Sabtu, 13 April 2013

DINAMIKA GERAKAN DAKWAH DI INDONESIA

Loading





Draft oleh Mahli Zainuddin Tago (200707)


A. Prolog
+ Dakwah adalah merubah suatu keadaan  (dasar-dasar nilai, perilaku orang banyak, struktur social)  menjadi keadaan yang lebih baik berdasar ajaran Islam
+ dasar-dasar nilai berlandaskan pada pengetahuan manusia:

Pengetahuan

media

Contoh

Ilmu Pengetahuan
Indera/Empirisme
Biologi, Fisika
Filsafat/Logika
Akal/rasionalisme
Konversi, Induksi

Seni

Rasa/estetika
Musik, Cinta
Agama
Wahyu
Akhirat, Alam Gaib

B. Pergulatan Dakwah Islam di Indonesia perspektif  Dasar Pengetahuan

Era
Dasar Pengetahuan
Orientasi Dakwah
Penggerak Dakwah
Masuknya Islam/Mistik
Wahyu, rasa
Tasawuf
Sufi/Wali
Ortodoksi I/Tradisi
Wahyu, rasa
Tasawuf/fiqh
Pesantren
Ortodoksi II/ Modern
Wahyu, akal, indera
tajdid (purifikasi dan modernisasi)
Organisasi Pembaharu
Posmodern
Wahyu, akal, indera, rasa
Lampaui spiritulitas sekular
?


C. Spiritualitas Posmodern
1. Kondisi Budaya Posmodern
a.  Hiperealitas
- berkembangnya berbagai fenomena hyper (melampaui):  hiperproduksi=produksi yang melampaui kapasitas konsumsi, hiperkomunikasi= komunikasi melampaui fungsi penyampaian pesan,
hipermarket=pasar yang melampaui fungsi arena  transasksi barang, hiperkomoditi= komoditi yang melampaui alam komoditi
- tumpang tindih: yang  nyata  dengan yang tak nyata, realitas dengan fantasi, model dan realitas, citra lebih dipercaya dibanding kenyataan
b. Dromologi
- kecepatan (produksi, distribusi, konsumsi) memerangkap manusia dalam tekanan durasi percepatannya (velocity)
- tekanan kecepatan menggiring kebudayaan
+ melampaui batas  ( moral, kultural, tabu, adat, spiritual) 
+ menciptakan dunia ketelanjangan (transparency = mempertontonkan,  menjual apapun, dunia tanpa rahasia)
+ menciptakan semacam budaya panik: panik pasar modal, trend, fahion, gaya hidup, tekanan psikis dan mental harian,
c. Banalitas
- berbaurnya budaya luhur dan rendah,   otentik dan tiruan
- sesuatu yang dulunya tidak penting (hiburan, gaya hidup, waktu senggang, game) menjadi  jantung dunia kehidupan
-  menumbuhkan sikap tidak acuh  terhadap kategorisasi nilai: benar/salah, baik/buruk, berguna/tidak berguna
- kebudayaan menyerap apapun yang diciptakan dan kehilangan kapasitas pemaknaan, berkembang dalam wujud kesetikaan.
d. Kompleksitas
- terjadi saling interdependensi  antar berbagai unsur budaya (lokal, daerah,  modern, hipermodern)  melalaui globalisasi
-  tercipta pertukaran, tumpang tindih, dan pembiakan unsur-unsur budaya yang sangakt kompleks
- tidak ada suatu kebudayan yang dapat eksis tanpa berhubungan dengan kebudayaan lain.

2.  Spiritualitas Posmo
- Dunia yang dilipat: hiruk pikuk, digerakkan oleh energi hasrat/nafsu, dikendalikan mesin kecepatan, dipenuhi kebisingan, panik, sarat objek dan citra banal, dihiasai berjuta simulakrum, dapat memberikan kesenangan dan ekstasi, meski instant dan tidak bertahan lama.
- Dunia spiritualitas: sunyi, pengekangan hasrat,   khusyuk, dalam, dipenuhi ruang-ruang suci dan tanda-tanda ketuhanan. Memberi kesenangan dan esktasi lewat penyerahan diri, kepatuhan, dan disiplin.
- Secara sosiologis: kembali ke spiritualitas  kecenderugnan yang sudah nampak sekarang. Tahun 1970-an: civil religion (generalisasi konsep Tuhan, meski beda agama tapi konsep Tuhan sama,  semangat komunal agama hilang,  sangat individualistikl, subyektif, dengan nama yang berbeda sesuai kebutuhan)
- Secara filosofis: bila segala ada (beings) telah transparan maka tidak ada lagi yang disebut kehidupan di dunia. Dunia  dapat hidup bila masih ada yang  tidak diketahui dibaliknya. Yang tidak diketahui:  Misteri, Utopia, Metafisik, Spirit, Tuhan, yang Suci/Sacret
+ ketidakmampuan manusia hadirkan Yang Sakral  menggiring penghadiran yang sakral (huruf kecil): fetish, totem, pagan, ruang dan waktu tertentu yang memiliki atribut kesucian.
+ Animisme: benda-benda alam sebagai Yang Suci, monoteisme: benda, makhluk, ruang dan waktu tanda (signs) dari Yang Suci
- Pemikiran dan filsfat modern  menggiring ke arah objektifikasi segala Yang Tak Diketahui/Yang Sakral.
+ Spirit yang tak terjelaskan  ditaklukkan dengan menciptakan spirit tandingan  yang kemampuan nalar, sains, dan teknologi manusia.
+ Obyektifikasi ekstrim sebagai produk materialisme radikal  mengeksploitasi habis duni amateri, mengancam keberlangsungan manusai dai masa depan, menggiring kepada penghancuran diri manusia.
èKembali kepada spiritualitas adalah sebuah jalan keluar.

D. Dakwah di Era Posmodern
1. Nalar kembali ke Spiritualitas
-  manusia cenderung kembali pada agama  adalah mekanisme mendasar  dalam kehidupan (psikis) manusia yaitu hasrat (desire).
+ Manusia bisa memiliki hasrat/keinginan tanpa batas, tapi kemampuan untuk mencapainya terbatas.
+ Maka manusia mengandalkan Sang Lain yang diharapkan dapat mengisi celah antara keinginan dan apa yang dapat dilakukan.
-  Kecenderungan ini bergerak ke dua arah berlawanan: agama institusional dan teologi negatif (pencapaian kekuatan ketuhanan tanpa nama Tuhan seperti pada agama konvensional: ketaksadaran, Gaia, spiritulitas komunis, sakralitas ateis, mistik sekuler)
- Spiritualitas ada dua: spiritualitas agama dan sipritualitas sekuler
- Spiritualitas sekuler:
+ upaya pencarian diri sejati melalaui praktek ritual tertentu yang bersifat komunal: spiritualitas feminisme, gay, New Age,  gerakan ekologis, rekreasi alam terbuka,  seni, olah raga, eletronic game.   Tidak berkaitan dengan Tuhan.
+ merupakan spiritualitas dunia yang dilipat.
+ di dalamnya orang menemukan: nilai dalam kedangkalan,  makna dalam banalitas, pencerahan dalam kecepatan, kebahagiaan dari yang profan,  yang sejati dari yang imanen, spirit di dalam dunia
+ Spiritualitas dipandang sebagai sebuah kehadiran yang mengobyek (objective presence)
+menolak klaim universalisme agama-agama besar yang dituduh sebagai bentuk kecenderungan Narasi Besar
+ mengambil unsur berbagai agama, dikombinasikan ke dalam berbagai kombinasi hibrid atau sinkretik.
+ cenderung mengalihkan atribut spiritualitas atau Yang Suci  dari Tuhan ke manusia. Atribut ketuhanan sudah ada dalam diri manusia.
+ Lewat meditasi, hipnotis,  pemusatan pikiran, manusia dapat menemuka diri lebih tinggi (higher self)- Tuhan di dalam diri sendiri.
+ Berbagai bentuk spiritualitas posmodern: paganisme, panteisme, mitologi, astrologi, UFO, tenaga dalam, aura,  vampire, manusia serigala, Ratu Pantai Selatan, pengobatan alternatif, petunjuk arwah, pertolongan jin, spiritualitas cyberspace, dll.
+ spirit, lewat kemajuan sains dan teknologi  dapat disimulasikan, menjadi pengalaman faktual (meski tidak material).
+ spiritualitas sekular  dapat memberi kepuasan, nilai, dan makna individu maupun sosial,  lewat upacara atau ritual, Tanpa perlu kehadiran dari seuatu yang  disebut Tuhan.

2.  Berdakwah pada Era Posmo?
- Spiritualitas sekular bisa  memberi ketenangan, pemenuhan hasrat, penemuan diri, tetapi tidak bisa menjawab persoalan teologis yang lebih besar: misalnya, kematian, cinta, takdir, kemana manusia setelah mati?
- Dakwah bisa bermain dalam tataran ini
+ penyakit modernisme (stress, depresi, bunuh diri) gagal diatasi spiritualitas sekuler.
+ Manusia perlu spiritualitas agama!
+ Dakwah era posmodern adalah mendakwah spiritualitas agama  yang melampaui spiritualitas sekulaer

________________________________________________________________________
Sumber Bacaan:
- Atho’ Muddzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
- Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: YOI, 1992.
- Yasraf Amir Piliang, Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan, Yogyakarta: Jalasutra, 2006.
-----------------------, Hiper-Realitas Kebudayaan, Yogyakarta: LKiS, 1999.
- George Ritzer, Sociological Theory, University of Maryland, 2000.
- Fransisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi Menyingkap Kepentingan Pengetahuan Bersama Jurgen Habermas, Yogyakarta: Buku Baik, 2003.
- St. Sunardi, Nietzsche, Yogyakarta: LkiS, 2006.



0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan di tanyakan