Belajar Lagi

Pelantikan Pemuda Muhammadiyah di pendopo Tuban

Foto disek karo senior

Acara Pelantikan Pemuda Muhammadiyah Kab. Tuban.

Akhir Diklat Kokam

Duklat Kokam dan SAR Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Tuban.

RAKERDA PDPM DI MERAKURAK

rAPAT KERJA PIMPINAN DAERAH PEMUDA MUHAMMADIYAH.

BAB PCPM PALANG

Perkaderan Pemuda Muhammadiyah Palang

tanpa judul

pemandangan

MEMBACA ADALAH KUNCI UNTUK MENGETAHUI DUNIA

Kadang kala menunggu itu membosankan, akan tetapi berbeda kalau menunggunya sambil baca-baca

PANDANGAN MATA

Pandangan mata kadang kala, melabuhi hal-hal yang sebenarnya

Selasa, 06 Juni 2023

PENGHUNI NERAKA YANG TERAKHIR KELUAR

Loading

 

PENGHUNI NERAKA YANG TERAKHIR KELUAR

Salah satu diantara aqidah Islam, adalah tentang surga dan neraka, bahwa surga dan neraka pada dasarnya saat ini sudah ada dan disediakan bagi penghuninya kelak. 

Diantara dalilnya,

Janji Allah bagi orang yang bertaqwa,

وسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

”Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)

Termasuk ancaman Allah bagi orang kafir,

وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

”Jagalah dirimu dari neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 131)

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas, beliau mengatakan,

وقد استدل كثير من أئمة السنة بهذه الآية على أن النار موجودة الآن لقوله: { أُعِدَّتْ } أي: أرصدت وهيئت، وقد وردت أحاديث كثيرة في ذلك

Mayoritas ulama, berdalil dengan ayat ini bahwa neraka saat ini sudah ada. Berdasarkan firman Allah,  ” أُعِدَّتْ”  ’disediakan’ artinya telah disiapkan. Dan terdapat banyak hadis yang menunjukkan hal itu. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/202)

Surga merupakan tujuan akhir kehidupan bagi manusia yang selalu taat kepada Allah swt. Sebaliknya neraka diperuntukkan bagi mereka yang berbuat aniaya (Dosa) serta kufur akan hidayah Agamanya.

Dalam agama Islam, surga digambarkan sebagai tempat terindah, dan Allah menciptakan surga hanya untuk orang-orang terpilih yang berhasil memperoleh amal kebaikan selama hidup di dunia. 

Seseorang yang telah masuk surga akan kekal abadi di dalamnya, dan ia mendapat nikmat terbesar dari Allah swt. sebagai balasan atas dirinya karena selama di dunia ia berusaha untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat sekaligus menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah.

Para ulama bersepakat bahwa siapapun yang meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasulullah, walaupun ia memiliki banyak dosa (selain syirik), maka ia kelak akan masuk surga. 

Namun, sebelum itu dia harus melewati serangkaian hisab yang menyiksa hingga masuk neraka terlebih dulu. Setelah mendapat balasan sebagai bentuk keadilan dari Allah, maka dia akan dikeluarkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga.

Lantas, siapakah orang terakhir yang dikeluarkan dari neraka sekaligus yang terakhir masuk surga?

Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah halallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ كِلَاهُمَا عَنْ جَرِيرٍ قَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَقُولُ أَتَسْخَرُ بِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim al-Hanzhali keduanya meriwayatkan dari Jarir, Utsman berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku mengetahui penduduk neraka yang terakhir keluar darinya dan dia menjadi penduduk surga yang terakhir kali masuk surga, yaitu seorang laki-laki yang keluar dari

neraka dalam keadaan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, 'Pergilah, dan masuklah surga. Lalu dia mendatanginya, lalu dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Lalu dia kembali seraya berkata, 'Wahai Rabbku, aku mendapatinya telah penuh.' Maka Allah berfirman kepadanya, 'Masuklah surga.' Lalu dia mendatanginya, lalu dikhayalkan kepadanya bahwa ia telah penuh. Lalu dia kembali seraya berkata, 'Wahai Rabbku, aku mendapatinya telah penuh.' Maka Allah berkata kepadanya, 'Pergilah, lalu masuklah ke surga, karena kamu mendapatkan seperti dunia dan sepuluh kali lipat semisalnya, -atau kamu mendapatkan sepuluh kali lipat semisal dunia-.' Dia berkata, 'Apakah Engkau mengolok-olokku atau sedangkan Engkau adalah Raja'." Perawi berkata, "Sungguh aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat." Perawi melanjutkan: "Dan dikatakan bahwa dia adalah penduduk surga yang paling rendah kedudukannya."

Hadits Shahih Muslim No. 272 - Kitab Iman

Hadits tersebut  menunjukkan bahwa manusia biasa melanggar janji. Oleh karena tu, lelaki tersebut tercengang karena melihat janji Rabbnya. Ia merasa bahwa ia akan diremehkan atau diberi sesuatu yang remeh.

Padahal Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, sebagaimana dalam firman Allah swt dalam QS. Ali Imran ayat 9 mengatakan 

رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ ٱلنَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ

“Sesungguhnya Allah tidaklah mengingkari janjinya”. Bahwasanya, jika Allah berjanji pasti akan ditepati.

Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abdillah Ibnu Umar bahwa orang tersebut yang dimaksud berasal dari suku Juhainah, demikian juga panggilannya adalah Juhainah. Rasulullah saw. bersabda: “Orang terakhir yang masuk surga adalah seseorang dari suku juhainah yang dipanggil Juhainah. Lalu penduduk surga berkata, ‘Juhainah memiliki berita yang dapat dipercaya (mengenai mukmin yang masuk neraka.)” 

Tentu saja Juhainah adalah orang yang beriman. Namun, ia banyak melakukan dosa-dosa sehingga harus disiksa terlebih dahulu di neraka. Kalau tidak, maka tidak mungkin dia akan dikeluarkan dari neraka.

Sebab, hanya orang-orang beriman yang memiliki harapan masuk surga betapapun lama dia disiksa di neraka.

Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa jika orang beriman yang masih memiliki iman walaupun kecil, ketika masuk neraka, ia tidak akan kekal didalamnya. Berbeda dengan keyakinan sebagian kalangan yang meyakini bahwa jika ada yang masuk neraka tak bisa keluar lagi darinya.

Semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah-Nya, dan memasukkan kita ke surga dengan mudah dan terselamatkan dari siksa neraka.

Semoga bermanfaat 


┈┈┈◎❅❀❀❅◎┈┈┈

_Sahabat NgajiMu yang dirahmati Allah..., dimohon dengan sangat bila mengajukan pertanyaan hukum dan dalil bertanyalah pada Ulama/Ustadz/Mubaligh  di majlis-majlis yang diadakan di Muhammadiyah atau Aisyiyah terdekat. Insyaallah Merekalah yang bisa menjadi tempat bertanya yang benar._ 

Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb

SURGA _KENIKMATAN YANG TIADA BANDINGNYA

Loading


*SURGA _KENIKMATAN YANG TIADA BANDINGNYA* 

🏡🏡


Surga adalah negeri kemuliaan yang abadi, negeri yang penuh dengan kenikmatan yang sempurna, negeri yang tak ada cela sedikitpun di dalamnya. 

Surga adalah cahaya yang berkilauan di dalamnya, aroma wangi yang semerbak, istana-istana mewah yang berdiri di atasnya, sungai-sungai yang mengalir indah, buah-buah yang senatiasa mudah untuk dipetik para penduduknya, bidadari-bidadari yang cantik dan jelita, dan berbagai kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah ada mata yang melihatnya, tidak pernah oleh terdengar oleh telinga ataupun tergambar sedikitpun dalam hati manusia.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، ذُخْرًا ، بَلْهَ مَا أُطْلِعْتُمْ عَلَيْهِ » . ثُمَّ قَرَأَ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ )

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)

Setiap orang beriman pasti merindukan tempat kembali yang baik, setelah kematiannya. Merindukan berbagai kenikmatan yang telah dipersiapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat. Sebagaimana yang senantiasa dilantunkan dalam setiap do’a orang beriman :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

“Ya Allah, aku memohon kepada Engkau Surga dan berlindung kepada Engkau dari api Neraka.” [HR. Abu Daud no. 762]

Untuk semakin menambah keimanan kita tentang surga dan menambah kerinduan kita kepadanya sehingga semakin bersemangat dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka kami akan paparkan sekelumit pemandangan surga dan berbagai kenikmatan yang telah disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wassalam.

Mendengar kata Surga (Al-Jannah) pasti pikiran kita membayangkan keindahan dan kenikmatan. Ya, surga memang identik dengan kenikmatan sampai-sampai Rasulullah berkata bahwa kenikmatan surga itu tidak dapat dibayangkan. Beliau berkata surga itu adalah cahaya yang menyala-nyala dan berbau harum, memiliki istana yang kokoh, sungai yang luas, buah-buahan yang banyak lagi harum, pasangan suami istri yang gagah dan cantik, serta pakaian yang bagus lagi indah, di tempat yang kekal dan indah, di tingkat-tingkat yang tinggi lagi terpuji. 

Sewangi-wanginya aroma parfum di dunia tak ada yang dapat menandingi baunya surga. Dalam satu hadis, Rasulullah bersabda: "Tanah surga itu licin putih, kasturi murni." (HR Muslim). 

Aroma bau surga ini dapat dicium dari jarak perjalanan 100 tahun. 

Masya Allah, tak dapat dibayangkan seperti apa harumnya surga yang dijanjikan Allah bagi orang yang bertakwa. "Ada 100 derajat di dalam surga . Sesuatu (jarak) di antara tiap 2 derajat itu 100 tahun perjalanan." (HR Tirmidzi) 

Dalam hadis lain, Nabi bersabda: "Barangsiapa yang mengaku-ngaku memiliki hubungan nasab kepada selain ayahnya, maka surga menjadi haram baginya, padahal bau surga dapat dicium sepanjang jarak perjalanan 500 tahun." (HR Ibnu Majah No 2601).

Di riwayat lain, beliau bersabda: "Barangsiapa membunuh seorang kafir mu'ahad, maka ia tidak dapat mencium aroma surga. Dan sesungguhnya aroma surga dapat dirasakan dari jarak perjalanan selama 40 tahun." (HR Ibnu Majah No 2676).

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: "Ketahuilah, barangsiapa membunuh seseorang yang terikat janji dengan kaum muslimin dan memiliki jaminan keamanan dari Allah dan RasulNya, maka ia telah melanggar perlindungan Allah dan ia tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya baunya dapat dicium sejauh perjalanan 70 masa." (Hadis Jami' at-Tirmidzi No 1323).

┈┈┈◎❅❀❀❅◎┈┈┈

*_Jika dirasa kajian ini bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya._*

_Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya." (HR. Muslim)_


*_Nashrun Minallahi wa Fathin qarib_*

Bisakah Kita Berharap Hidup Tanpa Musuh....??

Loading

 

*Bisakah Kita Berharap Hidup Tanpa Musuh....??*

Pernahkah Kita berfikir jika hidup ini tanpa memiliki musuh ? Jika pernah dan berharap maka sebaiknya lupakan angan-angan dan harapan itu.

Sebab di antara sunatullah kehidupan adalah sunnah tadaffu’ (sunah pertarungan).

Maka meski sebaik apa pun diri kita, baik dalam perilaku, tutur kata, berpendapat, atau tulisan, tetap saja akan selalu ada orang yang tidak menyukai walau itu satu atau dua orang. 

🪷Dan bagaimana mungkin kita berharap hidup tanpa musuh, sedangkan Allah ﷻ saja dimusuhi manusia? Padahal mereka adalah hambaNya, dan Dia adalah pencipta dan pemberi rezki bagi mereka.

💕Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ

💐Wahai orang-orang beriman, jangan kau jadikan musuhKu dan musuhmu sebagai auliya’ (pemimpin, penolong, pelindung, kawan dekat). (QS. Al Mumtahanah: 1)

Dan seluruh Nabi ‘Alaihimussalam pun memiliki musuh, padahal mereka hidup putih bersih dari alif sampai ya’ kehidupannya.

Allah ﷻ berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ

Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi, musuh dari goloangan syetannya manusia dan jin. (Qs. Al An’am: 112)

💖Oleh karena itu, Benar apa yang dikatakan Imam Nashirus Sunnah, Asy Syafi'iy Rahimahullah:

رضا النّاس غاية لا تدرك فعليك بما فيه صلاح نفسك فالزمه

💟(Mencari) ridhanya manusia adalah tujuan yang tidak pernah tercapai, maka hendaknya kamu mencari sesuatu bermanfaat bagimu dan peganglah baik-baik itu. (Nadhratun Na'im, 3/630)

💫lmam Sufyan Ats Tsauri  Rahimahullah juga mengatakan:

رضا الناس غاية لا تدرك ، فأحمق الناس من طلب من لا يدرك

🍃Ridha manusia adalah tujuan yang tidak bisa tercapai, dan majusia paling bodoh adalah orang yang mencari-cari sesuatu yang tidak pernah tercapai. (Qutul Qulub, 2/389)


🌴Maka, berjalanlah di atas sunah kehidupan, dan memohonlah kepada Allah ﷻ  pertolongan dan perlindungan  dari kezaliman musuh-musuh kita.

Dan semoga semakin banyak kawan dan sahabat yg dekat dengan kita dalam setiap kebaikan yang kita tanam, mereka selalu hadir dalam keadaan apapun yg kita alami dan hadapi.  Mereka selalu hadir di saat dalam senang dan duka, dalam bahagia dan sedih, dalam saat lapang dan sempit. Mereka menghibur kita dan memotivasi kita untuk tetap bahagia. Mereka selalu hadir dgn mendoakan sahabatnya agar tetap kuat dan menguatkan diri dlm keadaan apapun yg kita jalani. 

Baarokallahu Fiikum 


┈┈┈◎❅❀❀❅◎┈┈┈


*_Jika dirasa kajian ini bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya._*

_Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya." (HR. Muslim)_


*_Nashrun Minallahi wa Fathin qarib_*

AMALAN YANG PAHALANYA SETARA DENGAN IBADAH HAJI

Loading

 *AMALAN YANG PAHALANYA SETARA DENGAN IBADAH HAJI*


Haji merupakan amalan yang membutuhkan harta, kesehatan, dan persiapan yang matang untuk melaksanakannya. Terlebih lagi di Indonesia, haji membutuhkan masa tunggu yang sangat lama. Begitu daftar  dapat porsi maka tujuhpuluh tahun Kemudian baru bisa berangkat. 

Oleh karena itu, Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya telah mensyariatkan beberapa amal ibadah yang jika dilakukan oleh seorang hamba, maka pahalanya dapat menyamai pahala haji dan umrah sekaligus.

Perlu kita garis bawahi, amalan-amalan yang setara dengan ibadah haji ini, maka maksudnya adalah setara dalam hal pahala dan balasan, bukan pada pengesahan, pencukupan, dan pengguguran kewajiban sebuah ibadah. 

Kewajiban haji tidak akan gugur dari seseorang yang telah mampu serta tidak memiliki penghalang, meskipun ia telah melakukan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan ibadah haji ini.

Saat seseorang benar-benar sudah tidak mampu melaksanakan ibadah haji karena adanya penghalang baik itu karena sakit, adanya wabah, ataupun penghalang-penghalang lainnya, maka melakukan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan pahala ibadah haji ini lebih ditekankan untuk dilakukan. 

*Berikut amalan yang berpahala setara dengan pahala ibadah haji ini*


*🟢Pertama: Niat yang tulus untuk menunaikan ibadah haji*

Niat yang tulus memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ibadah seorang hamba. Diriwayatkan dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنَّا مع النَّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ في غَزَاةٍ، فَقالَ: إنَّ بالمَدِينَةِ لَرِجَالًا ما سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا، إلَّا كَانُوا معكُمْ؛ حَبَسَهُمُ المَرَضُ. وفي رواية: إلَّا شَرِكُوكُمْ في الأجْرِ

_“Kami berada bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu peperangan. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya di Madinah itu ada beberapa orang lelaki yang kalian tidaklah menempuh suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah, melainkan orang-orang tadi ada besertamu (yakni sama-sama memperoleh pahala). Mereka itu terhalang oleh sakit (maksudnya uzur karena sakit, sehingga andaikan tidak sakit pasti ikut berperang).’”_

_Dalam salah satu riwayat dijelaskan, “Melainkan mereka (yang tertinggal dan tidak ikut berperang) berserikat denganmu dalam hal pahala.” (HR. Muslim no. 1911)_

_Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan,_

_“Di dalam hadis ini terdapat keutamaan niat untuk melakukan kebaikan. Dan sesungguhnya bagi siapapun yang berniat ikut berperang ataupun melakukan amal kebaikan lainnya, lalu ia mendapati uzur yang menghalanginya (dari melakukan amal tersebut), maka ia tetap mendapatkan pahala atas apa yang telah ia niatkan.” (Syarh Shahih Muslim)_

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal yang semakna,

من سألَ اللَّهَ الشَّهادةَ صادقًا بلَّغَه اللَّهُ منازلَ الشُّهداءِ وإن ماتَ علَى فراشِه

_“Barangsiapa memohon dengan jujur kepada Allah agar mati syahid, maka Allah akan sampaikan ia kepada kedudukan para syuhada walaupun ia mati di atas ranjangnya.” (HR. Abu Dawud no. 1520)_

Sungguh Allah Ta’ala tidak akan membiarkan niat tulus yang datang dari seorang dalam hal ibadah dan amal. Allah Ta’ala menilai seseorang berdasarkan apa yang ada di hatinya dan apa yang diniatkannya.


*🟢Kedua: Menjaga salat lima waktu secara berjemaah di masjid*

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن خرَجَ مِن بيتِه متطهِّرًا إلى صلاةٍ مكتوبةٍ، فأجْرُه كأجرِ الحاجِّ المُحرِمِ، ومَن خرَجَ إلى تسبيحِ الضُّحى لايُنصِبُه إلَّا إيَّاهُ، فأجْرُه كأجرِ المُعتمِرِ، وصلاةٌ على أثَرِ صلاةٍ لا لَغْوَ بينَهما كتابٌ في عِلِّيِّينَ

_“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk salat wajib berjemaah, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dan sedang berihram. Dan siapa saja yang keluar untuk salat sunah Duha yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (yang melakukan) salat setelah salat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang saleh).” (HR. Abu Daud no. 558)_


*🟢Ketiga: Umrah di bulan Ramadan*

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baru saja kembali dari hajinya, beliau bertanya kepada Ummu Sinan Al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha,

ما مَنَعَكِ مِنَ الحَجِّ؟

_“Apa yang menghalangimu untuk menunaikan haji?”_

Perempuan tersebut menjawab,

أبو فُلَانٍ -تَعْنِي زَوْجَهَا- كانَ له نَاضِحَانِ، حَجَّ علَى أحَدِهِمَا، والآخَرُ يَسْقِي أرْضًا لَنَا

_“Bapak si fulan, yang ia maksud suaminya, memiliki dua ekor unta yang salah satunya sering digunakan untuk menunaikan haji, sedangkan unta yang satunya lagi digunakan untuk mencari air minum buat kami.”_

Nabi pun bersabda,

فإنَّ عُمْرَةً في رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً -أوْ حَجَّةً مَعِي-.

_“Umrah pada bulan Ramadan sebanding dengan haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863 dan Muslim no. 1256)_


*🟢Keempat: Zikir setelah salat*

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

جاءَ الفُقَراءُ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقالوا: ذَهَبَ أهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأمْوالِ بالدَّرَجاتِ العُلا، والنَّعِيمِ المُقِيمِ يُصَلُّونَ كما نُصَلِّي، ويَصُومُونَ كما نَصُومُ، ولَهُمْ فَضْلٌ مِن أمْوالٍ يَحُجُّونَ بها، ويَعْتَمِرُونَ، ويُجاهِدُونَ، ويَتَصَدَّقُونَ، قالَ: ألا أُحَدِّثُكُمْ إنْ أخَذْتُمْ أدْرَكْتُمْ مَن سَبَقَكُمْ ولَمْ يُدْرِكْكُمْ أحَدٌ بَعْدَكُمْ، وكُنْتُمْ خَيْرَ مَن أنتُمْ بيْنَ ظَهْرانَيْهِ إلَّا مَن عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وتَحْمَدُونَ وتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاةٍ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، فاخْتَلَفْنا بيْنَنا، فقالَ بَعْضُنا: نُسَبِّحُ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، ونَحْمَدُ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، ونُكَبِّرُ أرْبَعًا وثَلاثِينَ، فَرَجَعْتُ إلَيْهِ، فقالَ: تَقُولُ: سُبْحانَ اللَّهِ، والحَمْدُ لِلَّهِ، واللَّهُ أكْبَرُ، حتَّى يَكونَ منهنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاثًا وثَلاثِينَ.

_“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata, ‘Orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan nikmat yang tiada hingga. Mereka (orang-orang kaya) salat sebagaimana kami salat, puasa sebagaimana kami puasa. Namun, mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad, serta bersedekah.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda, ‘Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya menjadi terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir salat sebanyak tiga puluh tiga kali.’_

_(Abu Hurairah mengatakan), “Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.’” (HR. Bukhari no. 843)_


*🟢Kelima: Menghadiri majelis ilmu dan mengajarkannya*

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن غدا إلى المسجدِ لا يُرِيدُ إلَّا أن يتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان له كأجرِحاجٍّ تامًّا حجَّتُه

_“Barangsiapa berangkat ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk mempelajari satu kebaikan atau mengetahui ilmunya, maka ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna.” (HR. Thabrani 8/111 dan dihukumi hasan sahih oleh Syekh Albani dalam kitabnya Shahih At-Targib)_


Semoga bermanfaat

HIKMAH _WUJUD SIKATURRAHIM DAN AKIBAT MEMUTUS SILATURAHIM

Loading

 *HIKMAH* _*WUJUD SIKATURRAHIM DAN AKIBAT MEMUTUS SILATURAHIM* 

Hadits,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ، وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ. قَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا تَقُولُ، فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ، وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ، مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,  seorang lelaki berkata kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku menyambung silaturahmi kepada mereka, namun mereka memutuskan silaturahmi kepadaku. Aku berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk kepadaku. Aku bersabar dengan mereka sementara mereka berbuat tidak baik terhadapku.” Maka Rasulullah saw memberi tanggapan, “Kalau engkau benar sebagaimana yang engkau katakan, maka seakan-akan engkau *memasukkan debu yang panas ke dalam mulut-mulut mereka.* Akan senantiasa ada penolong dari Allah bersamamu atas mereka selama engkau dalam kondisi demikian.” 

HR. Muslim no. 2558

Pesan singkat hadis tersebut adalah: menunjukkan  bahwa  bentuk itu bisa dalam berbagai wujud, yaitu:

 🔊 *Bentuk tertinggi*, yaitu  menyambung silaturahmi bukan untuk mendapatkan balasan kebaikan dari kerabat, tetapi karena Allah SWT. 

🔊 *Bentuk kedua*, adalah hubungan setimpal, yaitu menyambung silaturahmi jika kerabat berbuat baik, sedangkan jika kerabat tidak berbuat baik, maka dibalas dengan tidak baik juga.

🔊 *Bentuk ketiga*, adalah berbuat buruk kepada orang yang berusaha baik, dalam bentuk memutus silaturahmi, tidak menyambung silaturahmi,  tidak berbuat baik kepada mereka bahkan senderung menghindar dan mengabaikan. 

✒️ Nabi saw bersabda 

لا يدخل الجنة قاطع رحم (أخرجه مسلم في صحيحه)

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturrohim.” HR. Muslim 

Tentang relasi hubungan dalam bentuk silaturahmi yg ideal, sebagaimana  dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

Artinya: ”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” 

(HR. Bukhari no. 5991)

📚 Pesan hadis tersebut bahwa makna silaturahmi adalah menyambung kasih sayang dan tetap berbuat baik meskipun orang lain berbuat keburukan dan menyakitikan. Suasana hubungan setabil tidak fluktuatif. Layaknya temperatur Rahim bagi janin yang setabil tidak terpengaruh suasana cuaca alam. 


 *Akibat Memutus Silaturahim* 

✅ Dosanya Menjadi Tanggungan Yang Memutus Silaturahim.

Jika Seseorang menjalin silaturahmi kemudian dibalas dengan buruk, maka akan menjadi tanggungan dan urusan dia dengan Allah SWT, sedangkan kita terlepas dari tanggung jawab di hadapan Allah SWT. 

Rasulullah SAW bersabda:

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk berdiam-diaman (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari.” 

(HR. Bukhari 6237 dan Muslim 2560).


✅ Adzabnya disegerakan Di Dunia

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ مَعَمَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغِى وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ”

Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia ini dan disimpan untuknya diakhirat  daripada perbuatan melampaui batas dan memutus silaturrahim.”  HR. Ibnu Majah No. 4211

Balasan segera di dunia bisa berupa kesulitan hidup,  kesengsaraan,  keluarga berantakan, masalah di pekerjaan, dan keturunan yang susah di arahkan kepada kebaikan.

✅ Mendapatkan  balasan di akhirat.

Adapun bentuk balasan diakhirat adalah amalannya tidak diterima dan masih tergantung tidak bisa naik ke langit. 

Nabi Muhammad saw bersabda,

إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ

Sesungguhnya amalan anak cucu Adam *diangkat pada setiap hari kamis sore, malam Jumat kepada Allah,* kemudian tidak akan diterima amalan bagi pelaku yang memutuskan silaturahmi.

HR. Ahmad No. 10272

Dalam Riwayat Ibnu Majah lebih dirinci lagi tentang pihak yang terpending pahala amalannya, 

ثَلَاثَةٌ لَا تُرْفَعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ

“Tiga golongan yang shalatnya tidak akan di angkat meski satu jengkal dari kepalanya; seseorang yang mengimami suatu kaum sementara mereka tidak menyukainya, seorang perempuan yang bermalam sementara suaminya marah kepadanya, dan dua orang bersaudara yang saling bermusuhan.”

 HR. Ibnu Majah No. 971.

Pesan hadis tersebut adalah bahwa kita dituntut untuk menjaga hubungan dengan orang-orang yang terdekat dengan kita. Terutama dengan karib kerabat. 

Apabila keretakan terjadi diantara anggota rumah tangga yang setiap hari bertemu dan bersama dalam satu rumah tentunya kesengsaraan tersendiri, tentunya akan terasa sempit dan sumpek karena mereka saling bermusuhan dan memutuskan silaturahmi, adapun dampak akhiratnya adalah apahala shalatnya, pahala amal kebaikannya terpending dan tertolak tidak bernilai dihadapan Allah Ta’ala. 


 *Semoga bermanfaat*

SIRAH NABAWIYAH*_*STRUKTUR MASYARAKAT ARAB ( bagian 2 )

Loading

 

*SIRAH NABAWIYAH*_*STRUKTUR MASYARAKAT ARAB* 

( bagian 2 )

Kedua, Suku Lakhm dan Judzam. 

Mereka pindah dari arah timur dan utara. Di antara tokohnya adalah Nashr bin Rabi'ah yang menurunkan raja-raja Munadzirah di Hirah.

Ketiga, Bani Tha'i.

Mereka merantau setelah perjalanan suku Uzd ke arah utara sampai tiba di dua gunung, yaitu Aja dan Salma. Mereka menetap di sana sehingga dua gunung itu dikenal sebagai Gunung Tha'i. 

Keempat, Suku Kindah. 

Mereka singgah di Bahrain, kemudian terpaksa pindah ke Hadramaut. Namun, nasib mereka tidak jauh beda dengan saat berada di Bahrain sehingga pindah lagi ke Najd. Di sini mereka membangun sebuah negeri yang besar, Akan tetapi, negeri ini akhirnya runtuh tidak berbekas.

Ada kabilah lain dari suku Himyar kendati masih diperdebatkan keturunannya, yaitu Qudha'ah. Mereka hijrah ke Yaman dan menetap di Kampung Samawah yang berada di perbatasan Irak. Sebagian sukunya menetap di perbatasan Syam dan wilayah utara Hijaz.( Lihat penjelasan lebih rinci tentang kabilah-kabilah ini dan hijrah mereka dalam kitab Nasbul Ma'ad wal Yamanul Kabir, Jamharat an-Nasab, Al-Aqdul Farid, Qalâidul lumân, Nihâyatul Arab, Tarikh Ibnu Khaldun, Sabäikudz Dzahab. 

Juga kitab-kitab tentang nasab yang lain dan yang membahas tentang sejarah tanah Arab sebelum Islam. Ada perbedaan mencolok di antara referensi-referensi itu dalam menentukan saat eksodus. Tidak ada yang bisa dipastikan kebenarannya. Saya meyakini apa yang menurut saya valid setelah mencermati korelasi satu dengan yang lain. Wallahu a'lam bish shawab. )

Adapun bangsa *Arab Musta'ribah,* Nenek moyang mereka yang tertua adalah Nabi Ibrahim. Mereka berasal dari Irak dari sebuah kota bernama Urr yang berada di tepi barat sungai Eufrat dekat Kufah. 

Cukup banyak penelitian tentang kota ini dan tentang keluarga Ibrahim, termasuk juga kehidupan beragama dan sosial di situ.

Sebagaimana diketahui, Ibrahim berhijrah dari Irak ke Haran atau Harran lalu dilanjutkan ke Palestina. Palestina dijadikannya sebagai pusat dakwahnya lalu beliau berdakwah berkeliling negeri dan daerah sekitarnya. 

Dalam salah satu safari dakwahnya, beliau bertemu dengan seorang penguasa lalim. Kala itu beliau disertai oleh istrinya, Sarah, yang merupakan salah satu perempuan tercantik pada zamannya. 

Sang penguasa rupanya punya niat jahat. Namun, Sarah bisa mencium gelagat kurang baik itu sehingga memohon kepada Allah agar dijauhkan dari tipu daya sang penguasa. Jadilah tipu daya itu dikembalikan Allah kepada pelakunya.

Sang penguasa lalim akhirnya tahu bahwa Sarah adalah perempuan salehah yang bermartabat tinggi di sisi Allah. Dia pun menghadiahkan Hajar untuk melayani Sarah,

( Umumnya, sejarawan berpendapat bahwa raja lalim itu adalah salah satu Firaun, sedangkan Hajar awalnya hanya seorang budak. Akan tetapi, menurut *al-Qadhi Muhammad Sulaiman al-Manshurfuri,* Hajar saat itu sudah merdeka dan merupakan salah satu putri Firaun. 

Selaraskan data ini dengan data yang disampaikan oleh para sejarawan dari kalangan Ahli Kitab dalam kitab-kitab syarah mereka. (lihat juga Rahmatan lil Alamin, 2/34, 36, 37). 

Ibnu Khaldun berpendapat berdasarkan perbincangan antara *Amr bin Ash* dengan penduduk Mesir. Mereka mengatakan, "Hajar adalah istri salah satu raja kami. Suatu ketika pecah perang antara kami dengan Ainusy Syams. Kemenangan berpihak kepada mereka sehingga mereka pun menawannya. Dari sanalah petualangan Hajar dimulai hingga sampai ke tangan Ibrahim nenek moyang kalian." (Tarikh Ibnu Khaldun, 2/1/77). sebagai pengakuan terhadap kemuliaannya atau karena khawatir tertimpa azab Allah. Sarah pun menyerahkan Hajar kepada Ibrahim. ( Lihat kisah lengkapnya di Shahih Bukhari (hadis 2217, 2635, 3357, 3358, 5084, 6950).

Ibrahim kembali ke pusat dakwahnya, Palestina. Tidak lama berselang, Allah memberinya seorang putra yang diberi nama Ismail. Hal ini menjadikan Sarah dibakar api cemburu. Untuk meredam api cemburu Sarah, Ibrahim membawa pergi Hajar dan bayinya yang masih menyusui.

Berangkatlah Ibrahim ke Hijaz dengan mengajak Hajar dan bayi Ismail. Ibu dan anak itu ditempatkan di sebuah lembah gersang di dekat Baitul Haram. Kala itu tempat tersebut hanya berupa gundukan tanah. Andaikan banjir datang, niscaya kanan kirinya akan habis terkikis.

Ibrahim menempatkan mereka berdua di sebuah tenda di atas sumur zamzam di bagian atas masjid. Ketika itu Mekah tidak ditinggali satu manusia pun dan tiada setetes air pun. Ibrahim menaruh sebuah geriba berisi kurma dan sebuah wadah kulit berisi air di dekat keduanya sebelum pulang ke Palestina.

Tidak lama kemudian perbekalan dan persediaan air Hajar habis tidak bersisa. Saat itulah kemudian air zamzam memancar dengan karunia Allah. Air itu tetap ada hingga kini. Kisah lengkapnya sudah populer di kalangan umat Islam.( Lihat Shahih Bukhari, Kitäbul Anbiya', hadis 3364, 3365.)

Beberapa waktu setelah itu, datanglah satu kabilah dari Yaman, yakni Jurhum Kedua. Mereka akhirnya tinggal di Mekah dengan seizin Hajar. 

Konon sebelumnya mereka sudah menempati beberapa lembah di sekeliling Mekah. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa mereka menetap di Mekah setelah kedatangan Ismail sebelum dia beranjak remaja. Padahal, mereka telah melewati lembah Mekah ini sebelumnya." ( shahih Bukhari, 3364 )

Selang beberapa waktu kemudian, Ibrahim berkunjung ke Mekah untuk menengok istri dan putranya. Tidak diketahui pasti berapa kali kunjungan itu dilakukan. Sejumlah sumber terpercaya menyebutkan bahwa kunjungan itu sebanyak empat kali, di antaranya:

1). Allah berfirman di dalam al-Qur'an bahwa Ibrahim bermimpi menyembelih Ismail lalu melaksanakan perintah ini. "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," (QS. Ash-Shâffât: 103-107)

Disebutkan dalam Kitab Kejadian bahwa Ismail lebih tua tiga belas tahun daripada Ishaq. Ini menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi sebelum lahirnya Ishaq sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah kisah tersebut.

Paling tidak ayat itu menunjukkan satu perjalanan Ibrahim ke Mekah sebelum Ismail beranjak remaja. Adapun tiga perjalanan lainnya diriwayatkan panjang lebar oleh al-Bukhari dari Abdullah bin Abbas. 

2). Ismail kini beranjak remaja. Ia belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum. Mereka amat kagum dengan kemampuannya dan belakangan menikahkannya dengan salah satu anak gadis mereka. Tidak lama setelah itu sang bunda wafat.

Suatu ketika, Ibrahim berniat menengok keluarga yang beliau tinggalkan. Kedatangannya adalah setelah pernikahan Ismail. Sesampainya di tujuan, ternyata beliau tidak bertemu dengan putranya, tetapi sang menantu. Kepadanya Ibrahim menanyakan keadaan Ismail dan rumah tangga mereka berdua. Sang menantu tanpa segan langsung mengadukan segala kesulitan hidupnya. Sebelum berpamitan, Ibrahim menitip pesan untuk Ismail agar ia mengganti pintu rumahnya. Belakangan setelah pesan itu disampaikan, Ismail segera paham maksud ayahandanya. Karena itu, ditalaknya istrinya itu lalu menikah dengan perempuan lain (menurut mayoritas sejarawan, perempuan kedua ini adalah putri Mudhadh bin Amr, pemuka kabilah Jurhum).

3). Pada kesempatan lain, Ibrahim berkunjung kembali. Waktu itu Ismail sudah menikah lagi. Kali ini pun Ibrahim tidak berjumpa dengan putranya. Beliau memutuskan untuk kembali ke Palestina setelah bertanya kepada sang menantu tentang keadaan Ismail dan rumah tangga mereka berdua. Sang menantu menjawab, "Alhamdulillah, baik-baik saja." Ibrahim berpesan kepada sang menantu agar Ismail mempertahankan pintunya ini.

 _( bersambung )_

 📚📚📚


Referensi :

Kitab Ar-Rohiq Al-Makhtum, karya Syaikh Shofiyurrahman Mubarokfury


┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈

Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb

SIRAH NABAWIY*_*STRUKTUR MASYARAKAT ARAB ( bagian 3 )

Loading

 

*SIRAH NABAWIY*_*STRUKTUR MASYARAKAT ARAB* 

( bagian 3 )

Sekali lagi Ibrahim datang berkunjung dan kali ini berhasil menjumpai sang putra. Ismail saat itu sedang meraut panah di kerindangan sebatang pohon di dekat zamzam. Begitu melihat ayahandanya, segera dia bangkit menyongsongnya dan melakukan apa yang lazim dilakukan anak terhadap ayahnya dan ayah terhadap anaknya. Sudah demikian lama mereka berpisah. Tidak banyak orang tua penyayang seperti itu yang sanggup bersabar sekian lama untuk tidak bertemu anaknya. Begitu pula seorang anak berbakti, saleh, dan cerdas yang sabar berpisah sekian lama dari sang ayah. Kesempatan ini mereka gunakan untuk membangun Ka'bah dan meninggikan pondasinya. Setelah itu, Ibrahim menyeru umat manusia untuk berhaji ke Baitullah sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya. ( Shahih Bukhari, Kitabul Anbiya, hadist 3364, 3365 )

Allah mengaruniai Ismail dua belas anak dari anak perempuan Mudhadh itu. Mereka adalah Nabit atau Nabayuth, Qaidar, Adbail, Mibsyam, Misyma', Dauma, Misya, Hadad, Taima, Yathur, Nafis, Qaiduman.

Kedua belas anak ini berkembang menjadi dua belas kabilah. Selama beberapa waktu, seluruhnya tinggal di Mekah. Mata pencarian pokok mereka saat itu adalah berdagang, dengan jalur perdagangan membentang dari Yaman sampai Syam dan Mesir. Akhirnya, dua belas kabilah itu berkembang dan menyebar ke seluruh jazirah, bahkan keluar jazirah. Seiring waktu berlalu, kiprah mereka tenggelam ditelan zaman. Hanya keturunan dari Nabit dan Qaidar yang tersisa.

Peradaban Anbath (keturunan Nabit) berkembang pesat di bagian utara Jazirah. Kabilah Nabthiyah ini membangun sebuah negeri yang kuat dengan ibu kota al-Batra, kota kuno bersejarah di bagian selatan Yordania. Wilayah yang berbatasan langsung dengan mereka memilih takluk. Tidak ada yang berani menghadapi mereka sampai pasukan Romawi datang mengambil alih kekuasaan.

Beberapa ahli nasab meyakini bahwa raja-raja Ghassan dan golongan Anshar, baik kabilah Aus maupun Khazraj, seluruhnya berasal dari keturunan Nabit bin Ismail. Begitu pula mereka yang masih ada dan tinggal di negeri tersebut.

Imam Bukhari condong pada pendapat ini. Bahkan dia mencantumkan bab khusus berjudul "Nisbatul Yaman ilå Ismail (Keterkaitan Yaman dengan Ismail )" Dia mendasarkan pendapatnya kepada beberapa hadis. Ibnu Hajar sendiri ketika menjelaskan hadis ini menegaskan bahwa Qahthan adalah keturunan Nabit bin Ismail. ( lihat kitab shahih Bukhari, Kitab Manakub bab Nisbatul Yaman ila Ismail, hadist 3507 )

Sementara itu, Qaidar bin Ismail menetap di Mekah dan beranak-pinak di sana. Salah satu keturunannya adalah Adnan. Putranya bernama Ma'ad. Dari dialah nasab bangsa Arab terjaga. Adnan adalah kakek kedua puluh satu di silsilah Muhammad. Diriwayatkan bahwa ketika beliau menyebutkan nasabnya dan sampai pada Adnan, beliau berhenti dan bersabda, "Ahli nasab banyak yang berdusta." Beliau tidak meneruskannya.

Kendati demikian, sebagian ulama mengizinkan menyebut nasab di atas Adnan. Alasannya, hadis tersebut dinilai dhaif. Namun, mereka sendiri pada bagian nasab ini juga berbeda pendapat, dan sulit dikompromikan satu sama lain. Seorang sejarawan senior, al-Qadhi al-Allamah Muhammad Sulaiman al- Manshurfuri, cenderung menguatkan data dari Ibnu Sa'ad yang disebutkan oleh Imam Thabari, Mas'udi, dan lain-lain. Di beberapa kesempatan, mereka menyebutkan bahwa Adnan dan Ibrahim terpisah oleh empat puluh keturunan. ( lihat Tarikh Ath Thabari 2/272-273 )

Keturunan suku-suku Ma'ad dari jalur anaknya, Nizar, telah berpencar ke mana-mana (ada yang mengatakan Nizar adalah putra Ma'ad satu-satunya). Adapun Nizar sendiri punya empat orang anak yang kemudian berkembang menjadi empat kabilah besar, yaitu Iyad, Anmar, Rabi'ah, dan Mudhar. Dua kabilah terakhir inilah yang paling banyak marga dan sukunya; dari Rabi'ah ada dua kabilah, yaitu Dhubai'ah dan Asad; dari Asad lahir dua kabilah, yakni Anzah dan Jadilah. Sementara itu, dari Jadilah berkembang menjadi beberapa kabilah yang banyak dan terkenal, seperti Abdul Qais, Namir, Bani Wa`il. Di antara keturunan Bani Wa'il ada Bakar dan Taghlib sementara dari Bani Bakar ada Bani Qais, Bani Syaiban, Bani Hanifah, dan lain-lain. Adapun Anzah di antara keturunannya adalah Ali Sa'ud yang menjadi moyang raja-raja di Saudi Arabia sekarang.

Kabilah Mudhar berkembang menjadi dua suku besar, yaitu Qais Ailan bin Mudhar dan suku Ilyas bin Mudhar. Kemudian dari Qais Ailan berkembang menjadi Bani Sulaim, Bani Hawazin, Bani Tsaqif, Bani Sha'sha'ah, Bani Ghathafan. Sementara dari Ghathafan berkembang menjadi Abs, Dzubyan, Asyja', dan A'shur.

Dari suku kedua Mudhar, yaitu Ilyas bin Mudhar, berkembanglah beberapa suku, yaitu Tamim bin Murrah, Hudzail bin Mudrikah, Bani Asad bin Khuzaimah, dan Kinanah bin Khuzaimah. Sementara itu, dari Kinanah berkembang menjadi Quraisy, yaitu anak dari Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah.

Suku Quraisy terpecah menjadi beberapa kabilah dan yang paling terkenal adalah Jumah, Sahm, Adi, Makhzum, Taim, dan Zuhrah. Sementara itu, suku dari Qushay bin Kilab adalah Abdud Dar bin Qushay, Asad bin Abdil Uzza bin Qushay, serta Abdul Manaf bin Qushay.

Abdul Manaf memiliki empat putra terpandang. Mereka adalah Abdusy Syams, Naufal, Muththalib, dan Hasyim. Keluarga Hasyim inilah yang dipilih Allah untuk Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim 

Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya, Allah memilih dari Ibrahim: Ismall dan memilih dari Ismail: Bani Kinanah, dan memilih dari Bani Kinanah: Quraisy, dan memilih dari Quraisy: Bani Hasyim, dan memilih aku dari Bani Hasyim." ( lihat Muslim, Kitab al-fadhail, bab Fadhlu nasbin Nabi, 4/1782 )

Abbas bin Abdul Muththalib meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya, Allah telah menciptakan makhluk dan menjadikanku dari golongan terbaik mereka dan yang terbaik dari dua golongan. Kemudian Dia memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku berasal dari kabilah terbaik mereka. Kemudian memilih beberapa keluarga lalu menjadikanku dari keluarga yang terbaik. Karena itu, aku adalah manusia dan keluarga yang terbaik."

Menurut redaksi lain, "Sesungguhnya, Allah menciptakan makhluk lalu men- ciptakanku di antara kelompok mereka yang terbaik. Kemudian Allah jadikan mereka dua kelompok, lalu Dia menempatkanku di kelompok yang terbaik. Kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah, lalu menempatkanku di kabilah yang terbaik. Kemudian menjadikan mereka beberapa keluarga, lalu menempatkanku di keluarga terbaik dan insan terbaik,"

Ketika Adnan telah beranak-pinak, mereka berpencar ke berbagai penjuru Arab untuk mencari lokasi yang strategis dan subur. Abdul Qais hijrah bersama beberapa suku dari Bani Bakar, bin Wa`il, dan Tamim ke Bahrain lalu tinggal di sana.

Bani Hanifah bin Ali bin Bakar berhijrah ke Yamamah dan menetap di Hujr, ibu kota Yamamah. Adapun suku Bakr bin Wa'il sisanya tinggal di sepanjang wilayah Yamamah sampai Bahrain, dan sampai Saif Kazhimah hingga laut. Ada pula yang tinggal di pedalaman Irak perbatasan, Ubullah, dan lain-lain. Suku Taghlib tinggal di pesisir Eufrat dan sebagian keturunannya tinggal bersama suku Bakr. Adapun bani Tamim tinggal di pedalaman Bashrah.

Bani Sulaim memilih tinggal di dekat Madinah dari Wadil Qura' hingga Khaibar, membentang hingga bagian timur Madinah sampai perbatasan dua gunung dan berakhir di Hurrah.

Bani Asad memilih menetap di bagian timur Tayma' dan bagian barat Kufah. Antara tempat tinggal mereka dan Tayma' dengan Kufah adalah lima hari perjalanan.

Suku Dzibyan tinggal di dekat Tayma' hingga Hauran. Tinggal suku Kinanah yang masih berada di Tihamah, sedangkan suku Quraisy tinggal di Mekah Kala itu mereka hidup berpencar-pencar sampai akhirnya Qushay bin Kila berhasil mempersatukan mereka. Dia membentuk suatu persatuan yang mamp mengangkat harkat dan martabat mereka.( telaah lagi lebih lanjut dalam kitab : jamharatun, nasbu Ma'ad wal Yaman al kabir, Ansabul Qurasyiyin, Nihatul arab )


Referensi :

Kitab Ar-Rohiq Al-Makhtum, karya Syaikh Shofiyurrahman Mubarokfury  


•┈•●●◎❅❀❦❖❖❀❅◎●●•┈•

*_Jika dirasa bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya._*

Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb

Tazkiyyatun Nafs_Tiga Penyebab Lemahnya Iman

Loading

 *Tazkiyyatun Nafs_Tiga Penyebab Lemahnya Iman* 

 *Prolog* 

Seiring berjalannya waktu setiap hamba ingin keimanannya terus tumbuh, bertambah dan meningkat. Namun sebaliknya, seorang hamba tidak ingin keimanannya terus berkurang.

Sebagai konsekuensinya setiap hamba harus dapat menyadari penyebab dari lemahnya iman. 

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ 

“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kalian akan dihimpunkan.”  (QS. Al-Anfal: 24)

Gemetarlah hati seorang hamba yang beriman tatkala mengingat ayat ini. Dia menyadari kegembiraannya di siang dan malam hari dapat mencegahnya dari tujuan yang sebenarnya. Keimanan seorang hamba bisa saja memudar...


*Penyebab Lemahnya Iman*

Terdapat tiga musuh yang menjadi penyebab melemahnya iman:

_Pertama,_ syaitan dan bisikannya. 

Dalam Al Qur'an disebutkan,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”  (QS. Al-Araf: 16-17).

Dari sini iblis telah mengumumkan pertempuran panjangnya dengan umat manusia. 

Kemudian juga disebutkan dlm ayat yg lain,

وَاسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُمۡ بِصَوۡتِكَ وَاَجۡلِبۡ عَلَيۡهِمۡ بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ وَعِدۡهُمۡ‌ ؕ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا

“Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. Padahal syaitan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.”  (QS. Al Isra: 64)

Mereka iblis bersekongkol untuk memerangi umat manusia, dan mereka senantiasa menghiasinya dengan berbagai kepalsuan.

Mereka dapat menghasut manusia dari jalan mana pun, bisa melalui jabatan, uang, dan lainnya. Mereka juga mendorong kepada dosa-dosa kecil agar menjadi dosa besar.

Allah Azza wa Jalla telah mengabarkan bahwa syaitan merupakan musuh yang nyata bagi Bani Adam, maka orang yang beriman harus senantiasa berjuang keras untuk menyelamatkan dirinya dari godaan setan...

_Kedua,_  dunia dan godaannya. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

 إن الدنيا حلوة خضرة

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau.” 

Jiwa manusia dapat tergoda akan manisnya kehidupan dunia daripada manisnya nanti di hari akhir.

Manusia dapat disibukkan dengan dunia ini, sementara untuk urusan akhiratnya menjadi lemah, hatinya menjadi terikat akan kesenangan dunia yang fana ini. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ

“Demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR. Bukhari)

Ketika hati seorang hamba terikat dengan dunia, maka hubungan mereka dengan akhirat menjadi lemah, dan tentunya ini akan mempengaruhi tingkat keimanan seorang hamba...

_Ketiga,_ teman yang buruk. 

Seorang teman dapat mempengaruhi pribadi seseorang, jika temannya buruk maka dia akan memiliki kepribadian yang serupa.

Teman yang buruk tidak ingin kebaikan bagi teman lainnya, dan ini akan melemahkan keimanan seorang hamba.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

 إنما مَثَلُ الجليس الصالح والجليس السوء، كحامل المسك ونافخ الكير؛ فحامل المسْكِ إما أن يُحذِيَكَ، وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحًا طيبةً، ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه ريحًا خبيثة

“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai pembawa minyak misik yang baunya harum dan peniup perapian pandai besi. Pembawa minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau engkau dapat membelinya, atau setidak-tidaknya engkau dapat memperolehi mencium bau yang harum daripadanya. Adapun peniup perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan pakaianmu atau engkau akan memperolehi bau yang busuk daripadanya.”  (Muttafaqun 'alaih)


┈┈┈◎❅❀❀❅◎┈┈┈

*_Jika dirasa kajian ini bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya._*

_Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya." (HR. Muslim)_

*_Nashrun Minallahi wa Fathin qarib_*

Kajian_Ibadah Sebagai Sarana Penyucian Jiwa

Loading

 

*Kajian_Ibadah Sebagai Sarana Penyucian Jiwa* 

 *Prolog* 

Ketahuilah bahwa Untuk mensucikan jiwa, dibutuhkan berbagai macam cara atau sarana “ *wasailut tazkiyah* ". 

Sarana-sarana itu tidak lain adalah ibadah-ibadah kita: sholat, shaum, zakat dan infaq, haji, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan sebagainya. 

Sebagai gambaran singkat bagaimana ibadah-ibadah kita bisa membersihkan jiwa kita, mendidik jiwa kita, dan menumbuhkan akhlaq yang terpuji, mari kita lihat hakikat ibadah-ibadah tersebut.

 

 *Fungsi Tazkiyah Ibadah* 

1. Ibdah Sholat, 

Allah SWT berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS Al-Ankabut: 45). 

Dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ فَصَلاَّهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِى الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ»

Dari 'Utsman bin 'Affan dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berwudhu untuk shalat dan menyempurnakan wudhunya, kemudian ia berangkat untuk shalat wajib dan ia mengerjakannya bersama orang-orang atau bersama jamaah, atau shalat di masjid, Allah mengampuni dosa-dosanya." (HR Nasa’i)

Dalam hadits lain:

إِنَّ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يُذْهِبْنَ بِالذُّنُوْبِ كَمَا يُذْهِبُ الْمَاءُ الدَّرْنَ 

“ Sesungguhnya shalat (fardhu) yang lima itu menghapus segala dosa sebagaimana air menghapus kotoran” (HR Ahmad)

Dalam hadits lain:

إَنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَى بِذُنُوْبِهِ كُلِّهَا فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ وَعَاتِقَيْهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ " السلسلة الصحيحة

“Seorang hamba jika dia bangun untuk mendirikan shalat, maka didatangkan semua dosanya dan diletakkan diatas kepalanya dan kedua pundaknya, maka setiap kali dia ruku’ dan sujud berjatuhanlah (dosa-dosa itu) darinya” (Hr Baihaqi)

2. Ibdah puasa (shaum), 

Rasulullah saw bersabda, 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ  رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ  ص«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»

“Barangsiapa yang selama berpuasa tidak mampu menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk serta keji, maka Allah sama sekali tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Al-Bukhari). 

Maka puasa adalah sarana Tazkiyyah yang sangat dominan, baik secara Jasadiyah dan Ruhiyyah ( _Pembahasan tersendiri, insyaallah)_ 

3. Ibadah Zakat, 

Allah SWT berfirman, 

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيم

“Ambillah dari harta benda mereka bagian zakatnya untuk membersihkan harta benda mereka dan untuk menyucikan jiwa mereka.” (QS At-Taubah: 103). 

Bahkan tentang infaq dan sedekah secara umum, 

Allah SWT berfirman, 

الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى

“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan dirinya.” (QS Al-Lail: 18). 

4. Ibadah Haji Dan Umroh, 

Allah SWT berfirman, 

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu (yakni bulan-bulan haji) akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata keji dan jorok), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS Al-Baqarah: 197). 

Hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, 

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ 

“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)

Dalam Hadits lain, dari Abdullah, Rasulullah  SAW bersabda, 

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ 

“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387, Al Albani: hadits ini hasan shahih) 

Subhanallah, ternyata ibadah haji atau umrohpun didesain untuk bisa melatih kita mengendalikan hawa nafsu kita, dalam rangka untuk menyucikan jiwa kita dan membangun akhlaq kita.

Demikian juga dengan ibadah-ibadah yang sunnah, tidak lain merupakan wasailut tazkiyah, seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan sebagainya.

Allah Ta’ala berfirman: 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ 

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57). 

Allah berfirman QS Ar Ra’du: 28:

{أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} 

Ingatlah, berdzikir itu dapat menentramkan jiwa.

Dalam sebuah hadits dari abu sya’id secara marfu’:

عليك بتقوى الله، فإنها رأس كل خير، وعليك بالجهاد، فإنه رهبانية الإسلام، وعليك بِذِكْرِ الله وتلاوة القرآن، فإنَّه نورٌ لك في الأرض وذكرٌ لك في السماء. 

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki mendatanginya, lalu berkata, “Berilah wasiat kepadaku!” Lalu dia menjawab: “Engkau telah meminta dengan perkara yang sebelum kamu (meminta ini) aku telah meminta kepada Rasulullah ﷺ, (beliau bersabda): “Aku berwasiat kepadamu dengan taqwa kepada Alloh, sesungguhnya itu pokok segala sesuatu. Hendaklah engkau berjihad, sesungguhnya itu adalah kependetaan di dalam Islam. Hendaklah engkau (banyak) berdzikir dan membaca Al-Qur’an, sesungguhnya itu adalah ruh-mu di langit dan kemuliaan-mu di bumi”.([HR. Ahmad])

Dalam riwayat lain dengan lafazh:

«عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ فَإِنَّهَا جِمَاعُ كُلِّ خَيْرٍ، وَعَلَيْكَ بِالْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ؛ فَإِنَّهَا رَهْبَانِيَّةُ الْمُسْلِمِينَ، وَعَلَيْكَ بِذِكْرِ اللهِ وَتِلَاوَةِ كِتَابِهِ؛ فَإِنَّهُ نُورٌ لَكَ فِي الْأَرْضِ وَذِكْرٌ فِي السَّمَاءِ، وَاخْزُنْ لِسَانَكَ إِلَّا مِنْ خَيْرٍ، فَإِنَّكَ بِذَلِكَ تَغْلِبُ الشَّيْطَانَ»

“Aku berwasiat kepadamu dengan taqwa kepada Alloh, sesungguhnya itu pokok segala kebaikan. Hendaklah engkau berjihad fii sabilillah, sesungguhnya itu adalah kependetaan kaum muslimin.  Hendaklah engkau (banyak) berdzikir kepada Alloh dan membaca kitab-Nya, sesungguhnya itu adalah cahaya-mu di bumi dan kemuliaan-mu di langit. Dan simpanlah lidahmu kecuali dari kebaikan, karena sesungguhnya dengan itu engkau akan mengalahkan syaithon”.([HR. Thobroni])

*Penutup* 

 Semoga dengan ibadah yang benar, semua bentuk ibadah yang kita lalukan dapat  membersihkan jiwa dan menumbuhkan akhlaq yang terpuji. Sehingga memberikan manfaat yang luar biasa bagi hidup setiap Muslim.

 *Wallahu alamu bis-showab.* 


┈┈┈◎❅❀❀❅◎┈┈┈

_Sahabat NgajiMu yang dirahmati Allah..., dimohon dengan sangat bila mengajukan pertanyaan hukum dan dalil bertanyalah pada Ulama/Ustadz/Mubaligh  di majlis-majlis yang diadakan di Muhammadiyah atau Aisyiyah terdekat. Insyaallah Merekalah yang bisa menjadi tempat bertanya yang benar._ 


 *Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb*

Tazkiyyatun nafs_Celaan Berbalas Pahala

Loading

 

Tazkiyyatun nafs_Celaan Berbalas Pahala

Ketahuilah, Jika seseorang menghancurkan kehormatanmu dengan mencaci maki, mencela atau menghinamu, tinggalkan saja orang tersebut. Jangan dibalas dengan yang serupa. Dia berdosa dan kamu mendapatkan pahala. 

Berkata seorang lelaki kepada abu darda radhiallahu anhu, 

علِّمني كلمةً ينفعني الله بها؟ فقال له: هب عرضك لله، فمن سبّك أو شتمك فدعه لله. [الحلية (١/٢١٩)]

Ajarkan padaku sebuah kalimat yang allah ta'ala akan memberikan manfaat kepadaku dengannya? Maka beliau berkata padanya: serahkanlah kepada allah kehormatanmu. Siapa yang mencacimu atau menghinamu, tinggalkan dia karena allah. 

[al hilyah: 1/219].

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 

ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﺇِﻥِ ﺍﻣْﺮُﺅٌ ﻋَﻴَّﺮَﻙَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻪُ ﻓِﻴﻚَ، ﻓَﻼ ﺗُﻌَﻴِّﺮْﻩُ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻪُ ﻓِﻴﻪِ، ﻳَﻚُ ﻭَﺑَﺎﻟُﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺃَﺟْﺮُﻩُ ﻟَﻚَ، ﻭَﻻ ﺗَﺴُﺒَّﻦَّ ﺷَﻴْﺌًﺎ.

"hendaklah engkau bertaqwa kepada allah, dan jika seseorang mencelamu dengan sesuatu yang dia ketahui memang ada pada dirimu, maka engkau jangan membalas mencelanya dengan sesuatu yang engkau ketahui memang ada pada dirinya, niscaya akibat buruknya akan menimpa dirinya sendiri, sedangkan engkau mendapatkan pahalanya, dan jangan sekali-kali engkau mencaci maki seorangpun!" 

(shahih al-jami’ ash-shaghir, no. 98). 

Syaikhul islam ibnu taimiyyah rahimahullah berkata,

 أسوء أنواع الكرم هو كرمك في إهداء حسناتك للآخرين غيبة ونميمة وبهتاناً وسباً وشتماً.

Jenis sifat pemurah yang paling buruk adalah sifat pemurahmu dengan menghadiahkan pahala kebaikan-kebaikanmu kepada orang lain dengan cara ghibah, mengadu domba, memfitnah, mencela dan mencaci maki." (majmu' al-fatawa, viii/454). 

Intinya, 

jika ada yang mencaci maki, mencela atau menghina, jangan dibalas dengan yang serupa, bersabar dan tinggalkan. 

Allah ta'ala berfirman, 

وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا 

Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (surah al muzzamil 10).

Berkata as sa'di rahimahullah, 

أمره بالصبر على ما يقول فيه المعاندون له ويسبونه ويسبون ما جاء به، وأن يمضي على أمر الله، لا يصده عنه صاد، ولا يرده راد، وأن يهجرهم هجرا جميلا، وهو الهجر حيث اقتضت المصلحة الهجر الذي لا أذية فيه، فيقابلهم بالهجر والإعراض عنهم وعن أقوالهم التي تؤذيه، وأمره بجدالهم بالتي هي أحسن. 

Allah memerintahkan rasulullah untuk bersabar atas perkataan yang diucapkan oleh para penentang dan mereka yang mencelanya dan mencela risalah yang beliau bawa serta diperintahkan untuk terus menjalankan perintah allah yang tidak dapat ditahan dan dihadang oleh siapa pun. Allah memerintahkan beliau untuk meninggalkan mereka secara baik-baik. Itulah cara menjauhi orang sekiranya ada maslahatnya dan tidak ada gangguannya. Rasulullah bahkan memperlakukan mereka dengan meninggalkan dan berpaling dari perkataan-perkataan yang menyakiti. Allah juga memerintahkan beliau untuk mendebat mereka dengan cara yang baik. (tafsir as sa'di).

Firman Allah SWT:

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS An-Nahl Ayat 125)


Baarokallahu Fiikum 


┈┈┈◎❅❀❀❅◎┈┈┈

*_Jika dirasa kajian ini bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya._*

_Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya." (HR. Muslim)_

*_Nashrun Minallahi wa Fathin qarib_*

Khutbah Jum'at-INTROPEKSI AGAR TAK LUPA DIRI

Loading

Khutbah Jum'at

INTROPEKSI AGAR TAK LUPA DIRI

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه . اَللّٰهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله . اِتَّقُواللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن . أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya segala pujian hanya bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq, agama yang benar. Yakni agama Islam agar menjadi rahmat bagi semesta alam.

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Ketika kita mengingat jasa para pendahulu, baik yang namanya harum karena dikukuhkan sebagai pahlawan nasional, maupun harum karena dikenang oleh masyarakat setempat, sebagai seorang muslim kita mengingat satu ayat yang sangat masyhur serta menjadi doa yang sering kita panjatkan,

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hasyr: 10)

Ayat di atas menerangkan tentang keutamaan dan sifat orang-orang beriman, yaitu tepatnya setelah kaum Muhajirin dan Anshor berhasil membangun persaudaraan yang sangat kuat atas dasar keimanan.

Dalam konteks berbangsa yaitu kaitannya dengan perjuangan meraih kemerdekaan, maka doa ini juga kita peruntukkan untuk mereka yang telah mengorbankan jiwa, raga, harta, dan ilmunya untuk kepentingan generasi sekarang ini. Agar jangan sampai dalam hati kita timbul kebencian dan kedengkian, yang justru berakibat pada menghianati usaha-usaha para pendahulu kita dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang aman, damai dan sentosa.

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Pada dasarnya kita juga tengah menyiapkan warisan untuk generasi yang akan dating. Oleh karena itu penting bagi kita untuk bermuhasabah. Adakah kita yang sekarang ini telah menyiapkan sesuatu yang layak, atau justru merusak dan mengeksploitasi apa yang ada, sehingga berakibat buruk untuk masa yang akan dating? Adakah mereka (generasi sesudah kita) juga masih mengumandangkan doa tersebut nantinya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk menghindari diri dari sifat sombong. Merasa diri lebih berjasa, kemudian lupa dengan pengorbanan para pendahulu. Merasa diri paling berkuasa, sehingga lupa masih ada tugas untuk meneruskan amanat peradaban kepada generasi yang akan datang.

Allah SWT berfirman,

لَا جَرَمَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ

“Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka tampakkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”(QS. An-Nahl: 23)

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah menerangkan beberapa cara untuk mengobati sifat sombong, kurang lebih maknanya sebagai berikut:

Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah mereka lebih mulia, sebab mereka belum banyak memiliki dosa daripada kita yang lebih tua. Kedua, jika berjumpa dengan orangtua, anggaplah mereka lebih mulia, sebab mereka sudah lama dan lebih dahulu melakukan ibadah daripada kita.

Ketiga, jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah mereka lebih mulia dari kita, sebab mereka memiliki banyak ilmu dan mempelajari banyak hal. Mereka sudah mencapai derajat yang belum kita capai. Keempat, jika berjumpa dengan orang yang bermaksiat, anggaplah mereka lebih mulia dari kita, sebab mereka melakukan dosa karena kejahilan/ ketidaktahuan, sementara adakalanya kita melakukan dosa dalam keadaan sadar, tentu tuntutan Allah lebih besar.

Kelima, jika bertemu dengan orang kafir, bisa jadi suatu saat Allah berikan hidayah lalu menjadi pembela agama Allah, sehingga terampunilah segala dosa. Sementara kita tidak tahu bagaimana akhir hayat kita sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita hidayah dan taufik untuk tetap taat dan patuh pada setiap perintah dan syariat-Nya.

Sekali lagi, saya mengajak diri saya dan jamaah sekalian, mari berusaha dan memohon agar terhindar dari sifat sombong, sebagaimana nasihat Imam Al-Ghazali di atas dalam berusaha untuk menutup semua macam peluang timbulnya sifat sombong. Lebih dari itu, kita terus berupaya untuk melaksanakan amanat para pendahulu, untuk merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini, hingga pada saatnya nanti dapat membangun peradaban yang utama.

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ


Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Marilah kita berdoa dan memohon kepada Allah SwT agar dimudahkan untuk terus berintroksi diri, dijauhkan dari sifat sombong, sehingga tak lupa diri.


إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوْاصَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ . اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ . عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Pengertian Udlhiyah

Loading

 *TUNTUNAN QURBAN*

 

*Pengertian Udlhiyah* 

Kata udhiyah merupakan bentuk jama' dari kata diahiyah yang berarti binatang sembelihan, disebut juga nahr (ibadah kurban). 

Maksudnya ialah suatu bentuk ibadah kepada Allah dengan menyembelih binatang tertentu pada hari-hari tertentu pula sesuai dengan ketentuan syara'." Allah berfirman :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَاغْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. [الكوثر، ١٠٨: ١-٣].

Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. [QS. al-Kautsar, 108: 1-3].

٢- وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا  لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [الحج، ٢٢: ٣٦].

Artinya: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. [QS. al-Hajj, 22: 36].

Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Rasulullah bersabda:

٣- عَنْ أَنَسٍ قَالَ ضَحَى النَّبِيُّ ﷺ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. [رواه البخاري ومسلم].

Artinya: Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Nabi saw telah berkurban dengan dua ekor kibas (domba) yang enak dipandang mata lagi mempunyai tanduk, beliau menyembelih sendiri dengan membaca basmalah dan takbir, kemudian meletakkan kakinya di atas leher kedua kibas itu. [HR. al-Bukhari dan Muslim].

٤- عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونَهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا. (رواه الترمذى ).

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tidak ada amal manusia yang lebih disukai Allah pada hari nahr (selain) daripada mengalirkan darah (berkurban). Sesungguhnya orang yang berkurban itu datang pada hari kiamat dengan membawa tanduk, bulu dan kuku binatang kurbannya dan sesungguhnya darah yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah sebelum mengalir ke tanah. Maka sucikanlah dirimu dengan berkurban. [HR. at-Tirmidzi).

ه - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحٌ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلانَا. [رواه أحمد وابن ماجه وصححه الحاكم].

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang mempunyai kelapangan (untuk berkurban) tetapi tidak berkurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat ('Id) kami. [HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim].

Ibadah Qurban berasal dari syariat Nabi Ibrahim as dan beliau sendiri yang mula-mula melaksanakannya. Beliau bermimpi dan dalam mimpi itu Allah SWT. memerintahkannya agar menyembelih putra kesayangannya Ismail as. Mimpi itu beliau yakini sebagai mimpi yang benar yang disampaikan Allah kepadanya. Karena itu, disampaikanlah mimpi itu kepada Ismail as. Ismail as sependapat dengan ayahnya, bahwa mimpi itu adalah mimpi yang benar, sehingga perintah Allah untuk menyembelih dirinya harus dilaksanakan. Pada saat kedua orang -bapak anak-itu akan melaksanakan perintah dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada-Nya, maka Allah mengganti Ismail as dengan seekor sembelihan yang besar." 

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبينِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ، وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ [الصفات، ۳۷: ۱۰۳-۱۰۸].

Artinya: Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia : "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepadaorang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-bemar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor kibas sembelihanyang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu ( pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. [ QS, Ash-Shaffat.37 : 103-106 ]

Setelah Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Rasulullah saw, bersamaan dengan perintah melaksanakan shalat 'Idul Adlha pada tahun pertama sesampai beliau di Madinah, maka perintah melaksanakan ibadah Qurban itu dilakukan pada hari raya 'Idul Adlha dan hari-hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijjah). Dengan melaksanakan ibadah Qurban, diharapkan kaum muslimin ingat serta meneladani ketaatan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as dalam melaksanakan perintah-perintah Allah. Di samping itu, dengan melaksanakan ibadah qurban seluruh umat manusia, laki-laki dan perempuan, kaya maupun miskin, dewasa maupun anak-anak dapat bergembira bersama sambil mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid selama hari raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik.

Sumber : Tuntunan Idain & Qurban Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, penerbit Suara Muhammadiyah

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

Jika dirasa bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya.


Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb

*FATWA TARJIH*_ *SEJARAH, DIMENSI DAN MAKNA KURBAN* _(Bagian 1 dari 2)_

Loading

 

*FATWA TARJIH*_

*SEJARAH, DIMENSI DAN MAKNA KURBAN*

_(Bagian 1 dari 2)_

*A) Pendahuluan*

1. Kurban merupakan salah satu ibadah tertua dalam agama-agama sehingga kurban dalam Islam memiliki sejarah yang panjang.

2. Kurban dalam Islam  bukan sekedar ritual, tapi sesuai dengan ajaran ibadah dalam Islam, memiliki dimensi-dimensi dan makna-makna yang harus diwujudkan umat.

*B) Kurban Sebelum Nabi Ibrahim*

Praktek kurban pada zaman sebelum  Nabi Ibrahim dapat dikatakan dominan sebagai persembahan kepada tuhan atau dewa-dewa yang tidak memiliki perhatian  terhadap manusia yang berkembang dalam agama-agama demonik dan hanya sedikit yang dilaksanakan sebagai persembahan kepada tuhan yang baik dan peduli kepada manusia.

1. Agama-agama demonik di antaranya dianut oleh masyarakat Yunani, Romawi, Syria dan sebagian masyarakat yang mendiami pantai Laut Tengah yang memiliki kepercayaan bahwa dewa-dewa mereka cenderung untuk tidak mengenal kaedah moral dan cenderung acuh tidak acuh terhadap manusia (Huston Smith, 1985: 304).

2.  Di samping kurban hewan dan hasil bercocok tanam, di kalangan penganut agama-agama demonik berkembang kurban manusia: 

a. Di kalangan masyarakat Kanaan (3500 – 1100 SM) yang tinggal di Libanon, Suriah dan Yordania, anak-anak dikurbankan sebagai persembahan kepada dewa Moloch; 

b. Di kalangan masyarakat Minoan (Yunani) (2700 SM – 1450 SM), manusia dikurbankan untuk dewa-dewa sesembahan mereka.

c. Di kalangan masyarakat Mesir Kuno, gadis suaci ditenggelamkan ke dalam sungai Nil sebagai persembahan kepada penguasanya.


*C) Kurban pada Zaman Nabi Ibrahim (1997 -1822 SM)*


1. Pada zaman Nabi Ibrahim, dakwah dilaksanakan untuk mengubah agama demonik menjadi agama etis, agama yang mengajarkan Tuhan yang baik kepada manusia.

2. Dakwah Nabi Ibrahim berhasil membentuk Millah Ibrahim yang menjadi model beragama dalam Yahudi, Islam dan Kristen yang kemudian dikenal sebagai agama-agama Ibrahimi (Abrahamic Religions)

3. Dalam agama-agama Ibrahimi, kurban diubah dari kurban manusia ke kurban hewan.

4. Perubahan kurban itu disimbolkan dengan pelaksanaan kurban oleh Nabi Ibrahim yang semula mau melaksanakan kurban dengan menyembelih puteranya Ismail atas perintah Allah, yang kemudian atas perintah Allah pula ketika Ibrahim mau menyembelihnya dengan pisau telah menempel di lehernya, puteranya diganti domba oleh Malaikat Jibril, sehingga yang tersembelih adalah domba itu

5. Kurban hewan dilaksanakan di kalangan keturunan Ibrahim  dan agama-agama Ibrahimi.

6. Dalam pelaksanaannya, kurban hewan di kalangan maasyarakat keturunan Ibrahim diliputi mitos. Bangsa Arab yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim melalui  puteranya, Nabi Ismail (1911 – 1774), mempraktekkan kurban hewan dengan menjadikan daging  sebagai sajian (sesajen) yang diletakkan di atas berhala dan darahnya disiramkan ke badan berhala. Mereka beranggapan bahwa daging dan darah kurban itu akan diterima Tuhan.

7. Begitu juga di kalangan kaum Yahudi (agama Yahudi mulai didakwahkan Nabi Musa yang hidup pada 1527 -1407 SM). Kurban hewan di kalangan mereka di antaranya dilakukan dengan lembu dan kambing  yang dibakar dan disebut sebagai kurban bakaran dengan peraturan dan upacara tertentu. Dalam Kitab Imamat ps. 1 disebutkan    bahwa kurban bakaran itu suatu kurban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan.


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•

🌐Sumber: Tulisan oleh Hamim Ilyas, Tim Fatwa Tarjih, PP Muhammadiyah. Naskah disampaikan dalam Seminar Nasional Fikih Kurban Kontemporer, kerjasama Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dengan Dewan Syariah Lazis Muhammadiyah, pada 26 Maret 2022

•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•


والله اعلم بالصواب

الحمد لله ربّ العالمين


—-------------------------------

*KAJIAN MANHAJ TARJIH_ *KESEJALANAN MANHAJ TARJIH DENGAN PENDAPAT PARA IMAM MADZHAB*

Loading

 

*KAJIAN MANHAJ TARJIH_ *KESEJALANAN MANHAJ TARJIH DENGAN PENDAPAT PARA IMAM MADZHAB* 


Sebetulnya, apa yang dilakukan Muhammadiyah laksanakan agama bersumber pada al-Qur'an dan al-Hadits, ini sesuai dengan anjuran para imam madzhab. Sehingga kita tidak mengikatkan diri pada Madzhab tertentu, tetapi terikat dengan sumber al-Qur'an dan al-Hadits yang digunakan oleh mereka.

Barangkali ada baiknya kita kemukakan beberapa pesan mereka, antara lain:

1. Ucapan al-Nu'man bin Tsabit, (Imam Abu Hanifah):

 إِذَا قُلْتُ قَوْلاً يُخَالِفُ كِتَابِ اللهِ تَعَالَى وَخَبَرَ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فائرُ كُوا قَوْلِي

"Apabila aku mengatakan sesuatu perkataan (pendapat) menyelisihi al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad Saw, maka tinggalkanlah pendapatku tersebut."

2. Ucapan Imam Malik bin Anas:  

إِنَّمَا أنا بَشَر أخطئ وأصيبُ، فَانظُرُوا في رأبي فَكُل مَا واَفَق الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوهُ وَكُلُّ مَا لَمْ يُوَافِقِ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ

"Sesungguhnya aku adalah manusia biasa (mungkin) aku salah dan (mungkin) benar. Maka perhatikanlah pendapatku, selama pendapatku itu sesuai dengan al-Qur'an dan al-Sunnah. Dan selama pendapatku itu tidak sesuai dengan al-Qur'an dan al- Sunnah, maka tinggalkanlah.

3. Ucapan Muhammad bin Idris (Imam al-Syafi'i):

إِذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلَافَ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُولُوا سنَّةِ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعُوا مَا قُلْتُ

"Apabila engkau menemukan dalam kitab (pendapat)-ku menyelisihi sunnah Rasulullah Saw, maka katakanlah (ikutilah) yang disampaikan oleh Rasulullah Saw dan tinggalkan apa yang katakan (pendapatku) itu." aku

4. Ucapan Imam Ahmad bin Hanbal:

لا تقلدي ولا تقلّدْ مَالِكًا وَلَا الشَّافِعِيُّ وَلاَ الأَوْزَاعِي وَلَا الثِّوري وَخَذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوا

"Janganlah engkau taqlid kepadaku, demikian juga kepada Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Auza'i dan Imam al-Tsauri. Namun ambillah (ikutilah) dari mana mereka (para imam itu) mengambil (yaitu al-Qur'an dan al-Hadits)."

Pendapat kita, pendapat-pendapat para Imam Madzhab dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mendapatkan Hukum Islam selama ini. Yaitu dengan menggunakan qaidah- qaidah yang telah dirumuskan oleh para ulama terdahulu, yang didasarkan pada jiwa al-Qur'an dan al-Sunnah. 

Seperti kita mengambil qaidah ushuliyah dan juga qaidah fiqhiyah. Ulama -termasuk ulama Muhammadiyah- dalam memahami al- Qur'an maupun al-Sunnah dan dalam istinbath serta ijtihadnya, menggunakan metodologi yang disebut ushul fiqih, ilmu ushul fiqih adalah ilmu yang dirumuskan oleh Imam Madzhab yang didasarkan pada qaidah bahasa dan pokok-pokok yang ada pada nash al-Qur'an dan al-Sunnah, yang kemudian disempurna- kan oleh ulama berikutnya, yang kemudian disebut qaidah syar'iyah yang digunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalilnya. 

Seperti qaidah ushuliyah:

الْأَصْلُ فِي الْأَمْرِ لِلْوُجُوبِ

"Pada prinsipnya, perintah itu (al-Qur'an dan al-Sunnah) mengandung ketentuan hukum wajib"

Qaidah ini didasarkan pada ketentuan bahasa tentang bentuk-bentuk yang digunakan dalam kata/uraian yang mengandung pengertian "perintah", seperti:

1. fi'il amr: فعل أمر

2. Amar li ghaib : أمر لِلْغَائِب

3. Jumlah khabariyah yang bermakna insyaiyah..

Adapun ketentuan yang mengandung hukum wajib ini, didasarkan pada perintah Tuhan. Antara lain disebutkan dalam Surat al-A'raf ayat 11, 12, 13:

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ (١١) قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ (١٢) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُوْنُ لَكَ اَنْ تَتَكَبَّرَ فِيْهَا فَاخْرُجْ اِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِيْنَ (١٣)

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka, merekapun sujud, kecuali Iblis. Dia tidak termasuk yang bersujud. Allah ber- firman: "Turunlah kamu dari surga, karena kamu tidak sepatut- nya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguh- nya kamu termasuk orang-orang yang hina".

Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada para malaikat، termasuk Iblis untuk sujud kepada Adam as. Tapi Iblis menolaknya. Allah menegur, bahkan memberi sanksi terhadap Iblis untuk keluar dari surga, sebagai sanksi penolakannya untuk sujud kepada Adam as Untuk memudahkan penentuan hukum suatu masalah, di samping mendasarkan pada al-Qur'an dan al-Sunnah, para ulama termasuk ulama Muhammadiyah menggunakan qaidah fiqhiyah yang dirumuskan oleh ulama terdahulu, seperti

qaidah fiqhiyah:

الضَّرَرُ يُزَالُ

"Kemadharatan itu (yang mendatangkan bahaya/ kerusakan) prinsipnya harus dihilangkan (dihindari)".

Juga qaidah:

الضرورات تبيحُ المَحْظُورَات 

"Keadaaan darurat menjadikan sebab diperbolehkannya hal-hal yang dilarang".


Sumber  : Manhaj Tarjih Muhammadiya metodologi dan aplikasi, Prof. Drs. H. Asjmuni Aburrahman. Penerbit Pustaka Pelajar.

*_Jika dirasa bermanfaat, jangan lupa dibagikan kepada yang lainnya._* 


Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb

Kajian Aqidah_MALAIKAT MAUT ITU GHAIB

Loading

Kajian Aqidah_MALAIKAT MAUT  ITU GHAIB

Perkara ghaib termasuk bagian dari Aqidah. Tidak boleh berbicara masalah ghaib, kecuali ada bukti dari wahyu. Ibnu Faris mendefinisikan kata ghaib secara bahasa sebagai berikut:

الغيب : كل ما غاب واستتر عن العيون سواء كان حسيا او معنويا

“segala sesuatu yang tersembunyi dan tertutup dari mata baik secara rasa maupun maknawi”

Orang dikatan bertakwa  bila meyakini yang ghaib 

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

(Orang bertakwa adalah) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. 

QS. Al-Baqarah Ayat 3

Para ulama, menafsirkan “al-ghoib” dalam kalimat tersebut  sebagai berikut:

1. Ibnu ‘Abbas: al-ghoib, yaitu 1) surga, neraka, siroth, mizan, al-ba’ts, al-hisab. 2) al-Qur’an 3) Allah subhanau wa ta’alaa;

2. Ibnu Mas’ud: al-ghoib, yaitu apa saya yang tersembunyi dari pandangan para manusia menyangkut surge, neraka dan apa saja yang Allah sebutkan di dalam al-Qur’an.

3. Mujahid: يؤمنون بالغيب  yaitu iman kepada Allah;

4. Zaid bin Aslam: al-ghoib yaitu takdir

Demikianlah para ulama memahami dan menafsirkan kata ghaib yang terdapat dalam Alqur’an.

bahwa makhluk siapapun tidak mengetahui yang ghaib. 

Ghaib mutlak adalah Sesuatu yang ghaib, yang hanya diketahui oleh Allah. Allah berfirman

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah, bahwa tidak ada satupun di langit dan di bumi yang tahu hal yang ghaib kecuali Allah…(QS. an-Naml: 65)

Contoh ghaib mutlak adalah semua takdir Allah di masa mendatang atau kapan terjadi kematian. Selain Allah tidak ada yang tahu, kecuali mereka yang mendapatkan wahyu dari Allah, seperti para nabi atau malaikat yang mendengar ketetapan Allah menetapkan taqdir.

Allah berfirman,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. al-Jin: 26 – 27)

meyakini malaikat maut merupakan  bagian dari aqidah Islam. Allah berfirman

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. as-Sajdah: 11).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan proses kematian hhamba yang beriman. Beliau mengatakan,

ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ

Kemudian datanglah Malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.” 

(HR. Ahmad 18543, Abu Daud 4753, dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

 Dalam al-Quran, Allah menjelaskan bahwa malaikat maut memiliki banyak rekan di kalangan malaikat ketika mematikan para hamba Allah.

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ

Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS. Al-An’am: 61)

Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa makna ’ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami’ adalah bahwa ada banyak malaikat yang ditugaskan untuk mewafatkan.

Kemudian al-Hafidz Ibnu Katsir membawakan riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

Ibnu Abbas dan ulama lainnya mengatakan, ”Malaikat maut memiliki beberapa teman di kalangan malaikat. Mereka mengeluarkan ruh dari jasad. Hingga ketika ruh sudah mencapai tenggorokan, malakul maut yang mencabutnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/267)

Dalil lain yang menunjukkan bahwa malakul maut (malaikat pencabut nyawa) ditemani banyak malaikat ketika mematikan manusia, adalah hadis dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ

Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya putih, wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi) dari surga. Mereka pun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya (HR. Ahmad 18543, Abu Daud 4753)

Semoga bermanfaat