Bulan Ramadhan sangat ditunggu-tunggu oleh
seturuh kaum Muslimin. Anak-anak juga tidak kalah semangat dengan orang dewasa
dalam menyambut bulan suci yang mulia ini. Tidak jarang, anak-anak yang belum
baligh sudah mengutarakan keinginannya untuk ikut berpuasa. Sebagai orang tua,
tentu hal ini sangat menggembirakan sekaligus membanggakan. Namun, tidak
sedikit pula orang tua yang justru menjadi khawatir dengan kesehatan anak jika
mereka ikut berpuasa. Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai kiat aman
berpuasa bagi anak supaya tidak membahayakan kesehatannya. Dengan begitu, kita
tidak perlu khawatir lagi dan bisa mendukung keinginan anak untuk ikut
berpuasa.
MANFAAT PUASA UNTUK KESEHATAN ANAK
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya
menjadi anak yang sholih dan shalihah. Karena alasan itulah, banyak orang tua
yang berniat mendidik anak untuk mengenai dan melakukan ibadah sedini mungkin.
Hal ini tentu sangat baik, karena semakin dini seorang anak dikenalkan dengan
ibadah, maka diharapkan akan menjadi kebiasaan dan terpatri di dalam jiwa anak
mengenai pentingnya ibadah tersebut.
Ada begitu banyak manfaat puasa bagi
kesehatan anak, diantaranya adalah pola atau jadwal makan menjadi lebih teratur
sehingga berdampak positif bagi kesehatan lambunganak. Selain itu, dengan
berpuasa, anak tidak lagi makan berlebihan sehingga kemungkinan anak mengalami
obesitas (kegemukan) dapat dikurangi. Jajanan yang tidak sehat juga dapat
dikurangi selama bulan puasa, karena otomatis anak tidak jajan sembarangan
ketika siang hari. Hal ini, tentu akan mengurangi kemungkinan munculnya
berbagai penyakit seperti diare dan demam typhoid (typhus) akibat memakan
jajanan yang kurang bersih.
Selain manfaat yang dirasakan oleh tubuh,
puasa juga bisa melatih kecerdasan emosional anak. Apalagi, anak-anak masih
sangat tinggi kadar ego/keakuannya. Maka tidak heran jika kita melihat anak
kecil berkelahi hanya karena berebut mainan atau menangis karena keinginannya
tidak terpenuhi. Dengan berpuasa, anak-anak dilatih untuk menahan diri dari
makan dan minum, padahal di luar bulan Ramadhan, mereka bisa makan kapan saja.
Jangan lupa untuk mengajarkan pada anak mengenai pentingnya menahan lisan dari
berkata-kata yang tidak baik dan menahan diri dari amarah ketika ada hal-hal
yang tidak disukai.
SESUAIKAN KEMAMPUAN ANAK
Meski belum banyak dilakukan penelitian,
sejauh ini belum pernah diketahui ada anak yang mengalami sakit atau gangguan
kesehatan yang berat akibat berpuasa. Sebaiknya, ada tahap waktu yang
disesuaikan dengan usia dan kemampuan fisik serta mental anak. Puasa setengah
hari bisa diperkenalkan pada anak usia di bawah 6 tahun. Tentu saja, orang tua
tetap hams memberikan pengertian pada anak bahwa ibadah puasa yang mereka
lakukan masih bersifat "latihan" dan bukanlah ibadah puasa yang
sesungguhnya. Di atas usia 6 tahun, kita bisa memperkenalkan puasa penuh namun
tetap kita berikan kelonggaran jika sewaktu-waktu anak merasa tidak kuat
sehingga ingin berbuka.
Usia memang bukan satu-satunya patokan,
mengingat kemampuan puasa juga sangat dipengaruhi oleh niat dan tekad
masing-masing anak. Anak yang berusia lebih muda terkadang justru lebih kuat
berpuasa dibanding anak yang berusia jauh di atasnya. Tentu saja hal ini
disebabkan oleh tekad baja si anak dalam menjalankan ibadah puasa.
TETAP AKTIF DAN ENERGIK
Di bulan suci Ramadhan, banyak sekali
kegiatan ibadah yang tentunya banyak menguras tenaga anak. Apalagi jika anak
masih hams masuk sekolah, mengikuti les atau kursus, dan malamnya mereka masih
bersemangat untuk sholat tarawih, belajar membaca Al-Qur'an, sahur dan
Iain-Iain. Tetap aktif dan energik memang bagus selama bulan puasa, tapi kita
harus sering mengingatkan anak untuk beristirahat. Sebagai orang tua, hendaknya
kita mengatur jadwal tidur anak, karena mereka masih dalam usia pertumbuhan
yang membutuhkan banyak istirahat. Jangan sampai terjadi gangguan keseimbangan
fisiologis dalam tubuh anak, yang berakibat pada menurunnya kekebalan tubuh
sehingga anak menjadi mudah sakit. Jangan memarahi anak jika mereka
mengutarakan keinginan untuk berbuka sebelum waktunya. Jika memang anak merasa
sudah tidak kuat melanjutkan puasanya, berikan izin sambil dinasehati untuk
tetap menghormati orang . yang berpuasa, dan terus motivasi anak untuk berlatih
puasa.
BIASAKAN MENYANTAP MAKANAN BERGIZI
Kita harus memperhatikan asupan gizi anak,
karena dengan berkurangnya jadwal makan (dari 3 kali menjadi 2 kali sehari),
ada kemungkinan terjadi penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi anak. Secara
umum, prinsip pemilihan makanan dengan jumlah yang cukup dan gizi seimbang
harus diutamakan. Peran ibu sangat penting dalam menyediakan menu sahur dan
berbuka. Biasakan untuk selalu melengkapi menu makanan keluarga dengan sayur
dan buah. Kurangi makanan yang menggunakan bahan pengawet, pewarna, dan
penyedap rasa seperti vetsin/MSG (monosodium glutamat). Jika perlu, bisa
ditambahkan suplemen khusus untuk anak sebagai pelengkap kebutuhan mineral dan
vitaminnya.
AGAR PUASA ANAK BERJALAN LANCAR
Agar puasa anak berjalan lancar, orang tua
bisa mempraktekkan kiat-kiat praktis berikut ini:
1. Berikan
makanan yang tinggi kalori dan protein pada anak ketika sahur, supaya anak
mempunyai cadangan energi yang cukup untuk beraktivitas selama berpuasa.
2. Cukupi
kebutuhan cairan anak supaya tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan).
Usahakan tercukupi 6-8 gelas cairan. Cairan yang dimaksud tidak hanya air
putih, tapi termasuk juga susu, jus buah, kuah sayur, dan Iain-Iain.
3. Perhatikan
jadwal tidur dan istirahat anak supaya tidak kekurangan atau justru berlebihan.
4. Ajak
anak untuk sahur, karena sahur sangat penting untuk ketahanan anak dalam
menjalankan puasa. Bangunkan dengan hati-hati dan terus motivasi anak untuk mau
bangun sahur. Jangan menggunakan paksaan atau ancaman, karena hal tersebut
sangat tidak baik untuk kondisi mental dan kejiwaan anak. Setelah selesai
sahur, ajak anak untuk sholat Subuh berjama'ah. Selain mengajarkan pentingnya
sholat berjamaah, kebiasaan ini juga bisa mengusir rasa kantuk pada anak.
Usahakan supaya anak tidak langsung tidur kembali dengan perut penuh setelah
makan sahur. Setelah sholat Subuh, ajak anak untuk melakukan aktivitas yang
tidak terlalu menguras tenaganya, seperti membaca Al-Qur'an, membacakan buku
cerita untuk mereka, atau mengulang hafalan doa sehari-hari. Hindarkan
anak-anak dari aktivitas yang menguras tenaga, seperti bermain kejar-kejaran
misalnya. Boleh juga mengajak mereka kembali tidur kalau masih ada waktu
sebelum berangkat sekolah, tapi tentu saja jangan berlebihan, karena justru
membuat badan menjadi lemas. Pada waktu siang, hendaknya anak tidur seperti
biasanya supaya badan beristirahat setelah seharian beraktifitas, Sorenya, anak
boleh melakukan aktifitas yang lebih banyak, seperti berolahraga
misalnya, tapi hendaknya dipilih waktu ketika mendekati
saat berbuka puasa.
5. Hendaknya
ibu menyiapkan menu makanan berbuka yang bergizi dan disukai anak, misalnya
kurma yang dimakan langsung atau dimodifikasi menjadi puding kurma, kue kurma,
es buah kurma dan lain-lain. Hal ini tentu akan makin menambah semangat makan
anak. Apalagi,, kurma merupakan salah satu makanan yang mengandung gula
sederhana yang siap dipakai oleh tubuh. Selain itu, kurma mengandung kalori dan
kalium tinggi yang mudah diserap oleh tubuh, dan sangat baik untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan anak. Jangan lupa untuk mengajarkan doa berbuka
puasa dan ingatkan anak untuk selalu bersyukur dengan nikmat dari Allah عزّوجلّ berupa hidangan berbuka. Jangan berlebihan dalam menyiapkan
menu berbuka supaya melatih anak dari kebiasaan makan berlebihan.
6. Ajarkan
adab makan pada anak kita supaya mereka makin mengenal indahnya Islam.
Saat-saat sahur dan berbuka yang penuh kebersamaan sangat bermanfaat untuk
mengenalkan anak pada ajaran Islam. Misalnya saja, kita jelaskan apa itu puasa,
mengapa kita bangun untuk makan sahur, apa saja yang membatalkan puasa, dan
sebagainya.
7. Menjelang
tidur, kita bisa memberikan susu atau air madu untuk menambah tenaga bagi anak
kita setelah mereka banyak melakukan aktivitas seharian.
PENUTUP
Tentu setiap orangtua menginginkan yang
terbaik bagi buah hatinya. Tekad anak untuk bisa beribadah puasa tentu patut
kita syukuri. Sebagai orang tua, hendaknya kita tidak melarang anak-anak ikut
berpuasa, tapi justru harus mendukung tekad anak supaya puasa mereka berjalan
dengan lancar. Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan jangan sampai
memberatkan atau memadharatkan anak-anak. Selain usaha-usaha yang ditempuh
supaya anak tetap sehat ketika berpuasa, jangan lupa untuk berdoa demi kebaikan
dan kesehatan anak. Demikianlah penjelasan singkat mengenai puasa pada anak,
semoga bermanfaat. Selamat menjalankan ibadah puasa.[]
Sumber:
1.
Scott
C. Litin, M.D (editor), Buku "Mayo Clinic, Family Health Book Edisi
kedua", Tahun 2007. Penerbit PT Intisari Mediatama, Jakarta.
2.
dr.
Widodo Judarwanto, SpA, "Kiat Aman Berpuasauntuk Anak". Jawa
Pos, 22 Agustus 2009.
3.
dr. Hambrah
Sri Atriadewi, "Atasi Gangguan Pencernaaan Saat Puasa dengan
Konsumsi Kurma". Healthy, edisi 01/tahun 111/21 Agustus-3 September 2009;
4.
Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah, Buku Metode Pengobatan Nabi, Tahun 2008. Penerbit
Griya llmu.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan