dengan terus mendirikan lembaga pendidikan yang berkualitas dan memiliki infrastruktur yang bagus dan memadai.Seh- ingga Muhammadiyah ikut membantu pemerintah dalam rangka men- capai masyarakat yang berpendidikan yang bebas dari kemiskinan.

Dengan kuantitas lembaga pendidikan yang sudah dimiliki Muham- madiyah tersebut, Muhammadiyah terus mengembangkan dan mem- bentuk inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan ini agar peserta didi- knya mampu menjawab tantangan zaman.Saat ini sudah ada lembaga pendidikan yang sudah mapan, namun ada juga yang belum.Untuk yang belum mapan inilah yang masih membutuhkan perhatian lebih dari Muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memajukann- ya.

C.  Konsep Dasar Pendidikan Muhammadiyah.

 Secara umum konsep dasar pendidikan adalah suatu proses pem- bentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional). Menurut Fahrur Razy Dalimunte,1999:11. Pendidikan merupakan aktivitas yang diori- entasikan kepada pengembangan individu manusia secara optimal. Sementara itu konsep dasar pendidikan Muhammadiyah menurut KH Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut :

1.  Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang ber- bahagia di dunia dan akhirat seperti yang dijelaskan Firman Allah yang artinya

Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”Q.S Adz-Dzariyat: 56 dan

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Al- lah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim” Q.S Ali-Imran: 102

Tujuan Pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-ulama in- telek” atau “intelek ulama”, yaitu seorang Muslim yang memiliki ketegu- han iman dan Ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.

Adapun tujuan pendidikan Muhammadiyah mengacu pada tujuan Muhammadiyah yaitu:

a.     Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah Menyebarkan ajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera didalam residenan Yogyakarta menunjukan hal Agama Islamkepada anggotanya

b.    Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakarta menjadi memajukan dan menggembirakan pengajaran dan memajukan Agama Islam kepada sekutu-sekutunya.

Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhammadiyah se- cara umum berbunyi:

       Terwujudnya manusia Muslim yang berakhlak mulia cakap, per- caya pada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Beramal menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebe- nar-benarnya

       Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk pembangunan dan masyarakat negara Re- publik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian pendidikan perlu menentukan tujuan yang ingin dicapai, sehingga mudah diarahkan dan die- valuasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dari tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan formal Muhammadiyah adalah:

       Menegakan, berarti membuat agar tegak dan tidak tergoyahkan itu dengan memegang teguh, mempertahankan, membela serta memperjuangkan ajaran Islam.

       Menjungjung tinggi berarti membawa di atas segala-galanya, yaitu dengan cara anak didik supaya mengamalkan mengindah- kan serta melaksanakan Ajaran Agama Islam.

       Agama Islam yaitu: Agama yang dibawa para Rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Segenap isi Ajaran Ag- ama yang dibawa oleh para Rasul tersebut, sudah tercakup dalam Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berupa Al Qur’an Hadits. Maka siswa Muhammadiyah bisa me- megang teguh Agama Islam sebagai Agama Tauhid yang diba- wa oleh Rasul dan sudah sempurna sehingga dapat terbentuk insan-insan kamil.

2.  Pendidik

Pendidik Secara etimologi berarti orang yang memberikan bimbin- gan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti teacher artinya guru yang mengajar dirumah.

Sedangkan secara Secara terminologi adalah: Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa “Pendidik adalah sebagai orang yang memi- kul tanggung jawab untuk mendidik” adapun menurut Muri yusuf yaitu “Pendidikadalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendi- dik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Pengertian tersebut tidak berbeda jauh dengan pengertian Pendi- dik menurut Muhammadiyah yaitu, Pendidik/guru adalah setiap orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan anak didik dan mempunyai tanggungjawab menunaikan amanat Vertikal (Alloh) dan horizontal (kemanusiaan).

Dalam mendidik tidak sembarang orang bisa menjadi seorang pendidik dan untuk menjadi seorang pendidik ada syarat yang harus dipenuhi. Menurut Muhammadiyah secara umum syarat menjadi seo- rang pendidik yaitu harus memiliki ilmu, memiliki kemampuan dalam ilmu jiwa, harus memiliki akhlak teladan dalam kelasnya bahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Dari beberapa syarat terebut harus dilanda- si oleh sikap mental terutama akhlak teladan yaitu, siap menjalankan perintah Allah SWT, jiwa pengabdian, ikhlas beramal, serta keyakinan dan kelurusan/kebenaran Agama Islam. Dengan demikian untuk men- jadi seorang pendidik menurut Muhammadiyah perlu memiliki pers- yaratan-persyaratan khusus, diantaranya:

       Harus seorang Muslim artinya beragama Islam yang beriman dan bertaqwa.

       Anggota / guru simpatikan Muhammadiyah atau aisyiah.

       Mempunyai keteladanan yang mulia baik di sekolah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.

       Ikhlas.

       Bertanggung jawab.

       Mempunyai kemampuan istimewa dalam mendidik baik dalam menguasai materi pelajaran maupun dalam program pelajaran seperti metode, pengelolaan kelas, mengerti dan faham admin- istrasi sekolah maupun dalam memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian.

3.  Peserta Didik

Peserta didik atau disebut juga Mutarabbi, hakikatnya adalah orang yang memerlukan bimbingan. Secara kodrati, seorang anak memerlu- kan Pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa, paling tidak, karena ada dua aspek, yaitu aspek pedagogis dan sosiologis.

Menurut Muhammadiyah peserta didik merupakan bahan mentah atau objek dalam proses transformasi pendidikan. Ia mempunyai ker- agaman yang berbeda dan sebagai makhluk Allah di muka bumi ini se- bagai khalifah yang perlu dididik dan dibina serta dikembangkan agar bisa mengelolanya dan kembali kepada Khaliknya.

Dengan demikian maka anak didik merupakan suatu objek yang akan menerima transformasi pendidikan, dan sebagai objek yang akan menerima transformasi harus mempunyai syarat sebagai pelajar yang baik yaitu;

       Mempunyai akhlak yang baik dan mulia.

       Mempunyai sikap yang sopan dan santun baik kepada sesama maupun kepada yang lebih tua dan muda.

       Harus bisa meneruskan perjuangan.

       Harus dapat dipercaya dan cinta damai.

       Dan bersedia mentaati peraturan yang ada di Muhammadiyah.

4.  Kurikulum

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDI- KNAS) No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah sebagai berikut:

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tu- juan Pendidikan tertentu” (Arifin, 2003:36).

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu sistem Pendidikan, karena kurikulum merupakan alat un- tuk mencapai tujuan Pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman da- lam pelaksanaan pengjaran pada semua jenis dan tingkat Pendidikan (Ramayulis 2006:149).

Kurikulum yang digunakan di Muhammadiyah merupakan kuriku- lum gabungan antara kurikulum pelajaran pesantren dengan kurikulum modern dengan mempelajari ilmu-ilmu dalam bidang umum. Adapun materi yang disajikan di Pendidikan Muhammadiyah harus menyentuh berbagai aspek yaitu:

       Aqidah akhlak

       Hablumminallah.

       Hablumminannas.

       Bahasa dan Tarikh

Dengan demikian maka materi yang disampaikan pada pendidikan Muhammadiyah adalah Pendidikan Agama yang mencakup mata pe- lajaran aqidah akhlak, hadist, piqh, tarikh, bahasa, al-quran dan kemu- hammadiyahan. Selain pendidikan Agama di Muhammadiyah juga ter- dapat pendidikan umum yang meliputi IPA, IPS Ilmu teknik, olah raga, matematika dll.

Bahan pelajaran di atas diberikan secara berencana. Artinya bahan pelajaran tertentu diberikan di kelas tertentu dengan waktu atau lama belajar di setiap kelas yang telah ditetapkan. Di sekolah/pendidikan Muhammadiyah juga telah diterapkan sistem ulangan, absensi Murid dan kenaikan kelas, dan kecakapan murid dinilai melalui ulangan yang diberikan.

5.  Metode

Metode mengajar adalah cara atau tekhnik untuk mencapai tujuan pelajaran, Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang di- gunakan oleh pendidik dalam membelajarkan peserta didik saat ber- langsungnya proses pembelajaran.

Kalau dalam sistem pendidikan Islam tradisional dikenal metode so- rogan dan weton, maka di lembaga pendidikan klasikal seperti yang dipraktekkan oleh Muhammadiyah, metode pengajaran yang demikian tidak diterapkan lagi. Di muhammadiyah murid tidak lagi hanya mene- rima dengan kritis dan dengan perbandingan, terutama bagi kitab fikih yang mengajarkan pendapat Mujtahid tertentu.

Adapun Metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu Metode ce- ramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode karya wisata/belajar di alam.

D.  Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan

1.     Masalah Kualitas Pendidikan

Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diim- bangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas ter- tentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.

Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakul- er, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan.Da- lam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.

Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, seh- ingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Mu- hammadiyah.

Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan teruta- ma menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisa- si dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).

Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus ber- hadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memi- lih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tanta- ngan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.

2.     Permasalahan Profesionalisme Guru

Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknolo- gi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi ke- berhasilan pendidikan.

Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seo- rang yang pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”

Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai us- aha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka me- masuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak men- gatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.

3.     Masalah kebudayaan (alkulturasi)

Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat mate- rial maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bang- sa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu per- tukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.

Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh kare- na itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk mem- filter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh bu- daya-budaya barat. (Arifin, 1994:42)

4.     Permasalahan Strategi Pembelajaran

Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik.Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru.Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tung- gal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pembe- rian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.

Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelaja- ran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru.Hal ini agaknya ber- kaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.

5.     Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari

pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memu-

dahkan).Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam.

Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya men- tal-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti ke- cerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan infor- matika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )

Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer pener- jemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan negatif

6.  Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di

antaranya, ‎krisis moral.

Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, ‎yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, ‎perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada ‎perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, ‎penjambretan, pen- copetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan

‎tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.‎

7.  Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.

Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang besar disegala sektor.Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat.Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri mau- pun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat In- donesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau maha- siswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.

Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasin- ya adalah melalui pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammad- iyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari ke- majuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di minimalisir.

Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi ke- hidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyim- pangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk men- gelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.

E.   Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang Pendidikan

 Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan seperti yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sek- retaris II Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Mu- hammadiyah periode 1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heter- ogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.

Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara den- gan kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai gerakan pendi- dikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan.Dalam aspek filo- sofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang terce- min dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang meliputi :

1.     Dari orientasi status ke orientasi kompetensi

2.     Dari orientasi Input ke output

3.     Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan

4.     Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif

5.     Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem

6.     Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian

7.     Ari orientasi fisik ke orientasi nilai

Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativi- tas disegala bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagain- ya.Sehingga dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.

Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar men- gajar maupun yang berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah berkurangnya profesionalisme guru.Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik dengan terus mening- katkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muham- madiyah.

Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga ha- rus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada ter- hadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.

Muhammadiyah harus dapat menjadi filter atau penyaring agar ke- budayaan asing yang bersifat negatif tidak ikut masuk dan pada ka- hirnya akan merusak moral dan kepribadian pelajar Muhammadiyah. Salah satu yang perlu terus dikembangkankan adalah dengan terus memberikan materi Al islam Kemuhammadiyahan yang diharapkan dapat menjadi pencerah bagi para pelajar Muhammadiyah serta terus mengembangkan strategi pembelajaran yang kaya materi namun juga kaya motivasi. Hal ini dikarenakan selama ini pendidikan di Indonesia adalah pendidikan dimana peserta didik terus disuapi dengan seabreg materi namun miskin motivasi.

Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan modal sosial yang luar biasa Muham- madiyah akan mampu menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua tuntutannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah, meman- faatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan sistem gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan pengemban- gan dan perbaikan dalam bidang pendidikan.

Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan, Muham- madiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif.Pembaruan gelombang kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.

 

F.  Program Pengembangan Muhammadiyah dalam Bidang

Pendidikan, Iptek dan Litbang

 

Dalam rangka menjawab kritikan dan untuk mengembangkan Pen- didikan, Iptek dan Litbang maka Muhammadiyah menetapkan Program Kerja dalam bidang Pendidikan yang tertuang dalam Tanfidz Keputu- san Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang isinya sebagai berikut :

a.     Visi Pengembangan

Berkembangnya kualitas dan ciri khas muhammadiyah yang unggul, holistik dan bertatakelola baik yang didukung oleh pengembangan Ip- tek dan litbang sebagai wujud aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia yang utuh sebagaimana tujuan pendidikan muhammadiyah.

b.     Program Pengembangan

1.     Mengembangkan sistem pendidikan Muhammadiyah yang ho- listik atau menyeluruh sebagai kelanjutan dari konsep blueprint pendidikan Muhammadiyah menuju pencapaian pendidikan yang unggul dan utama dimasa depan.

2.     Menyusun Roadmap keunggulan pendidikan Muhammadiyah baik tingkat dasar dan menengah maupun perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya, termasuk pemetaan sumberdaya insani, pusat-pusat keunggulan, fasilitas, tata kelola, kepemi- mpinan, dan lain-lain yang mendukung pengembangan kualitas/ keunggilan pendidikan Muhammadiyah ditengah persaingan yang tinggi.

3.     Meningkatkan peran dan fungsi Muhammadiyah sebagai lem- baga pelayan masyarakat dengan membuka dan memperluas akses dan kesempatan bagi seluruh masyarakat tanpa meman- dang suku, bangsa, agama dan kelas sosial untuk memperoleh pendidikan yang bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat.

4.     Mengembangkan model-model pendidikan Al Islam dan Kemu- hammadiyahan diseluruh jenjang pendidikan yang memberikan pencerahan paham islam dan komitmen gerakan Muhammadi- yah yang berkemajuan.

5.     Mengembangkan kualitas kepemimpinan, tatakelola termasuk tatakelola keuangan, peraturan-peraturan yang terpadu dan standar, pemanfaatan IT, penjaminan mutu dan berbagai aspek penting lainnya yang mendukung pengembangan keunggulan pendidikan Muhammadiyah ditingkat perguruan tinggi maupun dasar dan menengah.

Itulah 5 dari 31 poin Program pengembangan pendidikan Muham- madiyah yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Semuanya mengarah pada perbaikan dan pengem- bangan pendidikan Muhammadiyah

 

 

RANGKUMAN

 Dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktif- itasnya dalam bentuk mendirikan madrasah-madrasah dan pesant- ren dengan memasukkan kurikulum pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan yang didirikan di atas dikelola dalam bentuk amal usaha dengan penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal mulai dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang.

Pendirian pendidikan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan dengan pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan dan dilandasi atas motivasi teologis bahwa manusia akan mampu menca- pai derajat keiamanan dan ketaqwaan yang sempurna apabila mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Motivasi teologis inilah menurut Mu’ti, yang mendorong KH.Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendi- dikan di emperan rumahnya dan memberikan pelajaran agama eks- tra kurikuler di OSVIA dan kweekschoool. Pada aspek yang berbeda,

 Muhammad Azhar melihat pendidikan yang diselenggarakan oleh Mu- hammadiyah pada aspek burhani yakni sebuah lembaga pendidikan lebih banyak melahirkan output ketimbang outcome, aspek irfani yakni pendidikan Muhammadiyah yang bercirikan rasionalitas dan material- itas-birokratik, aspek bayani, yakni pendidikan Muhammadiyah yang model pengajarannya menjadi terasa kering, mengingat paradigma pergerakan Muhammadiyah yang modernistik.

Dalam bidang pendidikan hingga tahun 2010 Muhammadiyah memi- liki 4.623 Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.178 Sekolah Menengah Pertama; 507 Madra- sah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendi- dikan tinggi, sampai tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universi- tas, 93 Sekolah Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik.

 


0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan