Jumat, 03 Februari 2023

EKSISTENSI DAN INTERNALISASI TAUHID DALAM HIDUP

Loading

 


 

EKSISTENSI DAN INTERNALISASI TAUHID DALAM HIDUP

 

A.  Pengertian Tauhid 

Kalimat Tauhid berasal dari bahasa Arab yang berarti mengesakan. Dalam bahasa indonesia kemudian menjadi  kata  yang  lumrah  dan  kebanyakan  kita  tidak asing lagi dengan kata tauhid. Tauhid berarti mengesakan Allah swt, sebagai Tuhan yang berhak disembah dan dimintai pertolongan. Menurut Istilah, Tauhid adalah mengesakan Allah  swt  sebagai  tuhan,  tidak  ada  tuhan selain Allah swt yang patut disembah yang dikrarkan dengan kalimat  (Tidak ada tuhan selain Allah swt)  Makna kalimat mengandung suatu makna bahwa,  tidak ada  tuhan  selain  Allah  swt  yang artinya menyembah selain Allah swt adalah batal hukumnya.

Muslimah dan muslimah yang baik memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual yang unggul, sehingga perilaku dan sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosional tetapi juga didukung dengan kecerdasan pikir yang satu sama lain saling melengkapi. Terpadunya aspek intelektual dan spirituaitu akan menuju kepada mutualitas beragama yang sesuai dengan fitrah dalam beragama. Allah swt menyatakan dalam Firmannya dalam Qs. Al-Imran ayat 190-191. Dan Qs. al-Rum ayat 30.

1.  Qs. al-Imran ayat 190-191 

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan   tentang   penciptaan   langit   dan   bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.


2.  Qs. al-Rum ayat 30

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu   agama   tauhid.   kalau   ada   manusia   tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan)

Lafadz Illah artinya Tuhan, mengandung makna tentang berbagai obyek yang dibesarkan dan dipentingkan oleh manusia, dan bagaimana manusia merefleksikan sikap dirinya untuk mewujudkan harapan dan keinginan-keinginannya. Semisal dalam al-Qur‟an   surat   al-Furqan   ayat:   43   Allah   swt berfirman:

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ

Artinya: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang  menjadikan  hawa  nafsunya  sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang   ternak,   bahkan   mereka   lebih   sesat jalannya (dari binatang ternak itu). Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana  Dia  memanjangkan  (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki  niscaya  Dia  menjadikan  tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu.

 

B.  Pendapat Para Ulama

 Menurut  pendapat  para  ulama  kalimat  Illah 

mengandung  makna  dan  maksud  yang  berbeda-bedanamun substansinya sama yaitu menegaskan kepada manusia bahwa Allah swt dzat yang Esa dan tidak patut jika  ada  orang  yang  menyamakan  antara  Allah  swt sebagai pencipta dan ciptaan Allah swt yang dijelmakan sebagai pencipta atau Tuhan.   Menurut Ibnu Taimiyah kata Illah bermakna al-Ma‟bud artinya satu-satunya yang diibadahi atau satu-satunya yang disembah. Adalah kesalahan  yang  besar  dan  tidak  dapat  dimaafkan  oleh Allah swt jika ada manusia yang menyamakan posisinya dengan Allah swt bahkan mengklaim diri sebagai Tuhan pencipta  semesta.  Menurut  Abu  al-Ala  al-Maududi kata Illah bermakna al-Mahbub, al-Marhub, wa al- Matbu‟ yaitu  yang  dicintai,  yang  disenangi,  dan  yang diikuti.

Implementasi yang sesungguhnya tercermin dalam sikap, perilaku, serta ucapan manusia muslim yang bertauhid adalah menyatakan dengan tulus bahwa;

1.   La khaliqa Illa Allah : Tiada ada pencipta selain Allah swt

2.   La Malika  Illa  Allah  :   Tiada  ada  penguasa  selaiAllah swt 

3.   La Ma‟buda Illa Allah : Tiada yang disembah kecualAllah swt

4.   La Waliya Illa Allah : Tiada pemimpin selain Allah swt

5.   La Quwwata Illa Allah : Tiada yang kuat selain Allah swt

Atas kesadaran bertauhid yang benar maka manusia telah  memulyakan  dirinya    sendiri  dan  akan  dijauhkan dari kesengsaraan dalam kehidupan dunia sampai akherat. Manusia yang menyadari dengan sepenuh jiwa dan raga bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah maka ia akan mendapatkan kekuatan dan diberikan kekuatan dari Allah swt. Manusia yang mengakui bahwa kekuasaan itu adalah milik Allah swt maka akan dengan mudah bagi Allah swt menganugerahkan  kepada  manusia  itu  untuk  berkuasa atau memegang kekuasaan yang diamanahkan oleh Allah swt kepadanya.

Jika manusia secara konsistenistiqamahmenempatkan diri sebagai hamba Allah swt dan berupaya sekuat tenaga menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya maka pasti mereka masuk surga yang dijanjikan oleh Allah swt. Namun sebaliknya, jika tidak bertauhid menyakini eksistensi Allah swt dan berbuat syirik yaitu menyekutukan Allah swt dengan menuhankan kepada selainNya maka yakinlah bahwa manusia sepertitu  pasti  masuk  neraka yang dijanjikan oleAllaswt sebab kemusyrikannya

 

C.  Macam-macam Tauhid 

Sebagaimana diuraikan diatas bahwa Tauhid merupakan lawan dari syirik. Kedua hal itu bersifat antagonistic. Tauhid hakekatnya adalah komitmen batin atau kontrak ketuhanan kepada Allah swt sebelum manusia dilahirkan ke muka bumi ini. Kepada mereka (manusia) diminta untuk tidak menuhankan selain Allah swt. Kepada semua manusia dan Jin diperintahkan oleh Allah swt untuk menyembah kepadaNya.

Nabi Adam as dan Hawa menjadi bukti nyata bahwa keduanya manusia pertama yang menikmati kehidupan surgawi. Namun akhirnya dikeluarkan dari surga  akibat  kesalahan  yang  beliau  berdua  lakukan. Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke Bumi dan pada akhirnya melahirkan keturunan yaitu bani Adam atau anak cucu  Adam as. Tidak hanya itu, Bani Adam juga dibekali ketauhidan dalam wujud kesaksian bahwa janin yang masih dalam rahim ibunya sudah bersaksi dengan mengatakan    Engkaulah    Tuhan    Kami    Ya    Allah

siapakah  Tuhanmu,  mereka  mengatakan  EngkaulaRabb kami.

Allah swt berfirman dalam Qs. al-A‟raf ayat: 172 

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan  anak-anak  Adam  dari  sulbi  mereka  dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani  Adam) adalah orang-orang  yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Pengakuan terhadap kekuasaan Allah swt sebagai Dzat pencipta Alam Semesta UlamaIlmu Kalam dan yang lainnya membagi tauhid dalam tiga macam: 

1.   Tauhid Uluhiyah 

Tauhid Uluhiyah adalah, komitmen spiritual setiap individu dengan menyatakan sepenuh sepenuh jiwa dan raga tentang eksistensi Allah swt dan bersakstidak ada tuhan selain Allah swt. Tidak ada yang patut disembah kecuali Dia. Maka semua amal ibadah harus disandarkan kepadaNya. Orang-orang yang melakukan ibadah karena selain Allah swt adalah sia-sia, dalam arti mereka itu tidak diterima dan tidak diberi pahala setiap kebaikan yang dilakukan  oleh  Allah  swt.  Allah  swt  berfirman

dalam Qs. al-Ikhlas ayat: 1-4

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ

a.   Katakanlah: "Dia-lah Allah, Dzat yang Maha Esa.

b.   Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

c.   Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 

d.   Dan  tidak  ada  seorangpun  yang  setara  dengaDia." 

Sangat jelas apa saja ajaran yang  disampaikan oleh para rasul dan nabi Allah swt.  Risalah dan ajaran yang disampaikan oleh setiap rasul dan nabi semuanya berisikan tentang Tauhid yaitu mengesakan  Allah   swt.   Sejak   Nabi  Adam   asampai dengan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi Akhir zaman ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul Allah adalah Ajaran Tauhid. Terdapat sejumlah kisah para Nabi dan rasul yang memberikan gambaran pada kita tentang perbuatan dan sikap ummat pada masa rasul-rasul terdahulu. Dalam al-Qur‟an al-Karim telah menceritakan secara jelas tentang kaum-kaum terdahulu. Nabi Nuh as dan kaumnya, Nabi Hud as dan kaumnya, Nabi Saleh as dan kaumnya, Nabi Ibrahim as dan kaumnyaserta Nabi Muhammad saw dan kaum Quraisy yang menunjukkan kebenaran Tauhid namun  ditentang  habis-habisan  olekaum  para Nabi dan Rasul. 

2.   Tauhid Rububiyah 

Tauhid rububiyah adalah keyakinan yang mantap terhadap keesaan Allah swt terhadap penciptaan alam semesta. Hanya Allah swt pencipta dan penguasa langit dan bumi beserta seluruh isinya. Tidak ada yang berhak dijuluki sebagai Khaliq selain Dia.

Berikut ini ayat-ayat al-Qur‟an yang secara tekstuamenunjukkan    kepada    kita    manusia    tentang kemahakuasaan   Allah   swt.terhadap   penciptaan alam semesta beserta seluruh kelengkapannya.

a.   Allah swt berfirman dalam Qs. al-Anam ayat: 73-75

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ وَيَوْمَ يَقُوْلُ كُنْ فَيَكُوْنُۚ قَوْلُهُ الْحَقُّۗ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِۗ عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ ۞ وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ اَصْنَامًا اٰلِهَةً ۚاِنِّيْٓ اَرٰىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ وَكَذٰلِكَ نُرِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ مَلَكُوْتَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلِيَكُوْنَ مِنَ الْمُوْقِنِيْنَ

Artinya: dan Dialah yang menciptakan langit  dan  bumi dengan  benar.  dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. dan  Dialah  yang Maha  Bijaksana lagi Maha mengetahui. dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat  kamu  dan  kaummu  dalam  kesesatayannyata."  dan  Demikianlah  Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. 

b.   Allah swt berfirman dalam Qs. Yasin ayat: 36-39

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ


Artinya: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.   dan   matahari   berjalan   ditempaperedarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tanda yang tua. 

3.   Tauhid Asma Wa Sifat

Tauhid dan sifat yaitu, beriman kepada setiap nama dan sifat Allah swt., yang ada di dalam al- Qur‟an Karim dan hadits-hadits yang shahih. Yang Dia sifatkan untuk diri-Nya atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya menurut hakekatnya. Nama-nama Allah swt yang sering disebut dengan Asmau al- Khusna itu terdiri dari 99 nama.

Dari sifat-sifat Allah swt yang terdiri dari 99 nama antara lain, sifat  al-Rahman, al-Rahim, al- Malik, al-Salam, al-Mu‟min, dan seterusnya sampai dengan sifat al-Rasyid, dan al-Shabur.

Deskripsi  tentang Tauhid  Uluhiyah,  Tauhid Rububiyah, dan Tauhid Asma‟ wa Sifat diatas menunjukkan kepada kita bahwa Allah swt Maha segala-galaNya.  Manusia  dengan  ekosistem  yanada  disekelilingnya  merupakan  bukti penciptaanNya. Apa saja yang telah diciptakan olehNya sepenuhnya menjadi tanggung jawab manusia untuk mengelola, menggarap, dan memakmurkan. Manusia sebagai hamba Allah swt diberi tugas untuk mengelola dengan baik semua yang sudah dihamparkan dimuka bumi oleh Allah swt.  Manusia  juga  diberi  keleluasaan  olehNya untuk menggarap atau bercocok tanam, mengambil kekayaan isi bumi, bahkan melakukan eksplorasi bumi untuk keberlanjutan kehidupan manusia. Manusia diberkahi potensi akal, fitrah, dan nafsu itu semua menunjukkan bahwa manusia adalah hamba Allah swt yang makmur. Manusia harus mampu menciptakan kemakmuran untuk dirinya, masyarakatnya dan lingkungannya.

Namun  juga  perlu  diwaspadai  bahwa, manusia  ada  kecenderungan  untuk  mengumbar hawa nafsu dan kebebasan hidup. Banyak peristiwa telah  kita  saksikan  yang  dapat  kita  baca,  kisah Adam dan Hawa, kisah Nuh dan keluarganya, kisah Raja Abrahah dan bala tentaranya, kisah Nabi Luth dan  kaumnya,  kisah  Nabi  Sulaiman  dan  RatBalqis, dan kisah Nabi Muhammad saw dan kaum Quraisy, dan lain-lain. Sederet peristiwa nyata itu mengingatkan  kepada  kita  pengikut  Muhammad saw bahwa telah terjadi peristiwa yang luar biasa dalam episode ummat-ummat masa lalu. Peristiwa kemaksiyatan,   kemungkaran,   dan   kedurhakaan masa lalu hendaknya menjadi pelajaran bagi manusia dewasa ini. Manusia sebagai hamba Allah swt harus mampu membaca “iqra dengan baik dan cermat agar tidak mengalami peristiwa yang sama seperti kejadian umat terdahulu.


(Sumber: AIK 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan