H. Ismail Ts. Siregar LATAR BELAKANG • Penyebaran agama Islam pada masa Rasulullah Mahammad SAW dilakukan secara bertahap. Mulai dari keluarga, tetangga, suku kemudian ke suku lain di kota Makkah. Setelah kuantitasnya memungkinkan baru dilakukan dakwah ke seluruh jazirah Arab. Setelah itu kemudian mengirim utusan ke manca Negara. • Islam di Indonesia berawal dari para individu saudagar yang berdagang di nusantara. Di samping berdagang itu mereka menyebarkan Islam dan membentuk komunitas. Komunitas ini kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai sebagian besar wilayah nusantara mulai Aceh di Sumatra hingga Ternate di Maluku. Sekarang lebih dari 80% penduduk Indonesia adalah penganut Islam. • Demikian juga Muhammadiyah. Sejak berdiri, KHA Dahlan telah melakukan usaha-usaha untuk penyebarluasannya. Beliau da`wah ke kota-kota besar di jawa dan juga membentuk jaringan-jaringan, kemudian jaringan tersebut terus berkembang sehingga pada saat ini Muhammadiyah merupakan organisasi terbesar di Indonesia. • Pada saat ini kita juga melihat banyak bermunculan organisasi-organisasi yang berlatar belakang Islam dari berbagai paham dan mereka berkembang baik dari segi ajaran maupun pengikut. Ada yang jumlahnya tidak terlalu banyak tapi cukup diperhitungkan. Ada yang mulanya kurang diperhitungkan, tapi akhirnya mepunyai pengikut yang banyak. • Keempat fenomena di atas menunjukkan bahwa pengembangan organisasi dan jaringan sangat diperlukan bagi pengembangan dan penyebaran agama Islam. Dengan demikian tugas mubaligh tidak lagi cukup hanya menyampaikan dan mengajak (tabligh dan da`wah) tapi juga harus mampu mengorganisir dan mengembangkan jaringan agar ajaran Islam benar-benar dipahami dan diamalkan sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW. PEMBENTUKAN JARINGAN 1. Bentuklah Pengajian-pengajian di mana muballigh Muhammadiyah menjadi pengisi tetap. Pengajian tersebut dilakukan secara tetap seminggu sekali, 2 minggu sekali, sebulan sekali, dll. 2. Pilihlah 2 atau 3 orang dari jamaah atau pengelola pengajian tersebut untuk dipersiapkan menjadi anggota jaringan. Orang tersebut hendaklah yang mempunyai pengaruh di masyarakat tersebut. Hal ini dapat diketahui dari pengamatan dan informasi selama pengajian berjalan. 3. Kemudian lakukanlah pendekatan-pendekatan yang lebih intensif pada orang tersbut baik dengan sering menyapa, berdialog, bersilaurrahmi gimanapun dengan bentuk komunikasi lain. Lakukan terus sehingga ada kesepahaman dan ikatan batin dengan orang tersebut. 4. Setelah itu pembicaraan ditingkatkan pada pemgembangan da`wah di tempat tersebut. Apa yang dapat dilakukan, kendala-kendala yang dihadapi. Bagaimana respons masyarakat, bagaimana melakukan da`wah dan wahana apa saja yang dapat digunakan. 5. Doronglah dan bimbinglah orang tersebut melakukan sesuatu. Mulai dari yang sangat sederhana sehingga dia dapat merasakan hasilnya dan kemajuaanya. Kemudian tingkatkan sedikit demi sedikit. 6. Suatu saat orang tersebut akan melakukan da`wah atas dorongan dan kemauan sendiri. Pada kondisi ini dia sudah menjadi Da`I dan dapat mulai menduplikasi kegiatan dari no 1 sampai 5. Muballigh ibarat petani. Lebih baik menanam bibit pada lahan terbatas tetapi dirawat dengan baik akan menghasilkan panen yang baik. Daripada menebar bibit dilakukan yang sangat luas kemudian dibiarkan tidak akan menuai panen. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN JARINGAN Kalau seorang muballigh dapat membina 3 pengajian dia akan mempunyai 6-9 orang calon anggota jaringan. Apabila proses 1 sampai 5 di atas sudah dijalankan maka perlu ada tindak lanjut. 1. Undanglah mereka secara informal untuk omong-omong di rumah muballigh. Hal-hal yang dapat dibicarakan adalah…. a. Pengalaman mengembangkan pengajian ditempat masing-masing. b. Bagaimana keberhasilan dicapai dan kendala diatasi. Dari pertemuan ini diharapkan ada semangat bersama bahwa problem da`wah dan problem umat menjadi problem bersama. 2. Pertemuan berikutnya ( dapat di rumah muballigh atau salah satu anggota ) mulai membicarakan kegiatan-kegiatan dan program-program pembinaan umat dan da`wah yang dapat dilakukan bersama-sama melakukan GJDJ. Santunan social, sunatan missal, pengajian gabungan, dll. 3. Pada tingkat selanjutnya anggota jaringan antar muballigh dapat dikumpulkan dengan dikoordinasi cabang. Misalnya dalam cabang tersebut ada 2 muballigh maka anggota yang terkumpul antara 12-18 orang. Pada tahap ini disamping proses 1 dan 2 dilakukan perlu ditambah dengan pengayaan pengetahuan dan penglihatan ketrampilan yang diperlukan. Dimusyawarahkan bersama apa yang diperlukan tersebut. 4. Selanjutnya koordinasi jaringan dapat dilakukan ditingkat daerah dengan program yang lebih kompleks dapat dilakukan pertemuan 2 bulan sekali atau 3 bulan sekali. Lakukan pertemuan ini dengan merayakan KESUKSESAN dan MENGATASI kendala. Bukan tangisan keluhan dan KETIDAKBERDAYAAN. 5. Mungkin tidak semua anggota jaringan menjadi muballigh. Ada yang menjadi eksekutif, anggota legislative, pengusaha, dokter, ilmuwan, dll yang secara langsung tidak bergiat di lapangan da`wah. Jangan lepas mereka dari anggota jaringan. Mereka akan memperkaya jaringan dari aspek lain yang akan bermanfaat bagi pengembangan da`wah dan ajaran Islam. 6. Apabila proses diatas berjalan, maka suatu saat mereka akan menjadi pembentuk jaringan baru dengan melakukan proses-proses atau langkah-langkah di atas, sehingga kegiatan pengajian dan pengembangan da`wah makin banyak dan subur yang akhirnya sedikit demi sedikit tujuan Muhammadiyah akan tercapai. Apabila seorang muballigh mempunyai 3 pengajian tetap dia akan mempunyai 6-9 calon anggota jaringan. Apabila proses pendekatan memerlukan 1 tahun, kemudian proses pembinaan cabang 1 tahun serta koordinasi daerah 1 tahun sehingga memiliki komitmen yang tinggi terhadap kerja da`wah. Maka dalam waktu 3 tahun : 1 Muballigh menghasilkan 6-9 kader 1 PCM ( 2 muballigh ) menghasilkan 12-18 kader 1 PDM ( 3 cabang ) menghasilkan 36-54 kader Dalam 6 tahun menghasilkan 1 Muballigh menghasilkan 12-9 kader 36-54 kader menghasilkan 216-324 kader Dalam 9 tahun menghasilkan : 216-324 kader menghasilkan 1296-1944 kader MENJADI ORGANISATOR Keberhasilan muballigh membentuk jaringan-jaringan sebagaimana disebut di muka menuntut muballigh bertindak sebagai organisator disamping sebagai pengisi pengajian. Muballigh harus mampu : 1. Menjadi penggerak roda organisasi Muhammadiyah 2. Menjadi penentu kebijakan-kebijakan Muhammadaiyah. 3. Menjadi organisator kegiatan-kegiatan Muhammadiyah. Kemampuan menjadi organisator sangat diperlukan karena kalau tidak apa yang disampaikna oleh muballigh apa yang menjadi ajaran Al-Quran dan sunnah akan sulit diterapkan dan dilaksanakan karena kebijakan dan kegiatan organisasi ditentukan dan dilaksanakan oleh orang yang belum paham. HARI INI KITA MERASAKANNYA. Untuk menjadi organisator muballigh memerlukan ketrampilan-ketrampilan berikut : 1. Merumuskan kebijakan-kebijakanbaik yang berasal dari dalil maupun dari masukan-masukan yang disampaikan pada acara rapat atau musyawarah. 2. Menjabarkan kebijakan-kebijakan tersebut dalam bentuk-bentuk kegiatan-kegiatan atau program-program. 3. Menunjuk orang yang akan merencanakan, melaksanakan kegiatan tersebut agar berjalan dengan lancer. 4. Melakukan evaluasi dan merumuskan kebijakan kegiatan, program berikutnya. Memang diperlukan keseriusan dan penekunan untuk melaksanakannya. Itulah tantangan kita. INGAT!!! Muballigh adalah petani yang harus merawat, memupuk tanamannya kalau mau panen SUKSES.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan di tanyakan