IMAN DAN PERILAKU
MANUSIA BERIMAN PERSEKTIF ISLAM
Dalam bahasa Arab kalimat iman itu berasal dari Amana, Yu‟minu,
Imanan yang berarti percaya.
Setiap muslim harus menjaga keimanan nya secara
konsisten dan kokoh, Iman yang kokoh dapat diwujudkan dengan
tepat jika menjalani dengan sempurna dan kaffah.
Ajaran Islam mengenalkan
kepada setiap
pribadi dan ummat tentang memahami
eksistensi rukun Islam yang
mencakup 5 pilar utama
yaitu;
Shahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Wajib bagi setiap
muslim meyakini dan
menjalankan perintah itu
tanpa
ada
dasar keraguan
sedikitpun.
Dan rukun Iman yang
mencakup 6 unsur yaitu; iman
kepada Allah swt, iman kitab-kitab Allah swt, iman akan adanya malaikat malaikat Allah swt, iman
kepada Rasul-rasul Allah
swt, iman
kepada hari
kiamat, dan iman kepada Qadla
dan Qadar Allah
swt. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Qur‟an surat al-Nisa ayat 136
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ
نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ
يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ
الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada
Allah
dan
Rasul-Nya dan kepada kitab-kitab yang
Allah turunkan sebelumnya.
Dan barangsiapa ingkar dengan ajaran
Allah, dan malaikat-malaikat Allah, Kitab- kitab
Allah,
rasul-rasul
Allah, dan hari akhir maka
sungguh telah
sesat dalam kesesatan yang sesesat- sesatnya.
Pada saat Muslim menyatakan beriman kepada
Allah swt maka ia juga mengimani apa saja yang sudah termaktub dalam rukun Iman. Mereka yang
memilliki iman dengan
benar
akan
tercermin dalam
sikap dan
perilakunya dengan
penuh cinta dan
kasih sayang
dalam kehidupan. Cintanya kepada Allah swt
tidak
dapat lagi diragukan
bahkan dengan cintanya kepada Allah
swt
mereka sanggup untuk melakukan
apa
saja yang diperintahkan oleh Allah swt dengan ikhlas dan mudah. namun sebaliknya orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah swt mereka akan
merasa terbebani,
enggan dan malas menjalankan
perintah perintah Allah swt dan
demikian mudah melakukan
kemunkaran dan kemaksiatan.
Allah swt berfirman dalam Qs. Al-Baqarah ayat: 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا
يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا
لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ
الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-
orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman
Amat sangat cintanya kepada
Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106]
mengetahui ketika
mereka melihat siksa
(pada hari kiamat),
bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya,
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Manusia sebagai hamba Allah
swt
secara fitrah
adalah
makhluk yang cenderung memiliki kasih dan sayang. Setiap individu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri
tanpa bantuan orang
lain. sejak lahir ke bumi sampai meninggalkan
dunia ini manusia tidak bisa
mengurus dirinya sendiri, ia
pasti butuh orang lain. Karena keterikatan antara individu satu dan
lainnya itu, manusia harus menyadari hakekat penciptaan
dirinya sebagai manusia.
Allah
swt menciptakan manusia
hakekatnya agar supaya mereka menyembah dan
menjalankan Agama Islam dengan ikhlas. Hakekat
iman
“Islam” yang ada pada manusia itu
sesungguhnya adalah cerminan kepatuhan dan cinta kepada Allah swt. Wujud kepatuhan kepada Allah swt ia buktikan
dengan menaati segala perintah dan
larangan serta diperolehnya buah keimanan itu dengan
manisnya iman. Adapun
tanda-tanda orang yang
beriman dan merasakan manisnya iman sebagaimana berikut:
a. Jika
disebut
nama
Allah
swt maka
hatinya
bergetar dan berusaha agar ilmu Allah swt tidak
lepas
dari
memori
otaknya, dan apabila dibacakan ayat-ayat
Allah swt
bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya. Allah
swt
berfirman dalam Qs. al-Anfal ayat 2
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang
bila
disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal
b. Senantiasa Tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan aturan-aturan ilmu Allah swt
dengan diiringi doa sebagai suatu harapan ntuk
tetap menjalani hidup sesuai tuntunan al-Qur‟an
dan al-Sunnah
Rasulullah
Muhammad saw.
c. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya. Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat dia segera shalat untuk membina kualitas imannya. Firman Allah swt dalam Qs. al-Mu‟minun ayat 2-7
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكٰوةِ فٰعِلُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حٰفِظُوْنَ ۙ اِلَّا عَلٰٓى اَزْوَاجِهِمْ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ فَاِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَۚ فَمَنِ ابْتَغٰى وَرَاۤءَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْعَادُوْنَ ۚ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang
khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang
yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna,dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri- isteri mereka
atau
budak yang mereka
miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam
hal
ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995]
Maka mereka Itulah orang- orang
yang melampaui batas.
d.
Menafkahkan rizki yang diterima sebagai suatau
kesadaran bahwa, harta yang dinafkahkan
dijalan Allah swt merupakan upaya pemerataan ekonomi agar tidak
terjadi ketimpangan
antara yang kaya dan yang miskin.
e. Menghindari perkataan yang tidak
bermanfaat dan
menjaga kehormatan.
Berupaya untuk selalu berkata yang baik yang
relevan dengan ajaran Islam yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Shahihah.
f. Memelihara amanah dan menepati janji Rasulullah. Diantara sifat-sifat orang mu‟min adalah selalu memegang amanah dan menepati janji.
2. Ilmu dalam bahasa Arab berarti tahu “Pengetahuan”.
Sementara amal dalam bahasa arab berarti perbuatan. Seringkali
al-Qur‟an ketika menyebutkan
amanu pasti diikuti dengan amilu yang
dimaksudkan oleh Allah swt kurang
lebih agar manusia tidak saja percaya kepada seluruh ajaran Allah
swt dan
rasulNya namun juga harus
diikuti dengan perbuatan
nyata dalam bentuk perbuatan
secara fisik lahiriyah
sebagai bukti atas kepercayaannya itu.
Manusia dibekali akal pikiran
yang sempurna oleh Allah
swt adalah suatu kelebihan yang luar biasa dibanding
penciptaanNya yang
lain semisal, hewan, tumbuhan, malaikat, dan
Jin. Kesempurnaan
penciptaan
manusia ini sesungguhnya menjadi keniscayaan bahwa sungguh
manusia tiada banding
kesempurnaan
wujud dan bentuknya. Allah swt
berfirman dalam Qs. al-Tin ayat 4-6
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ
Artinya :Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya, kemudian Kami kembalikan Dia
ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang- orang yang beriman
dan mengerjakan amal
saleh;
Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Selain Iman dan
ilmu (pengetahuan) yang
mencirikan kesempurnaan manusia sebagai makhluk yang
sebaik baik bentuk “ahsani taqwim”, manusia juga harus menjalankan amaliyah
secara nyata dalam kehidupan masyarakat. Sebagai makhluk
hidup ada tugas dan tanggung jawab yang
diemban selama
hidupnya. Allah swt menugaskan manusia sebagai khalifah dimuka bumi, ditangan manusia bumi-langit dan seluruhnya isinya diserahkan oleh
Allah swt
kepada manusia untuk
dijaga, dikelola,
dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan
dan kemakmuran
manusia. Sebagai konsekuensinya, jika
manusia melakukan
pelanggaran dan lupa diri terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah swt
maka
bencana dan malapetaka akan menimpa manusia itu sendiri.
Allah swt
berfirman dalam Qs.
al-Baqarah
ayat: 30
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا
اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا
تَعْلَمُوْنَ
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan
memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang
tidak
kamu ketahui."
Tugas sebagai pemimpin atau
khalifah
ini tidak hanya berhubungan dengan memimpin
orang lain, memimpin organisasi, serta pemimpin negara akan tetapi
manusia
juga
terlebih
dahulu harus mampu memimpin diri sendiri dan
keluarga.
Seringkali kita lupa bahwa, potensi diri dalam memimpin diri sendiri adalah
modal terbesar
dalam
memimpin orang
lain, memimpin organisasi, dan
ummat. Implementasi dari amaliyah manusia dalam menjalankan
tugas inilah yang
membuktikan ketundukan manusia kepada Allah
swt.
Iman,
ilmu, dan amal adalah satu kesatuan utuh yang mencirikan profil muslim yang ideal dalam Islam.
Setiap pribadi Muhammadiyah bertanggung jawab menjadi anutan dan contoh berkehidupan Islami. Kehidupan dalam aqidah, Akhlak, ibadah, serta Muamalah adalah ikhwal penting dalam keharmonisan dan kepemimpinan diri dan ummat. Kehidupan dalam aqidah diimplementasikan dalam bentuk menjalani hidup dengan benar-banar menjadi mu‟min, muslim, muttaqin, dan muslim yang paripurna. Kehidupan dalam akhlak dinyatakan dengan meneladani akhlak Nabi Muhammad saw, mempraktekkan akhlak mulia. Menjauhkan diri dari perilaku riya, sombong, berlebih-lebihan, kerusakan, keji, dan kemungkaran. Kehidupan dalam ibadah dilakukan dengan senantaisa membersihkan hati kearah terbentuknya pribadi yang muttaqien, menjadi pribadi yang tekun, serta mejauhkan diri dari nafsu yang tercela. Kehidupan Muamalah duniawiyah dikerjakan dengan memandang bahwa kehidupan dunia harus dijalani secara aktif dan positif.
B. Karakteritik Ajaran Islam
Islam adalah Agama Allah swt yang
diturunkan terakhir
kali.
Sebagai agama
yang mengajarkan kesempurnaan hidup
dan kebahagiaan
hidup manusia, Islam
adalah
satu-satunya agama yang pasti benar, tegak,
dan adil di
muka
bumi. Dalam sejarah
perjalanan
kehidupan dari masa ke masa Islam
telah membuktikan keaslian dan
kebenaran
sebagai Agama Illahiyat “Agama yang benar langsung dari
Allah
swt”.
Menurut Yusuf Qardawi megatakan bahwa, Agama Islam mempunyai karakteristik
khusus, diantaranya
adalah:
a. Rabbaniyyah, yaitu agama yang mengajarkan dan membimbing manusia untuk mengerti dan memahami tujuan
akhir
hidup manusia di dunia.
Tujuan akhir hidup
kita
adalah berhubungan baik
dalam wujud
tunduk, taat, dan patuh hanya kepada Allah
swt. Semua yang
dilakukan oleh manusia harus mendapat ridlaNya. Semua perbuatan yang
dilakukan
selama
di
dunia
ditujukan
hanya untuk Allah swt semata.
Sebagaimana Firman Allah swt dalam Qur‟an Surat Al-Bayyinah ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ
الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ
دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Artinya: Padahal mereka tidak
disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan
kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Orang-orang Islam yang selalu menautkan hati dan
pikirannya hanya kepada Allah swt sungguh tenang dan
lapang
hidupnya. Orientasi hidup yang diharapkan hanya
pada keridlaan-Nya,
mendekatkan diri hanya kepada-
Nya, menyandarkan setiap amal
perbuatan
yang dilakukan menurut parameter kebenaran Islam yaitu Al-
Qur‟an dan Al-Sunnah Al-Shahihah.
Sebagaimana
Allah swt
menyatakan dalam Qur‟an Surat
Ali-Imran ayat 79
مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ
Artinya: tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian,
lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah."
akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah
kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab
dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
b. Insaniyyah, yaitu Agama yang relevan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk
yang menghuni planet bumi.
Dalam ajaran
Agama Islam manusia sudah
diberikan pedoman hidup
dan bagaimana melaksanakan
dan menjaga kehidupannya sebagai makhluk ciptaan Allah swt. Manusia diberikan aturan
dan larangan
agar mampu
memilah mana yang baik dan yang tidak baik, apa saja yang
diharamkan dan yang dihalalkan,
serta bagaimana
melaksanakan perintah dan menghindari larangan. Semua itu, sesuai dengan hakekat kehidupan
manusia baik
dari segi jasmani maupun
rohani. Seluruh
ajaran Islam
mengandung unsur-unsur yang sangat essensi bagi
kehidupan dan kelangsungan manusia. Dibanding
ajaran- ajaran yang
lainnya maka Islam adalah agama yang
memanusiakan manusia “Humanistik”.
Menempatkan manusia yang berderajat mulia atas dasar ketaqwaan kepada Allah swt. Firman Allah swt dalam Qur‟an Surat
Al-Ankabut ayat 45
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ
الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ
وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Artinya: bacalah apa yang
telah diwahyukan kepadamu,
Yaitu
Al
kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
c. Syumuliyyah, yaitu agama
yang berlaku dan
berguna
untuk seluruh alam semesta, dan
Islam bersifat universal.
Universalitas Islam mengandung arti bahwa Islam cocok
diterapkan dimana saja, kapan
saja,
dan untuk siapa saja.
Agama Islam adalah agama yang berlaku bagi semua zaman. Mulai zaman Nabi Adam as sampai
dengan zaman modern saat ini Islam tetap
sesuai. Ajaran
Islam
juga diterima dalam semua kehidupan dan
semua tempat dimana manusia hidup
sampai akhir masa. Setiap manusia ditunjukkan apa saja yang diharamkan dan
yang dihalalkan, manusia dibimbing
untuk menemukan kedamaian dalam beragama dan
Agama Islam adalah agama yang diridaiNya.
Allah swt menyatakan secara kongkrit tentang kebenaran dan kesempurnaan Islam dalam al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat tiga
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ
وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ
وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ
اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا
بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ
دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ
دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ
اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih
atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan diterkam binatang
buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala.
dan
(diharamkan juga)
mengundi nasib
dengan
anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari
ini orang-orang
kafir telah
putus asa untuk
(mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku.
pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.
Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
d. Wasatiyyah, yaitu agama yang bersifat pertengahan “seimbang” atau bersifat moderat. Bersifat pertengahan artinya agama Islam adalah agama yang mengajarkan pada pemeluknya agar tidak hanya cenderung pada duniawiyah semata akan tetapi juga memahami akn pentingnya kehidupan ukrawiyah. Dalam pendekatan lain, manusia tidak hanya bekerja banting tulang untuk hanya mengejar kekayaan atau harta benda tetapi, tetap juga menyadari bahwa ada urusan akherat yang harus ditunaikan.
وَمِنْهُمْ مَّنْ
يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً
وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya
Tuhan
Kami,
berilah
Kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka". (Qs. Al- Baqarah ayat dua ratus satu)
Orang-orang
yang beriman
memiliki kepribadian yang unggul
dan anggun. Kepribadian
yang
unggul
artinya kepribadian yang baik dan menjadi pribadi berkualitas tinggi, serta berkepribadian anggun yang
artinya memiliki akhlak al- Karimah yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Sopan santun, rasa hormat yang tinggi, serta berperilaku Islami. Diantara sifat-sifat kepribadian orang yang
beriman
antara lain :
Amanah (dapat dipercaya)
Amanah adalah salah satu sifat terpuji yang
lekat dan
inhern dalam diri Nabi Muhammad saw.
Sifat amanah Beliau
ditunjukkan sejak usia kecil hingga usia
remaja, maka tidaklah salah jika kaum Quraisy
memberi gelar al-Amin yang artinya orang yang
dipercaya. Sifat dapat dipercaya artinya menyampaikan amanah kepada orang-orang yang
berhak
menerimanya tanpa ada upaya untuk
dilebih- lebihkan atau dikurangi
takaran/ukurannya
sehingga
berkurang.
Shiddiq (sikap dan perilaku yang Benar)
Shiddiq merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasulullah Muhammad saw. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari shiddiq berarti benar. Benar yang dimaksud adalah sikap dan atau perilaku yang jauh dari ketidakjujuran, jauh dari kebohongan, dan perbuatan yang dilakukan sehari-hari merupakan realisasi dari ajaran kebenaran.
Adil (kesamaan dan kesetaraan)
Adil adalah
memberikan setiap hak kepada
pemiliknya tanpa pilih kasih
atau membeda-bedakan. Sebagai muslim yang
bijak apabila ia memiliki posisi sebagai
pemimpin maka hendaklah ia bersikap adil
dan
harus serta berupaya sekuat tenaga untuk menjadi pemimpin
yang menegakkan keadilan.
Adil tidak
selalu berarti
sama atau sepadan bagiannya, namun adil adalah memberikan
sesuatu
sesuai
dengan hak
dan
kapasitasnya. Allah swt berfirman dalam Qur‟an
Surat al-Nahl ayat 90
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.
Tolong Menolong
Tidak ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan orang lain. Apakah karena
pangkat, jabatan,
atau
gemerlap kekayaannya kemudian manusia akan menjadi diri sendiri dan tidak
butuh orang lain tentu tidak mungkin. Allah swt menciptakan
manusia dengan segala yang ada dan
dimilikinya untuk menguji manusia atas semua sepak terjangnya
dimuka bumi. Oleh karena
itu,
Islam sangat menganjurkan
kepada ummatnya agar
saling
tolong
menolong
dengan sesama, baik berupa materi, tenaga, atau
pikiran.
Kerja Keras
Di dunia ini tidak ada keberhasilan yang diperoleh tanpa ada usaha, tidak ada sesuatu yang bersifat tiba- tiba “langsung ada atau jadi” atau hanya dengan membalikkan tangan melainkan semuanya harus melalui proses sebab akibat yang merupakan sunnatullah (ketentuan Allah swt). Kesuksesan dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras, karena sesungguhnya Allah swt menyukai hambanya yang mau bersungguh-sungguh dalam melakukan segala amal kebaikan.
Ishlah (mendamaikan)
Ishlah
adalah usaha mendamaikan antara dua orang
atau
lebih yang bertengkar atau
bermusuhan. Islam diturunkan oleh Allah swt. Sebagai rahmat
bagi
seluruh
alam. Untuk itu
siapapun
manusia yang
mengaku sebagai muslim harus selalu
memancarkan rahmat, yang
salah satu wujudnya adalah, mendamaikan pertikaian atau permusuhan. Mendamaikan konflik antar ummat bergama, serta menjadi Ummat yang
damai dengan ummat lain
serta tegas
terhadap setiap perbuatan yang biadab dan
kesewenang-wenangan
demi
terwujudnya kedamaian
(Sumber : AIK 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan