Sabtu, 13 April 2013

KOMUNIKASI EFEKTIF

Loading






Oleh: Drs. Immawan Samino, M.M.

I.                   PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan inti kegiatan dalam sebuah gerakan atau organisasi, meskipun demikian tidak semua orang memperhatikan dengan sungguh-sungguh terhadap pentingnya komunikasi, bahkan ada sebagian orang yang mengecilkan arti dari komunikasi, sehingga program-program organisasi yang sudah tersusun dengan baik menjadi berantakan karena tidak mampu mengkomunikasikannya dengan pihak-pihak terkait (steackholder). Kiranya semua faham bahwa dalam organisasi agar visi, misi, dan tujuannya dapat perhasil diperlukan adanya manajemen yang baik, untuk memenej dengan baik diperlukan seorang pemimpin, dan pemimpin akan dapat berhasil dengan baik manakala mampu berkomunikasi dengan baik. Tanpa adanya kemampuan berkomunikasi yang baik mustahil akan mampu memimpin dengan baik, dan seterusnya dalam memenej dan menjalankan roda organisasi. Dalam Muhammadiyah Da’i dan atau Mubaligh memiliki posisi yang strategis dalam menyampaikan pesan-pesan Islam sesuai faham agama dalam Muhammadiyah sebagai organisasi geraakan islam, dan da’wah amar ma’ruf nahyi munkar. Untuk itu diperlukan komunikasi efektif, yaitu komunikasi yang tepat guna, memiliki dampak sebagai pengaruh pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, dapat menyasar dan sesuai dengan target, sehingga Da’i atau Mubaligh dapat menjadi juru penerang, yang mampu mewujudkan kedamaian, ketenteraman dan kesejukan dalam mengamalkan ajaran islam secara kaffah.

Komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata Communis yang berarti sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (perkataan communis dalam pembahasan ini tidak ada hubungannya dengan partai komunis yang sering kita jumpai dalam kegiatan politik).



Komunikasi berlangsung apabila orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung (komunikatif), tetapi jika tidak dimengerti berarti komunikasi tidak berlangsung (tidak komunikatif).
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu penyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi disini adalah manusia, maka disebut komunikasi manusia atau human communication dan disebut pula komunikasi sosial atau social communication. Untuk itu dalam pembahasan ini tidak termasuk komunikasi hewan, komunikasi transendental, dan komunikasi fisik. Jadi yang menjadi pokok pembahasan disini adalah komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang mengandung makna “proses penyampaian suatu pernyataan atau pesan oleh seseorang kepada orang lain.

Komunikasi dilakukan tidak sekedar ada hubungan timbal balik, akan tetapi dimaksudkan dapat memperoleh makna dan manfaat dari komunikasi tersebut. Dalam pengertian paradigmatis mengandung tujuan tertentu, sehingga dilakukan dengan bebagai cara, antara lain secara lisan, secara tetulis, secara tatap muka, atau melalui media, baik media cetak maupun elektronika, maupun media nonmassa seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dsb. Komunikasi secara paradigmatis tersebut dapat dimaknai sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Hisam Al-Talib memberi penegasan bahwa “berkomunikasi berarti membiarkan orang lain mengenal Anda dan menjalin pengertian dengan Anda. Jika mereka lakukan, mereka akan menghormati Anda. Meskipun begitu proses ini menuntut Anda berbagi pemikiran dan perasaan Anda dengan orang lain secara jujur”.   





II.                PROSES KOMUNIKASI

Dalam praktek komunikasi ada beberapa bentuk dan model, antara lain (1) komunikasi antar individu yang terdiri dari komunikasi antar invidu sederhana dan komunikasi antar individu beralat, (2) komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari kelompok kecil dan kelompok besar, (3) komunikasi massa, dan (4) komunikasi sosial. Apapun model dan bentuk yang digunakan dalam komunikasi tetap melalui proses komunikasi, yang merupakan proses penyampaian (pemindahan) dan penerimaan pesan atau pernyataan dari pemberi pesan kepada penerima pesan melalui media atau saluran tertentu untuk memperoleh hasil atau efek dari pesan tersebut. Menurut Effendi ada lima komponen dalam proses komunikasi yaitu: komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek. Sedang Rousydiy menyebutkan unsur-unsur tersebut adalah: Who (siapa), Says what (berkata apa), In Which Channel (melalui saluran apa), To Whom (kepada siapa), Whith What effect (bagaimana hasilnya). Berarti Komponen atau unsur komunikasi terdiri dari:
  1. Unsur Who, yaitu unsur komunikator yang dalam proses komunikasi adalah yang melaksanakan pernyataan (yang menyampaikan isi pesan).
  2. Unsur Says What, yaitu unsur komunike atau isi pernyataan itu sendiri (ide yang disampaikan, information, opinion, message, attitude).
  3. Unsur In Which Channel, yaitu unsur media komunikasi atau saluran yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi (primary technique atau scondary technique, direct communication atau indirect communication).
  4. Unsur To Whom, yaitu unsur komunikan yang menjadi sasaran, kemana pernyataan atau pesan itu ditujukan (audience, massa atau public).
  5. Unsur With what effect, yaitu unsur effect atau hasil yang dicapai oleh usaha penyampaian pernyataan itu pada sasaran yang dituju (bisa juga disebut “feed back”). 




Berdasarkan uraian tersebut diatas dalam proses komunikasi intinya ada: (a) Komunikator (orang yang menyampaikan pesan), (b) Pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), (c) Komunikan (orang yang menerima pesan), (d) Media (sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh  tempatnya atau banyak jumlahnya), dan (e) Efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan).
Seluruh unsur-unsur dalam proses komunikasi pada dasarnya penting adanya, tanpa mengurangi yang lainnya, unsur terakhir (efek) merupakan tolok ukur keberhasilan komunikasi. Efek atau dampak dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu dampak kognitif, afektif dan behavioral.
-          Dampak kognitif, adalah timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran si komunikan, atau tujuannya hanya berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
-          Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif, yaitu untuk tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misal: perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
-          Dampat behaavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni timbul dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Untuk contoh ketiga jenis dampak atau efek tersebut diatas, dapat dibaca dan direnungkan contoh dibawah ini:
Koran Yogya Pas memuat berita bahwa “Akibat Gempa bumi tektonik bulan Mei 2006 atau satu minggu yang lalu, Pondok Muhammadiyah Safina Bantul gedungnya roboh total, 10 santrinya meninggal, 20 santri lainnya luka parah, dan 15 santri lainnya luka ringan, santri yang sakit semuanya masih dirawat di Rumah Sakit Umum Bantul. Pimpinan Pondok menyampaikan sedang kekurangan dana untuk mengatasi musibah yang sedang dihadapinya”. Jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membaca dan kemudian ia menjadi tahu maka dampaknya hanya berkadar kognitif. Apabila pembaca timbul rasa iba, susah, atau mungkin terharu berarti menimbulkan dampak afektif. Kemudian kalau pembaca


tersentuh hatinya kemudian tergerak untuk mengeluarkan sebagian hartanya atau menggerakkan dan mengorganisir untuk mengumpulkan dana dalam rangka membantu musibah Pondok Muhammadiyah tersebut berarti telah sampai pada dampak yang tertinggi kadarnya yaitu behavioral.
  
III.             KOMUNIKASI DAN DAKWAH YANG EFEKTIF

Komunikasi dan dakwah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, unsur-unsur proses komunikasi pada dasarnya juga merupakan unsur-unsur dalam proses dakwah. Dakwah dapat didefinisikan “mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, merobah umat dari satu situasi kepada situasi yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasikan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok atau massa, serta bagi kehidupan masyarakat sebagai tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia”.  Singkatnya dakwah adalah “mengajak orang masuk islam dan mengamalkan aajaran islam dalam segala aspek kehidupan manusia secara murni dan konsekwen”. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa unsur-unsur komunikasi pada dasarnya sama dengan unsur-unsur dakwah. Dalam dakwah berarti ada lima unsur, yaitu (1) Komunikator: Da’I (juru dakwah), (2) Pesan: Materi dakwah (isi dakwah), (3) Komunikan: Penerima Dakwah (audience, publik atau massa), (4) Channel: Media Dakwah (saluran dakwah: lisan, tulisan, auditive, dll), (5) Dampak: Efek Dakwah (hasil yang dapat dicapai). Dalam dakwah dikenal dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal, dan dakwah bil-lisan wal hal, tergantung konsentrasinya, situasi dan kondisinya, itu semua akan berpengaruh terhadap proses dakwah yang dilakukan.

Khusus dakwah lisan (kebanyakan menggunakan rethorica), dapat dikatakan memiliki efek atau hasil yang sukses menurut Rousydiy apabila komunikan atau penerima dakwah memiliki ciri sebagai berikut;
  1. Telah merasa seperti yang dirasakan oleh pembicara.


  1. Telah berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
  2. Telah dapat memahami/mengerti dengan baik isi pesan (ide) yang dikemukakan oleh pembicara.
  3. Telah sepaham atau sependapat dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
  4. Telah yakin akan kebenaran ide yang dikemukakan oleh pembicara.
  5. Telah bertindak mengamalkan atau melaksanakan isi pesan yang dimaksud.
  6. Dan last but and least, telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela atau mempertahankan kebenaran isi pesan (message) yang diungkapkan oleh pembicara.

Berkaitan dengan komunikasi, agar dapat berkomunikasi dengan baik Hisyam Al-Talib memberikan panduan sebagai berikut:
  1. Komunikasi yang ampuh datang dari kekuatan dalam. Jangan coba menguasai orang lain dengan paksa.
  2. Bergaullah dengan setiap orang dalam pekerjaan, perkemahan, atau kelompok Anda. Kurangnya waktu bukanlah alasan.
  3. Gunakan waktu istirahat Anda bertemu dengan orang yang berbeda. Rencanakan untuk makan bersama dengan orang lain. Anda akan membina hubungan yang sangat berarti dengan setiap orang dalam waktu yang singkat.
  4. Jangan menunggu orang yang lambat dalam suatu pertemuan. Jika anda lakukan, Anda mengajar mereka bahwa terlambat adalah boleh-boleh saja, demikian juga berarti menghukum orang yang datang lebih awal.
  5. Uraikan dengan kata-kata sendiri pesan yang Anda dengar itu untuk memastikan penyampaian dan penerimaan yang tepat.
  6. Ingatlah semakin banyak yang kita fahami, semakin banyak yang mampu kita atur. Semakin kurang kita memahami semakin banyak kita memanipulir.
  7. Ketika sampai ketahap penafsiran, Rasulullah Saw. mengajarkan kita supaya mencari tujuh puluh alasan perlakuan buruk orang lain, dan jika sekiranya tidak ada satu alasan pun yang betul, mungkin ada penafsiran yang belum kita ketahui. 

IV.             PENUTUP

Dalam sebuah tulisan disebutkan bahwa K.H.A. pernah mengutip tulisan Al-Ghozali yang isinya kurang lebih: “Pada dasarnya kebanyakan manusia dalam keadaan mati (jiwanya) kecuali ulama (orang yang berilmu), kebanyakan ulama akan mengalami kebingungan kecuali yang beramal, dan yang beramalpun akan khawatir kecuali yang ikhlas”.  Untuk itu pada umat islam, khususnya warga Muhammadiyah ilmu itu amaliah dan amal itu ilmiah, ilmu amaliah dan amal ilmiah itu akan membawa makna dan kebahagiaan dunia – akherat manakala dilakukan dengan ikhlas. Perlu ditekankan kembali bahwa Muhammadiyah menjadi besar, banyak amal usahanya karena berangkat dari ilmu yang benar dan dikomunikasikan secara benar, sehingga dapat mengamalkan secara benar dan hasilnya insya Allah juga benar. Mudah-mudahan hal yang demikian masih terhunjam dalam hati warga Muhammadiyah, lebih khusus lagi para Da’i dan calon Da’i atau Mubaligh dan calon Mubaligh Muhammadiyah (Huwallohu a’lam).
                                                                              Yogyakarta, 07 Desember 2006

DAFTAR PUSTAKA

Al-Talib, Hisyam. (1996). Panduan Latihan Bagi Juru Dakwah. Media Da’wah: Jakarta.

Effendi, Onong Uchjana., DRS. M.A. (1986). Dinamika Komunikasi. Remadja Karya: Bandung.

Panuju, Redi., Drs. MSI (2001). Komunikasi Organisasi, dari Konseptual Teoritis ke Empirik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Rousydiy, Lathief., T.A., (1985). Dasar-dasar Rherorica, Komunikasi dan Informasi. Firma Rimbow: Medan.

Sensa, Muhammad Djarot. (2005). Komunikasi Qur’aniyah, Tadzabur Untuk Pensucian Jiwa. Pustaka Islamika: Bandung.











KOMUNIKASI DAN BERBICARA EFEKTIF

Berkaitan dengan komunikasi, agar dapat berkomunikasi dengan baik Hisyam Al-Talib memberikan panduan sebagai berikut:
  1. Komunikasi yang ampuh datang dari kekuatan dalam. Jangan coba menguasai orang lain dengan paksa.
  2. Bergaullah dengan setiap orang dalam pekerjaan, perkemahan, atau kelompok Anda. Kurangnya waktu bukanlah alasan.
  3. Gunakan waktu istirahat Anda bertemu dengan orang yang berbeda. Rencanakan untuk makan bersama dengan orang lain. Anda akan membina hubungan yang sangat berarti dengan setiap orang dalam waktu yang singkat.
  4. Jangan menunggu orang yang lambat dalam suatu pertemuan. Jika anda lakukan, Anda mengajar mereka bahwa terlambat adalah boleh-boleh saja, demikian juga berarti menghukum orang yang datang lebih awal.
  5. Uraikan dengan kata-kata sendiri pesan yang Anda dengar itu untuk memastikan penyampaian dan penerimaan yang tepat.
  6. Ingatlah semakin banyak yang kita fahami, semakin banyak yang mampu kita atur. Semakin kurang kita memahami semakin banyak kita memanipulir.
  7. Ketika sampai ketahap penafsiran, Rasulullah Saw. mengajarkan kita supaya mencari tujuh puluh alasan perlakuan buruk orang lain, dan jika sekiranya tidak ada satu alasan pun yang betul, mungkin ada penafsiran yang belum kita ketahui. 

Khusus komunikasi lisan (kebanyakan menggunakan rethorica), dapat dikatakan memiliki efek atau hasil yang sukses menurut Rousydiy apabila komunikan  memiliki ciri sebagai berikut;
  1. Telah merasa seperti yang dirasakan oleh pembicara.
  2. Telah berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
  3. Telah dapat memahami/mengerti dengan baik isi pesan (ide) yang dikemukakan oleh pembicara.
  4. Telah sepaham atau sependapat dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
  5. Telah yakin akan kebenaran ide yang dikemukakan oleh pembicara.
  6. Telah bertindak mengamalkan atau melaksanakan isi pesan yang dimaksud.
  7. Dan last but and least, telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela atau mempertahankan kebenaran isi pesan (message) yang diungkapkan oleh pembicara.

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan