EPISODE
HIDUP DAN KEMATIAN MANUSIA
A.
Al-Qur’an dan Kehidupan Manusia
Kehidupan manusia mengalami beberapa
periode
kehidupan, namun pada akhirnya kehidupan
manusia akan
kembali kepada allah untuk
mendapatkan reward
atau punishment atas apa yang dilakukan
manusia dalam periode khidupannya. Secara sederhana
kehidupan
manusia disebutkan
allah ada dua peroiode besar yaitu
kehidupan dunia dan
kehidupan
akhirat,
sebagaimana
dalam al qur‟an disebutkan dalam surat al qoshos : 77.
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ
الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ
اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا
يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
Ayat diatas mengambarkan dua periode besar kehidupan yang akan dilalaui oleh manusia yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, jika kehidupan dunia adalah kehidupan mencari bekal makan kehidupan akhirat adalah kehidupan menikmati bekal yang dibawa oleh manusia, dalam artian lain kehidupan akhirat adalah kehidupan mempertangungjawabkan atas apa yang dilakukan oleh manusia. Secara garis besar fase-fase kehidupan yang dilalui manusia antara lain:
1. Alam Ruh
Hidup manusia dimulai dari alam ruh, waktu
dimana Allah mengumpulkan
semua ruh
manusia yang akan diturunkan kebumi.
Kejadian ini dikisahkan
dalam Al-Quran
Surat Al-A‟raf
ayat 172:
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
“Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap
jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)”
2. Alam Rahim
Alam ruh adalah
dimana fase kehidupan
manusia berada
dalam
perut
ibu,
selama 9bulan, dialam ini allah
member kehidupan bagi janin dan
member
makan melalui ibu
yang mengandungnya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran Surat Sajdah ayat 9:
ثُمَّ سَوّٰىهُ
وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ
وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
“Kemudian dibentukNya (janin dalam rahim) dan ditiupkan ke dalamnya sebagian dari ruhNya.”
3. Alam dunia
Setelah lahir
ke dunia
manusia
mulai memasuki tahap ketiga dari hidupnya. Manusia hidup
di dunia dengan keberagaman umur,
ada
yang hidup hanya beberapa saat, ada juga yang
hidup puluhan tahun
bahkan ada juga yang lebih
dari
100 tahun.
4. Alam Kubur
Kematian seseorang adalah pemutus hubungan
manusia dengan
kehidupan dunia dimana semua manusia akan mengalami periode
ini, tidak ada
satupun penghalang
atau yang
mampu mempercepat
bahkan memperlambat kematiaan
seseorang,
sebagaimana dalam al qu‟ran
surat an nisa 78:
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ
وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ
يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ
يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ
هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan. mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
"Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka Mengapa orang-orang itu (orang
munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikitpun?
Selama dalam kubur,
hanya akan ada
amal baik atau buruk
yang akan setia menemani hingga di alam kubur. Kebaikan diyakini akan
membawa kebahagian dan ketentraman
dialam kubur. Sebaliknya perbuatan buruk diyakini akan
membawa kesengsaraan
dialam kubur.
Alam kubur atau yang sering disebut alam
barzakh ini adalah
masa penantian
akan datangnya
alam
kebangkitan.
Alam kubur akan penuh
kesengsaraan bagi kaum pendosa
namun penuh
kebahagiaan bagi orang beriman. Alam ini berakhir
saat hari kiamat tiba.
5. Hari Kiamat
Peristiwa kiamat atau
hari kebangkitan
dimulai dengan tiupan sangkakala oleh malaikat
Isrofil yang diikuti hancurnya seluruh
kehidupan di jagat raya.
Lalu
tiupan
sangkakala yang kedua
semua
mahluk yang
pertama hidup sampai hari kiamat, akan
dibangkitkan dan dikumpulkan di padang
mahsyar, seperti yang Allah firmankan dalam Al-Quran surat
Az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى
السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ
فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”
6. Hari Penghisaban (perhitungan amal)
Hari hisab adalah dimana setiap orang diadili, ditimbang prbuatan baik dan buruknya dan tidak ada satupun yang luput dari pemeriksaan. Orang yang semasa hidupnya selalu berbuat baik akan menerima raport kehidupannya dengan tangan sebelah kanan. Sedangkan orang yang selalu buruk maka ia akan menerima kitab raport dari arah belakang, sembari mengeluh dan berkeluh kesah. Susana tersebut dilukiskan dalam Al-Quran Surat Al-Insyiqaq ayat 7-12.
فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖۙ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ
حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ وَّيَنْقَلِبُ اِلٰٓى اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ وَاَمَّا مَنْ
اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ وَرَاۤءَ ظَهْرِهٖۙ فَسَوْفَ يَدْعُوْا ثُبُوْرًاۙ وَّيَصْلٰى
سَعِيْرًاۗ
“7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. 10. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, 11. Maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". 12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”.
7. Hari Pembalasan
Setelah setiap manusia menerima raport, manusia akan diperintahkan menempuh perjalanan menuju tempat yang kekal abadi, yang sudah disiapkan untuk sejak dahulu kala. Orang raport hijau dengan mudah dapat melalui lembah neraka. Mereka orang-orang baik ini akan sampai di surga abadi dengan penuh kegembiraan disambut oleh penduduk surga dengan pesta meriah,hidup kekal selamanya disana. Sebalikya, orang-orang dengan raport merah akan terjatuh dan terpuruk dilembah neraka dan disiksa dengan siksaan yang amat pedih.
B. Ragam Orientasi Hidup Manusia
Manusia dengan
segala potensi yang diberikan oleh Allah , baik akal, hati dan ragawi memiliki bekal
untuk berkembang. Sehingga dari potensi yang diberikan oleh allah tersebut menjadikan manusia memiliki
pandangan dan paradigm yang berbeda-beda bergantung pada atas apa
ia membangun paradigmanya, baik paradigm yang di bangun di atas iman ataupun dibangun di atas materi duniawi. Dari hal inilah kemudian muncul paradigm berkaitan
dengan orientasi hidup manusia yang
berbeda beda bergantung atas
apa
paradigm tersebut di
bangun, setiap aliran dan pemikiran
manusia melahirkan pandangan tentang
kehidupan yang berbeda, baik komunis,
atheis,
agamis,
pluralis,
materialis,
dan
lain sebagainya. Namun jika dilihat secara seksama dalam al qur‟an, setidaknya ada beberapa paradigm orientasi hidup
manusia yang di sebutkan oleh allah,
, antara lain:
1. kelompok yang menganggap bahwa kehidupan dunia adalah soal hidup atau hidup manusia hanya satu kali, tidak ada kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa hidup manusia harus bahagia secara duniawi dan materi duniawi ini harus dinikmati sepuas-puasnya. Mereka tidak meyakini ada kehidupan sesudah mati. Kematian adalah akhir dan fase kehidupan manusia maka berakhirlah dan tak ada kelanjutannya. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an, Surat Al Jatsiyah : 24
وَقَالُوْا مَا هِيَ
اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ اِلَّا
الدَّهْرُۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ
“Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup
dan tidak ada yang
akan
membinasakan
kita
selain
masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pengetahuan tentang
itu,
mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja”.
2. Kelompok yang menjadi abdu dunya, mereka mengejar kehidupan dan kebahagian materil dunia namun lalai tentang bekal kehidupan akhirat, meskipun pada hakikatnya mereka tau akan adanya konsekuensi kehidupan di akhirat. Pada Akhirnya yang mereka dapatkan hanyalah kesia-siaan. Sebab dunia tidak berlaku abadi, pada semua akan musnah. Dunia yang dikejar tak dapat, akhirat yang ditinggalkan pun hilang begitu saja. Sebagaimana disebutkan dalam al qur’an :
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“15. Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia
dan
perhiasannya,
niscaya kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan
Sempurna dan
mereka di dunia itu
tidak
akan
dirugikan. 16.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat
itu
apa yang Telah
mereka
usahakan
di
dunia dan sia-sialah
apa yang
Telah mereka kerjakan
( qs. Hud : 15-16)
وَيْلٌ لِّكُلِّ
هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ ۨالَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ يَحْسَبُ اَنَّ
مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِۖ
“1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.” (QS. Al humazah : 1-4)
3. Kelompok yang
mengintegrasikan antara kehidupan
dunia
dan akhriat yang seimbang, orang yang demikian
menjadikan dunia sebagai sawah ladang untuk
bercocok
tanam dan
hasilnya akan dinikmati di
akhirat nanti. Mereka beranggapan bahwa dunia
hanyalah sebagai
tempat persinggahan. Segalanya
akan kembali dan abadi di alam akhirat sebagaimana
firman allah :
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main- main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yangbertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya? “(QS. Al An’am : 32).
C. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Allah menciptakan semua makhluk dengan memiliki tujuan tertentu, termasuk allah menciptakan manusia, yang mana allah menyebutnya sebagai makluk dengan ciptaan terbaik, sebagaimana dalam firman allah:
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ
“Maka apakah
kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa
ada maksud) dan
bahwa
kamu tidak
akan
dikembalikan kepada Kami?”
(Al-Mu‟minun: 115).
Allah menciptakan manusia setidaknya bukan diciptakan sebatas untuk menikmati kehidupan dunia dan segala keindahannya. Pada hakekatnya Allah menciptkan manusia adalah untuk sebuah pengabdian kepada allah, atau disebut dg istilah ibadah, konsep ibadah inilah yang menjadikan setiap gerak manusia baik dhohir maupun bathin akan bernilai sebuah pengabdian kepada allah, dalam al qur‟an setidaknya konsepsi penciptaan manusia memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Pengabdian atau beribadah kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tidak menciptakan
jin
dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (Q.S.
Adz-Dzariyat 51 : 56).
Harus ditekankan disini, bahwa menyembah dalam ayat tersebut tidak dimaksudkan sebagai upacara ritual-seremonial (religious system) yang umum kita pahami, namun ibadah disini dipahami secara umum, jauh lebih luas dari pemaknaan itu, yaitu aktifitas mendekatkan diri kepada Allah dengan segala cara yang dibenarkan oleh Syar‟i (Allah dan Rasul-Nya) dalam semua aspek kehidupan. Maka ibadah menyangkup setiap aktivitas manusia baik ruhani ragawi, dhohir maupun bathin, dengan konsepsi ini maka manusia akan menjadi makhluk yang membawa kebaikan baik bagi manusia maupun kebaikan untuk alam yang ditempati.
2. Untuk menjadi khalifah di muka bumi.
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“ Ingatlah, ketika Tuhanmua berkata kepada
para
malaikat,
Aku
akan menciptakan khalifah
di atas bumi”, (Q.S.
Al-Baqarah
2 : 31).
Secara etimologis,
khalifah berarti pengganti
atau
yang mewakili. Jika Umar bin
Khattab disebut
Khalifah dalam memimpin negara, maka manusia adalah makhluk yang
diberi amanah oleh
Allah untuk
mengelola bumi ini atas nama Allah. Semula para malaikat mengira bahwa, tugas adam dan anak
cucunya hanyalah beribadah kepada Allah dalam
arti
sempit, seperti bertasbih
dan memuji-Nya.
Oleh
sebab itu malaikat bertanya, apakah tidak cukup kami (malaikat) yang
senantiasa bertasbih dengan memuji
dan mensucikan
Allah.
Tetapi rupanya Allah menginginkan manusia tidak
hanya beribadah
dalam arti sempit,
tetapi juga beribadah dalam arti seluas-
luasnya yang dalam ayat ini disebut sebagai Khalifah.
Dengan demikian, tugas kekhalifahan
manusia
belum terlaksana
manakala manusia
hanya
sekedar
melakukan ibadah
dalam arti sempit (ritual- seremonial),
namun
manusia
dituntut untukmenerapkan segala ketentuan allah yang
termaktub dalam al qur‟an, sehingga islam sebagai rohmatan lil
alamin ini akan terwujud manakala manusia memahami fungsinya, sebagai makluk yang
bertanggung jawab
atas apa
yang terjadi
di
muka bumi, baik kerusakan alam,
kerusakan
moral,
dan kerusakan
nilai.
3. Tujuan
lain
dari penciptaan manusia adalah untuk
menyeru kepada sesama
dalam kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar
(amar ma’ruf dan nahi munkar), hal ini adalah implikasi dari tujuan utama manusia yaitu sebagai kholifah
dan
fungsi utama sebagai makhluk yang tujuan utamanya adalah
pengabdian kepada allah,
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan
beriman
kepada Allah.
Sekiranya Ahli
kitab beriman, tentu
itu lebih
baik bagi
mereka. Diantara mereka
ada yang beriman, namun kebanyakan diantara
mereka adalah orang-orang
fasik.” (Ali Imran: 110).
4. Ridho Allah harus menjadi tujuan hidup manusia.
Manusia dg
fungsi ibadah maka tentu kehidupan manusia yang
berimana dalah sebuah pengabdian kepada allah
serta mengharap keridhoan
allah,
dengan demikian maka kehidupan manusia
akan terdorong
untuk semangat menebar
kebaikan,
semangat meraih keridhoan allah, sebagaimana dalam Q.S. At-Taubah :
100
وَالسّٰبِقُوْنَ
الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ
بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ
تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيْمُ
“orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
dari
golongan muhajirin
dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka
dan merekapun ridha kepada
Allah dan
Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
mereka
kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” Dengan demikian, tujuan
utama diciptakannya
manusia adalah untuk mengabdikan dirinya kepada
sang
pencipta. Yaitu pengabdian yang tulus tanpa ada
tendensi apapun
selain
hanya ingin mendapat ridho- Nya. Seperti halnya ayat yang sering kita baca, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku, semuanya adalah untuk
Allah,
Tuhan
seru
sekalian alam”.
Karena kita adalah
milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
(Sumber : AIK 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan