Belajar Lagi

Pelantikan Pemuda Muhammadiyah di pendopo Tuban

Foto disek karo senior

Acara Pelantikan Pemuda Muhammadiyah Kab. Tuban.

Akhir Diklat Kokam

Duklat Kokam dan SAR Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Tuban.

RAKERDA PDPM DI MERAKURAK

rAPAT KERJA PIMPINAN DAERAH PEMUDA MUHAMMADIYAH.

BAB PCPM PALANG

Perkaderan Pemuda Muhammadiyah Palang

tanpa judul

pemandangan

MEMBACA ADALAH KUNCI UNTUK MENGETAHUI DUNIA

Kadang kala menunggu itu membosankan, akan tetapi berbeda kalau menunggunya sambil baca-baca

PANDANGAN MATA

Pandangan mata kadang kala, melabuhi hal-hal yang sebenarnya

Sabtu, 28 November 2020

Bayani, Burhani, Irfani Sebagai Manhaj Muhammadiyah

Loading

 Bayani, Burhani, Irfani Sebagai

Manhaj Muhammadiyah

Oleh:

Dr. Ahwan Fanani, M.Ag, M.S. 


A. MOMENTUM PENTING

Tahun 2000 adalah momentum besar bagi Persyarikatan ketika Majelis Tarjih dalam Munas ke-24 dan ke-25 menegaskan pendekatan bayani, burhani dan irfani  sebagai Manhaj atau pendekatan dalam tajdid dan spirit dalam tarjih. Meskipun mengalami proses dialog yang hangat, ketiga pendekatan diterima dalam putusan Majelis Tarjih.


Pada tahun yang sama, ketiga pendekatan itu ditegaskan sebagai cara berpikir Islami dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang ditetapkan pada Muktamar ke-44 di Jakarta. Dengan resepsi dalam dokumen, maka ketiga pendekatan menjadi bagian tidak terpisahkan dari norma kepribadian warga Muhammadiyah.


Istilah bayani, burhani, dan irfani sendiri sudah populer dalam kajian Islam di Perguruan Tinggi berkat karya Muhammad Abid al-Jabiri, Takwin al-Aql al-Arabi dan Bunyah al-Aql al-Arabi. Karya al-Jabiri itu menyimpulkan bagaimana Islam didekati dan dipahami oleh para pemeluknya dalam lintasan sejarah panjang perkembangannya.


Amin Abdullah, ilmuwan yang diakui luas dan sekaligus Ketua Majelis Tarjih, saat itu banyak berperan dalam membumikan ketiga pendekatan tersebut, baik di lingkungan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam maupun di lingkungan Muhammadiyah.


Banyak pihak yang terkejut dengan lompatan dalam Manhaj Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah tersebut. Muhammadiyah sering disangka sebagai organisasi dengan alam pikir yang tekstualis dan rasionalitas yang positivistik (saklek). Namun, keberadaan ketiga pendekatan itu sebenarnya bukan hal baru dalam praktik warga Muhammadiyah.


Pandangan Muhammadiyah dipengaruhi pandangan Ibnu Taimiyah tentang pengakuan otoritas wahyu dan hadis secara tidak bertentangan dengan akal sebagaimana ditegaskan dalam karyanya Muwafaqah Shahih al-Manqul li Sharih al-Ma’qul (Kesesuaian riwayat atau nash yang benar dengan akal yang terang). Meskipun Ibnu Taimiyah menolak ketergantungan kebenaran kepada logika Aristotelian, tetapi argumentasi rasional dipandang tidak bertentangan dengan nash-nash yang sahih.


Hal senada juga dikemukakan dengan Muhammad Abduh. Abduh sangat terinspirasi dengan perkembangan dunia modern sebagai buah dari rasionalitas manusia. Baginya, akal dan wahyu itu sejalan dan sejajar, namun hanya wahyu yang menjadi sumber agama.


Dimensi spiritual menjadi bidang yang kurang terformulasikan di Muhammadiyah. Pendekatan irfani sempat menjadi polemik di internal ulama Muhammadiyah karena dikhawatirkan mengandung unsur-unsur non-Islami.


Sebenarnya, masalah spiritual bukan hal asing di Muhammadiyah. HAMKA, ulama besar Muhammadiyah, sejak tahun 1930-an sudah mendedikasikan usaha untuk merumuskan tasawuf yang sesuai dengan spirit modernitas. Lebih jauh, Kiai Ahmad Dahlan memberikan pengajaran-pengajaran kepada KRH Hadjid yang sarat tuntutan moral-spiritual.


Namun, semangat kemajuan untuk mengejar ketertinggalan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) membuat persoalan keruhanian kurang terumuskan, meskipun keruhanian menjadi bagian dari praktik hidup dalam keseharian warga Muhammadiyah.


Pendekatan bayani, burhani dan irfani diterima bukan sebagai tiga pendekatan terpisah. Syamsul Anwar, ketua Majelis Tarjih, menyebut hubungan ketiga hal tersebut sebagai hubungan sirkuler, yaitu saling melengkapi, menjadikan praktik yang hidup di kalangan warga Muhammadiyah terwadahi secara konseptual.


Dalam berbagai kesempatan, Haedar Nashir (Ketua PP Muhammadiyah) menegaskan pentingnya warga Muhammadiyah berpegang pada ketiga pendekatan sebagai Manhaj Muhammadiyah. Beliau menyadari bahwa kesatuan tiga pendekatan itu merupakan bagian dari ciri Muhammadiyah.


B. PENDEKATAN BAYANI

Pendekatan bayani adalah pemahaman agama yang didasarkan atas petunjuk nash Alquran dan hadis. Pendekatan ini adalah pendekatan paling dasar dalam beragama Islam sebagaimana pertama kali Muhammad diseru Allah dengan:


ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S. Al-Alaq [96]: 1).


Dengan ayat itulah Alquran secara berangsur-angsur diturunkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi umat Islam dan bayan atau tibyan (penjelasan) bagi berbagai persoalan kehidupan manusia:


وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ


Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl [16]: 89).


Istilah bayan pertama kali mengemuka dalam karya al-Risalah Imam Syafii. Bayan adalah penjelasan agama yang berakar pada wahyu. Ia mengatakan:


“Tiadalah musibah atau kesulitan menimpa seorang ahli agama Allah kecuali dalam Alquran terdapat dalil sebagai jalan petunjuk di dalamnya.”


Lingkar pertama dari ketentuan agama berasal dari wahyu, kemudian sunnah, dan terakhir adalah ra’yu (pikiran) yang menghubungkan persoalan baru dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh nash.


Jadi, sunah Nabi Muhammad menempati posisi kedua sebagaimana firman Allah:


فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ


Apabila kalian berselisih pada suatu perkara, maka kembalikanlah perkara tersebut kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Hadits). Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. (Q.S. An-Nisa’ [4]: 59).


Dengan demikian, pendekatan bayani berlandaskan pada petunjuk Alquran dan sunnah. Pendekatan bayani disebut pendekatan tekstualis karena menekankan nash sebagai pijakan norma agama.


C. PENDEKATAN BURHANI

Pendekatan burhani adalah penggunaan akal manusia untuk memahami kebenaran. Istilah burhan dikenal dalam logika tradisional sebagai bentuk argumentasi paling kuat (demonstrasi). Dalam keilmuan tradisional Islam istilah burhani lekat dengan penggunaan logika tradisional dalam pembuktian kebenaran.


Namun, esensi dasar pendekatan burhani adalah penggunaan akal dalam agama. Dalam hukum Islam, akal itu mendapat ruang dalam ra’yu, sedangkan dalam filsafat dan kalam akal dipahami sebagai pengetahuan tidak langsung yang disimpulkan dari pengetahuan langsung.


Penggunaan akal dalam Islam merentang dari proses ijtihad, upaya membela pokok-pokok keyakinan agama dengan nalar, pembuktian fakta dalam pengadilan, hingga refleksi fenomena alam untuk membaca tanda kekuasaan Allah.


Pendekatan burhani dalam bentuk kaidah berpikir terwujud dalam logika, dalam bentuk penelitian ilmiah melahirkan ilmu dan sains, dalam ijtihad tergambar dalam penggunaan ra’yu, dan dalam refleksi melahirkan kesadaran tentang Sang Pencipta.


Dalam berislam, penjelasan wahyu akan dapat dipahami oleh mereka yang berpikir.


وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ


Dan Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (Q.S. An-Nahl [16]: 44)


Ayat di atas mengisyaratkan bahwa wahyu selain menjadi petunjuk juga menjadi penggugah orang untuk berpikir. Orang yang berpikirlah yang bisa memahami tanda-tanda kebesaran-Nya:


إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 9).


Banyak orang yang masuk neraka baru menyadari bahwa kesalahan mereka adalah karena tidak mau mendengarkan peringatan dari Rasul dan tidak mau memakai akalnya.


وَقَالُوا۟ لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِىٓ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ


Dan mereka (orang kafir) berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala (Q.S. Al-Mulk [67]: 10)


Imam Abu Hasan al-Mawardi dalam karyanya Adab al-Dunya wa al-Din Bab Pertama tentang Keutamaan Akal dan Celaan Hawa Nafsu mengatakan:


“Ketahuilah bahwa bagi setiap keutamaan ada pondasi dan bagi setiap adab ada sumber. Pondasi keutamaan dan sumber adab adalah akal yang dijadikan Allah sebagai dalil agama dan tiang dunia.”


Jadi, pendekatan burhani menekankan pemggunaan akal dalam memahami agama, meski tidak lepas dari nash. Dalam Manhaj Tarjih, penggunaan pendekatan burhani terwujud dalam penggunaan pendekatan sosiologi dan antropologi dalam beristinbath.


D. PENDEKATAN IRFANI

Pendekatan irfani didasarkan atas hati dan rasa. Ada banyak istilah yang berdekatan dengan hati dalam tradisi Islam, seperti dzauq (rasa atau kemampuan membedakan benar salah tanpa melihat teks), bashirah (mata batin sebagai kekuatan hati),  qalb (hati/ unsur ruhani tempat pengetahuan rasa), wijdan (gerak batin yang mengakibatkan sedih atau senang khususnya terkait dengan interaksi dengan Allah), dan sirr (unsur dalam hati yang bisa menyaksikan Tuhan).


Pendekatan irfani memiliki akar panjang dalam tradisi gnostik. Tradisi tersebut ada dalam filsafat Yunani dan praktik spiritual Persia maupun India. Dalam Islam, tasawuf adalah perwujudan dari pendekatan irfani. Namun, pelembagaan tasawuf dalam tarekat dan tasawuf falsafi yang cenderung panteistik menimbulkan kontradiksi dengan semangat pembaharuan dan purifikasi di Muhammadiyah, meskipun secara prinsip keruhanian adalah kekuatan dasar dari agama.


Oleh karena itu, pendekatan irfani di Muhammadiyah lebih menekankan substansi rasa untuk menghayati kehadiran-Nya, rasa untuk berempati pada sesama manusia, rasa sebagai bagian dari dakwah kultural dan rasa untuk menghindari keterikatan kuat dengan hal-hal duniawi yang syubhat dan haram.


Dalam al-Quran, hati adalah pintu cahaya Tuhan. Hati manusialah yang bisa menghayati dan mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian buruk. Alquran menyatakan:


إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati (Q.S. Qaf [50]: 3)


Jadi, kejadian-kejadian buruk yang menimpa umat terdahulu mengandung pelajaran bagi orang yang punya hati.


Hati manusia pula yang menentukan baik dan buruk manusia:


أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ


Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasad, namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasad. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati!” (HR Syaikhani)


Orang yang tidak menggunakan hati akan mengisi neraka jahanam.


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) (Q.S. Al-A’raf [7]: 79).


Dalam ayat di atas hati berperan membedakan baik dan buruk, sebagaimana akal.


Di Muhammadiyah, pendekatan bayani dan burhani sudah diterima tanpa keberatan karena sangat jelas praktik dan konsepnya di Muhammadiyah. Namun, pendekatan irfani masih dalam proses pencarian bentuk rumusan, meski elemen-elemen keruhanian telah dipraktikkan warga Muhammadiyah.


Pendekatan irfani diterjemahkan ulama-ulama Muhammadiyah dengan  pengertian yang sejalan dengan semangat dan pandangan keagamaan di Muhammadiyah. Pendekatan irfani masih dalam proses pengembangan dan dinamika pemahaman para ulama Muhammadiyah menjadi wacana yang patut dijadikan kaca benggala.


1. Irfani sebagai Ihsan


Pengertian irfani yang luas dipakai di kalangan ulama Muhammadiyah adalah ihsan. Pengertian tersebut diintrodusir oleh Amin Abdullah. Namun, ihsan memiliki pemahaman berbeda di antara ulama Muhammadiyah.


a. Ihsan dalam kontes menyembah Allah secara khusyu dengan seolah-olah melihat-Nya:


 أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ


Engkau beribadah kepada Allah seakan akan Engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu, (Riwayat Al Bukhari)


b. Ihsan juga berarti berlaku baik terhadap sesama, khususnya terhadap orang tua, kerabat, yatim dan anak miskin.


وَاِذۡ اَخَذۡنَا مِيۡثَاقَ بَنِىۡٓ اِسۡرَآءِيۡلَ لَا تَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا وَّذِى الۡقُرۡبٰى وَالۡيَتٰمٰى وَالۡمَسٰکِيۡنِ وَقُوۡلُوۡا لِلنَّاسِ حُسۡنًا


Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 83).


Amien Rais awal tahun 1990-an menawarkan konsep tauhid sosial. Perwujudan penyembahan kepada Tuhan dapat diwujudkan dalam amal sosial.


Haedar Nashir lebih  lanjut mengartikan pendekatan irfani dengan rasa kemanusiaan atau empati. Ia mencontohkan dalam kasus covid-19 dimana upaya mentaati protokol kesehatan adalah bagian dari empati kepada para petugas kesehatan.


c. Sementara itu, Amin Abdullah juga mengartikan irfan dengan etika syari dalam budaya. Tidak kebetulan pula kebijakan dakwah kultural di Muhammadiyah muncul bersama dengan mengemukanya Manhaj Tarjih dan Tajdid tahun 2000. Amin Abdullah mencontohkan ihsan dalam budaya adalah dalam kasus tari-tarian. Jika ada tari-tarian yang tidak menutup aurat maka disempurnakan dengan memberi pakaian penutup aurat.


2. Irfani sebagai Pilihan Lebih Baik


Pendekatan irfani dalam hukum diterapkan dengan memilih pendapat yang lebih maslahat dan lebih baik. Pemahaman demikian dikemukakan oleh Wawan Gunawan. Poligami, contohnya, hukumnya boleh, tetapi lebih baik beristri satu, utamanya jika tidak bisa berlaku adil. Hukum qishash bisa dilakukan dengan membalas bunuh, tapi memaafkan itu  lebih baik. Dalam ibadah, pendekatan irfani diwujudkan dengan melakukan ibadah yang jelas dasarnya dan lebih utama.


3. Irfani sebagai Zuhd dan Wara’


Pemaknaan irfani dengan zuhud dan wara’ dikemukakan oleh Suparman Syukur. Ia memberikan batasan bahwa zuhud dan wara itu merupakan pengejawantahan ajaran Islam yang berlandas rukun iman dan rukun Islam.


Zuhud memiliki pengertian tidak terikatnya hati dengan harta benda secara berlebihan. Zuhud bisa dalam bentuk amalan dengan tanpa terikat dengan hasil, perkataan tanpa ketamakan, dan kemulyaan tanpa kekuasaan. Zuhud dimaksudkan pada hal-hal yang dilarang.


Zuhud merupakan jalan untuk mencari keridlaan Allah dan kerelaan manusia. Sabda Nabi SAW:


عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ


Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, maka beliau berakata: Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda, Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia (HR Ibnu Majah).


Sementara wara’ itu lebih kepada kemampuan bertindak untuk menghindari yang perkara syubhat dan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Perkara syubhat itu mudah menjatuhkan pada hal yang dilarang atau haram.


Adapun perbuatan yang bertentangan dengan hati nurani menimbulkan keraguan dan kegundahan bagi mereka yang masih punya hati.


Imam Nawawi dalam Riyadl al-Shalihin memberikan beberapa contoh hadis Nabi SAW yang mengajarkan perilaku wara’, seperti:


الْحَلاَلَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ، اِسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ،


Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat (samar-sama) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa menjaga dirinya dari barang syubhat, ia telah berlepas diri (demi keselamatan) agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam syubhat, ia pun mudah terjerumus ke dalam yang haram (HR Bukhari dan Muslim)


Hadis lain:


دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ


Tinggalkan apa yang meragukanmu dan lakukan yang tidak meragukan. Sesungguhnya kejujuran itu merupakan ketenangan, sedangkan kedustaan merupakan keraguan. (HR.At-Tirmidzi).


Kedua perilaku tersebut sebenarnya bukan hal baru dalam amaliah warga persyarikatan. Membangun amal usaha di Muhammadiyah harus didasari sikap zuhud karena apa yang dibangun seseorang bukan menjadi milik pembangunnya, melainkan milik umat dan milik Persyarikatan. Semua penggunaan uang juga harus dicatat dengan baik serta dilaporkan secara transparan sehingga jauh dari syubhat.

Senin, 02 November 2020

Doa Berbuka di Rumah Orang

Loading


 

73- DOA APABILA BERBUKA DI RUMAH ORANG


184- أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ.

184. “Semoga orang-orang yang berpuasa berbuka di sisimu dan orang-orang yang baik makan makananmu, serta malaikat mendoakannya, agar kamu mendapat rahmat.” [204]

---------------------------------
[204] Sunan Abu Dawud 3/367, Ibnu Majah 1/556 dan An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 296-298. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut shahih dalam Shahih Abi Dawud, 2/730.

Doa Sebelum Sesudah Makan

Loading


 

69- DOA SEBELUM MAKAN


178. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda [198] : “Apabila seseorang di antara kamu memakan makanan, hendaklah membaca:

بِسْمِ اللهِ

Apabila lupa pada permulaannya, hendaklah membaca:

بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ.

179. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda [199]: “Barangsiapa yang diberi rezeki oleh Allah berupa makanan, hendaklah membaca:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ.

Ya Allah! berilah kami berkah dengan makan itu dan berilah makanan yang lebih baik.

Apabila diberi rezeki berupa minuman susu, hendaklah membaca:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْهِ وَزِدْنَا مِنْهُ.

---------------------------------
[198] HR. Abu Dawud 3/347, At-Tirmidzi 4/288, dan lihat kitab Shahih At-Tirmidzi 2/167.
[199] HR. At-Tirmidzi 5/506, dan lihat Shahih Tirmidzi 3/158.


70- DOA SETELAH MAKAN


180- الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ.

180. “Segala puji bagi Allah yang memberi makan ini kepadaku dan yang memberi rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.” [200]

181- الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، غَيْرَ [مُكْفِيٍّ وَلاَ] مُوَدَّعٍ، وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا.

181. “Segala puji bagi Allah (Aku memujiNya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah, yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan, ya Tuhan kami.” [201]

---------------------------------
[200] HR. Penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/159.
[201] HR. Al-Bukhari 6/214, At-Tirmidzi dengan lafazh yang sama 5/507.


71- DOA TAMU KEPADA ORANG YANG MENGHIDANGKAN MAKANAN


182- اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ.

182. “Ya Allah! Berilah berkah apa yang Engkau rezekikan kepada mereka, ampunilah dan belas kasihanilah mereka.” [202]

---------------------------------

[202] HR. Muslim 3/1615.


72- BERDOA UNTUK ORANG YANG MEMBERI MINUMAN


183- اَللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِيْ وَاسْقِ مَنْ سَقَانِيْ.

183. “Ya Allah! Berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku.” [203]

---------------------------------
[203] HR. Muslim 3/126.

Doa Berbuka Puasa

Loading



 68- DOA KETIKA BERBUKA BAGI ORANG YANG BERPUASA


176- ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ.

176. “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, insya Allah.” [196]

177- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ.

177. “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan rahmatMu yang meliputi segala sesuatu, supaya memberi ampunan atasku.” [197]

---------------------------------
[196] HR. Abu Dawud 2/306, begitu juga imam hadits yang lain. Dan lihat Shahihul Jami’ 4/209.
[197] HR. Ibnu Majah 1/557. Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Takhrij Al-Adzkar, lihat Syarah Al-Adzkar 4/342.
 

Doa Melihat Bulan Tanggal Satu

Loading



 67- DOA MELIHAT BULAN TANGGAL SATU


175- اللهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ رَبَّنَا وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ.

175. “Allah Maha Besar. Ya Allah! Tampakkan bulan tanggal satu itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau senang dan rela. Tuhan kami dan Tuhanmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.” [195]

---------------------------------
[195] HR. At-Tirmidzi 5/504, Ad-Darimi dengan lafazh hadits yang sama 1/336 dan lihat Shahihut Tirmidzi 3/157.
 

Doa Meminta Hujan dam Menghentikan Hujan

Loading



 63- DOA UNTUK MINTA HUJAN


169- اَللَّهُمَّ أَسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلاً غَيْرَ آجِلٍ.

169. “Ya Allah! Berilah kami hujan yang merata, menyegarkan tubuh dan menyuburkan tanaman, bermanfaat, tidak membahayakan. Kami mohon hujan secepatnya, tidak ditunda-tunda.” [189]

170- اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا.

170. “Ya Allah! Berilah kami hujan. Ya Allah, turunkan hujan pada kami. Ya Allah! Hujanilah kami,” [190]

171- اَللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ، وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ، وَأَحْيِي بَلَدَكَ الْمَيِّتَ.

171. “Ya Allah! Berilah hujan kepada hamba-hambaMu, ternak-ternakMu, berilah rahmatMu dengan merata, dan suburkan tanahMu yang tandus.” [191]

---------------------------------
[189] HR. Abu Dawud 1/303, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/216.
[190] HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/613.
[191] HR. Abu Dawud 1/305 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/218.


64- DOA APABILA HUJAN TURUN


172- اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا.

172.“Ya Allah! Turunkanlah hujan yang bermanfaat (untuk manusia, tanaman dan binatang).” [192]

---------------------------------

[192] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 2/518.


65- BACAAN SETELAH HUJAN TURUN


173- مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ.

173. “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.” [193]

---------------------------------

[193] HR. Al-Bukhari 1/205, Muslim 1/83.


66- DOA AGAR HUJAN BERHENTI


174- اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ.

174. “Ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.” [194]

---------------------------------

[194] HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/614.

Doa Jika ada Halilintar dan Angin Ribut

Loading



 61- DOA APABILA ADA ANGIN RIBUT

166- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا.

166. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin ini, dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya.” [186]

167-اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ.

167. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin dihembuskan.” [187]

---------------------------------
[186] HR. Abu Dawud 4/326, Ibnu Majah 2/1228, dan lihatlah kitab Shahih Ibnu Majah 2/305.
[187] HR. Muslim 2/616 dan Al-Bukhari 4/76.


62- DOA KETIKA ADA HALILINTAR


168- سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ.

168. “Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepadaNya.” [188]
---------------------------------

[188] Al-Muwaththa’ 2/992. Al-Albani berkata: Hadits di atas mauquf yang shahih sanadnya.
 

Bacaan Untuk Jenazah Dan Ziarah Kubur

Loading


 

54- DOA KETIKA MEMEJAMKAN MATA MAYAT

155- اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِفُلاَنٍ (بِاسْمِهِ) وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّيْنَ، وَاخْلُفْهُ فِيْ عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِيْنَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَافْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيْهِ.

155. “Ya Allah! Ampunilah si Fulan (hendaklah menyebut namanya), angkatlah derajatnya bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi orang-orang yang ditinggalkan sesudahnya. Dan ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan, seru sekalian alam. Lebarkan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya.” [173]

---------------------------------

[173] HR. Muslim 2/634.


55- DOA DALAM SHALAT JENAZAH


156- اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ [وَعَذَابِ النَّارِ]

156. “Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” [174]

157- اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ، اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.

157. “Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir, laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.” [175]

158- اَللَّهُمَّ إِنَّ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ فِيْ ذِمَّتِكَ، وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

158. “Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” [176]

159- اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.

159. Ya, Allah, ini hambaMu, anak hambaMu perempuan (Hawa), membutuhkan rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya. [177]

---------------------------------
[174] HR. Muslim 2/663.
[175] HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251.
[176] HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/211.
[177] HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits tersebut adalah shahih. Adz- Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul Jana’iz oleh Al-Albani, halaman 125.


56- DOA UNTUK MAYAT ANAK KECIL


160- اَللَّهُمَّ أَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ.

160. Ya Allah, lindungilah dia dari siksa kubur. [178]

Apabila membaca doa berikut, maka itu lebih baik:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا وَذُخْرًا لِوَالِدَيْهِ، وَشَفِيْعًا مُجَابًا. اَللَّهُمَّ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُوْرَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَاجْعَلْهُ فِيْ كَفَالَةِ إِبْرَاهِيْمَ، وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ الْجَحِيْمِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَسْلاَفِنَا، وَأَفْرَاطِنَا وَمَنْ سَبَقَنَا بِاْلإِيْمَانِ.

“Ya Allah! Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala pendahulu dan simpanan bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Ya Allah! Dengan musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan orang-orang yang shalih dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmatMu dari siksaan Neraka Jahim. Berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia). Ya Allah, ampunilah pendahulu-pendahulu kami, anak-anak kami, dan orang-orang yang mendahului kami dalam keimanan” [179]

161- اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا وَسَلَفًا وَأَجْرًا.

161. “Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat kami.” [180]

---------------------------------
[178] HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ I/288, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 3/217, dan Al-Baihaqi 4/9. Syu’aib Al-Arnauth menyatakan, isnad hadits di atas shahih dalam tahqiqnya terhadap Syarhus Sunnah, karya Al-Baghawi 5/357.
[179] Lihat Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah 3/416 dan Ad-Durusul Muhimmah li ‘Aammatil Ummah, oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, halaman 15.
[180] HR. Al-Baghawi dalam Syarah As-Sunnah 5/357, Abdurrazaq no. 6588 dan Al- Bukhari meriwayatkan hadits tersebut secara mu’allaq dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2/113.


57- DOA UNTUK BELASUNGKAWA


162- إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ... فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ.

162. Sesungguhnya hak Allah adalah mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yang di sisi-Nya dibatasi dengan ajal yang ditentukan. Oleh karena itu, bersabarlah dan carilah ridha Allah.” [181]

وَإِنْ قَالَ: أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ، وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ. فَحَسَنٌ.

Apabila seseorang berkata: “Semoga Allah memperbesar pahalamu dan memperbagus dalam menghiburmu dan semoga diampuni mayatmu”, adalah suatu perkataan yang baik. [182]

---------------------------------
[181] HR. Al-Bukhari 2/80; Muslim 2/636.
[182] An-Nawawi, Al-Adzkar, hal. 126.


58- BACAAN KETIKA MEMASUKKAN MAYAT KE LIANG KUBUR


163- بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ.

163. Bismillaahi wa ‘alaa sunnati Rasulillaah. artinya, "Dengan nama Allah dan di atas petunjuk Rasulullah" [183]

---------------------------------
[183] HR. Abu Dawud 3/314 dengan sanad yang shahih. Untuk Imam Ahmad meriwayatkan sebagai berikut: “Bismillaah wa ‘alaa millati Rasulillaah”, sedang sanadnya shahih.


59- DOA SETELAH MAYAT DIMAKAMKAN


164- اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ.

164. Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah teguhkanlah dia. [184]

---------------------------------

[184] Adalah Nabi Shallallahu'alaihi wasallam apabila selesai memakamkan mayat, beliau berdiri di atasnya lalu bersabda: “Mintalah ampun kepada Allah untuk saudaramu, dan mohonkan agar dia teguh dan tahan hati (ketika ditanya oleh dua malaikat), sesungguhnya dia sekarang ditanya.” HR. Abu Dawud 3/315 dan Al- Hakim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi 1/370.


60- DOA ZIARAH KUBUR


165- السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ [وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ] أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.

165. Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penduduk kampung (Barzakh) dari orang-orang mukmin dan muslim. Sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusulkan, kami mohon kepada Allah untuk kami dan kamu, agar diberi keselamatan (dari apa yang tidak diinginkan). [185]

---------------------------------
[185] HR. Muslim 2/671 dan Ibnu Majah. Lafazh hadits di atas milik Ibnu Majah 1/494, sedangkan doa yang ada di antara dua kurung, menurut riwayat Muslim, 2/671.

Doa Sakaratul Maut dan Tertimpa Musibah

Loading


 

52- MENGAJARI ORANG YANG AKAN MENINGGAL DUNIA


153- مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.

153. Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah: Laa ilaaha illallaah, akan masuk Surga. [171]

Ketika akan meninggal dunia maka si sakit hendaknya diajarkan kalimat "Laa Ilaaha Illallah".

---------------------------------

[171] HR. Abu Dawud 3/190, dan lihat Shahihul Jami’ 5/432.


53- DOA ORANG YANG TERTIMPA MUSIBAH


154- إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اَللَّهُمَّ أُجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا.

154. “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali (di hari Kiamat). Ya Allah! Berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku).” [172]

---------------------------------

[172] HR. Muslim 2/632.

Doa Untuk Orang Sakit

Loading


 

49- DOA APABILA BERKUNJUNG KEPADA ORANG YANG SAKIT


147- لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ.

147. “Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah.” [165]

148- أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ. (7×)

148. “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan yang menguasai arasy yang agung, agar menyembuhkan penyakitmu” [166]

---------------------------------
[165] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 10/ 118.
[166] “Tidaklah seorang hamba Muslim mengunjungi orang sakit yang belum datang ajalnya, lalu membaca sebanyak tujuh kali: … (Al-Hadits) … kecuali ia pasti disembuhkan, HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 2/210 dan Shahihul Jami’ 5/180.


50- KEUTAMAAN BERKUNJUNG KEPADA ORANG SAKIT


149- قَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.

149. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang laki-laki berkunjung kepada saudaranya yang muslim, maka seakan-akan dia berjalan di kebun Surga hingga duduk. Apabila sudah duduk, maka dituruni rahmat dengan deras. Apabila berkunjung di pagi hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya, agar mendapat rahmat hingga sore. Apabila berkunjung di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya agar diberi rahmat hingga pagi.” [167]

---------------------------------
[167] HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/244 dan Shahih At-Tirmidzi 1/286. Ahmad Syakir menyatakan, bahwa hadits tersebut adalah shahih.


51- DOA ORANG SAKIT YANG TIDAK ADA LAGI HARAPAN UNTUK HIDUP TERUS


150- اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى.

150. “Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.” [168]

151. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam memasukkan kedua tangannya ke dalam air, lalu diusapkan ke wajahnya dan beliau bersabda:

151- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَاتٍ.

“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya mati itu mempunyai sekarat.” [169]

152- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

152. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, bagiNya kerajaan dan bagiNya pujian. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah.” [170]

---------------------------------
[168] HR. Al-Bukhari 7/10, Muslim 4/1893.
[169] HR. Al-Bukhari 8/144 dengan Fathul Bari dalam hadits terdapat keterangan siwak.
[170] HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Menurut penda-pat Al-Albani hadits tersebut adalah sahih. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/317.

Doa Perlindungan Kepada Anak

Loading


 

48- DOA PERLINDUNGAN KEPADA ANAK


146. Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berdoa untuk perlindungan Hasan dan Husain, beliau membaca:

146- ((أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ)).

“Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala setan, binatang yang berbisa dan pandangan mata yang jahat.” [164]

---------------------------------
[164] HR. Al-Bukhari 4/119.

Ucapan Selamat Atas Dikaruniai Anak

Loading



 47- UCAPAN SELAMAT BAGI ORANG YANG DIKARUNIAI ANAK DAN BALASANNYA


145- بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ. وَيَرُدُّ عَلَيْهِ الْمُهَنَّأُ فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ.

145. “Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”

Sedang orang yang diberi ucapan selamat membalas dengan mengucapkan: “Semoga Allah juga memberkahimu dan melimpahkan kebahagiaan untukmu. Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan, mengaruniakan kepadamu sepertinya dan melipat gandakan pahalamu.” [163]

---------------------------------

[163] Lihat Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 349, dan Shahih Al-Adzkar lin Nawawi, oleh Salim Al-Hilali 2/713.

Apabila Tertimpa Sesuatu Yang Tidak DIsenangi

Loading


 

46- APABILA TERTIMPA SESUATU YANG TIDAK DISENANGI


144- قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ.

144. “Allah sudah mentakdirkan sesuatu yang dikehendaki dan dilakukan.” [162]

---------------------------------

[162] HR. Muslim 4/2052.

Doa Mengusir Syaitan

Loading



 45- DOA UNTUK MENGUSIR SETAN


141. Minta perlindungan kepada Allah dari setan (dengan membaca: A’udzu billahi minas syaithanir rajim). artinya, "aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" [159]

142. Membaca adzan. [160]

143. Membaca dzikir tertentu yang sudah diterangkan dalam hadits dan membaca Al-Qur’an [161]

---------------------------------
[159] HR. Abu Dawud 1/206, At-Tirmidzi, lihat Shahih At-Tirmidzi 1/77, dan lihat surah Al-Mukminun 98-99.
[160] HR. Muslim 1/291, Al-Bukhari 1/151.
[161] Rasul Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: “Jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan Surah Al- Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 1/539). Sebagian hal yang dapat mengusir setan adalah bacaan dan zikir di waktu pagi dan sore (yang dilakukan oleh Rasul Shallallahu'alaihi wasallam), bacaan akan tidur dan bangun daripadanya, masuk dan keluar dari rumah, masuk masjid dan keluar daripadanya, membaca ayat Kursi ketika akan tidur, dua ayat yang terakhir dari surah Al-Baqarah dan orang yang membaca: Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir, seratus kali, maka akan menjadi benteng dari setan pada hari itu. Begitu juga adzan.

Yang Perlu Dilakukan Bagi Orang Yang Berdosa

Loading


 

44- APA YANG PERLU DILAKUKAN BAGI ORANG YANG BERDOSA


140- مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُوْرَ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ.

140. Tidaklah ada seorang hamba berbuat suatu dosa, lantas berwudhu dengan sempurna kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua ra’kaat, kemudian membaca istighfar kecuali pasti diampuni dosanya. [158]
---------------------------------

[158] HR. Abu Dawud 2/86, At-Tirmidzi 2/257 dan Al-Albani berpendapat bahwa hadits tersebut shahih dalam Shahih Abu Dawud 1/283.
 

Doa Orang Yang Kesulitan

Loading



 43- DOA ORANG YANG MENGALAMI KESULITAN


139- اَللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً.

139. Ya Allah! Tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.” [157]
---------------------------------

[157] HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya no. 2427 (Mawaarid), Ibnus Sunni no. 351. Al-Hafizh berkata: Hadits di atas sahih, dan dinyatakan shahih pula oleh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi, h. 106.
 

Doa Menghilangkan Gangguan Syaitan

Loading



 42- DOA MENGHILANGKAN GANGGUAN SETAN DALAM SHALAT ATAU MEMBACA AL- QUR’AN


138- أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، وَاتْفُلْ عَلَى يَسَارِكَ. (3×)

138. (membaca: A’udzu billahi minas syaithanir rajim), artinya : "aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk". lantas meludahlah ke kirimu, tiga kali.” [156]
---------------------------------

[156] HR. Muslim 4/1729. Aku membacanya apabila ada setan yang menggangguku, lantas gangguan tersebut dihilangkan.
 

Doa Agar Bebas Dari Hutang

Loading


 

41- DOA AGAR BISA MELUNASI UTANG


136- اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.

136. “Ya Allah! Cukupilah aku dengan rezekiMu yang halal (hingga aku terhindar) dari yang haram. Perkayalah aku dengan karuniaMu (hingga aku tidak minta) kepada selainMu.” [154]

137- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.

137. “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” [155]
---------------------------------

[154] HR. At-Tirmidzi 5/560, dan lihat kitab Shahihut Tirmidzi 3/180.
[155] HR. Al-Bukhari 7/158.
 

Bacaan Bagi Yang Ragu Dalam Beriman

Loading


 

40- BACAAN BAGI ORANG YANG RAGU DALAM BERIMAN


133.

a. Bagi orang yang ragu dalam beriman, hendaklah mohon perlindungan kepada Allah. [150]

b. Berhenti dari keraguannya. [151]

134. Hendaklah mengatakan:

134- ((آمَنْتُ بِاللهِ وَرُسُلِهِ)).

“Aku beriman kepada Allah dan kebenaran para rasul yang diutus oleh-Nya.” [152]

135. Hendaklah membaca firman Allah Ta’ala:

Dia-lah yang Awal (Allah telah ada sebelum segala sesuatu ada), yang Akhir (Di saat segala sesuatu telah hancur, Allah masih tetap kekal), yang dhahir (Dia-lah yang nyata, sebab banyak bukti yang menyatakan adanya Allah), yang Bathin (tidak ada sesuatu yang bisa menghalangiNya. Allah lebih dekat kepada hambaNya daripada mereka pada dirinya). Dia-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” [153]
---------------------------------

[150] HR. Al-Bukhari 6/336 dengan Fathul Bari dan Muslim 1/120.
[151] HR. Al-Bukhari 6/336 dengan Fathul Bari dan Muslim 1/120.
[152] HR. Muslim 1/119-120.
[153] HR. Abu Dawud 4/329. Menurut pendapat Al-Albani, hadits di atas adalah hasan dalam Shahih Abu Dawud 3/962.

Doa Terhadap Musuh dan Suatu Kaum

Loading

 38- DOA TERHADAP MUSUH


131- اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، سَرِيْعَ الْحِسَابِ، اهْزِمِ اْلأَحْزَابَ، اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.

131. Ya Allah, yang menurunkan Kitab Suci, yang menghisab perbuatan manusia dengan cepat. Ya Allah, cerai beraikanlah golongan musuh dan goncang-kan mereka. [148]

---------------------------------

[148] HR. Musliim 3/1362.


39- DOA APABILA TAKUT KEPADA SUATU KAUM


132- اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْهِمْ بِمَا شِئْتَ.

132. Ya Allah, cukupilah aku dalam menghadapi mereka dengan apa yang Engkau kehendaki. [149]
---------------------------------

[149] HR. Musliim 4/2300.

Doa Takut Kepada Musuh dan Penguasa

Loading

 36- DOA BERTEMU DENGAN MUSUH DAN PENGUASA


126- اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِيْ نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.

126. “Ya Allah! Sesungguhnya aku menjadikan Engkau di leher mereka (agar kekuatan mereka tidak berdaya dalam berhadapan dengan kami). Dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekan mereka.” [143]

127- اَللَّهُمَّ أَنْتَ عَضُدِيْ، وَأَنْتَ نَصِيْرِيْ، بِكَ أَجُوْلُ، وَبِكَ أَصُوْلُ، وَبِكَ أُقَاتِلُ.

127. “Ya Allah! Engkau adalah lenganku (pertolonganMu yang kuandalkan dalam menghadapi lawanku). Engkau adalah pembelaku. Dengan pertolongan-Mu aku menang, dengan pertolongan-Mu aku menyergap dan dengan pertolonganMu aku berperang.” [144]

128- حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ.

128. ”Cukuplah Allah bagi kami. Dan Dia-lah, Tuhan yang paling tepat dipasrahi (dalam menghadapi segala urusan).” [145]

---------------------------------
[143] HR. Abu Dawud 2/89. Menurut pendapat Al-Hakim dan disepakati Adz- Dzahabi: Hadits di atas adalah shahih 2/142.
[144] HR. Abu Dawud 3/42, At-Tirmidzi 5/572, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/183.
[145] HR. Al-Bukhari 5/172.


37- DOA ORANG YANG TAKUT KEZHALIMAN PENGUASA


129- اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ، وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، كُنْ لِيْ جَارًا مِنْ فُلاَنٍ بْنِ فُلاَنٍ، وَأَحْزَابِهِ مِنْ خَلاَئِقِكَ، أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ أَوْ يَطْغَى، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.

129. Ya Allah, Tuhan Penguasa tujuh langit, Tuhan Penguasa ‘Arsy yang agung. Jadilah Engkau pelindung bagiku dari Fulan bin Fulan, dan para kelompoknya dari makhlukMu. Jangan ada seorang pun dari mereka menyakitiku atau melampaui batas terhadapku. Sungguh kuat perlindunganMu, dan agunglah pujiMu. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. [146]

130- اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَعَزُّ مِنْ خَلْقِهِ جَمِيْعًا، اللهُ أَعَزُّ مِمَّا أَخَافُ وَأَحْذَرُ، أَعُوْذُ بِاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ، الْمُمْسِكِ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ أَنْ يَقَعْنَ عَلَى اْلأَرْضِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، مِنْ شَرِّ عَبْدِكَ فُلاَنٍ، وَجُنُوْدِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَأَشْيَاعِهِ، مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ، اَللَّهُمَّ كُنْ لِيْ جَارًا مِنْ شَرِّهِمْ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ وَعَزَّ جَارُكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ. (3×)

130. Allah Maha Besar. Allah Maha Perkasa dari segala makhlukNya. Allah Maha Perkasa dari apa yang aku takutkan dan khawatirkan. Aku berlindung kepada Allah, yang tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang menahan tujuh langit agar tidak menjatuhi bumi kecuali dengan izinNya, dari kejahatan hambaMu Fulan, serta para pembatunya, pengikutnya dan pendukungnya, dari jenis jin dan manusia. Ya Allah, jadilah Engkau pelindungku dari kejahatan mereka. Agunglah pujiMu, kuatlah perlindunganMu dan Maha Suci asma-Mu. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. (Dibaca 3 kali). [147]
---------------------------------

[146] Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 707. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 545.
[147] HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 708. Dinyatakan shahih oleh Al- Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 546.

Doa Penawar Duka dan Kesedihan Yang Mendalam

Loading

 34- DOA PENAWAR HATI YANG DUKA


120- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.

120. “Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.” [137]

121- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.

121. “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” [138]

---------------------------------

[137] HR. Ahmad 1/391. Menurut pendapat Al-Albani, hadits tersebut adalah sahih.
[138] HR. Al-Bukhari 7/158. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173.


35- DOA UNTUK KESEDIHAN YANG MENDALAM


122- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمُ.

122. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Pengampun. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai arasy, yang Maha Agung. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi. Tuhan Yang menguasai arasy, lagi Maha Mulia.” [139]

123- اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.

123. “Ya Allah! Aku mengharapkan (mendapat) rahmatMu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” [140]

124- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ.

124. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang zhalim.” [141]

125- اللهُ اللهُ رَبِّي لاَ أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا.
125. “Allah-Allah adalah Tuhanku. Aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu.” [142]
---------------------------------


[139] HR. Al-Bukhari 7/154, Muslim 4/2092.
[140] HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42. Menurut pendapat Al-Albani, hadits di atas adalah hasan dalam Shahih Abu Dawud 3/959.
[141] HR. At-Tirmidzi 5/529 dan Al-Hakim. Menurut pendapatnya yang disetujui oleh Adz-Dzahabi: Hadits tersebut adalah shahih 1/505, lihat Shahih At-Tirmidzi 3/168.
[142] HR. Abu Dawud 2/87 dan lihat Shahih Ibnu Majah 2/335.