Belajar Lagi

Pelantikan Pemuda Muhammadiyah di pendopo Tuban

Foto disek karo senior

Acara Pelantikan Pemuda Muhammadiyah Kab. Tuban.

Akhir Diklat Kokam

Duklat Kokam dan SAR Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Tuban.

RAKERDA PDPM DI MERAKURAK

rAPAT KERJA PIMPINAN DAERAH PEMUDA MUHAMMADIYAH.

BAB PCPM PALANG

Perkaderan Pemuda Muhammadiyah Palang

tanpa judul

pemandangan

MEMBACA ADALAH KUNCI UNTUK MENGETAHUI DUNIA

Kadang kala menunggu itu membosankan, akan tetapi berbeda kalau menunggunya sambil baca-baca

PANDANGAN MATA

Pandangan mata kadang kala, melabuhi hal-hal yang sebenarnya

Minggu, 06 Februari 2022

KULTUM RAMADHAN KE-30=Menguatkan Nilai-Nilai Fitroh dalam Puasa

Loading

 


Menguatkan Nilai-Nilai  Fitroh dalam Puasa

1.         Pengertian Fitroh 

a.        Kembali Kepada Fitroh (menjadi suci karena dosa-dosanya diampuni)

b.        Kembali kejiwa fitroh yang otentik (nilai-nilai ketuhanan/Identitas Awal)

c.        Kembali kepada Fitroh Islam, yang syariatnya melindungi dan menjaga harkat dan martabat kemanusiaan.

d.        Kembali berbuka (idul Fitri): berlebaran

 

2.       Langkah-langkah meraih Fitroh

a.        Saddidu (Antara saran dan Tujuan harus sesuai).

b.        Waqoribu (ada kesungguhan untuk mendapatkannya).

c.        Wa’amali (Aksi nyata)

d.        Wakhoyyiruhu (ada alternative sebagai pilihan)

e.        Khoiron Amala (skala prioritas)

Menguatkan Nilai-Nilai  Fitroh dalam Puasa

1.    Pengertian Fitroh 

 

[ من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ] متفق عليه.

كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه فقال الفطرة التي فطر الله عز وجل التي فطر الناس عليها : إسناده صحيح

Qs; 30-30 فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

2.   Langkah-langkah meraih Fitroh

 

سددوا وقاربوا واعملوا وخيروا واعلموا أن خير أعمالكم الصلاة ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن{رواه أحمد}

Artinya: Beramallah dengan tepat dan berusahalah mendekati ketepatan, beramallah dan berikan pilihan. Ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah sholat, dan tidak memelihara wudhu kecuali seorang Mukmin.

URAIAN SINGKAT

Menguatkan Nilai-Nilai  Fitroh dalam Ibadah Puasa

@  Fatkhur Rozaq, S.Ag

Prolog

Syukur Al-hamdulillah, hari ini kita kaum Muslimin telah seleseai menjalankan Puasa Ramadhan genap satu bulan lamanya, dan hari ini pula telah dikumandangkan takbir sebagai hari kemenangan, hari dimana kita dikembalikan jati diri kita sebagai manusia, kembali kepada Fitrah (IDUL Fitri) akibat dari buah Ramadhan, dan salah satu diantara ma’na Fitrah tersebut adalah kembalinya manusia kepada Jiwa yang otentik (Asli ke watak dasar manusia).

 

إنّ اللهَ تبارَكَ وتعالى فَرَضَ صيامَ رمضانَ عليْكُم وسَنَنْتُ لكم قيامَهُ فمنْ صامَهُ وقامهُ إِيْمانا واحْتِسابا خَرجَ مِن ذُنوبِه كيومِ وَلَدتْهُ أمُّهُ

Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan puasa ramadhan kepada kalian dan aku telah menyunahkan qiyamnya. Barang siapa yang mengerjakannya dengan iman dan mengharap ridho Allah maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti di hari dilahirkan ibuny. (HR. Nasa’i, IBNU Majjah dan Ibnu Khuzaimah,

Komentar : Al-Bani: Hadits Dhoif sanadnya tetapi penggalannya (matannya) Shohih, Juga maknanya tidak bertentangan dengan hadits lain.

 

Ketetapan Fitrah: Dibalik Penciptaan Dan Ibadah

1.       Setiap bayi lahir dalam keadaan Islam (Fitrah)

Setiap bayi yang lahir adalah kondisinya fitrah, maka baginya tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Sehingga salahlah anggapan adanya dosa warisan.

قال : كل مولودٍ يُولدُ على الْفِطْرَةِ فأبواهُ يُهوِّدانِه ويُنصِّرانِه ويُشرِكانِه.

Setiap bayi yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikan yahudi, nasroni atau Musyrik (HR. Ahmad 2/410)

أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى , وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.(An-Najm: 38-39).

 

2.     Mewujudkan Kondisi Fitroh:

a.    Kondisi fitrah harus  tetap terjaga, karena: Betapun Ia telah bersih, pada hakekatnya Ia dalam Kondisi Lemah, sehingga membutuhkan rutinitas yang mengkondisikan agar tetap pada posisi awal (ramadhan). Hal ini bisa dipahami, bahwa pasca Ramadhan disaat tidak berpuasa, banyak yang terlupakan dari kebiasaan kebaikan yang pernah dilakukan, akibat godaan Nafsu syahwat dan lainnya.

يقول : صوم شهر الصبر وثلاثة أيام من كل شهر صوم الدهر ويذهب مغلة الصدر قال قلت وما مغلة الصدر قال رجس الشيطان.

“Puasa di bulan Kesabaran, dan tiga hari setiap bulan akan menghilangkan belenggu di dada, yaitu kotoran-kotoran Syaitan (Nafsu Syahwat).(HR. Ahmad 5:154).

b.      Kondisi Fitrah tetap terjaga manakala terjadi keseimbangan, antara:

1.       Antara Fardhu dan Sunnah, disamping dia mengerjakan fardhu, dia juga berusaha mengerjakan ibadah Sunnah.

وعن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إن الله تعالى قال : من عادَى لي ولِيًّا فقدْ آذنْتُهُ بالحَرْبِ وما تقرَّبَ إِليَّ عبْدِي بشيْءٍ أَحبَّ إليَّ مِمّا افترَضْتُ عليه وما يَزالُ عبْدي يَتَقرَّبُ إلي بالنّوافِل حتى أُحِبَّهُ فإذا أحبَبْتُهُ كنتُ سَمْعَهُ الذي يسْمَعُ به وبصرَهُ الّذي يُبْصِرُ به ويدَهُ التي يَبْطِشُ بها ورِجْلَه التي يَمْشِي بها وإنْ سأَلَني لَأُعْطِينَّهُ ولئنْ اسْتَعاذَني لَأُعِيذَنَّهُ, وما ترددت عن شيء أنا فاعله ترددي عن نفس المؤمن يكره الموت وأنا أكره مساءته ولا بد له منه " . رواه البخاري

Sesungguhnya Allah Berfirman, “ Barang siapa yang memusuhi kekasihku maka berarti ia menentangku untuk berperang, Tiada yang lebih aku sukai dari hambaku untuk mendekatkan diri kepadaku daripada apa yang aku wajibkan kepadanya, Hambaku akan terus menerus mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga aku mencintainya. Maka apabila aku mencintainya maka aku akan menjadi pendengar yang digunakan nya untuk mendengar, menjadi penglihatan yang digunakan melhat, mejadi tangan yang digunakan untuk memukul, dan menjadi kaki yang digunakan untuk berjalan. Jika hambaku memohon kepadaku maka aku akan memberinya, jika mohon perlindungan kepadaKu, maka aku akan melindunginya.

 

2.     Antara Shiyam dan Qiyam, keseimbangan antara Ibadah fi’liyah dan Penguatan Tazkiyah, sebagai konsekwensi penghambaan secara sempurna.

إنّ اللهَ فرَضَ فَرائِضَ فلا تُضيِّعوها وَنَهَى عنْ أشْيَاءَ فلا تَنْتَهِكُوها وحدَّ حُدودًا فلا تَعْتَدُوها وغَفَلَ عن أشياءَ مِنْ غيْرِ نِسْيانٍ فلا تَبْحَثُوا عَنْهَا .رواه الطبراني.

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan hal-hal yang wajib maka janganlah kalian menyia-nyiakannya, Ia telah melarang berbagai hal maka janganlah kalian melarangnya. Ia telah menetapkan batasan-batasannya maka janganlah kalian melampuinya. Dan Ia telah mendiamkan berbagai hal, bukan karena lalai maka janganlah kalian mempermasalahkannya.

3.     Antara Iman dan Ihtisab, perpaduan ini ibarat Mesin Sepeda Montor, maka Iman adalah pendorong dan penggeraknya (gas) dan Ihtisab sebagai pengendalinya (rem), sehingga tepat sasaran sesuai tujuan, yaitu mendapat keridhoan Allah SWT.

[ من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ] متفق عليه.

 

سَدِّدُوا وقارِبُوا واعْمَلوا وخيِّرُوا واعْلَمُوا أن خيْرَ أعْمالِكُم الصَّلاةُ وَلا يُحافِظُ على الْوُضوءِ إلاّ مُؤْمِنٌ{رواه أحمد}

Artinya: Beramallah dengan tepat dan berusahalah mendekati ketepatan, beramallah dan berikan pilihan. Ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah sholat, dan tidak memelihara wudhu kecuali seorang Mukmin.

 

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

a.        Saddidu (Antara saran dan Tujuan harus sesuai).

b.        Waqoribu (ada kesungguhan untuk mendapatkannya).

c.        Wa’amali (Aksi nyata)

d.        Wakhoyyiruhu (ada alternative sebagai pilihan)

e.        Khoiron Amala (skala prioritas amalnya)

f.         Istiqomah (terus menerus dilakukan semampunya).

 

Penutup

Semoga setelah Ramadhan (PASCA RAMADHAN) kali ini, kita menjadi lebih baik. Serta ada perubahan secara sistemik bukan Asal-asalan, dengan training Ramdhan yang kita lakukan.

Berjuang secara sungguh-sungguh (Mujahadatun al-Nafsi) dan Istiqomah (Self Confident), untuk memerangi segala ego, nafsu serakah dan keengganan kita untuk melakukan kebajikan, terlebih dalam memenuhi panggilan Allah SWT. memang sangatlah berat tantangannya. Tapi barang siapa yang bersungguh-sungguh untuk merubah dirinya, pasti Allah SWT Akan memberikan jalan keluarnya berupa perubahan yang sempurna. Wallahu A’lamu.....

 

 

 

 

KULTUM RAMADHAN KE-29=Meraih Khusnul Khatimah dengan Puasa

Loading

 


MATI DI BULAN RAMADHAN: Akhir dari Puncak Kebahagiaan

 

1.    Meraih Khusnul Khatimah dengan Puasa

a.       Melakukan Puasa yang terbaik, selain Ramadhan

b.       Melaksanakan puasa 3 hari setiap bulan

c.        Memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa sesering mungkin, karena berarti dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa.

d.       Merasa sedih jika tertinggal ibadah puasa.

 

2.    Meraih Khusnul Khatimah dengan Puasa

عبد الله بن عمرو قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم ( أحَبُّ الصيامِ إلى الله صيامُ داوُدَ كان يَصومُ يَوْمًا ويُفْطِرُ يَوْما وأحبُّ الصلاةِ إلى الله صلاةُ داودَ كان يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ ويَقُوْمُ ثُلُثَهُ وينامُ سُدُسَهُ).

Puasa yang palig dicintai Allah adalah puasa Daud, ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan Sholat yang paling dicintai Allah adalah sholat Daud, dia tidur separuh malam dan sholat 1/3 malam dan tidur lagi 1/6nya. (HR Bukhori: 3/1257).

صَوْمُ ثلاثةُ أيَّامٍ صومُ الدَّهرِ كلِّه.

Berpuasa tiga itu seperti puasa sepanjang tahun” (HR. Bukhori)

عن زيد بن خالد الجهني : قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ فطَّرَ صائِمًا كانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غيْرَ أنَّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أجْرِ الصائِمِ شيْئًا.{قال أبو عيسى هذا حدِيثٌ حَسنٌ صَحيحٌ}

Barang siapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa. (HR Tirmidzi 3/169).

مَنْ سَرَّتْهُ حسنَتُهُ وساءَتْهُ سيِّئتُهُ فذلِك الْمُؤْمِنُ.

Barang siapa yang gembira dengan kebaikannya dan merasa sedih atas keburukannya, maka dia itu adalah seorang mukmin. (HR. Tirmidzi  4/465).

URAIAN SINGKAT

MATI DI BULAN RAMADHAN: Akhir dari Puncak Kebahagiaan

 

وعن حذيفة قال : أسندت النبي صلى الله عليه وسلم إلى صدري فقال :مَنْ قالَ لا إلهَ إلاَّ اللهُ

خُتِمَ له بِها دخَلَ الْجَنّةَ ومنْ صامَ يوْمًا ابتغاءَ وجهِ اللهِ خُتِمَ له بِها دخَلَ الْجَنّةَ ومنْ تَصدَّقَ بِصدقَةٍ ابْتِغاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ له بِها دخَلَ الْجَنّةَ. رواه أحمد وروى البزار طرفا منه في الصيام فقط ورِجالُه موْثِقوْنَ.

Artinya: Barangsiapa mengucapkan Lailaha....yang usianya ditutup dengannya, ia masuk surga, dan barang siapa berpuasa sehari mengharap ridlo Allah yang usianya ditutup dengannya, iamasuk surga. Dan barang siapa bersedekah sematamata mencari ridho Alah, yang usianya ditutup dengannya, ia masuk surga. (HR,Ahmad dan Bazzar dari Khudaifah r.a. /Majmu’ Zawaid: 3:66).

 

Prolog

Kematian pasti datang, namun kita tidak tahu kapan terjadinya. Maka sudah seharusnya kita berusaha memperoleh Khusnul Khotimah dipenghujung usia kita, dimana segala kebaikan dilipatgandakan dan segala keburukan kita diampuni serta dihapuskan oleh Allah SWT. Sehingga diakhirat kita akan dimasukkan ke dalam surga.

Maka setiap Muslim yang meninggal dalam kondisi berpuasa, baginya akan dimasukkan surga. Sebagaimana hadits Ahmad di atas, yaitu:  من خُتِمَ له بصيام دخل الجنة, barang siapa yang usianya ditutup dengan berpuasa, iamasuk surga.

 

3.    Meraih Khusnul Khatimah dengan Puasa

Beberapa langkah yang patut kita lakukan, agar dapat meraih khusnul khotimah pada saat kita berpuasa, yaitu:

a.        Melakukan Puasa yang terbaik, selain Ramadhan.

Menjadikan kebiasaan kebaikan puasa yang kita lakukan selama Ramadhan dan apabila masih diberikan kesempatan menjalani hidup di luar Ramadhan, tetap membiasakan puasa, seperti puasa Daud, karenanya peluang terbesar disaat meninggal, dia tetap terjaga dalam kondisi puasa. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW:

عبد الله بن عمرو قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم ( أحَبُّ الصيامِ إلى الله صيامُ داوُدَ كان يَصومُ يَوْمًا ويُفْطِرُ يَوْما وأحبُّ الصلاةِ إلى الله صلاةُ داودَ كان يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ ويَقُوْمُ ثُلُثَهُ وينامُ سُدُسَهُ).

Puasa yang palig dicintai Allah adalah puasa Daud, ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan Sholat yang paling dicintai Allah adalah sholat Daud, dia tidur separuh malam dan sholat 1/3 malam dan tidur lagi 1/6nya. (HR Bukhori: 3/1257).

b.       Melaksanakan puasa 3 hari setiap bulan, jika merasa berat puasa Daud, karena memiliki nilai yang sama dengan puasa sepanjang tahun.

صَوْمُ ثلاثةُ أيَّامٍ صومُ الدَّهرِ كلِّه.

Berpuasa tiga itu seperti puasa sepanjang tahun” (HR. Bukhori)

c.        Memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa sesering mungkin, karena berarti dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa.

عن زيد بن خالد الجهني : قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ فطَّرَ صائِمًا كانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غيْرَ أنَّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أجْرِ الصائِمِ شيْئًا.{قال أبو عيسى هذا حدِيثٌ حَسنٌ صَحيحٌ}

Barang siapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa. (HR Tirmidzi 3/169).

d.       Merasa sedih jika tertinggal ibadah puasa.

Disaat dia tidak bisa memaksimalkan kebaikan dirinya, dia merasa sedih atas segal keteledorannya. Semoga dengan kesedihannya akan mengantarkan nya sebagai golongan orang-orang yang berpuasa.

Sebagaimana perkataan Ubaidillah bin Muhammad at-Taimi, “ Aku tidak menangis kecuali karena orang-orang berpuasa, sedang aku tidak termasuk bagian dari mereka”, sehingga dia menangis dengan sejadi-jadinya seolah-olah ada ketakutan yang sangat dahsyat. (HR Baihaqi).

Sabda Rasulullah SAW:

مَنْ سَرَّتْهُ حسنَتُهُ وساءَتْهُ سيِّئتُهُ فذلِك الْمُؤْمِنُ.

Barang siapa yang gembira dengan kebaikannya dan merasa sedih atas keburukannya, maka dia itu adalah seorang mukmin. (HR. Tirmidzi  4/465).