Kamis, 04 Januari 2018

SISTEM PENGKADERAN MUBALLIGH MUHAMMADIYAH*

Loading




Oleh: Syamsul Hidayat[1]


I.    Pendahuluan
Masa depan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan Dakwah dan Tajdid, tidak mungkin dilepas dari upaya-upaya pewarisan keyakinan dan cita-cita hidupnya, pewarisan kepribadiannya, kepada generasi muda, generasi penerus, pelangsung, dan penyempurna amal dan perjuangan Muhammadiyah. Semenjak awal kelahirannya usaha-usaha tersebut telah mendapatkan bentuknya sebagai  sistem pengkaderan dengan kekayaan tradisi dan sibghoh Persyarikatan Muhammadiyah. Sistem tersebut telah berjalan puluhan tahun menjelang satu abad, dengan berbagai dinamikanya, sebagai antisipasi atas perkembangan sejarah.
Namun demikian, akhir-akhir ini banyak disorot bahwa perkembangan Muhammadiyah yang begitu pesat, baik di bidang organisasi maupun badan-badan usaha yang menjadi stakeholdernya, belum dapat diimbangi oleh jumlah dan mutu kader yang dihasilkannya. Apalagi apabila dikaitkan dengan keberadaan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, begitu terasa minimnya kader-kader Mubaligh yang mumpuni dalam menjalankan dakwah amar makruf dan nahi munkar.[2]
Akhirnya, hal tersebut seringkali memunculkan berbagai masalah dalam pengelolaan dakwah dan tabligh di lingkungan Persyarikatan. Keluhan dan kegelisahan banyak muncul diberbagai tempat, seperti kurangnya kader dan sumberdaya insani untuk mengelola kegiatan pengajian-pengajian dan majelis-majelis tafaqquh fiddin di lingkungan Muhammadiyah, sehingga banyak pengajian-pengajian dan majelis-majelis kajian intensif untuk kajian ilmu-ilmu agama menjadi berkurang. Belum lagi tantangan dakwah yang semakin kompleks, yang membutuhkan kader-kader Mubaligh dan Da’I yang di satu sisi memiliki kemampuan dalam tafaqquh fid din, tetapi juga kreatif dan inovatif dalam mengembangan metode dan pendekatan dakwah dalam menghadapi masyarakat yang terus berubah dan berkembang.
Menghadapi permasalahan-permasalah di atas diperlukan usaha-usaha yang serius untuk melakukan rekonstruksi dan rekonseptualisasi Perngkaderan Muballigh dan Da’i Muhammadiyah sesuai dengan visi perjungan Muhammadiyah dengan memperhatikan dinamika masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, adalah merupakan badan pembantu pimpinan Persyarikatan yang memiliki tugas melakukan rekonstruksi dan rekonseptualisasi pengkaderan Mubaligh dan Dai Muhammadiyah, sekaligus pelaksana usaha-usaha pembinaan, pengembangan kader Mubaligh dan Dai dalam Muhammadiyah sebagai bagian dari tugas besarnya yakni melaksanakan dakwah, tabligh dan penyiaran ajaran Islam sesuai dengan prinsip-prinsip pemahaman Muhammadiyah yang bersumber pada Al-Quran dan al-Sunnah.

II.  Pengertian dan Kedudukan Kader
 Kader (Perancis: Cadre) berarti elite, ialah bagian yang terpilih, yang terbaik karena terlatih, berarti jantung suatu organisasi. Kalau kader suatu organisasi lemah, maka seluruh kekuatan organisasi juga lemah.
Kader berarti pula inti tetap dari suatu resimen. Daya juang resimen ini sangat tergantung dari nilai kadernya, yang merupakan tulang punggung, pusat semangat dan wawasan masa depannya. Maka jelaslah bahwa hanya orang-orang yang bermutu itulah, yang terpilih dan berpengalaman dalam medan pertempuran, yang taat dan berinisiatif, yang dapat disebut kader.
Dalam bahasa lain, kader (quadrum) berarti empat persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat kita definisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan inti dan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisir secara permanen.
Fungsi dan kedudukan kader dalam suatu organisasi dengan demikian menjadi sangat penting karena kader dapat dikatakan sebagai inti penggerak organisasi. Jika suatu organisasi tidak merancang dan menyiapkan para kadernya secara sis-tematis dan organisatoris, maka dapat dipastikan bahwa organisasi itu akan melempem, tidak ada aktivitas dan tak memiliki prospek masa depan. Karena itu setiap organisasi haruslah memiliki konsep yang jelas, terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan suatu sistem yang menjamin keberlangsungan transformasi kader dan kepemimpinan.[3]
Dari paparan di atas,  yang dimaksud dengan kader Mubaligh Muhammadiyah adalah anggota Muhammadiyah yang terpilih karena kualitas visi dan missi kejuangan dan perjuangannya sebagai penggerak, penganjur dan pelaksana kegiatan dakwah dan tabligh di dalam Muhammadiyah dan masyarakat luas.
Dalam menjalankan tugas yang diembannya di manapun dan dalam suasana apapun, setiap kader Muhammadiyah, termasuk Muballigh Muhammadiyah hendaknya mempunyai cara berpikir, sikap mental, kesadaran beragama dan berorganisasi, keahlian serta keikhlasan yang berpusat pada:
Alam fikiran : selalu berpandangan dakwah (dakwah oriented)
Sikap mental : selalu berjiwa dakwah (dakwah minded).
Kesadaran beragama : menginsyafi sepenuh bahwa ajaran Agama Islam adalah ruh yang menggerakkan setiap amal perbuatan yang  diamalkan dan diusahakan teriaksananya dalam masyarakat.
Kesadaran berorganisasi : mengakui bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi adalah merupakan wadah dan alat perjuangan semata  untuk mengamalkan dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai ajaran Islam, dan bukan merupakan tujuan dari perjuangan itu sendiri.
Keahlian : berkemampuan sebagai subjek dakwah, yang memiliki wawasan luas, menguasai teknologi, media dan informasi sebagai bagian dari strategi dakwah.

III. Visi dan Missi Pengkaderan Mubaligh Muhammadiyah
Secara umum, visi dan misi serta arah pengkaderan Muhammadiyah adalah dalam rangka mewujudkan kader-kader atau tenaga penggerak yang berkemampuan dan memiliki integritas yang kuat dalam mengemban misi Gerakan Muhammadiyah, khsusnya di bidang dakwah, tabligh dan penyiaran ajaran Islam baik ke dalam maupun ke luar, sehingga tercapai tujuan Persyarikatan melalui proses yang berkesinambungan. Namun secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

A. Visi
Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah diarahkan untuk menjadi pusat pembinaan dan pengembangan kader Muballigh yang handal dalam pengembangan persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah dan Tajdid yang kokoh dan Islami.
Yang dimaksud pusat pembinaan dan pengembangan kader Muballigh Muhammadiyah adalah keberadaan dan program yang dihasilkan oleh MTDK, baik berupa pematangan konsep kader, program pembinaan dan pengembangan kader, maupun output sumberdaya insani kader Muballigh dan Da’I senantiasa diakui, dibutuhkan dan dijadikan alternatif utama oleh persyarikatan, baik ditingkat lokal (ranting, cabang, daerah, wilayah) maupun nasional.
Visi ini dijabarkan dengan memberikan penekanan pada produk konsep kader, yang berdaya saing, berdaya guna, berhasil guna, aktual, spesifik dan menjadi sumber rujukan dalam pengembangan persyarikatan di semua level dan satuan-satuan amal-usahanya.
Kader Muballigh Muhammadiyah adalah pribadi yang memiliki sifat-sifat keislaman (muslim), keimanan (mukmin), ketaqwaan (muttaqi), dan ihsan (muhsin), di samping sifat-sifat dalam profesionalitas seperti hannan (peka dan peduli terhadap lingkungan), jihad (dedikasi dan kejuangan yang tinggi) dan istiqamah (teguh pendirian dan tahan uji), serta memahami visi dan missi perjuangan Muhammadiyah.
Kader Muballigh Muhammadiyah sebagai bagian dari Kader Persyarikatam harus senantiasa dapat menjadi dinamisator, katalisator, mobilisator atas perkembangan Muhammadiyah secara proaktif, progresif, komunikatif dan dinamis.

B. Missi
Yang dimaksud missi adalah tugas dan program yang harus diemban dan dikerjakan oleh MTDK sebagai penanggungjawab utama Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah untuk mewujudkan visi tersebut.
Untuk kurun waktu tertentu, dalam arti suatu saat dapat dipertajam dan dikembangkan lebih lanjut, rumusan missi Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
  1. Merumuskan kembali konsep kader dan SDI Muballigh dan Da’I Muhammadiyah yang sesuai dengan visi dan missi perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah dan tajdid fil Islam, yang mampu memberikan arah pada setiap perkembangan dan perubahan jaman.
  2. Merumuskan kembali sistem dan strategi pembinaan dan pengembangan Kader Muballigh dan Da’i dalam Muhammadiyah yang sesuai dengan kebutuhan persyarikatan menghadapi perubahan masyarakat dengan tetap berpegang pada visi dan missi perjuangannya.
  3. Melaksanakan program dan kegiatan pengadaan, pembinaan dan pengembangan Kader Muballigh dan Da’i Muhammadiyah secara kontinyu dan simultan, sesuai visi-misi dan perkembangan jaman.
  4. Mengembangan dan menyempurnakan sistem manajemen pembinaan, pendayagunaan dan pengembangan Kader Muballigh dan Da’i Muhammadiyah, dengan berlandaskan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, akurasi, dan kesinambungan perjuangan Muhammadiyah.


IV.  Sasaran dan Tujuan Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah

Pengkaderan pada hakikatnya merupakan pembinaan personal anggota dan pimpinan secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi Persyarikatan. Dalam konteks tugas Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah, pengkaderan Muballigh Muhammadiyah dititikberatkan pada pembinaan dan penguatan ideologi (hasil Muktamar ke-37) dan pembinaan kepemimpinan (hasil Muktamar ke-38). Sehingga pengkaderan Muballigh Muhammadiyah sebagai upaya penanaman nilai-nilai, sikap dan cara berfikir, serta peningkatan kemampuan terutama dalam dua aspek tersebut yaitu aspek ideologi dan aspek kepemimpinan.

A.    Pembinaan Ideologi, meliputi :
a. Penanaman nilai-nilai Islam sesuai dengan pandangan Muhammadiyah
b. Pembinaan Akidah
c. Pembinaan lbadah
d. Pembinaan Akhlak
e. Pembinaan Muamalah duniawiyat

B.    Pembinaan Jiwa Persyarikatan, mencakup:
a. Pemahaman  sejarah dan dinamika gerakan pembaharuan dan pemikiran Islam dalam konteks memahami Muhammadiyah  sebagai Gerakan Islam Amar Makruf Nahi Munkar
b. Penguasaan Strategi Perjuangan Muhammadiyah
c. Pemahaman Matan dan Keyakinan Hidup dan Cita-cita Muhammadiyah

C.    Pembinaan Kepemimpinan, meliputi:
a.       Pemahaman visi dan misi persyarikatan
b.      Pemahaman kemampuan manajemen organisasi
c.       Pengembangan penguasaan metodologi keilmuan dan berpikir ilmiah
d.      Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
e.       Pemahaman dinamika dan peta perjuangan umat Islam
f.       Penguasaan manajemen gerakan, manajemen ide, kemampuan advokasi dan kemampuan pengambilan keputusan/kebijakan.
g.      Pemahaman Program Muhammadiyah
h.      Kemampuan manajemen pengembangan masyarakat

D.    Pembinaan Penguasaan Ketrampilan, Informasi dan keilmuan, meliputi:
a.   Penguasaan disiplin ilmu dan aplikasi teknologi sesuai bidang keahlian masing-masing
b.   Pengembangan kecakapan/keahlian dan profesi seperti kemampuan analisis kebijakan publik, teknik rekayasa sosial, teknik-teknik advokasi dan  strategi dakwah.
c.   Pengembangan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi, jaringan media, internet dan komputer dalam kajian dan studi agama serta analisis data untuk keperluan dakwah Islam.
Melalui kurikulum, metode, dan proses yang ditentukan, maka dengan penekanan pada pembinaan keempat aspek tersebut diharapkan bahwa pengkaderan Mubaligh Muhammadiyah dapat mencapai tujuannya, yakni terwujudnya kader Muballigh Muhammadiyah sebagai penggerak, penganjur dan pelaksana dakwah, baik kedalam maupun keluar, sesuai dengan misi serta tujuan Muhammadiyah.


V.  Strategi Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah
A. Pengertian Stategi Pengkaderan
Strategi pengkaderan adalah proses, prosedur, bentuk-bentuk, media, metode dan pendekatan yang harus ditempuh oleh Muhammadiyah dan satuan kurikulum yang diberikan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan kader dan SDI Muballigh dalam Muhammadiyah.
Di samping itu ada beberapa hal lain yang perlu diperkuat dalam strategi pengkaderan Muhammadiyah, antara lain: sistem rekruitmen, sistem data kader dan SDI, sistem pendayagunaan kader, serta sistem manajemen Kader dan SDI Muballigh Muhammadiyah dengan menjalin komunikasi dan kordinasi dengan Ortom/AMM.
Oleh karena dakwah dan tabligh adalah merupakan inti gerakan Muhammadiyah, yang menjiwai seluruh aktivitas Muhammadiyah, maka strategi pengembangan kader harus mencakup multidimensi. Setidak-tidaknya meliputi tiga fokus pembinaan, yaitu konsolidasi ideologi, konsolidasi organisasi dan konsolidasi wawasan.
Konsolidasi ideologi adalah upaya pemahaman, penanaman, penghayatan dan implementasi prinsip perjuangan Muhammadiyah, meliputi prinsip-prinsip pemahaman agama dan keyakinan hidup Islami dalam Muhammadiyah, visi dakwah dan khittah perjuangan Muhammadiyah dalam rangka mencapai tujuan utama Muhammadiyah. Konsolidasi organisasi yaitu upaya penguatan sistem organisasi dan jamaah yang dibina, sehingga setiap kader memiliki kesadaran dan kepercayaan diri, bahwa setiap kader harus memiliki peran aktif dalam gerakan, siap memimpin dan dipimpin dinamika kelompok yang hidup. Dengan kesadaran dan kepercayaan kader yang demikian, maka organisasi akan berjalan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya.
Adapun konsolidasi wawasan adalah bentuk usaha untuk memberikan arah dan kekayaan pengetahuan dan pengalaman, sehingga setiap kader memiliki khazanah yang luas tetapi tetap memiliki pendirian yang istiqamah dalam mengaktualisasikan missi suci Persyarikatan.
Dengan konsolidasi multidimensi di atas, maka para kader dakwah dan tabligh (Mubaligh) Muhammadiyah akan dalam mewujudkan sistem gerakan dakwah yang dinamis dan dinamika gerakan yang sistematis menuju tercapainya maksud dan tujuan Muhammadiyah.

B. Bentuk-bentuk dan Media Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah
Muktamar Muhammadiyah ke-37 sebagai Muktamar strategis di mana Muhammadiyah mentajdidkan kembali gerakannya, telah menyusun program pendidikan kader secara pragmatis dan terarah. Setelah disempurnakan oleh Muktamar-muktamar sesudahnya, maka bentuk pendidikan kader yang dikembangkan adalah:
1.   Latihan Kader Muballigh (LKM), yang menitikberatkan pada pembinaan segi penguasaan materi, metode dan wawasan dakwah serta penguatan komitmen Mubaligh, sehingga mampu menggerakkan umat mewujudkan tujuan Muhammadiyah. Latihan Kader Muballigh dilaksanakan dengan Jenjang:
a.       LKM Tingkat Cabang, dilaksanakan oleh MTDK PCM untuk Ranting-ranting, (bisa dilaksanakan oleh gabungan beberapa PCM)
b.      LKM Tingkat Daerah, dilaksanakan oleh MTDK PDM untuk Cabang-cabang, (bisa dilaksanakan oleh gabungan beberapa PDM)
c.       LKM Tingkat Wilayah, dilaksanakan oleh MTDK PWM untuk Daerah-daerah, (bisa dilaksanakan oleh gabungan beberapa PWM)
2.   Pelatihan Instruktur Mubaligh (LIM), yang menitikberatkan pada pembinaan segi kepemimpinan, dan ketrampilan melaksanakan pelatihan kader Mubaligh sesuai dengan tingkatan kepempinan. Latihan Instruktur Muballigh dilaksanakan dengan jenjang:
a.       LIM Tingkat Daerah, dilaksanakan oleh MTDK PDM untuk Cabang-cabang, (bisa dilaksanakan oleh gabungan beberapa PDM)
b.      LIM Tingkat Wilayah, dilaksanakan oleh MTDK PWM untuk Daerah-daerah, (bisa dilaksanakan oleh gabungan beberapa PWM)
c.       LIM Tingkat Nasional, dilaksanakan oleh MTDK PPM untuk Wilayah-wilayah dan Ortom Tingkat Pusat.
3.   Refreshing Mubaligh, yang menitikberatkan pada pemberian bahan-bahan mutakhir dan bahan khusus yang diperlukan oleh pada Muballigh dan Da’I Muhammadiyah, sesuai dengan tingkatan-tingkatan masing-masing, seperti kajian kristologi dan kristenisasi, kajian tentang ghazwul fikri dan sebagainya, sesuai dengan tingkat kepemimpinan masing-masing.
4.   Pelatihan Khusus, yang menitikberatkan pada penambahan dan pendalaman materi, strategi dan metode dakwah yang bersifat khusus, seperti pelatihan bagi Da’I Khusus yang ditugaskan di daerah-daerah terpencil dan tertinggal, dan sebagainya.
5.   Pengajian Pimpinan. Kegiatan ini sebagai pembinaan rutin pimpinan dan mubaligh Muhammadiyah sekaligus pengayaan wawasan dan forum berbagi pengalaman, problem solving dan kajian isu-isu penting yang bersifat cepat dan perlu menjadi perhatian para Mubaligh dan Pimpinan Persyarikatan di masing-masing tingkat.
6.   Sekolah Kader Muballigh, seperti menyelenggarakan Madrasah Muballighin, Pesantren Kader Tabligh, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah atau menyusun kurikukulum pendidikan Muballigh untuk dimasukkan ke dalam Madrasah, Pesantren, Sekolah, Perguruan Tinggi (khususnya Fakultas Agama Islam) dan Ma’had Bahasa Arab dan Studi Islam yang ada di lingkungan Muhammadiyah, dan Pesantren Peguruan Tinggi, seperti Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran.
Di samping itu, beberapa media yang menjadi lahan subur bagi persemaian kader Muballigh Muhammadiyah, yaitu melalui organisasi otonom, badan amal usaha persyarikatan, terutama amal usaha pendidikan. Namun agaknya, diperlukan penyusunan strategi yang handal dalam mengoptimalkan media pengkaderan yang ada.

C. Kurikulum Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah
Kurikulum dalam suatu pengkaderan tidak lain adalah merupakan program yang direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan dari pengkaderan dimaksud. Melalui pembinaan ideologis keislaman, jiwa persyarikatan, pembinaan kepemimpinan dan pembinaan penguasaan ketrampilan, informasi dan keilmuan. Tujuan pengkaderan Muballigh dalam Muhammadiyah adalah terwujudnya kader Muballigh Muhammadiyah sebagai penggerak, penganjur dan pelaksana dakwah, baik kedalam maupun keluar, sesuai dengan misi serta tujuan Muhammadiyah, maka kurikulum dalam pengkaderan Muhammadiyah diarahkan pada terbentuknya kader dengan kriteria dimaksud.
Pada aspek pembinaan ideologi, pertama meliputi penanaman nilai-nilai Islam, sedang yang kedua pembinaan jiwa kemuhammadiyahan atau persyarikatan. Dalam penanaman nilai-nilai Islam diharapkan bahwa para kader Muballigh Muhammadiyah benar-benar memiliki keyakinan yang tangguh tentang kebenaran risalah Islam serta memiliki kemampuan yang benar dalam memahaminya. Untuk itulah, maka kurikulum yang dikembangkan dalam penanaman nilai-nilai Islam tersebut diprograrnkan melalui materi Pedoman Hidup Islami yang merupakan naskah dari putusan hasil muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000, diikuti kajian tafsir kritis atas rujukan ayat-ayat Alquran dan Hadis yang terdapat di dalamnya. 
Dalam aspek pembinaan jiwa persyarikatan dan kemuhammadiyahan diharapkan, bahwa kader Muhammadiyah benar-benar mampu mengamalkan Islam berdasarkan Alquran dan Assunnah dengan kemampuan menggunakan akal yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Dalam pengamalan Islam tersebut diharapkan bahwa para kader Muhammadiyah di tengah masyarakatnya mampu mewujudkan tujuan Muham-madiyah, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yaitu masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanu Wa Taala. Karenanya perlu ditanamkan pengertian tentang Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan berbagai aspeknya, latar belakang sejarah kelahirannya dalam konteks dunia Islam yang lebih luas khususnya dunia Islam modern, dan memahami strategi gerak perjuangannya. Maka dalam kurikulum pengkaderan Muhammadiyah dikembangkan materi Sejarah Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam dari Ibnu Taimiyah sampai dengan Muhammadiyah. Di samping itu juga diberikan materi  Strategi dan Dinamika Perjuangan Muhammadiyah.
Dalam rangka pembinaan wawasan, keahlian dan penguasaan kemampuan kepe-mimpinan, disamping ditanamkan nilai-nilai idelogis yang akan melandasi, menjiwai, dan membentuk akhlak kepemimpinan para kader Muhammadiyah, kader Muham-madiyah itu haruslah memiliki kemampuan tertentu sebagai kader Persyarikatan, Ummat dan Bangsa. Untuk pengembangan aspek kemampuan dimaksud, di dalam pengkaderan Muhammadiyah dikembangkan materi Kapita Selekta, yang dapat memberikan pengertian dan informasi serta membekali ketrampilan dan kemampuan mengenai persoalan-persoalan yang berkembang di dunia dewasa ini. Dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang dikembangkan dalam pengkaderan Muhammadiyah sekarang ini adalah meliputi 4 (lima) jenis materi kurikulum inti.

1.      Dinul Islam
a.       Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalah
b.      Metode Pengambilan Rujukan Dakwah
c.       Manhaj tarjih dan Ushul Fiqh
d.      Tafsir Quran dan Hadits
2.      Kemuhammadiyahan
a.       Sejarah Muhammadiyah
b.      Ideologi Muhammadiyah
c.       Muhammadiyah dan Aspek-aspek Kehidupan
d.      Riwayat Perjuangan Tokoh-tokoh Muhammadiyah
3.      Ilmu dan Strategi Dakwah (Fiqhud Dakwah)
a.       Teknik Pidato, Ceramah dan Khotbah
b.      Manhaj/Metode-metode Dakwah
c.       Manajemen Dakwah
d.      Teknik Pengelolaan Jamaah
e.       Pengembangan Media Dakwah
4.      Kapita Selekta/Materi Penunjang
a.       Komunikasi Efektiv
b.      Psikologi Sosial
c.       Ghazwul Fikri
d.      Kristologi dan Kristenisasi
e.       Sosiologi Dakwah

V. Paradigma Pelatihan: Konsep-konsep Pokok:



 






























VI. Penutup
Demikian beberapa aspek penting dalam Sistem Pengkaderan Mubaligh Muhamamdiyah yang dapat kita diskusikan dan pertajam dalam rangka memperkuat pembinaan, pengembangan kader dan SDI Mubaligh Muhammadiyah, baik masa kini maupun dan terutama di masa-masa mendatang.
MTDK Muhammadiyah, yang selama ini belum memiliki sistem yang baku tentang sistem pengkaderan Muballigh Muhammadiyah, alangkah baiknya forum Pelatihan Nasional Instruktur Muballigh kali ini dapat melahirkan, setidak-tidaknya draft Sistem Pengkaderan Muballigh Muhammadiyah (SPMM) untuk selanjutnya dimatangkan dalam forum Seminar dan Loka Karya SPMM pada tahun anggaran 2007 nanti, sehingga periode ini dapat menghasilkan SPMM yang dapat dipedomani oleh MTDK mulai dari Pusat hingga tingkat-tingkat kepemimpinan di bawahnya. Semoga MTDK mampu mengemban tugas yang maha berat tapi mulia ini. Amien.
                                                                          


*Disampaikan pada Pelatihan Instruktur Muballigh Pemuda Muhammadiyah D.I. Yogyakarta, 1-3 Juni.
[1]Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Wakil Ketua MTDK PP Muhamadiyah..  
[2]M. Djazman Al-Kindi, Muhammadiyah Peran Kader dan Pembinaannya, Solo: UMS-Press, 1989, p. viii
[3] "Sistem Pengkaderan Muhammadiyah" dalam Tanfidz Keputusan Rakernas MPKSDI Muhammadiyah 2001, Yogyakarta: MPKSDI PP Muhammadiyah, 2002.

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan