Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594]
ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki
(nikmat) yang mulia. QS. Anfal: 2-4
Menyandang gelar orang beriman adalah predikat yang
mulia. Allah mensifati sifat orang-orang yang beriman sekaligus dalam 2 ayat,
yaitu ayat ke 2 dan ke 3 dari surah Al-Anfal. Allah menyebut ada 5 sifat di
dalam ayat tersebut. Berikut adalah sifat-sifatnya.
Memiliki Rasa Takut di
Dalam Hatinya
Allah Ta’ala berfirman
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)
Hanya orang yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut
dalam hatinya. Rasa takutnya sebagai bentuk mengagungkan Allah. Sebagai contoh,
jika ada seseorang yang berkeinginan melakukan maksiat, kemudian ia teringat
Allah atau ada yang mengingatkannya dengan mengatakan, “bertakwalah anda kepada
Allah”, maka dia adalah seorang yang mukmin. Rasa takut tersebut adalah
ciri-ciri orang yang beriman.
Adanya Tambahan Iman ketika Ayat Quran
Dibacakan
Allah Ta’ala berfirman
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا
“dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.
Al-Anfal: 2)
Hal ini
menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al Qur’an dibaca baik oleh
dirinya ataupun orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa
iman. Sebagaimana RasulullahShallallahu ‘alaihi Wasallam pernah
memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud
bertanya, “Bagaimana aku membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan
untukmu?”.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wasallam pun menjawab, “Sungguh aku senang mendengar bacaan Al
Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa, tatkala
sampai pada ayat 41,
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ
أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا
“Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai
saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An-Nisa: 41).
Maka Nabi mengatakan, “Cukup” Aku pun memandangi Nabi dan melihat
mata beliau berlinangan air mata. (HR. Al-Bukhari)
Potongan ayat ke-2 surah Al-Anfal di atas menjadi dalil bahwa rasa iman
bisa bertambah dan bisa berkurang. Karena akidah ahlusunnah adalah iman itu
bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat.
Dicontohkan dalam ayat di atas adalah melakukan ketaatan dengan mendengarkan
bacaan al quran. Adapun kelompok murji’ah yang memiliki penyimpangan dalam
akidah ini, mengatakan bahwa rasa iman tidak dapat bertambah maupun berkurang,
dan ini adalah akidah yang keliru.
Kisah Ibnu Mas’ud di atas juga menunjukkan betapa lembutnya hati Nabi,
tatkala beliau dibacakan Al Qur’an, hati beliau terenyuh sehingga berlinanglah
air mata beliau.
Tawakkal Hanya kepada Allah
Allah Ta’ala berfirman
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“dan
hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal: 2).
Orang yang
beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada
yang lain. Akan tetapi mereka juga melakukan sebab agar terwujudnya suatu hal,
di samping tetap bertawakkal kepada Allah. Karena mereka yakin bahwa tidak akan
terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.
Mendirikan
Shalat
Allah Ta’ala
berfirman
ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
“(yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).
Banyak ayat
yang menunjukkan shalat adalah bukti keimanan seseorang, salah satu dalam ayat
ini. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik shalat
yang hukumnya wajib maupun yang dianjurkan.
Senang
Berinfak
Allah Ta’ala
berfirman
وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
“dan yang
menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Seorang
dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana
yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menginfakkan
seluruh hartanya di jalan Allah. Namun ada catatan penting, ketika ada yang
memiliki kebutuhan mendesak, baik dari keluarga maupun orang lain, maka tidak
sepatutnya menginfakkan seluruh hartanya.
Demikianlah
5 sifat orang beriman yang Allah sebut dalam surah Al-Anfal ayat ke-2 dan ke-3.
Kemudian di awal ayat ke 4 Allah sebut mereka itulah orang yang memiliki iman
dengan sebenar benar iman. Allah mengatakan:
أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ
حَقًّا
“Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya” (QS. Al-Anfal: 4).
Semoga kita
tergolong orang yang memiliki sifat-sifat di atas sehingga predikat orang yang
beriman dapat kita raih. Wallahul muwaffiq.
***
Referensi: Al
Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, karya Syaikh Ibnu Utsaimin
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan