Rabu, 01 Februari 2023

Hakikat Manusia dalam Pandangan Islam

Loading

 


MANUSIA DAN SIFAT-SIFAT ALAMIAH

 

A.  Hakikat Manusia dalam Pandangan Islam

 

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan  raga  serta  dibekali  dengan  akal  dan  pikiran. Namun  demikian  terdapat  banyak  pandangan berkaitan dengan hakikat manusia, diantaranya:

1.   Pandangan Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia.   Terkait   hal   ini   diri   manusia   tidak      memegang kendali atau tidak menentukan atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk mememuaskan kebuTuhan dan insting biologisnya.

2.   Pandangan Humanistik

Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang  untuk  menjadi  pribadi  yang  lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota   kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik.. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk social yang memiliki rasa kemanusia terhadap sesama manusia yang lain.

3.   Pandangan Martin Buber

Menurutnya manusia adalah sebuah eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh kesemestaan alam. Dalam pandangan  ini  manusia  berpotensi  utuk menjadi baik atau jahat, tergantung kecenderungan mana yang lebih besar dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang baik kadang- kadang juga melakukan kesalahan.

4.   Pandangan Behavioristik

Behavior bermakna lingkungan,    Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori pembiasaan  dan  keteladanan.  Merek  juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.

 

Hakikat manusia dalam Islam

Adapun hakikat manusia dalam Islam tidak terlepas dari beberapa terminology yang bersumber dari Al Quran, dalam berberapa ayat manusia disebut sebagai Abdullah, an nass, al basyar, al insane, kholifah, dan bani adam.  jika melihat secara seksama Allah menggunakan kata-kata tersebut untuk manusia memiliki beberapa konotasi makna antara lain :

1.   Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah) Sebagai   hamba   Allah,   manusia   wajib

mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah Bayyinah: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan  agama  yang  lurus  , (QS:98:5).

Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.

Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu  menjalankan  perannya  sebagai  hamba yang membawa kebaikan baik di darat maupun di laut, demikian adanya karna manusia menyadari adanya ikatan tanggungjawab dengan tuhannya.

2.   Manusia Sebagai al- Nas

Manusia, di dalam al- Quran juga disebut dengan al- nas. Konsep al- nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang- pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa, Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya  Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS:4:1).

Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari lingkungan soisal dan masyarakatnya.

3.   Manusia Sebagai khalifah Allah

Allah menyebut manusia dengan sebutan kholifah terdapat dalam surah al Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada   para   malaikat:   Sesungguhnya   Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata:Mengapa Engkau hendak menjadikan  (khalifah)  di  bumi  itu  orang  yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya  Aku  mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.

surah Shad ayat 26:

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ ࣖ

 

,Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.  Karena  ia  akan  menyesatkan  kamu  dari jalan Allah. (QS:38:26).

Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan

bahwa sebutan khalifah itu merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia   diberikan   beban   untuk   menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan.Sebagai khalifah di bumi  manusia  mempunyai     wewenang  untuk memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan  hidupnya  sekaligus  bertanggung jawab   terhadap   kelestarian   alam   ini.   Seperti

dijelaskan dalam surah al- Jumuah,

 فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Maka apabila telah selesai    shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak- banyak agar kamu beruntung. (QS: 62: 10),

4.   Manusia Sebagai Bani Adam

Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan dalam al- Quran yang menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan kepada nilai- nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal   dari   keturunan   yang   sama.   Dengan demikian manusia dengan latar belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah  bernilai  sama,  dan  harus  diperlakukan

dengan sama. Dalam surah al- Araf dijelaskan:

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Hai  anak  Adam,  sesungguhnya  Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : 7; 26-27).

5.   Manusia Sebagai al- Insan

Manusia disebut al- insan dalam al- Quran mengacu   pada   potensi   yang  diberikan   Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan berbicara QS:55:4), kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu (QS:6:4-5), dan lain-lain. Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia sebagai al- insan juga mempunyai   kecenderungan   berprilaku   negatif

(lupa). Misalnya dijelaskan dalam surah Hud:

وَلَىِٕنْ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ

Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. (QS: 11:9).


6.   Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar) Hasan   Langgulung   mengatakan   bahwa

sebagai  makhluk  biologis  manusia  terdiri  atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain manusia adalah  makhluk  jasmaniah  yang secara umum terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan  dan  perkembangan,  serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Quran surah  al  Muminūn  dijelaskan:  Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal  darah,  lalu  menjadi  segumpal  daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Berangakat dari hakikat manusia di atas tentu ini menunjukan Islam sebagai agama yang sempurna, membicarakan awal dari kehidupan namun juga membicarakan akhir dari kehidupan. Bagi umat Islam keyakinan terhadap agama Islam adalah final yang tidak ada sedikitpun bagian membingungkan, segala aspek esensi   kehidupan diuraikan dalam Al Quran. Pandangan tentang manusia   ini   juga   menolak   dan   mematahkan berbagai teori tentang asal muasal manusia, diantaranya  yang  dikenal  secara  umum  adalah teori Darwin.

Pernyataan  Darwin  bahwa  manusia modern  berevolusi  dari  sejenis  makhluk  yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk   peralihan  antara  manusia  modern   dan nenek moyangnya.  Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba   yang   telah   punah,   ditemukan   dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan  kuat  dan  tegap,  sementara  yang  lain  lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis> Homo erectus

>   Homo   sapiens,"   evolusionis   secara   tidak langsung   menyatakan   bahwa   setiap   jenis   ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya. Teori diatas tentu bertentangan dengan apa yang di jelaskan Allah dalam Al Quran dimana manusia adalah makluk yang diciptakan Allah dari sari pati tanah sebagaimana dalam surat al muminun. Proses di ciptakan ini tentu berbeda dengan  teori  Darwin,  Allah  mengatakan diciptakan dan bukan di evolusikan.

Al-Quran membantah teori evolusi yang menyatakan manusia berasal dari kera (Teori Darwin). Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Adam  diciptakan  oleh  Allah  dari  tanah  yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah

di dalam firman-Nya :

الَّذِيْٓ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ وَبَدَاَ خَلْقَ الْاِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya  dan  Yang  memulai  penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan   manusia   (Adam)   dari   tanah   liat kering  (yang  berasal)  dari  lumpur  hitam  yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalam surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .

Proses kemudian Allah menjadikan Manusia Kedua (Siti Hawa). Pada dasarnya segala sesuatu  yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya : "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan- pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36).

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh  Allah  dijelaskan  di  dalam  surat  An  Nisaaayat 1 yaitu : "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa

(4) : 1)

 

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunaAdam dan Hawa)

Proses  kejadian  manusia  ketiga  adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi  Isa  a.s.  Dalam  proses  ini  disamping  dapat ditinjau menurut Al Quran dan Al Hadits dapat pula ditinjau  secara  medis.  Di  dalam  Al  Quran,  proses kejadian  manusia  secara  biologis  dejelaskan  secara

 

terperinci melalui firman-Nya :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ

 

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu  dari  suatu  saripati  (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu   segumpal   darah   itu   kami   jadikan   segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk)  lain.  Maka  Maha  Sucilah  Allah  , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Muminuun (23)

: 12-14).

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).

 

B.  Potensi,  Kelebihan, dan Kelemahan Manusia.

Manusia Berbeda dengan makhluk lainnya, ia adalah ciptaan Allah yang paling potensial. Artinya Allah membekali manusia dengan potensi yang sempurna. Hal ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan dirinya melalui potensi-potensi (innate potentials atau innate tendencies) tersebut. Secara fisik manusia terus tumbuh, secara mental manusia terus berkembang, mengalami kematangan dan perubahan. Kesemua itu adalah bagian dari potens yang diberikan Allah kepada manusia sebagai ciptaan pilihan. Potensi yang diberikan kepada manusia itu sejalan  dengan  sifat-sifat  Tuhan,  dan  dalam  batas kadar  dan  kemampuannya  sebagai  manusia.  Karena jika  tidak  demikian,  menurut  Hasan  Langgulung, maka manusia akan mengaku dirinya Tuhan. Setidaknya ada   potensi mendasar yang menjadikan manusia makhluk yang dikaruniai potensi oleh Allah, diantara potensi tersebut antara lain:

Berikut   ini   adalah   beberapa   potensi   manusia menurut agama Islam yang diberikan oleh Allah SWT.

1.   Potensi Akal

Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan menemukan gagasan Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas- tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.

2.   Potensi Ruh

Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang lain memahami bahwa ruh   pada   manusia   adalah   nyawa.   Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia    memiliki    sedikit    ilmu    pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadi urusan Tuhan. AllaSWT berfirman:

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Katakanlah, Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit. (QS. Al-Isra:85)

 

3.   Potensi Qalbu

 

Qalbu  di  sini  tidak  dimaknai  sekadar  hatiyang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. kadang setuju, dan kadang menolak.

Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.

4.   Potensi Fitrah

Manusia  pada  saat  lahir  memiliki  potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah  manusia  sejak  lahir  adalah membawa  agama yang  lurus.  Namun,  kondisi  fitrah  ini  berpotensi tercampur     dengan     yang     lain     dalam     proses perkembangannya.

5.   Potensi Nafs

 

Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu  yang  berarti  dorongan  kuat  untuk  berbuat kurang baik. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat  baik.  Dengan  kata  lain,  nafs ini  berpotensi positif dan negatif.

Meskipun manusia dibekali oleh allah dg beragam potensi yang ada pada manusia, namun manusia juga memiliki potensi yang sangat merusak, hal ini diakibatkan tidak adanya ikatan seseorang dengan allah atau biasa di sebut iman. Maka potensi yang ada pada manusia tersebut akan menjadikan manusia sebagai makluk yang sangat merusak, bahkan potensi merusaknya bisa melebihi makhluk allah yang lain, disebutkan dalam al quran  surat al bayyinah : 6

yang berbunyi.

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ

Terjemahan Kemenag 2019

6.  Sesungguhnya orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.

Sesungguhnya  orang-orang  yang  kafir  yakni ahli   Kitab   dan   orang-orang   yang   musyrik   (akan masuk)   ke   neraka   jahannam;   mereka   kekal   di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Ungkapan seburuk-buruk makluk ada ayat ini ada kaitannya dengan manusia yang tidak ada ikatan dengan tuhannya, tidak ada iman dalam dirinya sehingga potensi yang diberikan allah menjadikan manusia berperangai merusak, baik itu merusak manusia, moral , nilai bahkan lingkungan dan alam yang ada dimuka bumi

(Sumber : AIK 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)


0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan