Jumat, 03 Februari 2023

AQIDAH DAN AKTUALISASI AQIDAH DALAM KEHIDUPAN

Loading

 


AQIDAH DAN AKTUALISASI AQIDAH DALAM KEHIDUPAN

A.  Aqidah Islam 

1.    Pengertian 

Menurut kamus bahasa Arab kata al-Aqidu wa al-Muaqadu artinya adalah yang mengadakan perjanjian. Dalam bentuk yang lain al-Aqidatu jam‟u Aqaidu berarti kepercayaan, keyakinan.   Menurut istilah  aqidah  adalah,  keyakinan  kepada  hakekat yang  nyata  yang  tidak  menerima  sedikitpun keraguan atas keyakinannya itu. Apabila keyakinan terhadap sesuatu itu masih ada unsur keraguan maka tidak disebut aqidah. Jadi aqidah itu kuat dan tidak ada peluang untuk dibantah. Oleh karena itu, Hassan al-Banna dalam bukunya Akidah Islam mengatakan; bila aqidah sudah tertanam dengan benar dan kuat dalam jiwa, maka jiwa itu akan tenang dan tenteram, bersih dari kebimbingan dan keraguan.

Uraian tentang pengertian Aqidah diatas, memberikan pemahaman kepada kita bahwa aqidah hakekatnya   adalah   tali   pengikat   batin   manusidengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang maha Esa   yang      patut   disembah   dan   pencipta   serta pengatur alam jagad raya ini. Selain itu, aqidah juga diartikan sebagai komitmen spiritual terhadap Allah swt dengan segala kemahaanNya. Ikatan atau komitmen spiritual dengan Allah swt itu terikat kuat, tangguh, dan tidak renggang sedikitpun sehingga ikatan tidak mudah lepas betapapun kuatnya angin tipu daya dan rayuan penganut kesesatan.

 

2.    Sumber, Tujuan, dan Aktualisasi Aqidah a.   Sumber Aqidah Islam

Manusia dalam hidupnya senantiasa membutuhkan kedamaian, dan jalan mencapai kedamaian  itu  hanya  bisa  ditemukan  dalam Islam. Fitrah manusia yang tidak bisa dipungkiri adalah kecenderungan menerima agama. Karena agama apapun    yang ada di muka bumi mempunyai implikasi yang dibutuhkan oleh manusia.

Al-Qur‟an al-Karim yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah sumber aqidah Islam. Nabi Muhammad saw membawa agama yang bernama Islam, disebut Islam yanberarti damai atau berserah diri. Selain sebagai sumber aqidah, al-Qur‟an al-Karim adalah kitab suci yang menjadi pedoman, penerang, serta pencerah kehidupan manusia. Al-Quran al- Karim yang terdapat didalamnya 30 Juz, berisi

114  Surat,  86  surat  turun  di  Makkah (Makkiyah), dan 28 surat turun di Madinah (Madaniyyah), 6666 ayat dan 325345 huruf memberikan  banyak  pelajaran  yang komprehensif tentang kehidupan dan kebutuhan ummat manusia, pendapat lain mengatakan bahwa,  al-Qur‟an terdiri  dari  114  surat,  6236 ayat, 74437 kalimat, dan 325345 huruf. Proporsi masing-masing fase  tersebut  adalah  19/30  (86 surat) untuk ayat-ayat Makkiyah dan 11/30 (28 surat) untuk ayat-ayat Madaniyah.

Diantara pokok-pokok isi al-Qur‟an al- Karim itu mengandung pesan yang mendasar antara lain ;

1)     Masalah    Tauhid,    al-Quran    diwahyukakepada Nabi Muhammad saw agar dapat memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah mendapat peringatan, agar mereka tidalalai.  Allah  swt  berfirman  dalam  Qs.  Yasiayat:1-6

يٰسۤ ۚ وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ

Yaa siin demi Al Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul- rasul, (yang berada) diatas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak- bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

2)   Masalah Ibadah, yaitu amal perbuatan yang dilakukan untuk tujuan keridlaan Allah swt. Manusia sudah seharusnya menjalani kehidupan dengan  penuh  kesdaran  akan  tanggung jawabnya kepada sang Pencipta, karena ia pasti akan mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan  dihadapanNya.  Dimensi  Ibadah dalam ajaran Islam tidak boleh dimaknai secara sempit yaitu hanya terkait dengan ibadah khusus (Ibadah Mahdlah), namun ibadah itu juga terkaidengan perkara-perkara yang bersifat umum (Ibadah Ghairu Mahdlah).      Orang-orang yang dianggap shalih shalihah itu dalam persepektif ini tidak hanya baik dalam hal shalih spiritual shalat, zakat, puasa, dan mampu haji berkali- kali namun itu semua juga ditunjukkan dengan baik dalam hal shalih sosial yaitu bagaimana mereka itu menjadi orang-orang yang mendarmabaktikan diri dan kemampuannya untuk urusan kehidupan antar tetangga, antar masyarakat, dan kemajuan ummat dan bangsa.

3)    Masalah  janji  dan  Ancaman,     yaitu  janji dengan   balasan   baik   bagi   siapa   saja   yang berbuat baik, dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat. Janji akan memperoleh kebahagiaan dunia akherat dan ancaman akan mendapat kesengseraan dunia akherat. Setiap kebaikan yang dilakukan oleh setia  hamba  Allah  swt  akan  dibalas  dengan surga dan sebaliknya setiap kemasiyatan dan dosa pasti akan mendapat balasan siksa neraka.

4)   Masalah ketentuan-ketentuan Agama, yaitu ajaran  Islam  sangat  memperhatikan  dan menjaga   eksistensi   manusia   sebagai   hamba Allah swt di Bumi. Manusia dalam mengarungkehidupannya dibekali ketentuan-ketentuan dan aturan yang hendaknya dipatuhi agar dapat mencapai ridlaNya. 

Aturan-aturan Allah swt sangat jelas dinyatakan dalam kitab Suci al-Quran, maka siapa  yang  menjalani  hidup  dengan pedoman al-Quran maka secara otomatif manusia itu termasuk orang yang menjaga eksistensinya sebagai manusia. Disamping itu, panduan hidup kita setelah al-Qur‟an al- Karim adalah al-Hadits atau al-Sunnah al- Shahihah.  Dua  pedoman  ini  tidak  boleh lepas  dari  kehidupan  manusia  karena dengan al-Qur‟an dan al-Sunnah sangat mudah bagi manusia untuk mendapat jalan kebahagiaan dunia dan akherat

5)    Masalah  sejarah  dan  cerita,  yaitu  sejarah orang-orang terdahulu baik mengenai sejarah tokoh, sejarah bangsa-bangsa   maupun sejarah para   Nabi   dan   Rasul   Allah   swt.   Potret kehidupan tokoh, peradaban ummat masa lalu, serta perjuangan dan dakwah Nabi dan Rasul dapat kita saksikan dalam sejumlah literature ilmiyah  dan  manuskrip  yang  tersedia.  Tugakita saat ini adalah memahami dan mengambil pelajaran dari setiap derap langkah para pelaku kisah dan sejarah. peristiwa masa lalu yang baik harus tetap dijaga dan dilestarikan namun sebaliknya yang jelek, buruk, dan mengundang kemurkaan Allah swt kita tinggalkan. Hamba Allah   sw yang   berpredika insan   kamil (manusia paripurna) adalah mereka yanguntuk cerdas dan pandai menyikapi kehidupan dan menyandarkan setiap perbuatan yang dilakukan hanya untuk mendapat ridlaNya. 

b.   Tujuan Aqidah Islam

1)   Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan yang ada sejak lahir. Manusia sebagai makhluk  yang  diciptakan  oleh  Tuhannya memiliki potensi yang sangat sempurna jika dibandingkan  dengan ciptaan  Allah  swt dalam kehidupan.  Setan,  Jin,  Malaikat,  Hewan, Tumbuh-Tumbuhan, dan benda-benda yang lainnya tidak memiliki kesempurnaan sebagaimana dimiliki oleh manusia. 

2)  Menjaga     manusia     dari     kemusyrikan.

Manusia amat sangat mungkin lupa dan lalai terhadap  siapa  dirinya  dan  apa  saja  yang menjadi kewajiban yang harus dilakukan. Allah swt menciptakan manusia agar mereka beribadah dengan ikhlas karenaNya. Dengan Aqida Isla ini   manusi tidak   akan terjebak dalam kemusyrikan yang terbuka lebar. Adakalanya manusia melakukan kesyirikan secara terang-terangan, dan adakalanya manusia juga melakukan kesyirikan secara sembunyi-sembunyi.

3) Menghindari     pengaruh     akal     yang menyesatkan. Manusia dinyatakan dalam al- Qur‟an sebagai  sebaik-baik  bentuk  ciptaan “ahsani taqwiem”adalah suatu fakta dan kebenaran. Manusia memiliki akal, hati nurani,  dan  jasmani  yang  luar  biasa sempurna. Dengan akal manusia mampu membuat dan menciptakan teknologi dan merekeyasa serta menemukan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Karena itu akal pikiran manusia perlu dibimbing oleh aqidah Islam.


c.   Prinsip-Prinsip Aqidah Islam 

1) Aqidah didasarkan atas Tauhid yakni mengesakan Allah swt dari segala dominasi yang  lain.  Allah  swt  berfirman  dalam  al-Qur‟an Surat al-Ikhlas ayat 1-6.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ

Katakanlah Dia Allah yang maha Esa, Allah tempat berlindung, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tiada satupun yang setara dengan-Nya.

Dalam prinsip Tauhid tidak pernah ada yang mempertentangkan antara dunia dan akherat,   antara   yang   alami   dan   yang dialami,  antara  yang  imanen  dan transenden, antara  jiwa  dan  raga  dan  lain sebagainya, sehingga itu semua merupakan kesatuan yang harus ditopang dengan;

a)  Memiliki  komitmen  yang  utuh  kepada Allah swt dan menjalankan pesanNya.

b) Menolak pedoman hidup yang tidak berasal dari Allah swt

c)  Bersikap progresif dengan menekankan pada kualitas hidup, adat istiadat, tradisi dan paham hidup

d)  Tujuan hidup jelas yaitu segala aktivitas hanya untuk Allah swt semata.

e) Mempunyai visi keharmonisan antara sesama manusia dan yang lainnya sehingga terjalin kehidupan yang harmonis termasuk harmonis dengan lingkungan sekitar. 

2)   Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat serta diturunkan dan atau diajarkan kepada anak cucu. Sumber aqidah adalah Allah swt dzat yang  maha  segalaNya.  Firman  Allah  swdalam al-Qur‟an surat al-Isra ayat 36

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. 

a)    Garis batas pembahasan aqidah tentang Allah swt dibatasi dengan larangan memperbincangkan tentang eksistensi Dzat Allah swt. Pada ranah Dzat Allah swt ini manusia tidak akan pernah mampu  menguasainya.  Nabi Muhammad saw bersabda: 

berpikirlah kamu   tentang makhluk Allah swt., dan janganlah memikirkan Dzat Allah, sebab kamu tidak akan mampu melakukannya (HR. Abu Nuaim)

b) Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah bukan untuk mencari  aqidah.  Aqidah  Islamiyah sudah sangat jelas tertuang dalam al- Qur‟an dan al-Sunnah. Akal yang diberikan    oleh    Allah    swt    kepada manusia bukan untuk menjadikan manusia menandingi kekuasaan-Nya akan tetapi manusia diperintahkan oleh Allaswt.,  untuk  merenun, memikirkan, dan memahami betapa besar dan sempurna kekuasaanNya. 

B.   Aktualisasi Aqidah Islam 

Menurut kamus kata actual berasal dari bahasa Inggris. Kata actual berarti sebenarnya. Sementara aktualisasi dari kata actualize yang berarti mewujudkan, melaksanakan. 

Terdapat  3  pilar  penting  yang  harus  dimiliki  setiap muslim dalam mewujudkan atau melaksanakan Aqidah Islam antara lain:

1)  Eksistensi keyakinan yang mantap.  Keyakinan yang menancap kuat dalam perspektif pendidikan Islam dimulai sejak masih dalam alam kandungan atau Rahim Ibu. Hal yang hendaknya diketahui bahwa manusia itu hidup dalam fase-fase yang panjang, manusia berada dalam alam kehidupan yang secara filosofis tidak pernah berhenti mulai alam ruh, alarahim, alam dunia, alam kubur, dan alam akherat. Karena itu, mewujudkan aqidah yang mantap harus dipupuk secara terus menerus.

2)  Pemahaman Ajaran Islam yang kokoh. Pada saat kita menjadi muslim, perkara yang urgen dan mendasar adalah tunduk dan pasrah kita pada setiap tuntunan dan ajaran dalam Agama Islam. Bagaimana kita sebagai  muslim  meyakini  rukun  Islam  dan  rukun Iman tanpa reserve lalu melaksanakannya, bahkan setiap muslim merasakan kebahagiaan dan kedamaian dalam melaksanakan ajaran Agama Islam. Semua itu menunjukkan bahwa iman, ilmu, dan amal memiliki andil besar dalam pembentukan pemahaman Islam yang kokoh.

3)  Mengamalkan ajaran Islam  sepenuh jiwa dan raga. 

Mereka yang dikategorikan sebagai hamba Allah swt yang  mengamalkan  ajaran  Islam    adalah  manusia yang beragama secara sempurna Kaffah” dalam menjalani agamanya.  Sempurna dalam arti, mereka orang-orang yang beribadah, bermuamalah sesuai tuntunan, ajaran, dan petunjuk Allah swt serta meneladani Rasullullah Muhammad saw. Hanya kepada   Allah   swt   tempat   semua   makhlukNybergantung, dan dengan tuntunan rasulullah saw kita semua menjalani hidup. Semisal diperintahkan shala5 waktu kepada setiap muslim sehari-semalam adalah perintah yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, namun demikian  bagaimana  shalat  itu  dilaksanakan  Allah swt tidak menjelaskan cara shalat maka Rasulullah Muhammad saw yang mengajarkan amaliyah praktis shalat itu.

Orang-orang yang mengatakan bahwa Shalat adalah ibadah hati tidak berkaitan dengan ibadah jasmani adalah  paham  yang melenceng dari  ajaran Islam dan merupakan kesalahan besar. Mereka membenarkan  kebohongan  dan  kemalasan  diri mereka dengan mengatakan bahwa shalat tidak perlu ruku‟, sujud, dan lain sebagainya. Selain itu, sebagian orang itu mengaku beragama Islam akan tetapi hanya percaya pada al-Qur‟an dan mereka tidak mau mengikuti hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw. Cukuplah menurut mereka al-Qur‟an saja yang menjadi pedoman hujjah” dalam kehidupan.

Ketika orang beriman beritiqad mematuhi ajaran Allah swt dalam al-Qur‟an maka dengan gamblang difirmankan dalam ayat al-Qur‟an dengaaya waha orang-oran yang   berIma taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya….” Dalam konteks amaliyah  yang,  ketika al-Qur‟an tidak menjelaskan secara detail tentang pelaksanakan perintah wajib shalat 5 waktu dan Shalat-Shalat Sunnah maka Rasulullah saw mengajarkan tata cara praktik Shalat Shallu Kama Ra‟aitumuni Ushalli (Shalatlah kamu semua sebagaimana Aku melakukan Shalat).


(Sumber: AIK 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)

 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan