Selasa, 06 Juni 2023

SIRAH NABAWIYAH*_*STRUKTUR MASYARAKAT ARAB ( bagian 2 )

Loading

 

*SIRAH NABAWIYAH*_*STRUKTUR MASYARAKAT ARAB* 

( bagian 2 )

Kedua, Suku Lakhm dan Judzam. 

Mereka pindah dari arah timur dan utara. Di antara tokohnya adalah Nashr bin Rabi'ah yang menurunkan raja-raja Munadzirah di Hirah.

Ketiga, Bani Tha'i.

Mereka merantau setelah perjalanan suku Uzd ke arah utara sampai tiba di dua gunung, yaitu Aja dan Salma. Mereka menetap di sana sehingga dua gunung itu dikenal sebagai Gunung Tha'i. 

Keempat, Suku Kindah. 

Mereka singgah di Bahrain, kemudian terpaksa pindah ke Hadramaut. Namun, nasib mereka tidak jauh beda dengan saat berada di Bahrain sehingga pindah lagi ke Najd. Di sini mereka membangun sebuah negeri yang besar, Akan tetapi, negeri ini akhirnya runtuh tidak berbekas.

Ada kabilah lain dari suku Himyar kendati masih diperdebatkan keturunannya, yaitu Qudha'ah. Mereka hijrah ke Yaman dan menetap di Kampung Samawah yang berada di perbatasan Irak. Sebagian sukunya menetap di perbatasan Syam dan wilayah utara Hijaz.( Lihat penjelasan lebih rinci tentang kabilah-kabilah ini dan hijrah mereka dalam kitab Nasbul Ma'ad wal Yamanul Kabir, Jamharat an-Nasab, Al-Aqdul Farid, Qalâidul lumân, Nihâyatul Arab, Tarikh Ibnu Khaldun, Sabäikudz Dzahab. 

Juga kitab-kitab tentang nasab yang lain dan yang membahas tentang sejarah tanah Arab sebelum Islam. Ada perbedaan mencolok di antara referensi-referensi itu dalam menentukan saat eksodus. Tidak ada yang bisa dipastikan kebenarannya. Saya meyakini apa yang menurut saya valid setelah mencermati korelasi satu dengan yang lain. Wallahu a'lam bish shawab. )

Adapun bangsa *Arab Musta'ribah,* Nenek moyang mereka yang tertua adalah Nabi Ibrahim. Mereka berasal dari Irak dari sebuah kota bernama Urr yang berada di tepi barat sungai Eufrat dekat Kufah. 

Cukup banyak penelitian tentang kota ini dan tentang keluarga Ibrahim, termasuk juga kehidupan beragama dan sosial di situ.

Sebagaimana diketahui, Ibrahim berhijrah dari Irak ke Haran atau Harran lalu dilanjutkan ke Palestina. Palestina dijadikannya sebagai pusat dakwahnya lalu beliau berdakwah berkeliling negeri dan daerah sekitarnya. 

Dalam salah satu safari dakwahnya, beliau bertemu dengan seorang penguasa lalim. Kala itu beliau disertai oleh istrinya, Sarah, yang merupakan salah satu perempuan tercantik pada zamannya. 

Sang penguasa rupanya punya niat jahat. Namun, Sarah bisa mencium gelagat kurang baik itu sehingga memohon kepada Allah agar dijauhkan dari tipu daya sang penguasa. Jadilah tipu daya itu dikembalikan Allah kepada pelakunya.

Sang penguasa lalim akhirnya tahu bahwa Sarah adalah perempuan salehah yang bermartabat tinggi di sisi Allah. Dia pun menghadiahkan Hajar untuk melayani Sarah,

( Umumnya, sejarawan berpendapat bahwa raja lalim itu adalah salah satu Firaun, sedangkan Hajar awalnya hanya seorang budak. Akan tetapi, menurut *al-Qadhi Muhammad Sulaiman al-Manshurfuri,* Hajar saat itu sudah merdeka dan merupakan salah satu putri Firaun. 

Selaraskan data ini dengan data yang disampaikan oleh para sejarawan dari kalangan Ahli Kitab dalam kitab-kitab syarah mereka. (lihat juga Rahmatan lil Alamin, 2/34, 36, 37). 

Ibnu Khaldun berpendapat berdasarkan perbincangan antara *Amr bin Ash* dengan penduduk Mesir. Mereka mengatakan, "Hajar adalah istri salah satu raja kami. Suatu ketika pecah perang antara kami dengan Ainusy Syams. Kemenangan berpihak kepada mereka sehingga mereka pun menawannya. Dari sanalah petualangan Hajar dimulai hingga sampai ke tangan Ibrahim nenek moyang kalian." (Tarikh Ibnu Khaldun, 2/1/77). sebagai pengakuan terhadap kemuliaannya atau karena khawatir tertimpa azab Allah. Sarah pun menyerahkan Hajar kepada Ibrahim. ( Lihat kisah lengkapnya di Shahih Bukhari (hadis 2217, 2635, 3357, 3358, 5084, 6950).

Ibrahim kembali ke pusat dakwahnya, Palestina. Tidak lama berselang, Allah memberinya seorang putra yang diberi nama Ismail. Hal ini menjadikan Sarah dibakar api cemburu. Untuk meredam api cemburu Sarah, Ibrahim membawa pergi Hajar dan bayinya yang masih menyusui.

Berangkatlah Ibrahim ke Hijaz dengan mengajak Hajar dan bayi Ismail. Ibu dan anak itu ditempatkan di sebuah lembah gersang di dekat Baitul Haram. Kala itu tempat tersebut hanya berupa gundukan tanah. Andaikan banjir datang, niscaya kanan kirinya akan habis terkikis.

Ibrahim menempatkan mereka berdua di sebuah tenda di atas sumur zamzam di bagian atas masjid. Ketika itu Mekah tidak ditinggali satu manusia pun dan tiada setetes air pun. Ibrahim menaruh sebuah geriba berisi kurma dan sebuah wadah kulit berisi air di dekat keduanya sebelum pulang ke Palestina.

Tidak lama kemudian perbekalan dan persediaan air Hajar habis tidak bersisa. Saat itulah kemudian air zamzam memancar dengan karunia Allah. Air itu tetap ada hingga kini. Kisah lengkapnya sudah populer di kalangan umat Islam.( Lihat Shahih Bukhari, Kitäbul Anbiya', hadis 3364, 3365.)

Beberapa waktu setelah itu, datanglah satu kabilah dari Yaman, yakni Jurhum Kedua. Mereka akhirnya tinggal di Mekah dengan seizin Hajar. 

Konon sebelumnya mereka sudah menempati beberapa lembah di sekeliling Mekah. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa mereka menetap di Mekah setelah kedatangan Ismail sebelum dia beranjak remaja. Padahal, mereka telah melewati lembah Mekah ini sebelumnya." ( shahih Bukhari, 3364 )

Selang beberapa waktu kemudian, Ibrahim berkunjung ke Mekah untuk menengok istri dan putranya. Tidak diketahui pasti berapa kali kunjungan itu dilakukan. Sejumlah sumber terpercaya menyebutkan bahwa kunjungan itu sebanyak empat kali, di antaranya:

1). Allah berfirman di dalam al-Qur'an bahwa Ibrahim bermimpi menyembelih Ismail lalu melaksanakan perintah ini. "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," (QS. Ash-Shâffât: 103-107)

Disebutkan dalam Kitab Kejadian bahwa Ismail lebih tua tiga belas tahun daripada Ishaq. Ini menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi sebelum lahirnya Ishaq sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah kisah tersebut.

Paling tidak ayat itu menunjukkan satu perjalanan Ibrahim ke Mekah sebelum Ismail beranjak remaja. Adapun tiga perjalanan lainnya diriwayatkan panjang lebar oleh al-Bukhari dari Abdullah bin Abbas. 

2). Ismail kini beranjak remaja. Ia belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum. Mereka amat kagum dengan kemampuannya dan belakangan menikahkannya dengan salah satu anak gadis mereka. Tidak lama setelah itu sang bunda wafat.

Suatu ketika, Ibrahim berniat menengok keluarga yang beliau tinggalkan. Kedatangannya adalah setelah pernikahan Ismail. Sesampainya di tujuan, ternyata beliau tidak bertemu dengan putranya, tetapi sang menantu. Kepadanya Ibrahim menanyakan keadaan Ismail dan rumah tangga mereka berdua. Sang menantu tanpa segan langsung mengadukan segala kesulitan hidupnya. Sebelum berpamitan, Ibrahim menitip pesan untuk Ismail agar ia mengganti pintu rumahnya. Belakangan setelah pesan itu disampaikan, Ismail segera paham maksud ayahandanya. Karena itu, ditalaknya istrinya itu lalu menikah dengan perempuan lain (menurut mayoritas sejarawan, perempuan kedua ini adalah putri Mudhadh bin Amr, pemuka kabilah Jurhum).

3). Pada kesempatan lain, Ibrahim berkunjung kembali. Waktu itu Ismail sudah menikah lagi. Kali ini pun Ibrahim tidak berjumpa dengan putranya. Beliau memutuskan untuk kembali ke Palestina setelah bertanya kepada sang menantu tentang keadaan Ismail dan rumah tangga mereka berdua. Sang menantu menjawab, "Alhamdulillah, baik-baik saja." Ibrahim berpesan kepada sang menantu agar Ismail mempertahankan pintunya ini.

 _( bersambung )_

 ðŸ“šðŸ“šðŸ“š


Referensi :

Kitab Ar-Rohiq Al-Makhtum, karya Syaikh Shofiyurrahman Mubarokfury


┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈

Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan