KOMUNIKASI EFEKTIF
Oleh:
Drs. Immawan Samino, M.M.
I.
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan inti
kegiatan dalam sebuah gerakan atau organisasi, meskipun demikian tidak semua
orang memperhatikan dengan sungguh-sungguh terhadap pentingnya komunikasi,
bahkan ada sebagian orang yang mengecilkan arti dari komunikasi, sehingga program-program
organisasi yang sudah tersusun dengan baik menjadi berantakan karena tidak
mampu mengkomunikasikannya dengan pihak-pihak terkait (steackholder).
Kiranya semua faham bahwa dalam organisasi agar visi, misi, dan tujuannya dapat
perhasil diperlukan adanya manajemen yang baik, untuk memenej dengan baik
diperlukan seorang pemimpin, dan pemimpin akan dapat berhasil dengan baik
manakala mampu berkomunikasi dengan baik. Tanpa adanya kemampuan berkomunikasi yang baik
mustahil akan mampu memimpin dengan baik, dan seterusnya dalam memenej dan menjalankan
roda organisasi. Dalam Muhammadiyah Da’i dan atau Mubaligh memiliki posisi yang
strategis dalam menyampaikan pesan-pesan Islam sesuai faham agama dalam Muhammadiyah
sebagai organisasi geraakan islam, dan da’wah amar ma’ruf nahyi munkar. Untuk
itu diperlukan komunikasi efektif, yaitu komunikasi yang tepat guna, memiliki
dampak sebagai pengaruh pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, dapat menyasar
dan sesuai dengan target, sehingga Da’i atau Mubaligh dapat menjadi juru
penerang, yang mampu mewujudkan kedamaian, ketenteraman dan kesejukan dalam
mengamalkan ajaran islam secara kaffah.
Komunikasi
berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada
kata Communis yang berarti sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna
mengenai suatu hal (perkataan communis dalam pembahasan ini tidak ada
hubungannya dengan partai komunis yang sering kita jumpai dalam kegiatan
politik).
Komunikasi
berlangsung apabila orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai
suatu hal yang dikomunikasikan. Jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang
dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung (komunikatif),
tetapi jika tidak dimengerti berarti komunikasi tidak berlangsung (tidak komunikatif).
Secara
terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu penyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi disini adalah
manusia, maka disebut komunikasi manusia atau human communication dan
disebut pula komunikasi sosial atau social communication. Untuk itu dalam
pembahasan ini tidak termasuk komunikasi hewan, komunikasi transendental, dan
komunikasi fisik. Jadi yang menjadi pokok pembahasan
disini adalah komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang mengandung makna
“proses penyampaian suatu pernyataan atau pesan oleh seseorang kepada orang
lain.
Komunikasi
dilakukan tidak sekedar ada hubungan timbal balik, akan tetapi dimaksudkan
dapat memperoleh makna dan manfaat dari komunikasi tersebut. Dalam pengertian paradigmatis
mengandung tujuan tertentu, sehingga dilakukan dengan bebagai cara, antara lain
secara lisan, secara tetulis, secara tatap muka, atau melalui media, baik media
cetak maupun elektronika, maupun media nonmassa seperti surat, telepon, papan
pengumuman, poster, spanduk, dsb. Komunikasi secara paradigmatis tersebut dapat
dimaknai sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Hisam Al-Talib
memberi penegasan bahwa “berkomunikasi berarti membiarkan orang lain mengenal
Anda dan menjalin pengertian dengan Anda. Jika mereka lakukan, mereka akan
menghormati Anda. Meskipun begitu proses ini menuntut Anda berbagi pemikiran
dan perasaan Anda dengan orang lain secara jujur”.
II.
PROSES KOMUNIKASI
Dalam
praktek komunikasi ada beberapa bentuk dan model, antara lain (1) komunikasi antar
individu yang terdiri dari komunikasi antar invidu sederhana dan komunikasi
antar individu beralat, (2) komunikasi kelompok (group communication)
yang terdiri dari kelompok kecil dan kelompok besar, (3) komunikasi massa, dan
(4) komunikasi sosial. Apapun model dan bentuk yang digunakan dalam komunikasi
tetap melalui proses komunikasi, yang merupakan proses penyampaian (pemindahan)
dan penerimaan pesan atau pernyataan dari pemberi pesan kepada penerima pesan
melalui media atau saluran tertentu untuk memperoleh hasil atau efek dari pesan
tersebut. Menurut Effendi ada lima komponen dalam proses komunikasi
yaitu: komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek. Sedang
Rousydiy menyebutkan unsur-unsur tersebut adalah: Who (siapa), Says what
(berkata apa), In Which Channel (melalui saluran apa), To Whom (kepada siapa),
Whith What effect (bagaimana hasilnya). Berarti Komponen atau unsur komunikasi terdiri
dari:
- Unsur Who, yaitu unsur komunikator yang dalam proses
komunikasi adalah yang melaksanakan pernyataan (yang menyampaikan isi
pesan).
- Unsur Says What, yaitu unsur komunike atau isi
pernyataan itu sendiri (ide yang disampaikan, information, opinion,
message, attitude).
- Unsur In Which Channel, yaitu unsur media komunikasi
atau saluran yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi (primary
technique atau scondary technique, direct communication atau indirect
communication).
- Unsur To Whom, yaitu unsur komunikan yang menjadi
sasaran, kemana pernyataan atau pesan itu ditujukan (audience,
massa atau public).
- Unsur With what effect, yaitu unsur effect atau hasil
yang dicapai oleh usaha penyampaian pernyataan itu pada sasaran yang
dituju (bisa juga disebut “feed back”).
Berdasarkan uraian tersebut
diatas dalam proses komunikasi intinya ada: (a) Komunikator (orang yang
menyampaikan pesan), (b) Pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), (c) Komunikan
(orang yang menerima pesan), (d) Media (sarana atau saluran yang mendukung
pesan bila komunikan jauh tempatnya atau
banyak jumlahnya), dan (e) Efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan).
Seluruh unsur-unsur dalam proses
komunikasi pada dasarnya penting adanya, tanpa mengurangi yang lainnya, unsur
terakhir (efek) merupakan tolok ukur keberhasilan komunikasi. Efek atau dampak dapat diklasifikasikan
menurut kadarnya, yaitu dampak kognitif, afektif dan behavioral.
-
Dampak kognitif, adalah timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu
atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan ditujukan
kepada pikiran si komunikan, atau tujuannya hanya berkisar pada upaya mengubah
pikiran diri komunikan.
-
Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif, yaitu untuk
tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misal: perasaan iba, terharu,
sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
-
Dampat behaavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni timbul dalam bentuk perilaku,
tindakan atau kegiatan.
Untuk contoh ketiga jenis
dampak atau efek tersebut diatas, dapat dibaca dan direnungkan contoh dibawah
ini:
Koran Yogya Pas memuat berita
bahwa “Akibat Gempa bumi tektonik bulan Mei 2006 atau satu minggu yang
lalu, Pondok Muhammadiyah Safina Bantul gedungnya roboh total, 10 santrinya
meninggal, 20 santri lainnya luka parah, dan 15 santri lainnya luka ringan,
santri yang sakit semuanya masih dirawat di Rumah Sakit Umum Bantul. Pimpinan Pondok menyampaikan sedang
kekurangan dana untuk mengatasi musibah yang sedang dihadapinya”. Jika seorang pembaca hanya tertarik
untuk membaca dan kemudian ia menjadi tahu maka dampaknya hanya berkadar kognitif.
Apabila pembaca timbul rasa iba, susah, atau mungkin terharu berarti
menimbulkan dampak afektif. Kemudian kalau
pembaca
tersentuh hatinya kemudian
tergerak untuk mengeluarkan sebagian hartanya atau menggerakkan dan
mengorganisir untuk mengumpulkan dana dalam rangka membantu musibah Pondok
Muhammadiyah tersebut berarti telah sampai pada dampak yang tertinggi kadarnya
yaitu behavioral.
III.
KOMUNIKASI DAN DAKWAH YANG
EFEKTIF
Komunikasi dan dakwah dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, unsur-unsur proses komunikasi pada
dasarnya juga merupakan unsur-unsur dalam proses dakwah. Dakwah dapat
didefinisikan “mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah
kemungkaran, merobah umat dari satu situasi kepada situasi yang lebih baik
dalam segala bidang, merealisasikan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari
bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok atau massa, serta bagi kehidupan
masyarakat sebagai tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat
manusia”. Singkatnya dakwah adalah “mengajak orang masuk
islam dan mengamalkan aajaran islam dalam segala aspek kehidupan manusia secara
murni dan konsekwen”. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa unsur-unsur
komunikasi pada dasarnya sama dengan unsur-unsur dakwah. Dalam dakwah berarti
ada lima unsur, yaitu (1) Komunikator: Da’I (juru dakwah), (2) Pesan: Materi
dakwah (isi dakwah), (3) Komunikan: Penerima Dakwah (audience, publik atau
massa), (4) Channel: Media Dakwah (saluran dakwah: lisan, tulisan, auditive,
dll), (5) Dampak: Efek Dakwah (hasil yang dapat dicapai). Dalam dakwah dikenal
dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal, dan dakwah bil-lisan wal hal, tergantung
konsentrasinya, situasi dan kondisinya, itu semua akan berpengaruh terhadap
proses dakwah yang dilakukan.
Khusus dakwah lisan
(kebanyakan menggunakan rethorica), dapat dikatakan memiliki efek atau hasil
yang sukses menurut Rousydiy apabila komunikan atau penerima dakwah
memiliki ciri sebagai berikut;
- Telah merasa seperti yang dirasakan oleh pembicara.
- Telah berfikir dengan cara dan
seperti pemikiran pembicara.
- Telah dapat memahami/mengerti dengan baik isi pesan (ide) yang
dikemukakan oleh pembicara.
- Telah sepaham atau sependapat dan mendukung isi pesan yang
disampaikan.
- Telah yakin akan kebenaran ide yang
dikemukakan oleh pembicara.
- Telah bertindak mengamalkan atau melaksanakan isi pesan yang
dimaksud.
- Dan last but and least, telah bersedia berjuang dan
berkorban untuk membela atau mempertahankan kebenaran isi pesan (message)
yang diungkapkan oleh pembicara.
Berkaitan dengan komunikasi,
agar dapat berkomunikasi dengan baik Hisyam Al-Talib memberikan panduan
sebagai berikut:
- Komunikasi yang ampuh datang dari
kekuatan dalam. Jangan coba menguasai orang lain dengan paksa.
- Bergaullah dengan setiap orang dalam pekerjaan, perkemahan,
atau kelompok Anda. Kurangnya waktu bukanlah alasan.
- Gunakan waktu istirahat Anda bertemu
dengan orang yang berbeda. Rencanakan untuk makan bersama dengan orang
lain. Anda akan membina hubungan yang sangat berarti dengan setiap orang
dalam waktu yang singkat.
- Jangan menunggu orang yang lambat dalam suatu pertemuan. Jika
anda lakukan, Anda mengajar mereka bahwa terlambat adalah boleh-boleh
saja, demikian juga berarti menghukum orang yang datang lebih awal.
- Uraikan dengan kata-kata sendiri pesan yang Anda dengar itu
untuk memastikan penyampaian dan penerimaan yang tepat.
- Ingatlah semakin banyak yang kita fahami, semakin banyak yang
mampu kita atur. Semakin kurang kita memahami semakin banyak kita
memanipulir.
- Ketika sampai ketahap penafsiran, Rasulullah Saw. mengajarkan
kita supaya mencari tujuh puluh alasan perlakuan buruk orang lain, dan
jika sekiranya tidak ada satu alasan pun yang betul, mungkin ada
penafsiran yang belum kita ketahui.
IV.
PENUTUP
Dalam sebuah tulisan
disebutkan bahwa K.H.A. pernah mengutip tulisan Al-Ghozali yang isinya kurang
lebih: “Pada dasarnya kebanyakan manusia dalam keadaan mati (jiwanya)
kecuali ulama (orang yang berilmu), kebanyakan ulama akan mengalami kebingungan
kecuali yang beramal, dan yang beramalpun akan khawatir kecuali yang ikhlas”. Untuk itu pada umat islam, khususnya warga
Muhammadiyah ilmu itu amaliah dan amal itu ilmiah, ilmu amaliah dan amal ilmiah
itu akan membawa makna dan kebahagiaan dunia – akherat manakala dilakukan
dengan ikhlas. Perlu ditekankan kembali bahwa Muhammadiyah menjadi besar,
banyak amal usahanya karena berangkat dari ilmu yang benar dan dikomunikasikan
secara benar, sehingga dapat mengamalkan secara benar dan hasilnya insya Allah
juga benar. Mudah-mudahan hal yang demikian masih terhunjam dalam hati warga
Muhammadiyah, lebih khusus lagi para Da’i dan calon Da’i atau Mubaligh dan
calon Mubaligh Muhammadiyah (Huwallohu a’lam).
Yogyakarta,
07 Desember 2006
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Talib, Hisyam. (1996).
Panduan Latihan Bagi Juru Dakwah. Media Da’wah: Jakarta.
Effendi, Onong Uchjana.,
DRS. M.A. (1986). Dinamika Komunikasi. Remadja Karya: Bandung.
Panuju, Redi., Drs. MSI
(2001). Komunikasi Organisasi, dari Konseptual Teoritis ke Empirik.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Rousydiy, Lathief., T.A., (1985). Dasar-dasar Rherorica, Komunikasi dan
Informasi. Firma Rimbow: Medan.
Sensa, Muhammad Djarot.
(2005). Komunikasi Qur’aniyah, Tadzabur Untuk Pensucian Jiwa. Pustaka
Islamika: Bandung.
KOMUNIKASI DAN BERBICARA EFEKTIF
Berkaitan dengan komunikasi, agar
dapat berkomunikasi dengan baik Hisyam Al-Talib memberikan panduan
sebagai berikut:
- Komunikasi
yang ampuh datang dari kekuatan dalam. Jangan coba menguasai orang lain
dengan paksa.
- Bergaullah dengan
setiap orang dalam pekerjaan, perkemahan, atau kelompok Anda. Kurangnya
waktu bukanlah alasan.
- Gunakan
waktu istirahat Anda bertemu dengan orang yang berbeda. Rencanakan untuk
makan bersama dengan orang lain. Anda akan membina hubungan yang sangat
berarti dengan setiap orang dalam waktu yang singkat.
- Jangan menunggu orang
yang lambat dalam suatu pertemuan. Jika anda lakukan, Anda mengajar mereka
bahwa terlambat adalah boleh-boleh saja, demikian juga berarti menghukum
orang yang datang lebih awal.
- Uraikan dengan kata-kata
sendiri pesan yang Anda dengar itu untuk memastikan penyampaian dan
penerimaan yang tepat.
- Ingatlah semakin
banyak yang kita fahami, semakin banyak yang mampu kita atur. Semakin
kurang kita memahami semakin banyak kita memanipulir.
- Ketika sampai ketahap
penafsiran, Rasulullah Saw. mengajarkan kita supaya mencari tujuh puluh
alasan perlakuan buruk orang lain, dan jika sekiranya tidak ada satu
alasan pun yang betul, mungkin ada penafsiran yang belum kita ketahui.
Khusus komunikasi lisan (kebanyakan
menggunakan rethorica), dapat dikatakan memiliki efek atau hasil yang sukses
menurut Rousydiy apabila komunikan
memiliki ciri sebagai berikut;
- Telah merasa seperti
yang dirasakan oleh pembicara.
- Telah
berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
- Telah dapat
memahami/mengerti dengan baik isi pesan (ide) yang dikemukakan oleh
pembicara.
- Telah sepaham atau
sependapat dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
- Telah
yakin akan kebenaran ide yang dikemukakan oleh pembicara.
- Telah bertindak
mengamalkan atau melaksanakan isi pesan yang dimaksud.
- Dan last but and
least, telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela atau
mempertahankan kebenaran isi pesan (message) yang diungkapkan oleh
pembicara.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan