Belajar Lagi

Pelantikan Pemuda Muhammadiyah di pendopo Tuban

Foto disek karo senior

Acara Pelantikan Pemuda Muhammadiyah Kab. Tuban.

Akhir Diklat Kokam

Duklat Kokam dan SAR Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Tuban.

RAKERDA PDPM DI MERAKURAK

rAPAT KERJA PIMPINAN DAERAH PEMUDA MUHAMMADIYAH.

BAB PCPM PALANG

Perkaderan Pemuda Muhammadiyah Palang

tanpa judul

pemandangan

MEMBACA ADALAH KUNCI UNTUK MENGETAHUI DUNIA

Kadang kala menunggu itu membosankan, akan tetapi berbeda kalau menunggunya sambil baca-baca

PANDANGAN MATA

Pandangan mata kadang kala, melabuhi hal-hal yang sebenarnya

Rabu, 20 Februari 2013

KEPEMIMPINAN MASA DEPAN MUHAMMADIYAH

Loading

Oleh : Darwin Harsono

PENDAHULUAN


Kepemimpinan di dalam Muhammadiyah tidak boleh tidak akan merefleksikan kepemimpinan Islam. Sedang jati diri Muhammadiyah itu terletak di dalam kesinambungan dengan kepemimpinan Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kepemimpinan Rasulullah semestinyalah menjadi keteladanan dari kepemimpinan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh Muhammadiyah senantiasa/membakukan/mengkondisikan nilai-nilai kepemimpinan Rasulullah dalam pergerakan Muhammadiyah dahulu maupun yang akan datang.

Kepemimpinan Muhammadiyah haruslah sebuah kepemimpinan yang tanggap kepada kemanusiaan dan hubungannya dengan lingkungannya. Di samping itu ia menampilkan dan mendudukan pergerakan Muhammadiyah di abad ini, dalam kedudukan yang mengatasi zamannya. Al-Qur’an mengajarkan :
Artinya :   
“Niscaya sungguh Kami telah ciptakan manusia itu dalam rona yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami balikkan dia ke dalam tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. (S. St-Tien/95:4-5)

Kepemimpinan Muhammadiyah sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah adalah kepemimpinan dengan orientasi pelayanan. Rasulullah mengingatkan :
Artinya :   
“Sesungguhnya Allah telah menuliskan/menetapkan kebaikan pada segala sesuatu. Maka apabila kamu membunuh (dalam peperangan), lakukanlah dengan cara yang baik; dan apabila kamu menyembelih (hewan) sembelihlah dengan sembelihan yang baik, dan hendaklah seseorang kamu mempertajam pisaunya sehingga sembelihan itu dapat mati dengan baik”. (HR. Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidhi, Sunan al Darimi, Sunan Ibn Majah, dan Sunan al Nasa’i (Hisyam Al Thalib, 1993-1414, part one)
Kepemimpinan yang terselenggara di dalam Muhammadiyah hendaknya menampakkan dinamika organisasi pergerakan Islam yang meliputi kegiatan menuntun, membimbing, memandu, mengarahkan dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah. Tugas kepemimpinan Muhammadiyah tercermin di dalam gaya kepemimpinan para tokoh yang memimpin Muhammadiyah selama ini. The Founding Father Muhammadiyah; KH. Ahmad Dahlan memiliki sebuah kepribadian yang utuh yang beliau terjemahkan ke dalam kepemimpinan Muhamamdiyah yang solid dan penuh ghirah fid dien.

Para tokoh Muhammadiyah sesudah Ahmad Dahlan, telah meneruskan nilai-nilai kepemimpinannya. Mereka adalah Kiai Haji Ibrahim (1874-1934), Kiai Haji Fakhrudin (1890-1929), Kiai Haji Hisyam (1883-1934), KH. Mas Mansyur (1896-1946), Ki Bagus Hadikusuma (1038-1102 H), AR. Sutan Mansyur (1895-1985), KH. Yunus Anis (1903-1979), Kiai Haji Abdul Razaq Fakhrudin (1916-1995), Kiai Haji Azhar Basyir, M.A. (1928-1994), Prof. DR. H.M. Amien Rais, M.A. (1944-    ), Prof. DR. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif (1935-    ).

Kepemimpinan Muhammadiyah dari Kiai Haji Ahmad Dahlan sampai dengan Kiai Haji AR. Fakhrudin menggambarkan kepemimpinan kekiaian/keulamaan. Sedangkan kepemimpinan Muhammadiyah semenjak Kiai Haji Amad Azhar Basyir, M.A. sampai dengan Prof. DR. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif memunculkan sosok kepemimpinan perpaduan antara ulama dan intelektual. Bahkan dua orang yang terakhir lebih menampakkan kepemimpinan intelektual. Hal ini tidak berarti bahwa kedua beliau ilmu agamanya tidak mendalam. Bahkan paham keagamaan keduanya luas.

Sebenarnyalah bahwa kepemimpinan Muhammadiyah di atas melukiskan sebuah konfigurasi kepemimpinan Islam yang handal. Sifat-sifat kepemimpinan mereka telah mewarnai perjalanan sejarah Muhammadiyah sesuai dengan mereka masing-masing : Himmah yang tinggi, ketulusan, kesederhanaan, amanat dan khidmat tanpa pamrih, karena dan untuk Islam.

KEPEMIMPINAN UMMAT


Rasulullah SAW, setelah tiba di Madinah dari hijrahnya yang bersejarah, seluruh muslim beliau bentuk menjadi ummat. Beliau mempersaudarakan/ mentaakhkhuhkan antara anshar dengan muhajirin menjadi sebuah komunitas muslim. Ummat adalah kesatuan dari orang-orang yang mempunyai persamaan aqidah dan iman. Secara etimologi, ummat mengandung arti pemimpin/imam. Dalam surat An-Nahl/16:120 :
Artinya :   
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah lagi hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersatukan (Tuhan)”.

Dalam ummat terkandung arti pula sumber, pangkal, asal, ketangkasan dan kecakapan, syariat, orang yang menghimpun segala kebaikan. Dengan kata lain di dalam ummat terdapat kualitas, keunggulan dan keistimewaan. Surat Ali Imran/3:110 :
Artinya :   
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ….”

Kepemimpinan yang merefleksikan keteladanan, patuh dan hanif (seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya – Al-Qur’an dan Terjemahannya, 1421, hal. 240). Kepemimpinan semacam inilah yang harus dikedepankan. Dalam sebuah hadits disebutkan : Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada ummat ini (umat Islam) setiap permulaan abad seseorang yang akan memperbaharui/memperbaiki urusan agamanya (H.R. Abu Daud). Kepemimpinan yang dapat mengarahkan ummat dan menaruh kearifan didalamnya sangat didambakan di dalam ummat Islam dewasa ini.

Jejak langkah KHA Dahlan, melukiskan sebuah sosok pemimpin yang tulus dan dengan himmah yang tinggi memulai melancarkan kepemimpinan yang hidup untuk kebangkitan umat. Beliau menyudahi tugasnya dengan mewujudkan Muhammadiyah, agar hasrat tajdidnya terus menggelinding, ummat mengamalkan Islam secara arif dan tercerahkan. Kiai Haji Ibrahim pemegang estafeta kepemimpinan Muhammadiyah berikutnya, seorang ulama dan berilmu tinggi. Beliau mengirim lulusan putera/puteri dari Mu’allimin/Mu’allimat ke seluruh Indonesia dengan paket “anak panah Muhammadiyah”. Beliau pemimpin pejuang untuk umat melalui amal usaha Muhammadiyah.

Pemimpin-pemimpin Muhammadiyah yang lain : KH. Fakhruddin, KH. Hisyam, KH. Mas Mansyur, KI Bagus Hadikusuma, H. AR Sutan Mansyur, KH. Yunus Anis, KH. Ahmad Badawi, KH. Faqih Usman, KH. AR Fakhruddin, KH. Ahmad Anzhar, M.A., Prof. DR. H.M. Amien Rais, M.A., Prof. DR. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif sebagai pemimpin-pemimpin umat telah memberikan kebaikan (al-birru). Menurut al-Biruni (al-Futuwwa) kebaikan yang terbesar di bumi ini adalah pengabdian dan dedikasi terhadap umat manusia. Kepemimpinan mereka memancarkan nilai-nilai kelembutan, pemurah, toleransi, kejujuran, kerendahan hati, keluhuran budi dan lapang dada, sebagaimana yang diperintahkan dalam Qur’an dan Sunnah jauh dari dorongan nafsu dan kepentingan pribadi (Syed Habibul Huq Nadwi, 1982:3334).

Nilai-nilai kepemimpinan para pemimpin Muhammadiyah itu sepatutnya ditumbuhkan dan dikembangkan secara subordinative organisasional di seluruh level Muhammadiyah. Hal ini dapat menimbulkan dinamisasi dan kegairahan bermuhammadiyah. Abad ini (abad ke-21) menyimpan berbagai keadaan : unpredictability-tak dapat diprediksi (pen), instability-tak stabil (pen), disintegrity-keterbelahan/ketercerai-beraian (pen), ambiquity-mendua/kegamangan (pen) (LPPAI, UII, 2000-20). Keadaan tersebut haruslah dihadapi oleh Muhammadiyah dengan segenap kecerdasan dan arif.


KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH MASA DEPAN


Tuntutan perubahan zaman mengharuskan terjadinya suatu sikap yang mengakomodasi nilai-nilai Islam yang baku tempat berpijak para pemimpin Muhammadiyah melakukan aktifitas kepemimpinan mereka. Keserasian nilai-nilai Islam dengan kepemimpinan mereka dapat dikembangkan sebagai perubahan dan perkembangan yang semakin adaptif dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Di bawah ini disajikan karakteristik pemimpin Islam masa depan (LPPAI. UII., 2000:29-32) sebagai berikut :
1.      Visionary Thinking (Berpikir Ke Depan), yakni
-          Memahami fungsi visi bagi efektivitas orang
-          Mampu berpikir dengan paradigma baru
-          Berani mengubah kemandegan
-          Mengembangkan kreativitas dan inovasi
2.      Strategic Management (Manajemen Siasat)
-          Mengembangkan strategi kompetitif
-          Menerjemahkan strategi dengan implementasi
-          Identifikasi faktor penting terkait (SWOT)
-          Antisipasi resiko dengan contingency plan (rencana pengganti)
-          Berfokus pada added value (nilai tambah)
-          Mencermati cost consciousness/sadar biaya
-          Total quality management (manajemen kualitas total-tqm)
3.      Leadership Skill (Keterampilan Kepemimpinan)
-          Kemampuan meyakinkan orang lain
-          Menyelesaikan konflik dengan win-win solution
-          Mengembangkan kerjasama dalam tim
-          Kemampuan membangkitkan team spirit
-          Mampu atasi hambatan mencapai tujuan
4.      Interpersonal Communication (Hubungan Antar Person)
-          Mau mendengar dan menghargai pendapat orang
-          Membangun trust (kepercayaan) orang lain
-          Menghargai perbedaan
-          Melihat orang lain sebagai bagian sukses
-          Terbuka terhadap saran dan kritik
-          Tidak memaksakan kehendak diri sendiri
-          Bersedia menolong dan mau ditolong
5.      Self Motivation (Memotivasi Diri)
-          Pengembangan inisiatif untuk sukses tim
-          Mau bekerja melebihi harapan (beyond the call of duty)
-          Berani mengambil resiko
-          Membangkitkan semangat orang lain
-          Menghangatkan suasana dengan humor
6.      Self Management (Manajemen Diri)
-          Mengembangkan kebiasaan hidup yang efektif
-          Tidak kehilangan kontrol dalam hadapi tantangan
-          Tidak menarik diri bila berhadapan dengan kesulitan dan tantangan
7.      Effective Communication (Hubungan Yang Efektif)
-          Mampu mengkomunikasikan ide dengan jelas dan sistematis
-          Menyampaikan kritik tanpa menyinggung
-          Merangsang orang untuk menanggapi usul
-          Berusaha memahami kesulitan orang lain

Dalam sejarah kepemimpinan Islam dapat diketengahkan disini kepemimpinan dari al-khulafa ar rasyidun (khalifah empat yang lurus lagi cerdas). Abu Bakar seorang pemimpin yang kalem (low profile) dan percaya diri (self convident); Umar bin Khaththab terbuka (transparan), mudah menyesuaikan diri (adaptif) dan dinamis (bersemangat); Usman bin Affan familiar (akrab) dan humanis (kasih sayang terhadap sesama); Ali bin Abi Thalib : Islam centris (bersifat memusat pada Islam dan argumentatif (logis). Keempat khalifah itu sangat luruh dalam nilai-nilai kepemimpinan Nabi (keteladanan) dan menyatu dengannya.

Kepemimpinan Muhammadiyah di masa depan dapat diakses melalui rekrutmen dari amal usaha Muhammadiyah dan kepemimpinan strukturalnya. Di samping itu pemimpin yang mencitrakan, adalah pemimpin yang merupakan ruh dan jiwa umat, memiliki kemandirian, jujur, adil dan ikhlas. Pemimpin itu haruslah luhur akhlaknya, sehat pendapat, teguh pendirian, tinggi cita-citanya, bersih namanya (clean leader), mengetahui kepentingan umat, bukan pemboros dan bukan ahli maksiyat, berprestasi, tidak ambisius (M.Al Ghazali, 1985:342).

Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah selalu diselenggarakan di dalam Muhammadiyah sendiri dengan mempersiapkan pimpinan penerus. Dalam hal ini suatu upaya penciptaan suasana yang kondusif amat digalakkan bagi lajunya kaderisasi di dalamnya, secara simultan. Ayat berikut ini memberikan sebuah pesan kepemimpinan yang dapat tumbuh subur dalam suasana ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman :
Artinya :   
“…barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dan kaum shadiqin, para pahlawan syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (S. An-Nisa/4:69).

Di sini ditegaskan adanya suasana merangsang tumbuhnya pengikut yang mencintai orang yang diikutinya (pemimpin) yang merupakan bagian dari nikmat Allah. Pemimpin itu adalah pribadi yang memiliki keutamaan. Al-Qur’an menjelaskan :
Artinya :   
“Yang demikian itu adalah karunia Allah dan cukuplah Allah Maha Mengetahui (segala sesuatu)”. (S. An-Nisa/4:70).

Kiranya amat mendesak suatu upaya peningkatan kepemimpinan umat dalam rangka kebangkitan Islam.

Sosok kepemimpinan Rasulullah SAW mencerminkan kerahmatan yang dikaruniakan Allah kepada manusia, keadilan sebagai syariatnya; kasih sayang sebagai nalurinya; keluhuran budi sebagai pekerjaannya; derita manusia adalah kebaktian ibadatnya (Khalid Muhammad Khalid, 1984: 21-109-183-227-265). Sifat-sifat Rasulullah itu diteruskan oleh khulafa ar-rasyidin, yakni Abu Bakar yang menyembulkan kesetiaan, Umar dengan kejujuran dan keadilan, Usman dengan kekhusyukan dan kesederhanaan dan Ali bin Abi Thalib dengan keberaniannya.

Dilihat dari ajaran Futuwwah (kekesatriaan), kepemimpinan di atas melukiskan seseorang yang ideal, mulia dan sempurna. Menurut kaum sufi, futuwwah adalah aturan tingkah laku terpuji yang mengikuti teladan nabi-nabi, para wali, orang-orang bijak, dan para sahabat serta kekasih Allah. Futuwwah dari kata fata yang jamaknya fityan yang berarti pemuda-pemuda yang tampan dan gagah berani (Ibnu al-Husain as-Sulami, 1992:10-11)

 

KHULASHAH


Belajar dari nilai-nilai perjuangan para pendahulu Muhammadiyah dapat diambil kesimpulan/khulashah sebagai berikut :
1.      Nilai-nilai perjuangan pendahulu-pendahulu Muhammadiyah telah mewariskan sebuah konfigurasi kepemimpinan Rasulullah dan yang diteruskan al-khulafa ar-rasyidin, yakni kepemimpinan Islam
2.      Menapaki kepemimpinan Muhammadiyah masa depan haruslah mengusung sebuah kepemimpinan yang berorientasi pelayanan : pengabdian dan dedikasi kepada umat manusia.
3.      Jelang kepemimpinan Muhammadiyah satu abad, haruslah luruh dan menyatu dengan nilai-nilai Qur’an dan Sunnah yang bernatijah kepastian dan kekuatan mengatasi kegamangan zaman.

AKHLAQ KEPEMIMPINAN

Loading

M. Yusron Asrofie


بسم الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ


PENDAHULUAN


Istilah akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata akhlaq tidak ditemukan di dalam al-Quran. Yang ada adalah kata khuluq, disebut dua kali. Dalam al-Syu’ara (26): 137  إِنْ هَـٰذَا إِلاَّ خُلُقُ ٱلأَوَّلِينَ , kata khuluq dipakai untuk arti adat, kebiasaan, perilaku yang dibikin-bikin.  Konteks ayat ini adalah ketika Nabi Hud mengajak kaum ‘Ad untuk mengikutinya dan bertakwa, mereka menolak dengan mengatakan bahwa ajaran Nabi Hud adalah “Sesungguhnya ini tiada lain hanyalah adat orang-orang zaman dahulu saja.” Sedangkan di dalam al-Qalam (68): 4  وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ  diartikan dengan “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlaq yang agung.”


Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, dia menjawab, “Akhlaqnya adalah al-Quran.” Kemudian ‘Aisyah membaca Surat al-Mu’minun (23): 1-9 yang memuat akhlaq kepada Allah, sikap diri, berbuat demi kesucian (لِلزَّكَـاةِ فَاعِلُونَ ), dan akhlaq kepada sesama manusia.

Mungkin karena kata khuluq dipakai untuk perilaku dan kebiasaan Nabi (Hud dan Muhammad), maka kata khuluq (akhlaq) kemudian menjadi berarti sebuah adat kebiasaan atau perilaku yang baik dan agung.



 

 

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً


Sesungguhnya kamu mempunyai dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagi orang yang mendambakan (bertemu) dengan Allah dan Hari Akhir, dan yang ingat kepada Allah sebanyak-nanyaknya. (Al-Ahzab (33): 21).


أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُون   َ

Apakah kamu menyuruh orang supaya berbuat baik, sedangkan kamu melalaikan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca Kitab. Apakah kamu tidak memakai akalmu? (Al-Baqarah (2): 44)

يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ

كَبُرَ مَقْتاً عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لاَ تَفْعَلُونَ

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ

Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan (organisasi), seakan mereka itu bangunan yang kokoh (Al-Shaff (61): 2-4)



KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Kepemimpinan terbentuk karena ada seseorang atau beberapa orang dalam warga masyarakat yang melakukan peranan yang lebih aktif  dari warga yang lain, sehingga orang (beberapa orang) tadi tampak lebih menonjol  dari yang lain dan bisa mempengaruhinya.

PRINSIP-PRINSIP DALAM MEMIMPIN

KHARISMATIK, orang muncul sebagai pemimpin karena mempunyai kharisma (daya pikat karena pandai, menjadi contoh tauladan yang baik, baik hati, punya status tinggi, dan konsekwen kepada kebenaran). Kemampuan management saja tidak mensyaratkan adanya contoh tauladan dan baik hati dalam kehidupan sehari-hari.

DEMOKRATIS, dalam arti suka bermusyawarah dalam menentukan dan memutuskan suatu masalah.

PELOPOR, dalam memimpin, orang mempunyai visi dan misi yang kemudian dilaksanakan. Visi dan misi itu hendaknya memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan.

TEKUN MEMBINA DAN MEMIMPIN. Berbeda dengan orang yang sekedar menjadi manager, seorang pemimpin harus tekun membina dan mengarahkan. Pemimpin terkadang perlu ikut terjun dan memberi contoh tauladan.

DALAM PRAKTEK

Ikhlasun Niyyah: Niat ikhlas ber-Muhammadiyah untuk ibadah

Itqanul ‘Amal: Beramal secara professional untuk mencapai kesempurnaan hasil


KUALITAS PEMIMPIN

1.  Kebaikan pribadinya menonjol, sifat-sifatnya terpuji. Baik Hati (Nice, Smiling Face, Helpful), selalu menjadi contoh tauladan.

2.  Berani memulai sesuatu yang baru (Risk-Taking). Ada keberanian mengambil resiko. Tentunya setelah melalu perhitungan dan pemikiran yang cermat.


3. Berani merubah sesuatu yang salah menjadi benar dan berjuang untuk mempertahankannya.

4. Sedikit bicara, banyak bekerja. Tidak banyak wacana, yang penting bekerja dan beramal.

5. Mengedepankan kebersamaan (kolegial), namun tetap dengan tanggung jawab masing-masing pribadi. Semua diatur dalam tertib organisasi dengan disiplin yang tinggi. Seperti dalam shalat jamaah, maka harus saf diatur secara tertib.

KUALITAS PEMIMPIN MUHAMMADIYAH

BERMANFAAT BAGI MUHAMMADIYAH
BUKAN YANG TIDAK BERMANFAAT ATAU MALAHAN MEMBEBANI MUHAMMADIYAH

1.  Wajib memiliki perilaku mulia sehingga menjadi teladan bagi sesama (Uswatun hasanah). Berusaha mempunyai sifat-sifat Nabi saw: Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah. Dan juga sifat-sifat Nabi Musa as: Al-Qawiyy  dan Al-Amin (ini juga sifat Nabi Muhammad).

2. Perbanyak perbuatan baik (amal salih). Dalam beramal hendaklah dengan niyat ikhlas, bukan riya’ (karena ingin dilihat orang). Hindari sifat-sifat  sombong, boros, suka merusak, keji dan tidak patut.

3. Usahakan berperilaku mulia sehingga disukai dan diteladani, hindari perilaku tercela sehingga dibenci dan dijauhio sesama.

4. Jauhi tindak korupsi dan kolusi, dan praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan orang banyak dan membawa kehancuran umat manusia.



SIDDIQ

Jujur, berkata benar, mengatakan kebenaran.

Membenarkan kebenaran (Tasdiq), mengimani dan melaksanakan imannya.

Dermawan (suka sadaqah)

Sifat ini mensyaratkan adanya pengetahuan tentang yang benar dan juga kekuatan ekonomi supaya bisa menjadi dermawan.


AMANAH

Bisa dipercaya (tidak sekedar menyampaikan amanat). Kalau diserahi tugas bisa dikerjakan dan diselesaikan dengan baik.

Untuk mencapai tingkat al-Amin tentunya diperlukan kepandaian dan ketrampilan yang memadai. Al-Amin menyangkut kejujuran, kepandaian dan ketrampilan

TABLIGH (effective speaker)

Menyampaikan kebenaran (Iman dan Islam), pro-aktif.

Sifat Tabligh berarti  juga bisa menyampaikan sesuatu dan mengenai sasaran.

Sifat ini mensyaratkan kepandaian berbicara (kefasihan), keruntutan berbicara, dan keteraturan logika dan dikemas sesuai dengan kemampuan pendengar.

FATHANAH

Pandai, Cerdas, Bijak. (Knowledgeable (‘Alim), innovative).

Sifat ini mensyaratkan adanya kumpulan ilmu di otaknya.


AL-QAWIYY (KUAT)

Di dalam al-Quran dan  Hadits serta Bahasa Arab, Kuat itu menyangkut banyak hal: fisik, ilmu (kepandaian), harta, derajat (keturunan), senjata, pengaruh (jabatan), dan usia.


LANGKAH KE DEPAN

Menghidupkan lagi ruh ber-Muhammadiyah seperti langkah-langkah para pendahulu awal dengan banyak berjuang dan berkorban.

Berusaha lagi menggembirakan hidup Islami sehingga kegiatan Islam di kalangan Muhammadiyah menjadi semarak. Ajaran Islam menjadi hidup, dinamik, bergairah dan berkembang.

Memperbanyak kegiatan yang bermanfaat, baik bagi pimpinan maupun bagi masyarakat umum. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Meminimalisir ruang gerak orang-orang yang ingin mengambil untung sebanyak-banyaknya secara materiil di Muhammadiyah dengan membuat aturan yang ketat, rasional dan tertata.

Membuktikan secara teoritis konsepsional, secara operasional dan secara konkrit, riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia materiil dan spirituil yang diridlai Allah swt.
Marilah kita banyak berusaha sambil berdoa: Rabbi adkhilni mudkhala shidqin wa akhrijni mukhraja shidqin waj’al li min ladunka sulthanan nashiira. Dan Allahumma arinil haqqa haqqa warzuqnit tibaa’ah wa arinil baathila baathila warzuqnijtinaabah. Amin ya Rabb al-‘alamaiin.







AGENDA “TAJDID AL-AFKAR” DI MUHAMMADIYAH

Loading

(Menggugat Konservatisme, Mengusung Progresivisme)
Kelahiran Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan agenda tajdid (pembaharuan) yang ia lakukan. Sehinggga Muhamadiyah pun diakui sebagai gerakan tajdid baik dalam tingkat pemikiran maupun aksi. Agenda tajdid paling fundamental yang pernah dilakukan Muhammadiyah di level pemikiran antara lain menawarkan bentuk pemikiran keagamaan yang responsif dengan perubahan jaman tanpa harus meninggalkan pedoman utama umat beragama, al-Qur’an dan Sunnah. Dengan kata lain, Muhammadiyah telah menjadikan dua sumber ajaran Islam itu sebagai warisan suci yang selalu hidup (Living Qur’an and Sunnah).
Cerita Kyai Dahlan tentang pengajaran surat al-Ma’un kepada muridnya memberi contoh bagaimana al-Qur’an yang kala itu secara luas hanya dipakai sebagai “jampi-jampi” dan “doa kuburan”, oleh sang Kyai dijadikan sebagai kekuatan normatif untuk reformasi sosial. Kemudian berangkat dari sinilah berbagai macam amal sosial Muhammadiyah tumbuh berkembang. Belum lagi dengan agenda pembaharuan yang terkait dengan purifikasi pada wilayah ibadah mahdlah (ibadah khusus) yang pesan substantifnya adalah demistifikasi hal-hal yang memang bersifat duniawi dan mengembalikan kemurnian tata aturan ritual Islam. Berbagai ritual yang bersumber pada tradisi lokal, yang kental aroma mistiknya, didekonstruksi, sehingga umat tidak terjebak pada perilaku absorditas keyakinan (tahayul dan khurafat) yang membelenggu potensi rasionalitas dalam melihat dan menyelesaikan persoalan-persoalan dunia. Singkat kata, jika ingin sukses, maka harus tekun dan ulet serta penuh dengan pertimbangan (planning) bukan lantas menyebar sesaji di Laut Selatan, misalnya.
Pengalaman pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah ternyata tidak cukup membawa Muhammadiyah saat ini untuk senantiasa dalam barisan paling depan mengusung agenda tajdid, khususnya dalam bidang pemikiran keagamaan. Secara hampir mayoritas, di lingkungan Muhammadiyah masih cukup enjoy dengan warisan pembaharuan masa silamnya yang sungguh boleh dikatakan untuk saat ini layak dikatakan sebagai barang rongsokan. Mengapa tidak? Itu kan produk masa lampau yang terikat dengan semangat jamannya, sehingga ketika jaman telah berubah, tantangannya juga telah berubah, maka sudah selayaknya formulasi pemikiran yang ditawarkan untuk menjawab problem jaman pun harus berubah, tidak bertahan kepada sesuatu yang mapan, status quo.
Konservatisme pemikiran di Muhammdiyah adalah biang dari segala kebekuan pemikiran saat ini. Lebih parah lagi ketika menganggap konservatisme itulah yang otentik, yang paling Qur’ani, yang paling nyunnah. Sehingga ketika muncul pemikiran yang sedikit liberal, maka timbul perlawanan yang seolah-oleh itu adalah virus yang harus segera dimusnahkan, sehingga tidak menimbulkan “demam” berkepanjangan di Muhammadiyah. Konservatisme dipandang sebagai sesuatu yang menyelamatkan ketimbang masalah serius yang mengganggu agenda tajdid Muhammadiyah di usianya yang kian tua ini. Padahal sangat mustahil kyai Dahlan mendobrak tradisi lama yang kontra produktif dengan semangat pembebasan Islam dengan menawarkan ajaran baru yang sejalan dengan semangat jaman, melakukan itu dengan pemikiran konservatif. Pemikiran Kyai Dahlan bukan berangkat dari konservatisme, tetapi lebih didorong oleh semangat pembaharuan yang berbasis pada progresifisme yang transformatif. Ciri dari progresivisme pemikiran Kyai Dahlan adalah timbulnya resistensi akibat dari pemikiran yang melawan maintreen (arus utama) alias pemikiran Kyai Dahlan kala itu memiliki bobot kontroversi yang kuat. Kontroversi ini yang menandai pemikiran progresif di manapun.
Maka sangat menyedihkan jika Muhammadiyah saat ini alergi dengan hal-hal yang bersifat progresif. Progresivitas memang kontroversial, tetapi bukankan pembaharuan itu pasti memunculnya pro-kontra sebagai asal mula kontroversi muncul? Lantas mau di bawa ke mana Muhammadiyah menjelang satu abad kelahirannya jika masih terus-terusan emoh terhadap new paradigm (cara berfikir baru) dan masih bersikukuh terhadap sesuatu yang lama yang sudang usang? Di mana peran pembaharuan Muhammadiyah untuk masa kini dan masa mendatang? Atau cukup di sini saja sejarah panjang Muhammadiyah?
Tentu berputus asa adalah tidak patut dipelihara karena jelas dibenci oleh Tuhan. Bentuk ketidakputusasaan dalam hal ini perlu duwujudkan dengan senantiasa mendorong Muhammadiyah agar tidak semakin jauh terseret arus konservatisme dan meninggalkan semangat pembaharuan yang mestinya include dalam gerak nafasnya. Dorongan-dorongan yang bersifat sporadis yang dilakukan oleh kelompok kreatif (creative group) perlu dilakukan lebih sistemik dan solutif, tidak malah menciptakan problem baru, konservatisme baru.
Kuntowijoyo pernah berujar : “Kala kelompok elit Islam (ulama atau cendekiawan) dirasa kurang peduli dengan nasib rakyat, bukan berarti mereka orang-orang yang sengaja mengabaikan perintah agama, bisa jadi problemnya ada pada sistem pengetahuan mereka”. Pernyataan pak Kunto ini bisa dijadikan sebagai pijakan awal dalam mengurai benang kusut kemapanan pemikiran Islam di Muhammadiyah. Banyak orang pasti akan bilang bahwa buat apa terlalu banyak berteori, kalau yang penting adalah amal. Tetapi orang semacam itu perlu juga diingatkan dengan firman Allah Q.S. al-Isra’:36 : “Dan janganlah kamu ikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya…”. Amal nyata ternyata harus berbasis pada ilmu yang menjadi panduan baik normatif maupun praksis atas amaliah itu. Dengan kata lain sistem pengetahuan itu sangat penting untuk memberi bobot nilai sekaligus petunjuk (guidance) bagaimana amal dapat dilakukan, kapan, dan di mana.
Tajdid al-Afkar di Muhammdiyah dimulai dengan merubah sistem pengetahuan (system of knowledge) yang selama ini cenderung atomistic approach (pendekatan terpilah-pilah) lebih ke arah holistic approach (pendekatan menyeluruh) dalam mencandra pensoalan. Adagium “ar-ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah” harus lebih dimaknai sebagai “back to the principles of the Qur’anic ethical values” yang lebih substatif-kontekstual ketimbang kembali kepada aspek-aspek formal melulu. Majlis Tarjih Muhammadiyah harus merevitalisasi teori kunci (manhaj) dalam ijtihadnya sehingga memungkinkan produk pemikirannya lebih memihak kepada problem real umat. Majlis Tarjih jangan melulu melihat persoalan dari kaca mata fiqh (fiqh oriented) tetapi harus lebih melihat itu sebagai masalah komplek yang harus didekati dengan inter atau multi-disiplin.
Sehingga al-Tajdid al-Afkar tentu tidak bisa dilepaskan dari proyek revitalisasi – khususnya – Majlis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam, baik dari aspek metodologi dan pendekatan sampai aspek kelembagaan dan menejemen isunya. Aspek metodologi yang perlu direvitalisasi dimulai dengan membongkar (recontruction) metodologi lama, khususnya yang masih berbasis ushul fiqh klasik, dan perlu dicoba untuk digagas metodologi dan pendekatan baru yang mempertimbangkan perkembangan pemikiran yang terjadi di era kontemporer ini, baik di Timur maupun di Barat. Membongkar metodologi lama tidak berarti meninggalkan sama sekali metodologi itu. Prinsip al-muhafadhatu ‘ala qadim al-shalih, wa al-akhdzu li al-jadid al-ashlah (menjaga warisan lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik), perlu diterapkan dalam hal ini. Sebagai bentuk kongkret, misalnya, meramu sedemikian rupa antara qiyas-nya al-Syafi’i dengan teori batas (nadhariyah hududiyah) Muhammad Syahrur, antara mashlahat-nya at-Thufi dengan al-yasar al-Islami-nya Hasan hanafi, dan sebagainya.
Aspek kelembagaan juga penting direvitalisasi. Sebagaimana kebiasaan lembaga manapun, sebuah lembaga perlu disuplai dengan sumber daya manusia yang capable dan memiliki responsibility untuk melaksanakan -dengan profesional- misi lembaga itu. Seorang anggota Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam harus seorang faqih atau paling tidak scholar di bidang pemikiran Islam tentu sebuah keniscayaan, sebagainama sebuah rumah sakit yang mayoritas pimpinannya seorang dokter. Tetapi satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah komposisi keanggotaan yang merupakan representasi dari ragam masalah yang dihadapi, khususnya ketika menggunakan pendekatan inter atau multi-disipliner, yakni dengan melibatkan pula ahli-ahli di bidang lain di luar Islamic studies. Dan agar tidak bias gender, sebagaimana banyak dituduhkan oleh aktivis feminis, atas produk pemikiran Majlis Tarjih maka wajib hukumnya untuk melibatkan perempuan, dalam rangka melihat sisi-sisi persoalan dari kepentingan perempuan, agar prinsip keadilan gender terpenuhi dan tidak male bias (bias kelelakian).
Terakhir yang tidak kalah penting dalam proyek revitalisasi adalah menejemen isu. Banyak hal apa yang digagas dalam majlis adalah sesuatu yang sudah out of date, sudah tidak memiliki bobot actulity alias kadaluwarsa, sehingga tidak marketable. Perlu dipikirkan bagaimana menjembatani itu dengan terus-menerus melakukan kajian dan penelitian yang serius dan mendalam sehingga temuan-temuan pemikiran yang benar-benar baru dan dibutuhkan umat dapat terus terproduksi, bak air yang senantiasa mengalir dari mata air, tanpa henti dan menyegarkan. Dan tak lupa pula proses sosialisasi pemikiran (campaign of thinking) yang harus diatur secara cedas. Mulai dari kemasan bahasa yang tidak “melangit” sampai penggunaan media yang dapat diakses secara mudah oleh umat yang paling pelosok dan paling bawah.
Berbagai agenda itu diharapkan dapat menjadi sesuatu yang bisa mengawali langkah-langkah kongkret tajdid selanjutnya. Sungguh sayang jika Muhammadiyah yang sudah kadung dicap pembaharu ini lantas menjadi pro-status quo yang tidak bisa berbicara apa-apa di tengah-tengah problem keummatan sekaligus kebangsaan yang kian komplek. Sudah saatnya Muhammadiyah untuk goodbey terhadap konservatisme dan mengucapkan selamat datang (kembali) kepada progresivisme yang dulu pernah dimiliki Muhammadiyah. Wallhua'lam.

DAKWAH KULTURAL : SEBUAH DISKRIPSI IDEOGRAFIS

Loading

Oleh: Muhadjir Effendy

Pendahuluan
Tulisan pendek ini akan bertitik tolak dari sebuah ilustrasi kasus di Universitas Muhammadiyah Malang. Di mana sebagian besar perhatian saya, bahkan mungkin sebagian besar perjalanan umur saya, tercurah di lembaga ini. Katakanlah ini sebuah pendekatan ideografis dalam mencoba memahami dakwah kultural. Hasil pendekatannya memang menjadi sangat partikularistik bahkan unik. Namun cara melihat secara ideografis semacam ini ada baiknya, untuk membuat sebuah diskripsi bagaimana suatu spirit  dan gagasan dakwah kultural yang di “awang-awang” itu  ”mendarat” di alam nyata, menjadi sebuah  praksis. Meskipun sesungguhnya saya bukan satu-satunya individu yang memiliki peran dominan di lembaga ini, namun-setidak-tidaknya apa yang terjadi di UMM sedikit banyak juga merupakan penerapan atas pemahaman saya tentang bagaimana ber-Muhammadiyah di dunia nyata, bukan hanya ditataran ide atau pun wacana.
          Acap orang mempertanyakan, kena apa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tidak mewajibkan para mahasiswinya mengenakan jilbab?. Saya selalu jawab bahwa karena pada dasarnya UMM itu adalah lembaga dakwah. Dan itulah  missi utama dan spirit yang mendasari  Muhammadiyah sebagai  gerakan keagamaan. Sebagai gerakan Islam.  Adapun lembaga-lembaga yang dibuat oleh warga Muhammadiyah berupa pendidikan, sosial, kesehatan yang jumlahnya ribuan, ataupun  lembaga yang lainnya,  yang ada di bawah   Muhammadiyah itu adalah media dan sarana dakwah belaka.
           Dus, kalau UMM jauh-jauh hari mematok “harga” yang masuk UMM wajib berjilbab, itu jelas tidak sinkron dengan status  UMM sebagai salah satu diantara ribuan lembaga  pengemban missi dakwah Muhammadiyah tersebut. Kalau wajib jilbab itu  diberlakukan, ibarat UMM sebagai mesin penggiling padi, telah menjadikan beras, bukan gabah, sebagai in-putnya. Dalam kaitannya dengan urusan jilbab ini (kalau jilbab bisa dianggap sebagai indikator tingginya apresiasi ke-Islaman seseorang), UMM bukanlah lembaga penampung mahasiswi yang sudah berjilbab. Bahkan, yang sudah berjilbab, sebaiknya tidak usah masuk perguruan tinggi seperti  UMM . Tapi masuk saja perguruan tinggi umum barangkali lebih berfaedah untuk  melakukan  dakwah di sana.
           UMM  juga bukan lembaga yang membuat orang mengenakan berjilbab karena terpaksa atau setengah terpaksa, misalnya dengan paraturan. Barangkali yang lebi pantas dilakukan UMM adalah berusaha keras bagaimana menciptakan atmosfir yang membuat orang yang semula tidak berjilbab menjadi berjilbab. Dan “menjadinya” itu bukan karena dipaksa tapi maunya sendiri, atau karena kesadarannya. Bukan karena dibentuk, tapi melalui proses pembentukan diri sendiri.
              Pendekatan seperti tersebut di atas itulah yang  menurut saya yang disebut dakwah kultural, sebagai pembeda dengan dakwah struktural. Oleh sebab itu dakwah kultural sebetulnya sama dengan dakwah dengan pendekatan  penyadaran atau konsientasi.   Namun sebelum sampai pada tahap sadar, orang harus paham. Proses pemahaman (verstehen) yang bisa membuat  orang sadar, dan lantas secara mental bersedia mengadopsi ide dan pesan dakwah, kemudian “mendarah-daging” inilah menurut saya menjadi topik utama manakala kita memperbincangkan  dakwah kultural.
        Pengertian dakwah kultural memang sering dimaknai dengan sangat dangkal. Karena kata kultur telah dimaknai sebagai budaya dalam arti sempit menjadi kesenian, dan lebih sempit lagi sebagai seni tradisional-lokalit.
Dis-orientasi gerakan dakwah        
Agaknya spirit dakwah di Muhammadiyah memang patut dipertanyakan keberadaannya saat ini. Apa benar Muhammadiyah sekarang ini masih merupakan gerakan dakwah?. Setidak-tidaknya telah tidak memberi bobot yang signifikan di dalam usaha-usahanya di bidang dakwah ini. Jangan-jangan sudah mandeg menjadi gerakan amal.
             Salah satu indikator untuk membuktikan  dugaan di atas adalah dari segi penataan kelembagaan, di Muhammadiyah sekarang ini  tidak ada majlis dakwah. Yang ada lembaga dakwah khusus. Mungkin kata “khusus” ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa seluruh potensi yang ada dan usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah  adalah memiliki fungsi dan maksud untuk  dakwah. Sehingga fungsi kolektif ini disebut dakwah umum, disamping ada dakwah khusus yang dilakukan oleh lembaga khusus tersebut. Tapi apa memang demikian kenyataanya?. Dugaan saya, fungsi utama (dakwah umum) tersebut telah berjalan tidak sebagaimana yang diharapkan karena telah  mengalami reduksi dan deviasi.
               Memang di Muhammadiyah terdapat majelis tabligh tapi saya rasa peranannya sebatas dibidang tabligh, yang secara terminologi memang berbeda dengan dakwah. Majlis ini fungsinya lebih diarahkan  untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan fungsi sebagai “penyampai”, bukan “pengajak”. Dalam prakteknya gerakannya berkisar pada penyampaian pesan-pesan dalam kegiatan  pengajian-pengajian dan sebagai khotib dalam kegiatan sholat Jum’at dan solat hari raya.
                 Di kalang Muhammadiyah telah terjadi pemahaman umum (yang keliru) bahwa yang melaksanakan fungsi dakwah adalah majlis tabligh ini, plus lembaga dakwah khusus. Sehingga lembaga-lembaga lain secara parsial dan kompartemental juga menjalankan fungsi yang lain sama sekali. Misalnya lembaga-lembaga pendidikan hanya menjalankan fungsi penyelenggara dan pelayanan dibidang pendidikan, lembaga kesehatan juga hanya menjalankan fungsi pelayanan kesehatan dan seterusnya. Hal semacam inilah yang saya maksud telah terjadi reduksi atas pemahaman dan pelaksanaan dakwah yang padahal seharusnya semua komponen dan daya yang ada di Muhammadiyah itu secara  sentripetal (bergerak memusat)  kearah satu fungsi yaitu dakwah dalam arti aam maupun khos.
           Dari sisi lain, tanpa benar-benar disadari gerakan Muhammadiyah hanya terhenti (mandeg) sampai sebatas sebagai gerakan amal. Karena itu dalam setiap pembicaraan  diforum resmi di semua tingkatan, yang jadi fokus pasti masalah amal usaha. Bahkan soal amal usaha ini urgensinya mengalahkan masalah konsolidasi organisasi misalnya soal tertib administrasi keanggotaan Muhammadiyah. Untuk bisa mendirikan sebuah ranting, syarat utamanya harus memiliki amal usaha..Gerakan Muhammadiyah saat ini sangat diasyikkan oleh kesibukan beramal-usaha: membangun sekolah-sekolah, rumah-sumah sakit, panti-panti suhan, toko-toko swalayan, dan tempat-tempat ibadah. Bahkan untuk yang terakhir ini, dibeberapa tempat, sering akhirnya  dikuasai pihak lain.
            Memang amal-amal usaha itu penting dan menjadi “brand image” Muhammadiyah. Tapi maksud terakhir dari didirikannnya amal-amal usaha tersebut adalah untuk media dan sarana dakwah.  Yang kadang memprihatinkan adalah sering terjadi salah  niat. Jangankan untuk media dakwah, tidak jarang amal usaha yang seharusya untuk dakwah,  berubah menjadi  menjadi tempat  konflik yang berkepanjangan. Akibatnya para pengurus sibuk “meng-amar ma’ruf nahi munkar-i”  warganya sendiri. Fenomena inilah yang saya sebut bahwa dakwah di Muhammadiyah telah terdeviasi itu.

Minggu, 17 Februari 2013

VALENTINE DAY, SEJARAH DAN KEBURUKANNYA

Loading

VALENTINE DAY (HARI BERKASIH SAYANG)
Menurut pandangan Islam
 Benarkah ia hanya kasih sayang belaka ?
  Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)
  Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.

 SEJARAH VALENTINE: Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo. Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.
  Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
  Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
  Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
  Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

PANDANGAN ISLAM  Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
  Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.: Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)

Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
  Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:- Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam  masalah 'Valentine Day'.
  1. PRINSIP / DASAR
   Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama  Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
  2. SUMBER ASASI
   Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak. Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan  mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.

3. TUJUAN
   Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan      yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
  4. OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan    syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27) Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan    semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat    mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati    mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
  Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim.  Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.
  Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
  MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
  Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya. Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w. Firman Allah s.w.t.:
Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
  Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!!  Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..

Sejarah Valentine Day dan Hukum Merayakannya dalam Islam

valentine dayMenurut data dari Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda.

Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Santo atau Orang Suci yang di maksud yaitu :

Pastur di Roma
Uskup Interamna (modern Terni)
Martir di provinsi Romawi Afrika.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Hari raya Valentine Days ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Hukum Merayakan Valentine Dalam Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, ” Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ” (HR. At-Tirmidzi) .

Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM “.

Mengapa ? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.

Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, ” Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh ”, karena alasan berikut :

Pertama : Ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.

Kedua : Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) semoga Allah meridhai mereka.

Contoh kasus : Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.

Saudaraku!! Ini adalah suatu kelalaian, mengadakan pesta padavalentine day hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.

Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.

Di dalam ayat lainnya, artinya, ” Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22).

Jadi, kesimpulan dari hukum Perayaan Valentine adalah sebagai berikut :

Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.

Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.

Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.

Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati hari Valentine’s tersebut.


Inilah Keburukan Budaya Orang Kafir tentang Perayaan Valentine's Day

JAKARTA (voa-islam.com) - Hampir setiap negara di belahan dunia memiliki tradisi-tradisi tersendiri dalam merayakan Hari Kasih Sayang alias Valentine, yang jatuh setiap 14 Februari. Ternyata, Valentine's Day itu membawa keburukan, budaya yang merusak generasi muda, mulai dari foya-foya hura-hura, seks bebas, hingga pesta miras dan narkoba.
Di Jepang, Hari Kasih Sayang menjadi ajang foya-foya. Pengusaha cokelat betul-betul memanfaat moment itu. Jelang Valentine’s Day, sudah muncul promo besar-besaran, sebagai hari dimana kaum wanita memberi kaum pria sesuatu yang mereka sukai, seperti cokelat. Pemberian ini tidaklah dilakukan secara sukarela, melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar.
Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Sebagai balasannya, kemudian muncul sebuah hari yang disebut "Hari Putih" (White Day). yang jatuh pada 14 Maret, pada hari ini pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diminta memberi sesuatu kembali kepada rekan wanitanya.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari lainnya yang mirip dengan kedua hari itu ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi), yang dirayakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender bulan Tionghoa.
Di Cina, layanan pacar pinjaman mengalami peningkatan pada tahun ini. Lonjakan itu terjadi lantaran jarak antara perayaan Tahun Baru China dan hari Valentine berdekatan. Situs digitaljournal.com melaporkan, Sabtu (9/2), menurut salah satu situs belanja terkenal asal negeri Tirai Bambu, Taobao, bisnis pacar laki-laki pinjaman sangat laku pada tahun ini. Taobao melansir bisnis ini meningkat 884 persen dibandingkan tahun lalu.
Harga layanan ini tergantung pada kebutuhan yang diinginkan pelanggan. Untuk sekadar menonton bioskop, maka pelanggan akan dikenakan biaya Rp 77 ribu. Namun, biaya akan ditambah jika yang ditonton adalah film seram. Jika Anda meminjam pacar laki-laki untuk menemani Anda belanja, maka akan dikenakan biaya Rp 62 ribu per jam. Sementara untuk menemani Anda ke pesta, makan malam, atau hanya sekadar berbincang-bincang akan dikenakan biaya berbeda-beda dengan hitungan per hari atau per jam.
Sedangkan biaya untuk menjadi teman minum, maka biaya yang dikenakan tergantung dari jenis minuman itu, seperti anggur, bir, dan minuman keras. Selain itu, untuk paket khusus pelanggan akan dikenakan biaya Rp 1,2 juta per hari. Sementara untuk salaman, pelukan, dan ciuman perpisahan baik di leher atau di dahi tidak dikenakan biaya.
Pengusaha penyedia layanan pacar pinjaman, Gao, mengatakan kesempatan untuk terjun ke bisnis ini dia dapatkan dari sebuah iklan di surat kabar. Saat itu dia melihat ikan yang menyebut, 'Mencari pacar laki-laki atau perempuan yang dapat dipinjam dengan gaji bulanan Rp 15 juta ke atas'.
Di Indonesia, terutama di, Pasar Bunga, Rawa Belong, Jakarta Barat dipadati dengan penjual bunga serta pernak-pernik. Tidak hanya itu budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini menjadi budaya populer di kalangan anak muda. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.
Di Michigan, AS, Hari Kasih Sayang justru dirayakan dengan perceraian. Rupanya moment ini adalah akhir yang melegakan bagi pasangan bermasalah, akan membuka pintu kebahagiaan dengan pasangan di masa depan.

Sorang pengacara di Kota Southfield, Michigan, Amerika Serikat, menjadikan Hari Kasih Sayang sebagai momentum amal. Walter Bentley memberikan kesempatan bagi pasangan tidak bahagia untuk menerima layanan perceraian gratis.

“Pasangan yang dapat memberikan kisah paling menyentuh dan mengharukan akan saya wakili secara gratis. Mereka tidak perlu merogoh kocek hingga US$1.500 -$3.000, ongkos normal perceraian,” kata Bentley kepada ABC News, Senin lalu. Kompetisi ini hanya diperuntukkan bagi pasangan yang tinggal di Michigan dengan tenggat 12 Februari lalu.

Hari kasih sayang atau valentine day yang diperingati setiap 14 Februari dianggap biasa saja oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama (Ahok). "Valentine, lu kayak orang bule aja. Aku orang kampung masalahnya. Tahu valentine setelah sampai Jakarta, apa itu valentine?," candanya kepada wartawan di Balai Kota Jakarta, Rabu (13/2/2013) malam. [desastian]


VALENTINE DAY APAKAH PERLU UNTUK MUSLIM
Kita sebagai bangsa Indonesia memang tidak bisa memungkiri adanya perbedaan, salah satunya adalah perbedaan agama dan tentu saja cara beribadahnya. Bagi kaum non muslim barangkali valentine yang di artikan kasih sayang itu memang tidak terlarang dan memang menjadi barangkali sebuah ibadah bagi mereka. Akan tetapi bagi muslim apakah itu merupakan ibadah juga atau setidaknya tersirat untuk meramaikannya ? Jawaban yang sangat jelas adalah TIDAK PERLU IKUT MERAYAKAN atau lebih pasnya lagi HARAM. Sebab toleransi kita kadang tidak pernah dibatasi dengan tauhid dan kalau sudah menyeberang tauhid artinya sama saja dengan masuk ke wilayah ibadah, dan bila masuk wilayah ibadah bila kita ikut melakukannya adalah haram, jelas sekali keharamannya, karena tidak ada pencampur adukkan IBADAH, apalagi dalam Islam sudah sangat jelas, bagimu agamamu bagiku agamaku. Lalu apakah orang Islam tidak mempunyai kasih sayang seperti mereka ? Saya balik bertanya kepada anda yang meragukan kasih sayang orang muslim kepada semua makhluk. Karena sudah sangat jelas bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, dan tentu saja selalu saja ada yang menentangnya dan meragukannya.
BAGIAN TERORIS SELALU SAJA JADI WACANA PENYERANGAN KEPADA ISLAM SEBAGAI RAHMAT BAGI ALAM SEMESTA
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa jihad yang mereka sebut sebagai teror. Jelas sekali perbedaan antara teroris dan mujahidin. Yang memperjelas adalah agama dan keyakinan mereka. Untuk jadi teroris tidak perlu menjadi orang muslim, tebar teror kesana kemari….. jadilah teroris. Dan untuk menjadi seorang mujahidin tidaklah mudah, agamanya harus benar, niatnya harus benar, dan yang diperangipun harus benar, semua ada contoh dari Rasullullah SAW, jadi sangat naif mereka yang menyebutkan bahwa mujahidin sama dengan teroris. Tapi sayangnya ada kekuatan dan pihak-pihak yang cenderung mengarahkan hal itu kearah kebenaran. Artinya mencoba dan berusahan membuat mujahidin sama dengan teroris. Dan kita tidak bisa menyangkalnya. Kembali keadaan Valentine yang diartikan kasih sayang, kasih sayang versi kita tidak mesti menyebut sebuah hari saja, kenapa menunggu lama-lama untuk memberi kasih sayang kepada sesama ? Memberi kasih sayang seperti sedekah, menyekolahkan anak yang tidak mampu, memberikan pendidikan gratis, menampung pengangguran dengan padatkarya dan hal-hal sosial lain yang IKHLAS dalam memberi kasih sayang dan satu lagi tidak perlu menunggu HARI VALENTINE. Kasih sayang Islam dan muslim tidak bisa dan tidak akan tercoreng karena beberapa saudaranya disebut teroris atau memang teroris sungguhan, karena dalam sholat selalu yang dibaca adalah salam – ke kanan dan kekiri – artinya menyerbarkan keselamatan dan kasih sayang kepada semua makhluk dan ini dilakukan muslim setiap hari dan setiap waktu. Salah satu contoh dari sifat kasih sayang adalah dermawan, suka bersedekah suka menolong, karena menolong yang dimuka bumi akan berpahala dengan datangnya pertolongan dari Allah SWT. Dan itu tidak usah menunggu tanggal kapan, selagi bisa membuat sebuah kebaikan – dalam hal ini kasih sayang – mengapa tidak dilakukan secepatnya ?
TRADISI BURUK REMAJA KITA
Saya sebagai wong Jawa meminjam bahasa teman saya yang mengatakan bahwa kita telah keracunan kebiasaan orang barat – teman saya bilang MASUK ANGIN – barat (bhs jawa) sama dengan ANGIN (bhs indonesia)- nah berapa banyak muslim yang MASUK ANGIN ini ? Terutama adalah kalangan remaja yang tipis imannya, terlalu mudah goyah dan tergoda untuk mengikuti kebiasaan sesat orang-orang barat yang versi muslim adalah jauh dari akhlak yang baik, maksiat dengan sengaja, menurutkan hawa nafsu dan tentu saja berteman dengan syetan yang terkutuk. Valentine Day adalah salah satu SENJATA ampuh musuh Allah SWT untuk menghancurkan dengan halus generasi penerus muslim yang terutam, dan manusia pada umumnya. Kepada orang muslim semua ” Hai saudaraku, valentine day adalah Ibadah buat orang-orang (non-muslim) tapi buat kita adalah sebuah kemaksiatan, sebuah penyelewengan agama yang sudah sangat jelas.”. Yang saya katakan kepada MUI dan ditujukan kepada umat Muslim apakah FATWA mereka bagi umat ISLAM mengenai VALENTINE DAY ini yang jelas-jelas sudah menyangkut peribadatan. Apakah tidak ada yang tahu diantara kalian atau tepatnya tidak ada yang berani diantara kalian yang menyebutkan bahwa VALENTINE DAY ADALAH HARAM BAGI UMMAT MUSLIM?, kalau tidak mengharamkan yang setidaknya laranglah mereka yang merayakannya.

KEBURUKAN VALENTINE DAY UNTUK MUSLIM
Yang pertama jelas tindakan yang berdosa, karena beribadah seperti ibadahnya orang lain, menyerupai agama lain. Sebuah hari yang dipergunakan untuk berperilaku hewani untuk sebagian orang – melampiaskan “kasih-sayang” kepada pacarnya dengan bermaksiat – dan memberi ucapan yang mubazir bagi muslim, dimana raja gombal akan dibimbing syetan untuk mencari mangsa sebanyak-banyaknya dan tonggak nya adalah hari Valentine ini. Bagi muslim tentulah bukan sebuah jalan yang baik melampiaskan “kasih-sayang” seperti hewan, kasih sayang adalah tidak mesti memperturutkan hawa nafsu hewani tersebut. Bagi yang merasa melakukannya dan kebetulan muslim segera bertobatlah. Karena perilaku maksiat dan zina ini berapa banyak bayi yang harus digugurkan, berapa banyak nyawa yang harus melayang – baik janin maupun ibunya – dan berapa banyak lagi orang yang tertular HIV? Saya tidak akan membenci kepada kalian, lebih tepatnya saya membenci perilaku maksiat tersebut dan saya kasihan kepada yang melakukannya. Biaya untuk valentine day bisa anda sumbangkan untuk membantu sekolah-sekolah di negeri ini yang keadaannya anda tahu sendiri, biaya untuk valentine day mendingan anda tabung untuk menikahi kekasih saudara, dan ketahuilah akibat dari semua perilaku maksiat, akan membawa kerusakan moral, bahkan bencana yang bertubi-tubi akibat dari kemaksiatan tersebut. Salah satunya adalah perzinahan ini. Apakah harus memukul rata setiap orang dihari Valentine berzina ? Tidak, tetapi bagi yang merayakannya dan itu muslim adalah tidak ada bedanya dengan orang yang “mempunyai” tradisi tersebut. Dan bagi mereka yang merayakan dan agamanya memang yang mempunyai tradisi tersebut, itu urusan mereka, dan yakinlah bahwa tidak semua yang datang dari barat itu bagus untuk kita. Dan yang tidak bagus untuk muslim salah satunya adalah Valentine Day ini.

TANGGAL BERBAHAYA BAGI UMAT MUSLIM MUDA-MUDI
Tahun baru Masehi (1 Januari) dan Valentine (14 Pebruari), adalah tanggal yang membahayakan bagi umat muslim terutama yang masih muda dan kebetulan ilmu agamanya lemah, atau malah tidak mengtahui bahwa ikut merayakan hari-hari ibadah mereka adalah sebagai sebuah penyimpangan tauhid? Dan yang jelas adalah bagi kaum tua (orang tua yang mempunyai anak-anak remaja) jangan membiarkan mereka berlaku seperti orang-orang sekarang. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Jelaslah bahwa ditanggal tersebut sebagian dari kita sering ikut merayakannya dan tanyakan kepada ustadz saudara apakah diperbolehkan ? Bila diperbolehkan tanyakan kembali dalil-dalilnya. Dan bila dilarang, semuanya sudah jelas, bila kita tetap ikut-ikutan berarti kita telah bermaksiat.
1 Januari, ada diantara kita yang menunggu semalam suntuk untuk melihat detik-detik pergantian tahun dengan tradisi yang kebarat-baratan – tepatnya jahiliyah barangkali – apa yang lupa ? Sholat shubuh tertinggal karena bangun kesiangan, atau bahkan pesta pora dengan minuman keras dan lainnya. Lalu pada hari valentine kita seolah jadi ayam liar yang siap menggoda dan menggila kepada yang bersedia digoda,…. membawa bunga, coklat dan minuman keras tentu saja. Apakah tindakan keburukan ini tidak bisa anda renungkan ? apakah ada manfaatnya ataukah banyak keburukannya ? Bila kita berzina lalu apakah dihari velentine ini menjadi halal ? Tidak..!!!
Salah tafsir saya kepada hari valentine karena berdasarkan bukti yang nyata, berdasarkan fakta yang jelas. Bila hari valentine adalah hari kasih sayang apakah kasih sayang sama dengan bermaksiat (khususnya zina)? Tidak ada yang mempermasalahkan hari Valentine kalau dilakukan dengan tidak adanya “kasih-sayang” tersebut. Biaya yang besar untuk berbuat mubazir dan maksiat sebenarnya akan lebih baik untuk berkasih sayang yang lain seperti membantu orang miskin disekitar kita dan membantu negeri ini yang sedang prihatin.

SOLUSI
Lakum diinukum wa liyadiin, bagimu agamamu bagiku agamaku, jadi jelas bagi orang muslim jelas laranganya merayakan ibadah orang lain (dalam hal ini hari valentine) dan anda boleh menggoogling asal muasal dari hari Valentine ini. Di mulai dengan Saint Valentine. Atau Klik Link ini. Dari manakah asal muasal hari valentine ini, saya pertanyakan khusus untuk saudaraku yang muslim. Semoga anda mengetahui.
Terima kasih.