Minggu, 09 Oktober 2022

AIK 3- PERTEMUAN 13= MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN EKONOMI

Loading

 


MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN EKONOMI

K.H. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan Muhammadiyah telah memberi teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Ini berarti dalam memahami Islam ala Dahlan dapat diibaratkan dua sisi mata uang jika salah satu sisinya tidak berfungsi maka tidak dapat dijadikan sebagai alat tukar karena dianggap tidak berharga. Begitu pula, jika ingin menjunjung tinggi agama Islam, kekuatan ekonomipun perlu menjadi perhatian yang serius.. Jadi, sumber kekuatan ekonomi Muhammadiyah itu melalui dakwah kepada anggota Muhammadiyah., simpatisan Muhammadiyah dan warga yang ada pada amal usaha Muhammadiyah.

Kalimat nukilan tersebut itulah yang menjadi titik sentral dari tulisan ini. Tulisan ini secara kritis mendeskripsikan gerakan Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan di setiap ruang dakwah untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, namun di satu sisi ia tidak lepas dari sektor pembangunan ekonomi sebagai penopang kekokohan dakwahnya.

1.     Sumber Kekuatan Ekonomi Muhammadiyah

Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi social keagamaan didirikan oleh K.H.Ahmad Dahlan karena punya sumber daya yang andal yaitu keimanan, pengetahuan dan ekonomi. Pendiri Muhammadiyah sangat menyadari betapa pentingnya aspek ekonomi dalam suatu gerakan untuk mencapai cita-cita. Pada awal mula kehadiran Muhammadiyah, sumber kekuatan dakwanya didukung oleh para pelaku ekonomi yang memiliki pengetahuan sekaligus disinari dengan keimanan, shingga mampu menyebarkan nilai-nilai keislaman ke berbagai daerah di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya sama sekali belum mengenal apa sesungguhnya Muhammadiyah itu. Dengan perkataan lain masyarakatnya masih dominan meyakini kebiasaan yang sangat tradisional. Kekuatan ekonomi Muhammadiyah sekarang ini sungguh sangat luar biasa apabila dibandingkan dengan awal kehadiran Muhammadiyah yang sasaran dakwanya serba disubsidi oleh para dermawan, khusunya para pengurus.

Jumalah anggota Muammadiyah yang telah bernomor baku Muhammadiyah dan yang belum serta simpatisan di seluruh Indonesia serta amal usahanya secara statistic— apabila persyarikatan Muhammadiyah mampu mengakomodir dengan sebaik mungkin—sungguh luar biasa kekuatan ekonomi Muhammadiyah. Secara riil ada amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan telah memiliki kekuatan untuk menyubsidi kepentingan persyarikatan dalam berbagai sunber daya manusia dan sumber daya ekonomi.

Sunber daya tersebut di atas telah diisyaratkan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an misalnya dalam surat al-Mujadalah ayat 11 dan al-Hujarat ayat 15. Munculnya kekuatan dalam bidang ekonomi disebabkan oleh daya yang mendasari lebih awal, yaitu, kekuatan iman dan ilmu pengetahuan. Orang beriman pasti memiliki etos kerja yang baik, karena ia sadar bahwa umat yang terbaik itu adalah yang mampu memberikan solusi atas masalah yang dihadapi manusia.

Muhammadiyah dengan segala potensi yang dimiliki melalui amal usahanya itu memerlukan strategi yang lebih riil kea rah yang lebih spesifik dengan melibatkan elemen-elemen Muhammadiyah yang terkait. Misalnya, pada daerah tertentu ada peluang bisnis perumahan atau dalam bentuk lainnya, sebaiknya direspon dan hasilnya juga tetap dalam pengawasan Muhammadiyah.

Sumber kekuatan ekonomi Muhammadiyah dari Sabang sampai Marauke sungguh menjajikan, sebab berbagai hal telah dimiliki seperti jumlah anggota dan simpatisan serta relasinya. Muhammadiyah dapat dijadikan sebagai instrument bisnis dalam posisi sebagai produsen, konsumen atau lainnya. Amal usaha yang paling terkecil sekalipun pasti punya potensi nilai ekonomi yang dapat menjadi sebuah kekuatan bagi persyarikatan Muhammadiyah.

Nilai dasar Muhammadiyah telah dituangkan dalam maksud dan tujuannya, yaitu “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dari sini, dapat dipahami bahwa salah satu yang menjadi program perjuangan Muhammadiyah adalah kesejahteraan masyarakat.. Kesejahteraan masyarakat tentu tidak terlepas dari keterkaitan dengan nilai ekonomi. Islam mengajarkan tentang kewajiban berinfak dan besedeqah serta yang lainnya. Bahkan, rukun Islam yang terakhir adalah menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Kemampuan bukan hanya pada aspek pegetahuan dan kesehatan, tetapi hal yang sangat urgen adalah kemampuan ekonomi, umat Islam khusunya warga Muhammadiyah tentu wajib menyadari bahwa amar ma’ruf nahi munkar tehadap pemurnian ibadah khusus dan pemurnian aqidah boleh dikata telah berhasil. Namun, amar ma’ruf dalam bidang ekonomi belum menjadi perioritas atau perhatian serius bagi Muhammadiyah.

Muhammadiyah sudah waktunya mendata kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat dijadikan sebagai sumber kekuatan ekonomi Muhammadiyah di seluruh nusantara. Muhammadiyah sudah tersebar di seluruh nusantara, dan warganya pasti ada yang mengetahui potensi ekonomi di daerahnya. Data yang diperoleh itu dikaji oleh Muhammadiyah melalui majelis yang terkait dengan melibatkan PTM, kemudian hasilnya ditransformasikan kembali kepada warga Muhammadiyah sebagai pelaku ekonomi.

2. Muhammadiyah dan Kelas Menengah

Suatu pergerakan dapat eksis melintasi zaman karena didasari dengan nilai keimanan dan rasionalitas yang dimiliki oleh pendirinya dan generasi selanjutnya. Kebesaran persyarikatan Muhammadiyah akan terus maju dan berkembang, karena kemampuannya mempertahankan nilai-nilai yang selama ini menjadi dasar dalam beraktifitas. K.H. Ahmad Dahlan telah memberi contoh dalam mengembangkan Muhammadiyah yaitu, “tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicelah dan dikitik”. Pesan ini bukanlah hal mudah melekat pada setiap manusia, khususnya bagi warga Muhammadiyah, kalau bukan didorong oleh nilai-nilai keIslaman tersebut. Sifat tidak dendam muncul karena orang memiliki nilai keimanan dan pertimbangan rasional. Suatu pergerakan tidak mampu bertahan lama karena pendukungnya mudah tersinggung, mudah putus asa. Pada akhirnya, mereka mengundurkan dari dan mengambil sikap keuar dari perkumpulan., bahkan kembali mencelah dan mengkritik.

K.H. Ahmad Dahlan sangat yakin bahwa Muhammadiyah ini akan diterima dengan baik oleh siapapun di kemudian hari, apabila diberikan penjelasan secara rasional, metode yang baik, dan disertai petunjuk dari Allah SWT. Telah banyak kisah berlalu bahwa sejumlah orang dulunya sangat anti-Islam, anti-Muhammadiyah, tetapi kemudian berbalik menjadi pembela dan penggerak yang sangat produktif bagi misi Islam dan/atau misi Muhammadiyah.

Pesan K.H. Ahmad Dahlan “Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Pesan ini memiliki nakna tauhid kepada Allah SWT, bahwa beraktifitas mrlalui wadah Muhammadiyah adalah dalam rangka ibadah dengan penuh keikhlasan karena mengharap keridhaan Allah semata.. K.H. Ahmad Dahlan dengan ilmu yang dimilikinya mampu memikirkan sangat jauh ke depan bahwa Muhammadiyah ini akan semakin besar dan menjanjikan kegiatan ekonomi bisnis yang menguntungkan, menjanjikan pendapatan yang besar dan juga kekuasaan yang menggiurkan. Di sisi lain, Muhammadiyah dengan amal usahanya di bidang pendidikan akan melahirkan para sarjana yang rasional, memiliki konsep dan teori yang dikembangkan yang dapat menjadi sebuah kekuatan bagi persyarikatan sekaligus dapat menjadi sebuah ancaman.

K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri persyarikatan Muhammadiyah menyadari hal itu bahwa majunya suatu pergerakan memerlukan dukungan dari orang-orang yang berpikiran maju dan berakhlak yang tinggi, juga memerlukan dukungan material. Orang-orang yang mengkhidmatkan dirinya pada Muhammadiyah dan amal usahanya akan mampu menekan diri dari hal-hal yang menjanjikan di atas apabila ada jaminan terhadap diri dan keluarganya. K.H. Ahmad Dahlan melakoni usaha bisnisnya dengan berdagang yang hasilnya sebagian digunakan untuk membiayai para tenaga pengajar di sekolah yang ia rintis, karena beliau sadar bahwa yang mengurusi dan mengajar itu memerlukan material untuk keperluan dirinya dan keluarganya., sementara waktunya habis untuk mengajar dan mengurusi kepentingan persyarikatan.

Dari pesan pendiri Muhammadiyah tersebut di atas, dapat dipahami bahwa dengan sunber daya manusia yang menjadi modal penggerak, Muhammadiyah memerlukan konsep rasional, produktif dan implementatif. Kemajuan Muhammadiyah dengan amal usahanya tentu perlu disyukuri. Namun, pada sisi lain terkadang beberapa orang membuat kejutan dengan menggugat amal usaha persyarikatan. Hal ini dikarenakan beberapa janji yang menggiurkan itu.. K.H. Ahmad Dahlan berpesan. “ Hendaklah engkau tidak gampang melibatkan diri dari perebutan tanah sehingga bertengkar dan berselisih, apabila bertengkar dan berselisih di muka pengadilan. Jika itu kau lakukan, maka Allah akan menjauhkanmu memperoleh rezeki dari Allah.

Perkara yang sampai berurusan dengan pengadilan dikarenakan manusia-manusia yang berpengetahuan mengandalkan rasionalitasnya, sementara sisi rohaninya yang sangat lemah.

Muhammadiyah dengan dukungan masyarakat kelas menengah. Di bidang ekonomi mempunyai tugas yang dilematis, karena sebagian dari apa yang telah dihasilkan itu diperoleh dengan sistim ekonomi yang masih diperdebatkan. Padahal, hal itu sudah mengakar secara turun temurun dilakoninya dan dinikmati dengan senang hati. Gaya hidup kelas menengah itu cenderung hedonis, sehingga untuk mengarahkan pada prilaku ekonomi yang Islami relative, terdapat kendala. Di sini Muhammadiyah dituntut melalui majelis terkait untuk membuat suatu kepastian hokum terhadap problematika dalam percaturan ekonomi.

3. Pasang Surut Gerakan Ekonomi Muhammadiyah

Muhammadiyah memiliki peluang ekonomi yang sangat potensial sekiranya mampu mengelolanya dengan baik, sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan, yaitu berdakwah sambil berbisinis. Keberhasilan beliau dalam menjalankan binisnya karena beliau memiliki sifat kenabian, yaitu mengikuti prilaku Rasulullah Saw, yang mendapat kepercayaan untuk menjual barang dari pemilik modal yang besar dengan sifat kejujuran yang dibarengi dengan skill dalam transaksi jual beli.

Upaya Muhammadiyah untuk menjalankan dakwah melalui gerakan ekonomi telah dilakuakan dalam berbagai macam bentuk perekonomian. Tetapi tidak semua berhasil sesuai dengan harapan. Hal ini disebkan beberapa faktor diantarnya:

1.     Orang-orang yang terlibat di dalamnya kebanyakan sebagai penganjur atau pengamat ekonomi atau sebagai ahli retorika;

2.     Muhammadiyah masih memiliki standar ganda tentang kepastian hokum batas-batas kebolehan dalam meraih keuntungan;

3.     Hubungan kerjasama antarwarga dan amal usaha persyarikatan Muhammadiyah belum menunjukkan kebersamaan yang maksimal dalam bentuk ta’awun;

4.     Pengambil kebijakan dalam tubuh Muhammadiyah belum focus secara maksimal dalam tataran implementasi terhadap apa yang telah diputuskan Muhammadiyah;

5.     Etos kerja sebagian warga Muhammadiyah belum menunjukkan nilai-nilai seperti yang dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah;

6.     Para pelaku bisnis Muhammadiyah di seluruh Indonesia belum bekerja sama dengan baik, termasuk dengan sesama amal usaha.

Anggota Muhammadiyah secara individual menjalankan usahanya dan berhasil karena mereka memiliki etos kerja yang baik dan terhindar dari birokrasi yang berbelit-belit. Mereka mampu mengelola usahanya dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Di sis lain, apabila dijalankan oleh organisasi, usaha itu mengalami stagnasi, bahkan kemunduran. Ini ironi sekali, karena Muhammadiyah sangat didukung oleh orang-orang kelas menengah dan rasional. Pekerjaan yang berat apabila dikerjakan secara gotong royong akan mudah diselesaikan. Ini berarti persoalan ekonomi dalam tubuh Muhammadiyah disebabkan oleh elemen tertentu yang perlu diobati agar gerakan ekonomi Muhammadiyah bisa eksis.

Pernyataan Ali bin Abi Thalib bahwa “kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik akan terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik” ini berlaku di Muhammadiyah. Kader-kader potensial Muhammadiyah lompat pagar, karena mereka melihat potensi yang dimilikinya akan mempunyai hasil yang baik buat dirinya dan orang lain. Namun, potensi itu lambat untuk tersalurkan, dan mereka akhirnya mengambil langkah lain dan setelah di luar pagar, ternyata sukses.

Muhammadiyah dengan konsep ta’awun dalam berbisnis masih berada pada taraf konsep. Misalnya, ada warga Muhammadiyah yang menyampaikan ceramahnya kepada jamaah bahwa Muhammadiyah perlu tolong menolong sesame warga sebelum menolong yang lainnya. Sebagian isi ceramahnya dikutip dari Majalah Suara Muhammadiyah, sementara dia sendiri belum berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah. Ironisnya lagi, orang yang bersangkutan berlangganan majalah lainnya.. Sifat dan sikap yang ada pada warga Muhammadiyah perlu pencerahan atau memuhammadiyahkan presepsi dan prilaku warga Muhammadiyah seperti yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan berdakwa sambil berdagang. Dengan perkataan lain, kita harus mampu berteori sekaligus mengamalkan secara nyata dan menyentuh langsung hasilnya kepada orang lain, serta bias diteladani oleh yang lainnya.

Muhammadiyah dalam kiprah pembinaan dakwahnya pada berbagai kalangan telah banyak berhasil mengklasifikasikan dari aspek umur, aspek jenis kelamin. Sementara itu, tataran berdakwah melalui peluang-peluang ekonomi masih terbatas. Potensi ekonomi pada setiap wilayah, daerah, cabang dan ranting Muhammadiyah sangat besar, tetapi belum diperhatikan. Muhammadiyah belum mendata, mengklasifikasikan peluang-peluang itu. Misanya, di daerah tertentu terdapat kekayaan alam yang potensial dan terjangkau, sementara daerah lain tidak memiliki kekayaan.

4. Model Gerakan Ekonomi Muhammadiyah

Muhammadiyah dengan misi dakwahnya ke segala lini memiliki peluang yang luar biasa dalam memformulasikan model gerakan ekonomi produktif apabila Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan majelis-majelis terkait dan Perguruan Tinggi muhammadiyah di seluruh Indonesia. Amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dalam bidang pendidikan, dari TK samapi perguruan tinggi apabila dikordinasi dan dikelola dnegan sebaik mungkin dan seamanah mungkin, membutuhkan banyak alat tulis kantor, kebutuhan ini menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk menopang kekuatan ekonomi Muhammadiyah.

Dalam Islam, sudah digariskan bahwa orang masuk surge dengan iman dan amal salih. Untuk berdaya,  orang harus bekerja, dan untuk bekerja, orang harus berpikir.Kelemahan pada beberapa gerakan ekonomi Muhammadiyah dikarenakan pelakunya belum memiliki skill yang standard an etos kerja yang baik. Sehingga, Muhammadiyah perlu membentuk lembaga khusus, seperti BLKM (Balai Latihan Kerja Muhammadiyah) atau Majelis Pemberdayaan Masyarakat yang terjun langsung ke masyarakat.

Model ekonomi Muhammadiyah perlu mendapat dukungan dari perguruan tinggi Muhammadiyah untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dukungan ini berupa pendampingan sepeti yang dilakukan oleh Majelis Pemberdayaan masyarakat, namun kapasitasnya perlu ditingkatkan dan lebih fokur terhadap kualitasnya. Majelis Pembina Ekonimi Muhammadiyah pada era kepemimpinan M. Amin Rais telah merumuskan tiga hal, yaitu:

1.     Mengembangkan amal usaha milik Muhammadiyah yang mempresentasikan kekuatan ekonomi organisasi Muhammadiyah.

2.     Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah.

3.     Memberdayakan anggota Muhammadiyah di bidang ekonomi dengan mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah.

Mengembangkan gerakan ekonomi Muhammadiyah dengan meberdayakan atau memberikan peluang untuk lebih kreatif bagi para pelaku ekonomi Muhammadiyah akan memberikan dampak yang lebih positif bagi Muhammadiyah dan warganya.

Amal usaha Muhammadiyah yang digerakkan diawali dengan proses bottom-up (warga Muhammadiyah secara pribadi dan simpatisan). Kemudian, mereka secara ikhlas menyerahkannya kepada Muhammadiyah untuk dikelola secara terorganisasi. Amal usaha ini menunjukkan kemajuan yang signifikan. Namun, Muhammadiyah juga telah merintis proses Top dawn.

Muhammadiyah memiliki peluang untuk mendesain model gerkan ekonomi secara internal dan eksternal:

1.     Secara internal: melibatkan anggota Muhammadiyah dan keluarganya, anggota ortom Muhammadiyah dan keluarganya dan amal usaha Muhammadiyah dengan segala perangkatnya;

2.     Secara eksternal: anggota Muhammadiyah pasti memiliki relasi dengan dunia luar, begitu pula dengan amal usaha Muhammadiyah otomatis memiliki hubungan dengan lembaga-lembaga lain.

Kedua potensi di atas sebagai lahan garapan ekonomi perlu dikelola oleh Muhammadiyah secara professional dengan memposisikan pada tiga bagian, yaitu: produsen, penyalur dan konsumen.

Untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar, apabila dilihat pada kecenderungan manusia modern, peluang yang sangat efektif adalah melalui bidang ekonomi. Kebutuhan manusia modern semakin konsumtif dan materialistic, sehingga model gerakan dakwah MUhammadiyah dilakukan secara simultan dengan majelis terkait untuk mendesain model gerakan dakwah yang spesifik, unik dan impelementatif, serta terjangkau ke seluruh sasaran.

Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu seharusnya tampil terdepan mengantarkan masyarakat untuk berprilakuIslami dalam dunia bisnis. Oleh sebab itu, Majelis Tarjih Muhammadiyah berkewajiban membuat suatu peraturan hokum tentang batas-batas kategori subhat, mutasyabihat, haram dan halalnya suatu produk dan hasil usaha. Selama masih ada masalah hokum mengenai sebuah proses dan produk ekonomi, selama itu pula peluang gerakan ekonomi Muhammadiyah tetap ketinggalan meraih peluang-peluang ekonomi bisnis bergengsi.

Pola dperkaderan dalam Muhammadiyah perlu dimasukkan ke dalam sistim ekonomi ala Muhammadiyah yang berkemajuan (berdaya saing tinggi) pada semua lini. Kita mengetahui bahwa Rasulillah Saw, pernah berdagang dan sukses karena memiliki intergritas diri yang bernuansa ilahiah, yaitu kejujuran dan keikhlasan. Begitu pula, K.H.Ahmad Dahlan berhasil menjalankan misi dakwahnya dan bisnisnya. Keberhasilan K.H. Ahmad Dahlan tentu sangat diwarnai dengan nilai-nilai sepeti yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.

Sumber :

AIK III: Kemuhammadiyahan

Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2016.

 

 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan